Selat Larantuka merupakan salah satu selat sempit yang menghubungkan antara Laut Flores dan Laut Sawu. Perpindahan masa air dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia, yang disebabkan oleh perbedaan ketinggian air laut berakibat arus dari Samudera Pasifik melintasi Selat Makasar menuju selatan, kemudian terbagi melewati selat-selat yang lebih kecil di perairan Bali hingga Nusa Tenggara Timur. Pola arus tersebut dipengaruhi keadaan perairan setempat yang dilewatinya, sehingga arus memiliki karakteristik yang unik pada masing-masing tempat. Selat Larantuka yang terhubung dengan Laut Sawu dimana Laut Sawu berhubungan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga fenomena oseanografi mempengaruhi karakter arus di Selat Larantuka diantaranya adalah pasang surut dan internal wave yang terbentuk karena interaksi antara arus laut dalam yang berasal dari Samudera Hindia menuju Laut Flores melalui Laut Sawu dan Selat Larantuka . Arus pasut memiliki komponen harmonik seperti gaya pembangkitnya, namun terdapat perbedaan pada frekuensi dan fasa yang terbentuk. Komponen harmonik pasut dan arus pasut merupakan salah satu indikator dalam penentuan karakteristik suatu perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh besaran komponen harmonik yang diturunkan dari arus di Selat Larantuka berdasarkan data survei Hidro Oseanografi Pushidrosal tahun 2019. Berdasarkan analisis harmonik pada studi ini diketahui bahwa karakteristik arus di Selat Larantuka dipengaruhi komponen harmonik signifikan akibat pengaruh gerakan bulan antara lain M4 kecepatan 0.04 m/detik fase 125,24º dan M8 kecepatan 0,05 m/detik fase 293,61° sedangkan yang dipengaruhi interaksi antara gaya gravitasi bulan dan matahari di perairan dangkal adalah MS4 dengan kecepatan 0,035 meter/detik fase 176,05 °.