Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

AKTIVITAS NIGHT OWL (BUDAYA NGALONG) OJEK ONLINE DI MAKASSAR: STUDI KASUS PERUBAHAN PERILAKU AKTIVITAS KERJA DRIVER ONLINE PASCA PANDEMI Ibrahim Sudirman; Muhammad Syukur; Firdaus W Suhaeb
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya Vol 7, No 4 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v7i4.13539

Abstract

Berkembangnya aplikasi transportasi seperti Grab dan Gojek pada awal 2017 dan disusul oleh Maxim setelahnya, ternyata banyak membawa perubahan yang cukup signifikan. Tidak hanya masyarakat, khalayak secara umum dapat bepergian ke mana-mana dan memesan berbagai makanan secara online dan ternyata keuntungan maksimal juga dapat dinikmati oleh orang-orang yang mendaftarkan dirinya sebagai mitra Grab atau Gojek atau dengan istilah populernya driver Ojol (Ojek Online). Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan perubahan  perilaku aktivitas kerja sosial pada pekerja transportasi online sebelum  dan setelah covid 19 di Kota Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik dan Penentuan subjek penelitian dilakukan melalui metode purposive sampling. Penelitian ini menemukan bahwa pekerja early bird adalah istilah yang melekat terhadap mitra driver yang beroperasi pada pagi hingga sore hari, secara umum mitra ini berkonsentrasi atau fokus menunggu dan mencari pesanan pada pagi hingga sore hari sebelum diberlakukannya social distancing. Pekerja ngalong atau night owl merupakan istilah lazim yang sering disematkan kepada individu yang melakukan banyak aktivitas pada malam hari (begadang). Mitra atau driver yang beroperasi dan bekerja pada malam hari diistilahkan oleh komunitas sesama driver dengan istilah ngalong. Perubahan budaya atau perilaku pola kerja ini marak dikalangan driver atau mitra, di mana hal ini muncul sebagai akibat dari menurunnya jumlah pesanan akibat terbatasnya aktivitas karena pembatasan sosial atau social distancing pada masa Covid-19 yang melanda Indonesia dan Kota Makassar pada khususnya.
Culture and Social Ethics of Online Drivers (Phenomenological Study of Partner Behavior of Grab in the City of Makassar): Budaya dan Etika Sosial Pengemudi Online (Studi Fenomenologis Perilaku Mitra Grab di Kota Makassar) Ibrahim Sudirman; Shermina Oruh; Andi Agustang
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 7 No. 2: FEBRUARI 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.133 KB) | DOI: 10.56338/jks.v2i1.715

Abstract

This research aims to elaborate on and explore information regarding the Culture and Social Ethics of Online Transportation Drivers in the city of Makassar, as well as the triggering and supporting factors in the formation of these social behaviors. Another objective is to reveal and describe the behaviors and positive values inherent in workers or Transportation Partners, especially those affiliated with Grab and Gojek. The research method employed is qualitative with a phenomenological descriptive approach. Phenomenological approach is a qualitative research method that aims to reveal shared meanings that constitute the essential substance of a consciously and individually experienced phenomenon by a group of individuals. Phenomenology reconstructs the phenomenon and its meaning for individuals through subject interviews. Phenomenological studies argue that each subject experiences a phenomenon with conscious conditions, so this approach aims to uncover the individual's deepest awareness of the experience in an event. The results of the research indicate that the Culture and Social Ethics of Drivers or Transportation Partners are reflected in attitudes or social behaviors, including the growth of social sensitivity and social solidarity. Solidarity among drivers is built on the basis of humanity and responsibility for living and working together, such as mutual assistance, cooperation, or mutual help on the road. The formation of social communities also results from the commonality of profession and fate to survive in meeting the necessities of life. Solidarity among drivers becomes a social unity in the form of a social group driven by unity through social attachment to fellow transportation partners.
Pengaruh Konservasi Sosial dan Biodiversitas Terhadap Kesehatan Masyarakat Adat Suku Kajang: The Influence of Social Conservation and Biodiversity on the Health of Indigenous Kajang Tribe Communities Ibrahim Sudirman; Syamsu A. Kamaruddin; Arlin Adam; Andi Ihsan
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 7 No. 4: APRIL 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v7i4.4573

Abstract

Biodiversitas, singkatan dari biological diversity, merujuk pada keanekaragaman hayati di planet kita, mulai dari tingkat genetik hingga ekosistem. Ini mencakup proses-proses evolusi, ekologi, dan budaya yang menjadi dasar kehidupan. Dengan kata lain, biodiversitas adalah ragam kehidupan yang meliputi tumbuhan, hewan, dan ekosistem di seluruh Dunia. Konservasi biodiversitas merupakan usaha untuk menjaga dan merawat keanekaragaman hayati di bumi kita. Ini mencakup rangkaian langkah yang disusun untuk menjaga agar spesies-spesies tanaman dan hewan serta lingkungan hidup mereka tetap lestari, terhindar dari punah. Fokus utamanya adalah memastikan kelangsungan hidup dan fungsi ekologis dari ragam kehidupan ini bagi generasi mendatang. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik penentuan dan pengambilan sasaran informan dilakukan dengan teknik purposive sampling. Maksudnya, penentuan sampel informan ditentukan dengan sengaja berdasarkan kriteria masyarakat Kajang Dalam yang bertempat tinggal di dalam Kawasan Adat Ammatoa maupun di luar Kawasan Adat Ammatoa. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui tahap reduksi data, penyajian data, serta verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Praktek pengelolaan hutan berbasis pasang di Kajang menjadi fenomena menarik. Pasang mengajarkan untuk menjaga hutan sebagai sumber kehidupan dan penyangga ekosistem, yang tercermin dalam pandangan Ammatoa. Bagi mereka, kerusakan hutan berarti kerusakan bagi kehidupan mereka, sehingga mereka sangat berkomitmen untuk tidak merusak hutan atau mengambil kayunya. Komunitas Ammatoa membagi wilayah mereka menjadi wilayah lindung yang tidak boleh disentuh dan wilayah yang dapat dimanfaatkan. Dampak dari kelestarian tersebut adalah Pepohonan dan vegetasi di hutan dapat bertindak sebagai penyaring alami untuk polusi udara. Peningkatan kesehatan pada masyarakat adat kajang timbul karena Interaksi dengan alam, seperti berjalan-jalan di hutan atau duduk di bawah pohon, dapat menurunkan kadar hormon stres seperti kortisol dalam tubuh. Menyatu dengan alam dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, meningkatkan produksi sel-sel pembunuh alami yang membantu melawan infeksi dan penyakit.