Abalone is one of the invertebrates that live in coastal areas, where this area is a transitional area that has dynamic environmental conditions, which can affect the activities of biota that live on it. This study aims to determine the shell size, gonad maturity, and the survival of abalone, Haliotis varia, in the intertidal and subtidal zones. Five abalones were placed in a basket with a size of 25 X 20 X 10 cm with an opening cavity of 1 cm in diameter. This basket was placed on a concrete permanent in the intertidal and zubtidal zones. The results show that a pattern of increasing shell length of abalone in the intertidal zone from September- November with the average sizes of 0.14 cm/month occurred. The pattern of increasing shell length from September – November for abalone placed in the subtidal zone with the average shell length of 0.24 cm/month was obtained. Statistical test using 2-Way Analysis of Variance, by first testing the normality of the data, where time and location as the main factors were applied. The results show that shell size was not significantly affected by time (P>0.05) and location (P>0.05). The pattern of increasing gonad development for abalone placed in both intertidal and subtidal zones from September to October was obtained. A relative better survival abalone in the subtidal zone than in the intertidal zone occurred. Factors affecting shell size, gonad development, and survival abalone in the intertidal and subtidal are discussed. Key Words: Abalon, ukuran cangkang, gonad, survival, subtidal, dan intertidal. ABSTRAK Abalon adalah salah satu biota invertebrata yang hidup di wilayah pesisir, di mana daerah ini adalah sebagai daerah peralihan yang memiliki kondisi lingkungan yang dinamis, yang dapat mempengaruhi aktivitas biota yang hidup di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran cangkang, tingkat kematangan gonad, dan tingkat kehidupan abalone, Haliotis varia, di zona intertidal dan subtidal. Lima individu abalone diletakkan pada keranjang dengan ukuran 25 X 20 X 10 cm dengan ruang rongga bukaan berdiameter 1cm. Keranjang ini diletakkan pada permanen beton di zona intertidal dan zubtidal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu adanya pola pertambahan panjang cangkang abalon di zona intertidal dari bulan September- November dengan rata-rata pertambahan dalam penelitian ini adalah 0.14 cm/bulan. Pola pertambahan panjang cangkang nampak pula terjadi bagi abalon yang ditempatkan di zona subtidal dengan rata-rata pertambahan dalam penelitian ini adalah 0.24 cm/bulan. Uji statistik menggunakan Analisa Varians 2 Arah, dengan terlebih dahulu menguji kernormalan data, di mana waktu dan lokasi adalah sebagai faktor utama, diperoleh hasil bahwa ukuran cangkang tidak dipengaruhi oleh waktu (P>0.05), dan lokasi (P>0.05). Pola pertambahan tingkat kematangan gonad nampak bagi abalon yang ditempatkan di kedua zona baik intertidal dan subtidal dari bulan September sampai bulan Oktober. Tingkat kematangan gonad mengalami penurunan dari bulan Oktober sampai November, di mana penurunan tingkat kematangan gonad diindikasikan dengan pemijahan abalon dalam periode Oktober – November. Pola penurunan tingkat kehidupan abalon di zona intertidal dari 100% di bulan September, 60% di bulan Oktober, dan 40% di bulan November, dan di zona subtidal dari 100% di bulan September, 60% di bulan Oktober, dan 47% di bulan November. Abalon yang ditempatkan di zona subtidal nampak memilik tingkat kehidupan relativ lebih baik dibandingkan dengan abalon yang ditempatkan di zona intertidal dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran cangkang, tingkat kematangan gonad, dan tingkat kehidupan abalone di intertidal dan subtidal adalah menjadi fokus diskusi. Kata Kunci: Abalon, ukuran cangkang, gonad, survival, subtidal, dan intertidal.