Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

HYPNOTEACHING IN HISTORY LESSON Agus Budianto; Nara Setya Wiratama
Jurnal Pendidikan Edutama Vol 4, No 2 (2017): July
Publisher : IKIP PGRI Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30734/jpe.v4i2.50

Abstract

Abstract: Hypnoteaching in History Lesson. Historical learning is a science that can’t be separated in educating the younger generation. Through this lesson, teachers in secondary schools can provide the foundation of nationality through important events in the study of the social sciences. Many of the problems that occur in learning history, such as the boring and make sleepy.Everyone must have heard the term hypnosis, hypnotism, or hypnotherapy. Each person must also have a different view or understanding when hearing these terms. Hypnoteaching is one of the learning methods by using the art of communicating to influence learners. Hypnoteaching is a combination of five teaching-learning methods such as quantum learning, accelerate learning, power teaching, neuro-linguistic programming (NLP) and hypnosis.Hypnoteaching can be done using informal hypnosis as well as formal hypnosis. Informal hypnosis is also called indirect hypnosis ie teachers can naturally make the Critical Area learners become no longer critical, through a very persuasive communication pattern. Here's what the teacher can do in Informal hypnosis: (1) get attention; (2) establishing Themes; (3) presenting the structure and regulations; (4) building relationships. If the learners are already comfortable and interested, the next step is to do a formal hypnosis before the lesson begins. Here are the steps that must be done: (1) Induction; (2) Deepening; (3) Deep level test; (4) Suggestion, and; (5) Termination. Keywords: Historical learning, hypnoteaching, hypnosis, hypnotism, hypnotherapy, historyAbstrak: Hipnoteaching dalam Pembelajaran Sejarah. Pelajaran sejarah tidak bisa dihilangkan dalam mendidik para generasi muda. Melalui pembelajaran ini, guru pada sekolah menengah pertama dapat memberikan pondasi rasa nasionalisme melalui peristiwa peristiwa penting dalam pelajaran ilmu pengetahuan social. Masalah yang sering muncul pada pembelajaran ini adalah kebosanan siswa dan mengantuk.Setiap orang pasti pernah mengenal istilah  hypnosis, hipnotis, atau hipnoterapi. Setiap orang pasti mempunyai pemahaman yang berbeda ketika mendengar istilah tersebut. Hipnoteaching adalah salaha satu metode mengajar dengan menggunakan senin berkomunikasi untuk mepengaruhi para siswa. Hipnoteaching adalah kombinasi dari lima metode mengajar seperti quantum learning, accelerate learning, power teaching, neuro-linguistic programming (NLP) dan hypnosis.Hypnoteaching dapat diterapkan menggunakan informal hypnosis dan juga informal hypnosis. Informal hypnosis juga disebut sebagai indirect hypnosis, misalnya para guru dapat secara alami membuat area kritis siswa menjadi tidak kritis lgi, melalui pola komunikasi persuasi. Berikut adalah apa yang dapat dilakukan para guru pada informal hypnosis: (1) mendapatkan perhatian; (2) menentukan tema; (3) menyajikan struktur dan aturan; (4) membangun kerjasama. Jika para siswa sudah sudah mencapai posisi nyaman dan tertarik pada kegiatan pembelajaran, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah : (1) pendahuluan; (2) pendalaman; (30 test tingkat kedalaman; (4) pemberian saran, dan; (5) penutup.Kata kunci: Pembelajaran sejarah, hypnoteaching, hipnosis, hypnotis,  hipnoterapi, sejarah.
KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Nara Setya Wiratama
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 17, No 1 (2021): ISTORIA Edisi Maret, Vol. 17. No. 1
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/istoria.v17i1.40350

Abstract

AbstrakMata Pelajaran Sejarah merupakan salahsatu pelajaran yang menyenangkan. Peserta didik di bawa ke sebuah peristiwa masa lalu, melewati antar dimensi dan merasakan kembali peristiwa tersebut. Sungguh menarik peristiwa ini saat dijelaskan dengan menyenangkan oleh guru sejarah. Inilah kemampuan public speaking. Kemampuan yang harus dikuasai guru sejarah di revolusi industry 4.0 dalam mengemas pembelajaran agar diminati dan disukai peserta didik. Tujuan artkel ini, guru memahami berbagai teknik public speaking dan dapat menerapkannya dalam pembelajaran. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis. Dimulai dari tahapan mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkan. Pengumpulan data melalui content analysis, in-depth interviewing, dan observation. Untuk menghasilkan kemampuan public speaking yang baik, guru  harus menemukan strong why dalam dirinya, melakukan komunikasi dalam pembelajaran dengan tahap sebagai berikut: (1) amazing opening; (2) content; dan; (3) powerful closing. Guru harus menjadi fasilitator kepada peserta didik dengan menggunakan komukikasi dua arah dan bersifat tidak menggurui; guru dan peserta didik bersama dalam memahami serta mencari makna di sebuah persoalan; guru bukan orang asing bagi peserta didik, namun seorang sahabat yang senantiasa menguatkan dan memotivasi.Kata Kunci: public speaking, pembelajaran, sejarah, pembelajaran sejarah
PENDIDIKAN NILAI DALAM TEMBANG MACAPAT DHANDANGGULA Heru Budiono; Nara Setya Wiratama
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 9 No 1 (2017): Jurnal Penelitian Pendidikan
Publisher : LPPM STKIP PGRI Pacitan Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah negara kepulauan yang penuh dengan budaya dan adat istiadat. Budaya di Indonesia sangat beragam dan memiliki nilai-nilai karakter yang mulia, salah satunya adalah tembang macapat. Tembang macapat adalah ciri khas budaya Indonesia yang memiliki kedalaman nilai filosofis dan keindahan. Tembang macapat memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai pengiring pidato, piranti ucapan, representasi ekspresi rasa, pengantar teka-teki, media dakwah, alat edukasi dan konseling, dll. Tembang Dhandanggula adalah salah satu tembang macapat yang menggambarkan kehidupan manusia yang telah mencapai tahap pembentukan sosial, kesejahteraan dan telah menikmati masa hidupnya. Kata dhandang berarti gagak yang melambangkan kesedihan. Kata gula berarti gula yang memiliki rasa manis sebagai simbol kebahagiaan atau kesukaan. Setiap keluarga di masyarakat Jawa harus bisa melewati manis getir kehidupan rumah tangga yang terkadang manis seperti gula atau pahit, seperti pil, sebagai obat untuk membuat mereka lebih tangguh, dan responsif dalam segala kondisi dan situasi. Sehingga, semua muatan tersebut adalah sebagai nilai-nilai pendidikan. Nilai pendidikan tersebut sudah semestinya diinternalisasikan ke dalam strategi pembelajaran afektif (attitude). Strategi pembelajaran afektif tidak hanya ditujukan untuk mencapai pendidikan kognitif, tapi juga sikap dan keterampilan seseorang. Kemampuan afektif adalah objek yang sulit diukur karena berkaitan dengan kesadaran diri setiap orang.
Pelatihan Pembuatan Video Pembelajaran Menggunakan Aplikasi Kinemaster untuk Guru di SMAN 6 Kediri Zainal Afandi; Yatmin Yatmin; Agus Budianto; Heru Budiono; Sigit Widiatmoko; Nara Setya Wiratama; Siska Nurazizah Lestari; Alkari Alkari; Ferry Ferdian
Jurnal Pengabdian Masyarakat (abdira) Vol 2, No 1 (2022): Abdira, Januari
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdira.v2i1.63

Abstract

Kinemaster is one of the best video editor apps for Android. This is because the features are complete and easy to understand, and do not require a smartphone with high specifications. This PkM activity aims to provide training to teachers in making interesting and fun learning videos using the Kinemaster application at SMA Negeri 6 Kediri. The method used in this community service is a training method consisting of the stages of planning (observation), implementation (lectures, discussions, demonstrations), and evaluation. Based on the evaluation of the results of the implementation, of the 20 participants who attended the training, 17 people successfully completed their assignments and were very satisfied, while 3 participants had some problems due to the age factor. In addition, participants gain new skills in making learning videos, which can be made anywhere without having to face a computer. Based on these results, it can be concluded that the PkM activities carried out were achieved.
PENINGKATAN KEAKTIFAN MAHASISWA PENDIDIKAN SEJARAH DALAM MATA KULIAH STUDI OBSERVASI MELALUI KEGIATAN LESSON STUDY Sigit Widiatmoko, Siska Nurazizah Lestari, Nara Setya Wiratama
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN SOSIAL HUMANIORA Vol. 5 No. 1 (2020): JP2SH
Publisher : LP2M Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.751 KB) | DOI: 10.32696/jp2sh.v5i1.412

Abstract

Kegiatan observasi ini merupakan aktivitas mengawasi, dilanjutkan dengan memahami pengetahuan dari suatu fenomena berdasarkan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa di dalam maupun di luar kelas, terutama melalui Lesson Study yang mengharuskan mahasiswa aktif dan tertantang dalam mengeksplor hal-hal yang dipelajari. Kegiatan Lesson Studi ini juga dilakukan pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Nusantara PGRI Kediri, yang melibatkan tiga dosen, satu dosen sebagai model, sedangkan dua sebagai observer. Ada tiga tahap dalam pelaksanaan Lesson Study yaitu Plan, Do, dan See. Adapun hasil akhir yang diperoleh melalui kegiatan tersebut ialah: 1) Meningkatnya keaktifan mahasiswa dalam memahami materi pembelajaran, 2) terciptanya suasana pembelajaran menjadi lebih hidup, 3) mahasiswa terdorong untuk bekerjasama sehingga meningkatkan keakraban antar mahasiswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar melalui Lesson Study telah berdampak positif terhadap peningkatan aktifitas mahasiswa dalam mata kuliah Studi Observasi.
The Dark Side of the Lasem Maritime Industry: Chinese Power in Opium Business in the XIX Century Siska Nurazizah Lestari; Nara Setya Wiratama
Journal of Maritime Studies and National Integration Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1831.157 KB) | DOI: 10.14710/jmsni.v2i2.3858

Abstract

Some of the issues discussed in this article are the shipyard industry development at Lasem, and revealing the factors of Chinese traders conducted smuggling by sea. This study shows the dark side of the maritime industry found in Lasem mainly related to Chinese power in the opium business, XIX century. These problems analyzes with critical historical methods which consist of four stages, including a) heuristics, seeking and collecting historical sources, both primary and secondary sources; b) source criticism, the process carried out to test the authenticity and credibility of the source; c) interpretations, interpret and compile facts from one another; d) historiography, the process of rewriting historical events. According to the results, there was a concentration of Chinese residences during the colonial period. Lasem’s Chinese settlements (Chinatown) had rapid growth after the migration of Chinese and the Chinese massacre as known as Geger, Pecinan. To maintain its existence, the Chinese in Lasem initiated the opium business, developed in the nineteenth century by sea. The presence of the Lasem River also strengthened this finding, became the lifeblood of economic activity in the past. The Lasem River also connects the hinterland with the coastal area, so it has a negative impact mainly related to the smuggling of opium.
DARI OPIUM HINGGA BATIK: LASEM DALAM “KUASA” TIONGHOA ABAD XIX-XX Siska Nurazizah Lestari; Nara Setya Wiratama
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 19 No. 3 (2018)
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.211 KB) | DOI: 10.52829/pw.100

Abstract

Dalam menghadapi kompetisi perdagangan dengan warga etnis Tionghoa, warga Belanda (vrijburgers) memang tidak dapat menandingi, sehingga timbul perasaan tidak senang. Hal itu membuat VOC menerapkan pembatasan-pembatasan terhadap warga etnis Tionghoa. Sementara itu, kepiawaian etnis Tionghoa dalam berdagang opium menyebabkan etnis Tionghoa di Lasem tumbuh sangat kaya pada abad XIX. Setelah meredupnya bisnis candu, warga Tionghoa Lasem kembali lagi menggeluti bisnis batik yang telah lama ditinggalkan. Sejak abad ke-19, para pengrajin Tionghoa telah berperan penting dalam produksi sejumlah rumah produksi batik di pesisir di Lasem. Akan tetapi hubungan sosial antara pengusaha dan buruh kurang terjalin dengan baik, karena hak-hak buruh tersebut kurang terpenuhi dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan termasuk dalam penelitian sejarah sosial-ekonomi, di mana masyarakat Lasem abad XIX hingga XX sebagai objek. Adapun tujuan historiografis yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mendokumentasikan sejarah sosial-ekonomi sebagai dampak perkembangan bisnis opium dan batik di Lasem pada abad XIX sampai dengan abad XX.____________________________________________________________In the case of facing trade competition with Chinese citizens, Dutch citizens (vrijburgers) couldn’t compete it, so they created feelings of displeasure.This situation made the VOC imposed restrictions on Chinese citizen. Meanwhile, Chinese expertise in the trade of opium caused the Chinese in Lasem to grow very rich in the nineteenth century. After the declining of opiate business, the Chinese resident Lasem back again focussed on batik business that has been long abandoned. Since the 19th century, Chinese craftsmen have the significant role in the production of a number of batik houses on the coast in Lasem. However, the social relations between employers and workers are poorly intertwined, because the labor rights are poorly fulfilled. This research is a qualitative research, and included in the study of socio-economic history, where the people of Lasem XIX to XX as the object. The historiographic objective to be achieved from this research is documenting the socio-economic history as the impact of the development of opium and batik business in Lasem in the XIX century up to the XX century.
KAJIAN PROSES ISLAMISASI DI NUSANTARA (STUDI ANALISIS MASJID AL – MUBAROK DI DESA KACANGAN KECAMATAN BERBEK, KABUPATEN NGANJUK) Tita Nur Enda; Yurisda Listanti; Mochamad Sukma M; Nara Setya Wiratama
JEJAK : Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah Vol. 2 No. 1 (2022): Kajian Pendidikan Sejarah dan Sejarah
Publisher : Jambi University, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.096 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya media penyebaran Islam di Nusantara, dan proses islamisasi yang terjadi di wilayah Kabupaten Nganjuk dengan keberadaan masjid Al-Mubarok.  Didirikan pada tahun 1831 Masehi oleh K.R.T Sosrokoesoemo I atau lebih di kenal dengan Kanjeng Jimat. Tujuan dari penelitian ini guna mengetahui sejarah berdirinya Masjid Al-Mubarok, dan Struktur bangunan Masjid Al-Mubarok. Penelitian ini menggunakan  metode deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkan informasi dari hasil pengamatan keadaan dilapangan dengan kajian pustaka dari sumber resmi lainnya. Hasil dari penelitian ini yaitu Masjid Al-Mubarok sebagai masjid tertua sekaligus bangunan bersejarah di wilayah Kabupaten Nganjuk yang menjadi media Islamisasi di wilayah Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan pengaruh Islam di Kabupaten Nganjuk berkembang sangat pesat, mengubah mayoritas kepercayaan masyarkat Kabupaten Nganjuk dari Hindu-Buddha menuju Islam sejak berdirinya masjid Al-Mubarok.
PANCASILA DAN NASAKOM DALAM MEMPERSATUKAN BANGSA INDONESIA: (Kajian Kritis Sejarah Intelektual) Nara Setya Wiratama; Agus Budianto; Muhammad Ipung Zainul Islam Sumarwoto
JEJAK : Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah Vol. 2 No. 2 (2022): Kajian Pendidikan Sejarah, Ilmu Sejarah, & Sosial
Publisher : Jambi University, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi Pendidikan Sejarah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pancasila merupakan Ideologi negara Indonesia, sedangkan NASAKOM atau dapat di uraikan menjadi Nasionalis, Agama, dan Komunis adalah sebuah konsep yang pernah di gelorakan oleh Presiden Sukarno dalam upaya mempersatukan tiga golongan terbesar pada awal kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini ingin mengetahui lebih mendalam mengenai Pancasila, dan Konsep pemikiran Nasakom. Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) menggali informasi dari berbagai sumber relevan, (2) melakukan kritik sumber terhadap langkah pertama, kemudian (3) merangkum semua hasil kajian berupa kesimpulan tentang Konsep Pancasila dan Nasakom. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kedua ideologi ini berusaha untuk menyatukan seluruh unsur yang ada di Indonesia. Pancasila sendiri digali oleh Presiden Sukarno lalu di sempurnakan oleh banyak tokoh yang diambil dari nilai-nilai luhur asli Indonesia. Sedangkan Nasakom sendiri diciptakan sebagai Ideologi yang menyatukan golongan terbesar yang ada di negara Indonesia saat awal merdeka, akan tetapi Nasakom gagal di jalankan dan arah ideologi kembali lagi ke Pancasila sebagai dasar negara yang lebih universal dan digunakan hingga saat ini.
K Kajian Deskripsi Semiotika Pada Pakaian Khas Kediri Sigit Widiatmoko; Heru Budiono; Nara Setya Wiratama; Gusti Garnis Sasmita
PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Vol 8 No 1 (2022): Volume 8 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/pn.v8i1.18861

Abstract

Traditional clothing as a form of regional identity and pride deserves the attention of all parties, both government, practitioners, academics and society. One of the special clothes that is interesting to study is the typical clothes of Kediri. This study has the objectives: (1) to describe the data sources for studying typical Kediri clothing, (2) to identify the types of typical Kediri clothing, and (3) to understand the values ​​contained in typical Kediri clothing. In conducting research, researchers used semiotic induction description method with a qualitative approach. The data sources for studying Kaḍiri clothing can refer to several historical data sources, traditional values ​​or ethnoarchaeology, such as from inscriptions, statues, reliefs, literature, and ethnoarchaeological evidence. Based on the data sources that have been obtained by the researchers, two types of clothing were born, namely Wḍihan Kaḍiri for men's clothing and Ken Kaḍiri for women's clothing. This typical Kediri dress also has noble values ​​which are its trademark, namely religious values, cultural values, historical values, social values, aesthetic values, ethical values, and economic values.