Ping Astony Angmalisang
Universitas Sam Ratulangi

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTI BAKTERI DARI JAMUR SIMBION DARI TERIPANG (Holothuroidea sp.) YANG DIAMBIL DI PERAIRAN KELURAHAN MOLAS KECAMATAN BUNAKEN PROVINSI SULAWESI UTARA Epsan J. Mamangkey; Fitje Losung; Robert. A. Bara; Ping Astony Angmalisang; Natalie D.C. Rumampuk; Reiny Tumbol
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 2 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.2.2022.54991

Abstract

Sea cucumbers are one of the marine biotas which consist of high nutritional and protein content. One bioactive compound in sea cucumbers is triterpenoid with antifungal and anti -bacterial properties. This study aimed to obtain fungal symbionts derived from marine cucumbers from Molas Waters, North Sulawesi continued by extraction and testing their antibacterial property towards bacterial strains Escherichia coli and Staphylococcus aureus. The antibacterial activity test was carried out by using the Kirby-Bauer disc diffusion method. In the results, we found 3 species of sea cucumbers from Molas Waters, e. g. Holothuria atra, Bohadschia argus and Holothuria scabra. From these species, three isolates of fungal symbionts were isolated and tested for their antibacterial property. These three extracts array antibacterial activity against E. coli and S.aureus. The most potent antibacterial activity was found in the extract of fungal symbiont from H. atra with an average of 29.3 mm against E.coli and 28.0 mm against S.aureus. Keywords: Sea cucumber, antibacterial activity test, Escherichia coli ABSTRAK Teripang adalah salah satu biota yang memiliki kandungan gizi dan protein yang juga cukup tinggi dalam tubuh teripang Salah satu senyawa yang terkandung dalam teripang yaitu senyawa triterpenoid yang memiliki aktivitas sebagai anti jamur dan anti bakteri. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan isolat jamur dan ekstrak jamur yang bersimbiosis dengan teripang dan menguji aktivitas antibakteri terhadap strain Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar (disc diffusion Kirby-Bauer). Hasil penelitian didapatkan dari 3 jenis teripang dari Pantai Molas yaitu Holothuria atra, Bohadschia argus dan Holothuria scabra. Dari ketiga spesies teripang ini telah diisolasi tiga isolat jamur simbion untuk diuji aktivitas antibakterinya. Ketiga ekstrak jamur simbion asal teripang ini memiliki aktivitas antibakteri terhadap strain bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Aktivitas antibakteri yang paling kuat dari terdapat pada ekstrak jamur simbion asal Holothuria atra dengan rata-rata 29,3 mm terhadap bakteri Escherichia coli dan 28,0 mm terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Kata kunci : Teripang laut, Uji aktivitas antibakteri, Escherichia coli
UKURAN CANGKANG, PERKEMBANGAN GONAD, DAN ‘SURVIVAL’ ABALON Haliotis varia, DI PESISIR TIMUR LIKUPANG Agustein I. Gaghansa; Medy Ompi; Joice R.T.S.L Rimper; Ping Astony Angmalisang; Erly Y. Kaligis; Juliaan Ch. Watung
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 2 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.2.2022.54992

Abstract

Abalone is one of the invertebrates that live in coastal areas, where this area is a transitional area that has dynamic environmental conditions, which can affect the activities of biota that live on it. This study aims to determine the shell size, gonad maturity, and the survival of abalone, Haliotis varia, in the intertidal and subtidal zones. Five abalones were placed in a basket with a size of 25 X 20 X 10 cm with an opening cavity of 1 cm in diameter. This basket was placed on a concrete permanent in the intertidal and zubtidal zones. The results show that a pattern of increasing shell length of abalone in the intertidal zone from September- November with the average sizes of 0.14 cm/month occurred. The pattern of increasing shell length from September – November for abalone placed in the subtidal zone with the average shell length of 0.24 cm/month was obtained. Statistical test using 2-Way Analysis of Variance, by first testing the normality of the data, where time and location as the main factors were applied. The results show that shell size was not significantly affected by time (P>0.05) and location (P>0.05). The pattern of increasing gonad development for abalone placed in both intertidal and subtidal zones from September to October was obtained. A relative better survival abalone in the subtidal zone than in the intertidal zone occurred. Factors affecting shell size, gonad development, and survival abalone in the intertidal and subtidal are discussed. Key Words: Abalon, ukuran cangkang, gonad, survival, subtidal, dan intertidal. ABSTRAK Abalon adalah salah satu biota invertebrata yang hidup di wilayah pesisir, di mana daerah ini adalah sebagai daerah peralihan yang memiliki kondisi lingkungan yang dinamis, yang dapat mempengaruhi aktivitas biota yang hidup di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran cangkang, tingkat kematangan gonad, dan tingkat kehidupan abalone, Haliotis varia, di zona intertidal dan subtidal. Lima individu abalone diletakkan pada keranjang dengan ukuran 25 X 20 X 10 cm dengan ruang rongga bukaan berdiameter 1cm. Keranjang ini diletakkan pada permanen beton di zona intertidal dan zubtidal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu adanya pola pertambahan panjang cangkang abalon di zona intertidal dari bulan September- November dengan rata-rata pertambahan dalam penelitian ini adalah 0.14 cm/bulan. Pola pertambahan panjang cangkang nampak pula terjadi bagi abalon yang ditempatkan di zona subtidal dengan rata-rata pertambahan dalam penelitian ini adalah 0.24 cm/bulan. Uji statistik menggunakan Analisa Varians 2 Arah, dengan terlebih dahulu menguji kernormalan data, di mana waktu dan lokasi adalah sebagai faktor utama, diperoleh hasil bahwa ukuran cangkang tidak dipengaruhi oleh waktu (P>0.05), dan lokasi (P>0.05). Pola pertambahan tingkat kematangan gonad nampak bagi abalon yang ditempatkan di kedua zona baik intertidal dan subtidal dari bulan September sampai bulan Oktober. Tingkat kematangan gonad mengalami penurunan dari bulan Oktober sampai November, di mana penurunan tingkat kematangan gonad diindikasikan dengan pemijahan abalon dalam periode Oktober – November. Pola penurunan tingkat kehidupan abalon di zona intertidal dari 100% di bulan September, 60% di bulan Oktober, dan 40% di bulan November, dan di zona subtidal dari 100% di bulan September, 60% di bulan Oktober, dan 47% di bulan November. Abalon yang ditempatkan di zona subtidal nampak memilik tingkat kehidupan relativ lebih baik dibandingkan dengan abalon yang ditempatkan di zona intertidal dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran cangkang, tingkat kematangan gonad, dan tingkat kehidupan abalone di intertidal dan subtidal adalah menjadi fokus diskusi. Kata Kunci: Abalon, ukuran cangkang, gonad, survival, subtidal, dan intertidal.
AKUISISI DATA SURVEI PARAMETER TINGGI POHON DAN LUASAN VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN WAHANA UDARA NIR-AWAK (DRONE) Noviantika Rumengan; Ping Astony Angmalisang; Antonius P. Rumengan; Royke M. Rampengan; Hermanto W.K. Manengkey; Nurdin Jusuf
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol. 10 No. 2 (2022): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.10.2.2022.54993

Abstract

The image of an unmanned vehicle (Drone) is an image/photo obtained from an aerial survey using an unmanned aerial vehicle above the earth's surface at a low altitude and the resolution of the photo obtained is very detailed. The use of drones is a mapping solution for a high level of detail because drone images include high resolution images that can provide more detailed information about the mangrove ecosystem, including the height of mangrove trees and their area. The purpose of this study was to compare the area and height of mangrove trees using a drone with in- situ measurements. The method used is measuring tree height using in- situ data and drone data. Remote sensing survey research using drones can be concluded as a solution to acquire mangrove biophysical parameters. Especially the height and area of mangrove trees, measuring the height of mangroves using drones also needs to be studied more deeply in further research. Based on the results of the analysis carried out at this stage by comparing tree height data in DSM from aerial photographs and tree height data in the field, the difference is in the range of 0.21m to 1.95m, with an average of 0.78 meters. And the area is a fairly significant area with the data obtained. Keywords: Survey, drone, mapping, mangrove. ABSTRAK Citra wahana nir-awak (Drone) merupakan citra/foto yang diperoleh dari survei udara menggunakan pesawat nir-awak yang mengudara di atas permukaan bumi pada ketinggian yang rendah dan resolusi foto yang diperoleh sangat detail. Penggunaan drone menjadi solusi pemetaan untuk tingkat detail tinggi karena citra drone termasuk citra resolusi tinggi yang dapat memberikan informasi lebih detail mengenai ekosistem mangrove termasuk tinggi pohon mangrove dan luasannya. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan luasan dan tinggi pohon mangrove menggunakan wahana nir-awak (drone) dengan pengukuran in-situ. Metode yang digunakan pengukuran tinggi pohon menggunakan data in-situ dan data drone. Penelitian survei penginderaan jauh dengan menggunakan nir-awak (drone) dapat disimpulkan sebagai solusi untuk mengakuisisi parameter biofisik mangrove. Terutama tinggi dan luasan pohon mangrove, mengukur ketinggian mangrove menggunakan drone juga perlu dilakukan kajian lebih mendalam pada penelitian selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap ini dengan membandingkan data tinggi pohon pada DSM dari foto udara dan data tinggi pohon di lapangan memiliki selisih dengan kisaran 0.21m sampai dengan 1.95m, dengan rata- rata sebesar 0.78 meter. Dan luasannya merupakan luasan cukup siknifikan dengan data yang diperoleh. Kata kunci : Survey, drone, pemetaan, hutan bakau.