Eko Widaryanto
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Published : 38 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

PENGARUH BEBERAPA DOSIS KOMPOS DAN AZOLLA ( Azolla pinnata R. B ) SEGAR PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL 2 VARIETAS TANAMAN WORTEL ( Daucus carotta L. ) M. Syahrial Huda; Eko Widaryanto; Agung Nugroho
Produksi Tanaman Vol. 4 No. 6 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wortel termasuk jenis sayuran umbi yang bernilai ekonomis penting di dunia. Salah satu factor budidaya wortel adalah tanah yang tidak hanya sebagai media akar tanaman namun sebagai media tanaman dapat menyerap nutrisi, air dan oksigen. Salah satu peranan bahan organik adalah memperbaiki sifat fisik tanah. Azolla (Azolla pinnata) ialah tumbuhan paku air yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik untuk memperbaiki agregat tanah. Tujuan penelitian ini untuk dapat mengetahui pengaruh dosis kompos Azolla dan Azolla segar pada pertumbuhan dan hasil 2 varietas tanaman wortel (Daucus carotta L). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang diulang 3 kali sehingga didapat 10 kombinasi perlakuan yang terdiri dari V1P0 = tanpa kompos azolla pada varietas arnas, V1P1 = kompos azolla 2,5 ton ha-1 pada varietas arnas, V1P2 = kompos azolla 5 ton ha-1 pada varietas arnas, V1P3 = azolla segar 2,5 ton ha-1 pada varietas arnas, V1P4 = azolla segar 5 ton ha-1 pada varietas arnas, V2P0 = tanpa kompos azolla pada varietas Kuroda, V2P1 = kompos azolla 2,5 ton ha-1 pada varietas Kuroda, V2P2 = kompos azolla 5 ton ha-1 pada varietas Kuroda, V2P3 = azolla segar 2,5 ton ha-1 pada varietas Kuroda, V2P4 = azolla segar 5 ton ha-1 pada varietas Kuroda. Penelitian dilaksanakan di daerah Tumpang Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian azolla segar 5 ton ha-1 pada varietas kuroda berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dua varietas. Pada pengamatan panen per hektar perlakuan azolla segar 5 ton ha-1 pada varietas kuroda dapat menghasilkan umbi 34,09 ton ha-1 lebih tinggi dibandingkan perlakuan.
PENGARUH TINGKAT DEFOLIASI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) Afinta Jayanti; Sunaryo Sunaryo; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 4 No. 7 (2016)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produktivitas ubi jalar cukup tinggi dibandingkan dengan beras. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah defoliasi yang tepat pada tiga varietas ubi jalar terhadap pertumbuhan dan produktivitas ubi jalar. Penelitian  menggunakan  percobaan  Rancangan Acak  Kelompok, terdiri  2  faktor,  yaitu  varietas ubi jalar dan tingkat defoliasi. Varietas ubi jalar terdiri dari : Varietas Jago (V1), Varietas Beta (V2) dan Varietas Antin (V3). Tingkat defoliasi dengan 4 taraf yaitu : Tanpa defoliasi (D0), defoliasi menyisakan 1 sulur (D1), defoliasi menyisakan 2 sulur (D2) dan defoliasi menyisakan 3 sulur (D3). Parameter yang diamati meliputi jumlah daun, luas daun, panjang tanaman dan intersepsi cahaya. Komponen hasil meliputi panjang, jumlah, berat dan kadar pati umbi. Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila hasilnya nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. hasil penelitian dapat diketahui bahwa varietas ubi jalar tidak berpengaruh terhadap komponen hasil tetapi mempengaruhi parameter jumlah daun, panjang daun, luas daun  dan intersepsi cahaya. Tingkat defoliasi memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar meliputi parameter jumlah daun, panjang daun, intersepsi cahaya, berat umbi dan kadar pati umbi jalar. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan varietas ubi jalar dengan tingkat defoliasi terhadap komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Pada perbandingan perlakuan  menunjukkan perlakuan tingkat defoliasi menyisakan 2 sulur memiliki pertumbuhan dan hasil yang baik diantara perlakuan defoliasi lainnya. Berdasar hasil penelitian disarankan melakukan penelitian berlanjut tentang penentuan waktu defoliasi yang tepat untuk meningkatkan hasil panen.
KAJIAN JENIS DAN BAGIAN SULUR PADA PERTUMBUHAN STEK CABE JAMU (Piper retrofractum Vahl.) Arista Nurhuda; Nur Azizah; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produksi tanaman cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan potensi produksinya. Potensi produksi tanaman cabe jamu pada tahun 2012 sebesar 3,45 ton ha-1, sedangkan rata-rata produksi masih mencapai 0,47 ton ha-1 (Direktorat Jendral Perkebunan, 2013). Rata-rata produksi yang rendah dan kegiatan eks-plorasi yang dilakukan menjadikan komoditas ini memiliki peluang yang cukup bagus untuk dikembangkan di Indonesia. Kegiatan eksplorasi tanpa adanya budidaya secara intensif dapat mengakibatkan ke-punahan. Keberhasilan budidaya ditentukan oleh bahan tanam. Tanaman cabe jamu biasa diperbanyak dengan stek sulur, yaitu sulur panjat dan sulur tanah.  Bahan tanam yang digunakan, masing-masing memiliki keunggulan yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan awal tanaman. Penelitian bertujuan untuk (1) mem-bandingkan pertumbuhan stek tanaman cabe jamu yang berasal dari sulur panjat dan tanah serta bagian sulur yang berbeda dan (2) mendapatkan bahan tanam cabe jamu yang unggul (daya hidup tinggi dan cepat tumbuh). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2014, di Desa Banjarsari, Selorejo Blitar. Penelitian meng-gunakan rancangan acak kelompok (RAK), yang di-ulang 4 kali. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa bahan tanam yang di-gunakan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Stek  sulur tanah menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan stek sulur panjat yang ditunjukkan oleh persentase tanaman hidup,  jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar. Sulur tanah bagian tengah (STT) dan atas (STA) menunjukkan pertumbuhan paling cepat. Sulur tanah bagian tengah (STT) me-nunjukkan pertumbuhan lebih cepat pada persentase tanaman hidup. Sulur tanah bagian atas (STA) menunjukkan jumlah daun lebih banyak.
KOMPETISI GULMA KREMAH (Alternanthera sessilis) DENGAN TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleraceae var. botrytis L.) PADA BERBAGAI TINGKAT PEMUPUKAN NITROGEN Hadi Suwitnyo; Eko Widaryanto; Ninuk Herlina
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah yang sering muncul dalam kegiatan budidaya yaitu keberadaan gulma yang tumbuh di area tanaman budidaya. Salah satu gulma yang mendominasi di area tumbuh tanaman kubis bunga yaitu gulma kremah. Keberadaan gulma kremah di area tanaman kubis bunga dapat menyebabkan kompetisi nutrisi terutama unsur nitrogen. Peningkatan dosis pupuk nitrogen pada tanaman kubis bunga dapat dilakukan sebagai salah satu metode pengendalian gulma kremah yang hidup berdampingan dengan tanaman kubis bunga. Tujuan dari penelitian untuk mempelajari kemampuan bersaing tanaman kubis bunga dengan gulma kremah pada berbagai tingkat pemupukan nitrogen. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalimanis, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar dengan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan ulangan 3 kali. Faktor pertama populasi gulma dengan taraf K0 = 0 tumbuhan m-2, K45 = 45 tumbuhan m-2, K90 = 90 tumbuhan m-2 dan K135 = 135 tumbuhan m-2 faktor ke dua dosis pupuk niterogen dengan taraf N35 = 35 kg N ha-1 N70 = 70 kg N ha-1 dan N105 = 105 kg N ha-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi tanaman kubis bunga dan gulma kremah terjadi pada umur pengamatan 20 hst. Penambahan dosis pupuk nitrogen 35 kg N ha-1 hingga 105 kg N ha-1 mampu meningkatkan competitive ability tanaman kubis bunga sebesar 12,19 %. Pemupukan nitroegen yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga 105 kg N ha-1 dan populasi gulma kremah yang sesuai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga adalah 0 tumbuhan m-2 hingga 45 tumbuhan m-2.
PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA BERBAGAI TARAF PEMUPUKAN NITROGEN Reza Mahendra; Eko Widaryanto; Husni Thamrin Sebayang
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 4 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produksi kacang hijau di Indonesia perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan produktivitas kacang hijau nasional dapat dilakukan dengan pengendalian gulma serta pemupukan yang sesuai. Salah satu metode pengendalian gulma ialah dengan penyiangan dengan waktu yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu penyiangan gulma yang tepat, serta pengaruh perbedaan dosis pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di UPT Pengembangan Benih Palawija, Kec. Singosari, Kab. Malang pada bulan Februari-April 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak (RAK) sederhana dengan mengkombinasikan perlakuan pemberian dosis pupuk Nitrogen (N) yang terdiri dari dua taraf perlakuan : N1 (dosis 50 kg N ha-1) dan  N2 (dosis 100 kg N ha-1)  serta waktu penyiangan gulma (P) yang terdiri dari empat taraf perlakuan : P1 (penyiangan 10 HST), P2 (penyiangan 10 dan 20 HST) dan P3 (penyiangan 10, 20 30 HST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan taraf pemupukan nitrogen dari N1 (dosis 50 kg N ha-1 ) ke N2 (dosis 100 kg N ha-1) tidak memberikan pengaruh terhadap hasil per hektar tanaman kacang hijau, sedangkan waktu penyiangan gulma P3 (10, 20 dan 30 HST) memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil tanaman kacang hijau pada taraf pemupukan N2 (dosis 100 kg N ha-1) dibanding perlakuan waktu penyiangan P2 (10 dan 20 HST), P1 (10 HST), dan P0 (tanpa penyiangan).
RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.) PADA BERBAGAI JENIS MULSA TERHADAP TINGKAT PEMBERIAN AIR Harlianti Ratna Wulansari; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 8 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.) ialah komoditi sayuran berupa tongkol yang dikonsumsi dalam keadaan masih muda. Salah satu upaya dalam peningkatan produktivitas guna men-dukung program pengembang-an agribisnis jagung adalah penyedia-an air yang cukup untuk per-tumbuhan tanaman. Selain itu, mulsa juga berfungsi untuk meng-urangi evaporasi, me-nurunkan suhu tanah, me-nahan erosi permukaan tanah menambah sumber hara tanah dan menekan per-tumbuhan gulma. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ber-bagai jenis mulsa dan tingkat pemberian air serta kebutuhan air tanaman jagung manis terhadap pertumbuhan dan hasil yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai Agustus 2015 di Screen house STPP (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian) kampus 2, Tanjung, Malang. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Menggunakan jagung manis dengan varietas Talenta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis mulsa dan tingkat pemberian air terhadap per-tumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Pengaruh terhadap tanaman jagung manis akibat perlakuan tingkat pemberian air memberikan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman, luas daun, indeks luas daun, bobot kering total tanaman, panjang tongkol, bobot segar tongkol, dan diameter tongkol. Akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Sedangkan perlakuan jenis mulsa juga memberikan berbagai  pengaruh yang nyata pada luas daun, Indeks Luas Daun, bobot kering total tanaman, panjang tongkol, bobot segar tongkol, dan diameter tongkol. Hasil panen pada perlakuan MJK100 (Mulsa Jerami dengan 100% KL) adalah hasil yang paling tinggi sebesar 160 g tan-1 meningkat 50% dibandingkan dengan perlakuan MPK40 (Mulsa MPHP dengan 40% KL) yang mempunyai hasil 127 g tan-1.
PENGARUH UMUR BIBIT SINGLE BUD PLANTING PADA DOSIS PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) SEJAK UMUR 6 BULAN Pandhu Satrio Nugroho; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 10 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah bahan baku utama dalam produksi gula. Gula merupakan salah satu barang kebutuhan pokok yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, sehingga perlu adanya usaha dalam peningkatan produksi tanaman tebu sebagai bahan baku utamanya. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan kualitas bibit tanaman tebu dan pemupukan dengan dosis yang tepat. Usaha yang dapat di-lakukan untuk memangkas umur pembibitan adalah dengan pemberian dosis pupuk N yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh umur bibit dan pemupukan N terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tebu. Penelitian ini  di-laksanakan pada bulan Juli 2014 – Februari 2015, bertempat di Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Penelitian ini meng-gunakan bahan  bibit SBP varietas serta pupuk N (pupuk N yang digunakan yaitu pupuk Urea). Model rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang terdiri 2 faktor, yaitu umur aklimatisasi bibit SBP (U) dan dosis pupuk Nitrogen (N). Umur aklimatisasi bibit SBP terdiri dari 3 taraf, yaitu (U1) Umur 45 hari, (U2) Umur 60 hari dan (U3) Umur 75 hari. Dosis pupuk N terdiri dari 3 taraf, yaitu (N1) 120 kg N ha-1, (N2) 160 kg N ha-1, (N3) 200 kg N ha-1. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan umur bibit 60 hari dan pemupukan N 200 kg ha-1 dapat meningkat-kan produktifitas tanaman tebu dibanding-kan dengan perlakuan yang lain. Kombinasi perlakuan umur bibit 60 hari dan pemupukan N 200 kg ha-1 dapat meningkat-kan produkfitas sebesar 770,411 ku ha-1.
PENGARUH NAUNGAN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) Noviyanti Ambar Dewi; Eko Widaryanto; Y.B.Suwasono Heddy
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 11 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu sayuran unggulan yang bernilai ekonomi tinggi. Keterbatasan lahan, cuaca buruk, serangan hama dan penyakit, menyebabkan rendahnya produksi cabai rawit. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan dilakukan suatu perbaikan lingkungan hidup pada tanaman, dalam hal ini adalah tanaman cabai rawit, yaitu dengan memanipulasi lingkungan fisik dengan pembuatan naungan penutup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat naungan. Serta untuk mengetahui interaksi antara pengaruh naungan pada 3 varietas cabai rawit.  Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 – Mei 2015 di Desa Bermi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dengan tiga kali ulangan. Perlakuan yang akan digunakan dalam penelitian adalah perlakuan penggunaan tingkat naungan dan di uji pada tiga varietas cabai rawit. Perlakuan N0 (Tanpa naungan), N1 (Naungan 20%), N2 (Naungan 40%), N3 (Naungan 60%) sebagai petak utama, sedangkan tiga varietas cabai rawit sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tingkat naungan berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan yang mencakup tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan indeks klorofil, serta komponen hasil yang mencakup umur berbunga 50%, jumlah bunga, jumlah buah, fruit set, serta bobot buah. Sedangkan perlakuan macam varietas berpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan indeks klorofil pada 60 hst, serta komponen hasil. Interaksi hanya terjadi pada jumlah daun dan luas daun pada pengamatan 56 hst.
PENGARUH PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea) dan EM4 PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa) VARIETAS CIHERANG Rina Dwi Hastanti; Eko Widaryanto; Titin Sumarni
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 11 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produktivitas padi di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,152 t ha-1 menjadi 5,128 t ha-1 pada tahun 2014 (BPS,2014).  Salah satu masalah yang menjadi penyebab produktivitas padi belum optimal adalah kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk hijau orok-orok (Crotalaria juncea) dan EM 4 pada pertumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa) Varietas Ciherang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2015 di Desa Pendem, Batu. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana yang terdiri 5 perlakuan dan diulang 4 kali, sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Perlakuan tersebut meliputi : (P1) 100% Anorganik,( P2) 10 t ha-1 Orok-orok, (P3)  20 t ha-1 Orok-orok, (P4) 10 t ha-1 Orok-orok + EM 4, (P5) 20 t ha-1 Orok-orok + EM 4. Hasil penelitian menunjukan bahwa orok-orok 10 t ha-1 dan 20 t ha-1 mampu meningkatkan  jumlah anakan, indeks luas daun, jumlah malai serta jumlah bulir tanaman dibandingkan dengan perlakuan pupuk anorganik.10 t ha-1 orok-orok + EM 4 dan 20 t ha-1 Orok-orok + EM 4 menghasilkan jumlah anakan masing-masing, indeks luas daun, jumlah malai serta jumlah bulir lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa menggunakan EM 4. Orok-orok 10 t ha-1 dan 20 t ha-1 + EM 4 mampu menghasilkan gabah masing-masing sebesar 5,14 t ha -1 dan  5,24 t ha -1 serta meningkatkan hasil gabah lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa EM4.
PENGARUH DEFOLIASI DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS DETAM-1 dan GROBOGAN Asma Inaiyah; Y. B. Suwasono Heddy; Eko Widaryanto
Produksi Tanaman Vol. 5 No. 11 (2017)
Publisher : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kedelai merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai sangat populer dimasyarakat karena sebagai sumber bahan pangan protein nabati. Kenaikan kebutuhan kedelai tidak dapat diimbangi oleh jumlah produksi di dalam negeri yang hanya dapat memenuhi kebutuhan sebesar 30-40% sehingga pemerintah harus impor 60-70% (Sudaryanto and Swastika, 2007). Untuk menekan ketergantungan, pemerintah di-harapkan melaksanakan program agar mencapai swasembada kedelai. Penelitian dilaksanakan bulan Mei-Juli 2015 di pertanian Desa Pendem, Kec. Junrejo, Batu, yang terletak pada ± 560 meter dpl, dengan suhu rata-rata 230-300 C. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak  Kelompok  yang  terdiri  2  faktor,  yaitu  varietas kedelai  dan  persentase defoliasi daun. Varietas kedelai terdiri dari 2 taraf yaitu V1 = varietas Detam-1 dan V2 = varietas Grobogan. Persentase defoliasi daun dengan 4 taraf yaitu D0 = 0% Defoliasi (kontrol), D1 = 10% Defoliasi, D2 = 20% Defoliasi, dan D3 = 30% Defoliasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan varietas dengan defoliasi terhadap luas daun, indeks luas daun, dan bobot kering tanaman. Varietas Detam-1 lebih respon terhadap defoliasi daun dibandingkan varietas Grobogan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil parameter pengamatan bahwa varietas Detam-1 memiliki respon pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dibandingkan varietas Grobogan. Berdasarkan komponen hasil bahwa perlakuan defoliasi D1 (10%) dengan indeks luas daun sebesar 4,53 didapatkan hasil panen kedelai yang paling tinggi yaitu 2,15 t ha-1 diantara perlakuan defoliasi dan indeks luas daun lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan defoliasi D1 (10%) dapat meningkatkan hasil panen sebesar 26%.