Eko Widaryanto
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

PENGENDALIAN GULMA PADA BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) Al Fath Mubin Mubarak; Eko Widaryanto; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 2 No. 7 (2014)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan produksi kentang di Indonesia perlu dilakukan. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan menambahkan unsur hara melalui pemupukan nitrogen dan melakukan metode pengendalian gulma yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dosis pupuk nitrogen pada kompetisi dengan gulma  sehingga dapat mengetahui waktu yang tepat dalam mengendalikan gulma dan pengaruh terhadap hasil kentang (Solanum tuberosum L.). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-September 2013, di Desa Sumberbrantas, Kec. Bumiaji, Kota Batu. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan perlakuan pengendalian gulma (G) dan pemupukan nitrogen (P). Herbisida pra tumbuh oksifluorfen efektif dalam menurunkan pertumbuhan gulma dari 0-49 hst. Herbisida pra tumbuh oksifluorfen tidak berbeda secara nyata apabila dibandingkan dengan perlakuan bebas gulma (pengendalian gulma tujuh hari sekali sampai panen). Herbisida pra tumbuh oksifluorfen dapat menurunkan pertumbuhan gulma sampai 74.28% apabila dibandingkan dengan pengendalian gulma pada umur 21 dan 49 hst. Herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 130 kg ha-1 menunjukkan rata-rata lebih tinggi 20.98% dan 13.73%, dibandingkan dengan perlakuan bebas gulma (pengendalian gulma tujuh hari sekali sampai panen) + N 130 kg ha-1 pada parameter jumlah daun dan luas daun. Perlakuan herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 130 kg ha-1 dan pengendalian gulma pada umur 21 dan 49 hst + N 130 kg ha-1 menghasilkan produksi per hektar yang lebih tinggi yaitu sebesar 1498,93 kg ha-1 dan 1387.37 kg ha-1. Penambahan pupuk nitrogen sebesar 130 kg ha-1 merupakan perlakuan yang dapat meningkatkan hasil kentang. Kata kunci : Solanum tuberosum L, pupuk nitrogen, pengendalian gulma, hasil kentang
PENGARUH PERIODE PENYIANGAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L.) Wiharyanti Nur Lailiyah; Eko Widaryanto; Karuniawan Puji Wicaksono
Produksi Tanaman Vol. 2 No. 7 (2014)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kacang panjang adalah sayuran yang sudah lama dikenal banyak orang. Tana-man ini juga dapat membantu menyuburkan tanaman karena pada akar kacang panjang terdapat bintil-bintil Rhizobium sp yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara kemudian merubahnya menjadi dalam ben-tuk yang dibutuhkan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu yang tepat untuk penyi-angan kacang panjang dan mempelajari pengaruh penggunaan herbi-sida Pra-tumbuh pada tanaman kacang panjang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2013 di Desa Gintungan, Kecamatan Kembang-bahu, Kabupaten Lamongan yang terletak pada ketinggian  35m dpl.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok. yang tediri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Sedangkan perlakuannya yaitu (P0) Tanpa pengen-dalian gulma, (P1) Penyiangan 2 kali pada waktu 2 dan 4 minggu setelah tanam (P2) Penyiangan 3 kali pada waktu 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam (P3)  Bebas gulma (Penyiangan 5 kali pada waktu 2, 4, 6, 8 dan 10 minggu setelah tanam, (P4) Herbisida pra-tumbuh oksifluorfen dengan dosis 1,5 liter ha-1 dan (P5)  Herbisida pra-tumbuh oksifluorfen dan penyiangan 4 minggu setelah tanam dengan dosis 1,5 liter ha-1. Pengendalian gulma dengan menggu-nakan herbisida pra-tumbuh dengan kombi-nasi penyiangan 4 minggu setelah taman mampu mening-katkan pertumbuhan kacang panjang dibandingkan dengan perlakuan tanpa penyiangan, tetapi aplikasi herbisida dengan Dosis 1,5 l ha-1 kombinasi penyi-angan 4 mst kurang efektif diaplikasikan pada tanaman kacang panjang. Hasil terbaik dalam meningkatkan hasil tanaman kacang panjang adalah pada perlakuan bebas gulma.   Kata kunci: kacang panjang, herbisida, penyiangan, Gulma
DINAMIKA PERUBAHAN KOMPOSISI GULMA PADA TANAMAN TEBU KEPRASAN DI LAHAN SISTEM REYNOSO DAN TEGALAN Dito Marsal; Karuniawan Puji Wicaksono; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 1 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gulma adalah komponen yang tetap pada agroekosistem. Penelitian ini dilakukan un-tuk mempelajari perubahan komposisi gul-ma pada tanaman tebu keprasan di lahan sistem reynoso dan tegalan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2014 di Desa Legundi, Kecamatan Karang Jati, Kabupaten Ngawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 spesies gulma yang ada di lahan sistem reynoso. Gulma yang mendominasi di lahan sistem reynoso adalah Chromolaena odorata (kirinyu), Ipomoea triloba (rayutan), Cayratia trifolia (galing-galing) dan Phyllanthus niruri (meniran). Gulma yang tersusun di lahan tegalan terdapat 33 spesies. Gulma yang mendominasi di lahan tegalan adalah Digitaria sanguinalis (jam-pang piit), Brachiaria distachya (gajihan) dan Ageratum conyzoides (wedusan). Nilai Indeks Shanon-Wienner berkisar antara 2,66-3,20 yang berarti tingkat keaneka-ragaman gulma pada lahan penelitian tergolong dalam kategori sedang. Nilai Indeks Simpson berkisar antara 0,05-0,13 yang berarti struktur komunitas dalam keadaan stabil dan tidak terjadi dominasi individu spesies gulma pada lahan penelitian. Nilai Indeks Sebaran Morisita (Id) pada lahan penelitian berkisar antara 0,00-12,28. Pola sebaran gulma di lahan sistem reynoso cenderung berkelompok dan merata, sedangkan di lahan tegalan gulma cenderung memiliki pola sebaran  berkelompok. Kata kunci: Komposisi, Gulma, Tebu Keprasan, Lahan Sistem Reynoso Dan Tegalan.
SIMULASI PENINGKATAN SUHU MALAM DAN PEMBERIAN PYRACLOSTROBIN PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) Dhanang Teja Mukti; Eko Widaryanto; Karuniawan Puji Wicaksono
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 2 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Akhir abad 21, iklim bumi diprediksi mengalami kenaikan suhu udara rata-rata 2–4°C. Efek pemanasan global mengkondi-sikan peningkatan suhu ma-lam lebih besar dan cepat daripada pe-ningkatan suhu siang. (Kukla dan Karl, 1993; Easterling et al., 1997). Peningkatan suhu malam akan meningkatkan respirasi tanaman, sehingga terjadi perombakan pada karbohidrat yang terakumulasi pada bulir padi sehingga produksi menurun. Pemberian pyra-clostrobin yang berperan untuk menurunkan tingkat respirasi pada tanaman padi sangat diperlukan. Tujuan penelitian ialah menguji efektivitas pemberian pyraclostrobin pada tingkat peningkatan suhu yang berbeda pada tanaman padi. Penelitian dilaksanakan bulan September 2013 - Maret 2014, di Kebun Percobaan FP UB, desa Jatikerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pemberian pyra-clostrobin 400 ppm - simulasi peningkatan suhu 2⁰C dapat meningkatkan rerata bobot 1000 biji 17,68 g tan-1 5,36% jika dibanding-kan dengan kombinasi perlakuan pyra-clostrobin 0 ppm - simulasi peningkatan suhu 2⁰C yang menghasilkan rerata bobot 1000 biji 16,78 g tan-1. Linier dengan kombinasi perlakuan pemberian pyraclostrobin 400 ppm - simulasi pening-katan suhu 4⁰C yang mampu meningkatkan rerata bobot 1000 biji 17,85 g tan-1 5,43% dibandingkan dengan kombinasi perlakuan pyraclostrobin 0 ppm - simulasi peningkatan suhu 4⁰C yang rerata bobot 1000 bijinya 16,93 g tan-1. Kata kunci : Tanaman Padi, Suhu Malam, Pyraclostrobin, Respirasi
PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) Hariyani Hariyani; Eko Widaryanto; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 3 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang dapat menyumbang devisa lebih dari 50 % dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Minyak nilam bersifat fixatif (pengikat) sehingga mempunyai peluang yang baik karena belum ada produk substitusinya. Peningkat-an jumlah penduduk mempengaruhi permintaan minyak nilam, akan tetapi lahan budidaya nilam semakin menurun. Di Indonesia tanaman nilam memiliki rendemen dan kualitas minyak yang bervariasi, sehingga diperlukan teknik budidaya tanaman nilam yang tepat. Umur panen berhubungan erat dengan fase pertumbuhan tanaman yang mencerminkan tingkat kematangan fisiologis tanaman, dan mempunyai relevansi kuat dengan produksi dan kandungan yang ada dalam tanaman. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari umur panen yang tepat terhadap rendemen dan mutu minyak tanaman nilam ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – Maret 2012 di Tempeh – Lumajang. Penelitian ini menggunakan RAK yang terdiri atas 6 perlakuan dan 4 ulangan, yaitu: P1 : 4 bst + 4 bsp; P2 : 5 bst + 3 bsp; P3 : 6 bst + 2 bsp; P4 : 7 bst + 1 bsp; dan P5 : 8 bst (bulan setelah tanam/panen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur panen berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman nilam. Melalui uji Kromatografi Gas Spektrometer Masa minyak nilam memiliki kadar patchouli alkohol 18.40 – 22.40 %. Sedangkan indeks bias memiliki kisaran 1.5042 – 1.5075 dan berat jenis 0.951 – 0.995 g/ml Analisi R/C rasio menunjukkan bahwa P1 adalah perlakuan yang paling optimal, dilihat dari hasil penjualan bahan basah, bahan kering maupun minyak nilam yang masing-masing memiliki nilai R/C rasio 2.34, 2.77 dan 3.58. Kata kunci : Nilam (Pogostemon cablin Benth.), Umur Panen, Rendemen, Patchouli Alkohol
PENGARUH PENGENDALIAN GULMA TERHADAP TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril) PADA SISTEM OLAH TANAH Rio Yanuar Latifa; Mochammad Dawam Maghfoer; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 4 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kendala budidaya tanaman kedelai adalah gulma dalam hal persaingan untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Upaya pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara teknik peng-olahan lahan dan penentuan cara pengen-dalian gulma yang tepat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh teknik persiapan lahan dan pengendalian gulma terhadap partumbuhan dan produksi kedelai serta memperoleh sistem olah tanah dan pengendalian gulma yang tepat. Penelitian dilakukan di Desa Ploso Lor, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2013. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa, tidak terdapat interaksi antara olah tanah dan teknik pengendalian gulma. Berat kering gulma lebih dipengaruhi oleh teknik pengendalian gulma. Perlakuan G1 (Penyiangan 15+30+45+60 hst) mampu  menekan berat kering gulma 60-80% diban-dingkan G0 (tanpa peng-endalian. Perla-kuan G4 (Herbisida Pra tumbuh Metribuzin 2 l ha-1 dan penyiangan 30 hst) adalah per-lakuan terbaik dalam meningkatkan pertum-buhan dan hasil tanaman kedelai diban-dingkan dengan perlakuan yang lain. Perla-kuan G4 (Herbisida Pra tumbuh Metribuzin 2 l ha-1 dan penyiangan 30 hst) mampu me-ningkatkan luas daun (30-45%), berat kering tanaman (± 55%) dan hasil ton (47,29%) dibandingkan G0 (tanpa pengendalian. Kata kunci: Kedelai, Gulma, olah tanah, penyiangan, Metribuzin
PENGARUH PERBEDAAN UMUR BIBIT SINGLE BUD PLANTING DENGAN PEMUPUKAN NITROGEN PADA PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) Asep Deny Permana; Medha Baskara; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 5 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembibitan tebu dengan teknik Single Bud Planting (SBP) merupakan teknik pembibitan baru di Indonesia adaptasi dari Kolombia yang memiliki tingkat kemurnian tinggi, mempunyai daya tumbuh seragam, jumlah anakan yang dihasilkan lebih banyak dibanding sistem pembibitan konvensional. Standard operating procedure (SOP) Pem-bibitan SBP memerlukan waktu 75 hari sebelum dipindah tanam pada lahan. Dengan umur yang relatif panjang, perlu dilakukan penelitian tentang umur bibit SBP agar lebih cepat untuk ditanam di lahan. Salah satu cara untuk memperpendek umur pembibitan ialah dengan pemberian dosis pupuk N yang tepat pada bibit SBP yang lebih muda. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari – Agustus 2014 di Desa Darungan, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Bahan  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  bibit SBP varietas Bululawang yang telah berumur 45 hari, 60 hari dan 75 hari serta pupuk nitrogen        urea. Penelitian  menggunakan  percobaan  faktorial  dengan  dasar  Rancangan Acak  Kelompok  yang  terdiri  2  faktor,  yaitu  umur  bibit SBP  dan  dosis pupuk Nitrogen. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlakuan bibit umur 60 hari (U60) dengan dosis pemupukan 200 kg ha-1 (N200), memiliki pertumbuhan vegetatif yang sama baiknya dengan perlakuan bibit yang berumur 75 hari (U75) dengan dosis pupuk yang sama ( 200 kg    ha-1). Untuk parameter taksasi bobot tebu perlakuan umur bibit Umur 60 hari tidak berbeda nyata dengan umur bibit 75 hari pada dosis pupuk 200 kg ha-1. Kata kunci: Pembibitan Tebu, Single Bud Planting, Nitrogen, Umur Bibit.
PENGARUH HERBISIDA AMETRIN DAN PENYIANGAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) Ayuma Aprily Brilliantika; Eko Widaryanto; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 3 No. 8 (2015)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah tanaman semusim yang termasuk famili Graminae atau rumput-rumputan. Suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan herbisida ametrin dan penyiangan gulma terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu telah dilaksanakan di lahan perkebunan PG Kremboong, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo pada bulan Maret sampai dengan Juli 2014. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 11 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu : (H0) Bebas gulma (Penyiangan gulma setiap 2 minggu setelah tanam), (H1) Tanpa pengendalian gulma, (H2) Penyiangan 4 dan 8 minggu setelah tanam, (H3) Herbisida ametrin dengan dosis 1 liter ha-1, (H4) Herbisida ametrin dengan dosis 1,5 liter ha-1, (H5) Herbisida ametrin 1 liter ha-1 dan penyiangan 4 minggu setelah tanam, (H6) Herbisida ametrin 1,5 liter ha-1 dan penyiangan 4 minggu setelah tanam, (H7) Herbisida ametrin 1 liter ha-1 dan penyiangan 8 minggu setelah tanam, (H8) Herbisida ametrin 1,5 liter ha-1 dan penyiangan 8 minggu setelah tanam, (H9) Herbisida ametrin 1 liter ha-1 dan penyiangan 4 dan 8 minggu setelah tanam dan (H10) Herbisida ametrin 1,5 liter ha-1 dan penyiangan 4 dan 8 minggu setelah tanam. Hasil dari penelitian ini pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida ametrin dengan kombinasi penyiangan 8 minggu setelah tanam mampu menekan pertumbuhan gulma dan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman tebu dibandingkan dengan perlakuan tanpa pengendalian gulma. Kata kunci: Tebu, Gulma, Herbisida, Penyiangan, Ametrin.
PENGARUH POSISI DAN WAKTU DEFOLIASI DAUN PADA PERTUMBUHAN, HASIL DAN MUTU BENIH JAGUNG (Zea mays L.) VAR. BISMA Taufik Adi Satriyo; Eko Widaryanto; Bambang Guritno
Produksi Tanaman Vol. 4 No. 4 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produksi jagung (Zea mays L.) mempunyai peranan yang penting dalam pengembang-an industri di Indonesia.  Komoditi jagung menjadi bahan baku industri pengolahan pangan dan industri pakan ternak. Pada umumnya petani melakukan defoliasi seluruh daun dan menyisakan satu daun di bawah tongkol dengan tidak memperhitung-kan umur tanaman. Padahal, penurunan translokasi asimilat pada tanaman dapat mengurangi pertumbuhan, hasil dan mutu benih, apabila defoliasi daun tidak mem-perhatikan posisi, jumlah dan waktu defoliasi daun yang tepat. Pada penelitian ini dilakukan defoliasi daun pada beberapa posisi daun dan waktu defoliasi untuk mengetahui kombinasi perlakuan yang tepat guna meningkatkan pertumbuhan hasil dan mutu benih jagung. Bahan yang digunakan adalah benih jagung varietas Bisma, kertas merang, insektisida dan pupuk. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2014 di UPT Pengembangan Benih Palawija, Singosari-Malang. Sedangkan metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komponen pertumbuhan dan hasil. Pada perlakuan defoliasi daun di atas dan bawah tongkol pada 77 HST atau perlakuan DAB 77 menunjukkan hasil berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan kontrol (D0). Perlakuan DAB 77 berpengaruh nyata pada akhir pengamatan 109 hari setelah tanam yang mampu meningkatkan berat kering total tanaman dari 343,3 g tan-1 menjadi 392,3 g tan-1 atau dapat meningkat-kan sebesar 12,49% dibandingkan D0. Pada hasil panen  perlakuan DAB 77 mampu meningkatkan 6,901 t ha-1 menjadi 8,898 t ha-1 pipilan kering atau dapat meningkatkan hasil panen sebesar 22,44% dibandingkan D0. Sementara viabilitas benih bertahan baik dengan lama pe-nyimpanan selama 3 bulan dengan kadar air benih 9-12%.
KOMPOSISI VEGETASI GULMA PADA TANAMAN TEBU KEPRASAN LAHAN KERING DI DATARAN RENDAH DAN TINGGI Akbar Saitama; Eko Widaryanto; Karuniawan Puji Wicaksono
Produksi Tanaman Vol. 4 No. 5 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persaingan gulma dalam memperebutkan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman pokok. Pengamatan untuk musim kemarau diamati pada 30, 45, dan 60 hari setelah kepras, dan musim hujan diamati pada 15, 30, dan 45 hari hujan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei kuadrat.  Petak tebu seluas 100 m2 pada setiap ketinggian yang telah dikepras dibiarkan tidak dirawat selama pengamatan. Hasil penilitan di jumpai 35 spesies gulma. Nilai SDR pada musim kemarau dataran tinggi 1,34-60,86 dan 2.91-100 pada setiap pengamatannya.  Pengamatan musim hujan menunjukan  pada lokasi dataran tinggi tebu yang dikepras kemarau nilai SDR berkisar antara 0,34-29,35 dan pada tebu keprasan musim kemarau dataran rendah pada lokasi dataran rendah  berkisar antara 2,02-29,20 dan dataran rendah berkisar 7,0-65,96. Pengamatan pada lahan tebu yang di kepras awal musim hujan di dataran tinggi  1,56-35,52. Nilai koefisien komunitas pada lokasi penelitian berkisar antara 1,4%-6,81%  yang berarti terdapat perbedaan diatas 75%. Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar 0,64-2,75. Indeks Dominansi (C) berkisar antara 0,10-0,69.