Jaeng, Maxinus
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PERSEORANGAN DAN KELOMPOK KECIL (PPKK) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN DI KELAS VII B7 SMP NEGERI 14 PALU Yuniarti, Yuniarti; Jaeng, Maxinus; Sudarman, Sudarman
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerapan model Pembelajaran Perseorangan dan Kelompok Kecil (PPKK) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan pecahan di kelas VII B7 SMP Negeri 14 Palu. Rancangan penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII B7 SMP Negeri 14 Palu sebanyak 27 orang serta informan yang dipilih pada penelitian ini sebanyak 3 orang dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Data penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, hasil wawancara, catatan lapangan, dan hasil tes akhir tindakan siklus I dan II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran perseorangan dan kelompok kecil (PPKK) dapat meningkatkan hasil belajar yang tahapannya yaitu : 1) pembukaan/pengantar, 2) informasi demonstrasi dan aktivitas perseorangan, 3) informasi dan aktivitas kelompok, 4) kuis evaluasi, 5) penutup.Kata Kunci : Model PPKK, hasil belajar, penjumlahan dan pengurangan pecahan
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN MATEMATIKA Jaeng, Maxinus
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Pendidikan manusia Indonesi harus terarah ke tujuan tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Negara Republik Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Karakter yang dimunculkan dalam proses pendidikan formal di Sekolah memuat 18 nilai karakter dirumuskan oleh Kememendiknas yang mengarah ke pembentukan anak yang cerdas. Pendidik di Sekolah harus mendidik peserta didik menjadi anak cerdas. Anak cerdas tentu pintar, tetapi anak pintar belun tentu cerdas. Cerdas berhubungan dengan karakter yang selalu berbuat kebaikan. Kenyataannya, orang yang sering berbuat kejahatan (pencuri/koropsi, narkoba) merupakan orang-orang pintar. Matematika mempunyai karakteristik atau ciri khusus sebagai ilmu yang pentig dalam pendidikan nilai, sebagai landasan pendidikan karakter yaitu (1) matematika disusun secra deduktif-aksiomatik (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan, (3) anti Kontradiksi, (4) matematika memiliki banyak analogi, (5) matematika dapat sendiri dan membantu bidang lain, (6) matematika memiliki objek abstrak, dan (7) matematika memiliki semesta pembicaraan. Ilmu pengetahuan dan kepastian sebagai hasil kajian keingintahuan ketidakpastian dan keraguan yang tidak disertai nilai kemanusiaan dengan semangat cinta kasih akan menghancurkan dunia. Dengan berpegang pada karakteristik matematika yang merupakan ciri matematika, kita melaksanakan nilai-nilai kehidupan dengan: (1) berfikir deduktif dari kebenaran pangkal berdasarkan ajaran agama yang dianut, dan berlandaskan pancasila sebagai dasar Negara dan juga sebagai landasan fiosofi pendidikan (matematika) di Indonesia. (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan yang disepakati bersama sebagai norma aturan yang harus ditaati dan dijalankan dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. (3) pemahaman yang anti kontaradiksi yang dapat diterima oleh semua pihak, yang tidak mengorbankan diri sendiri, terutama jangan mengorbankan orang lain. (4) analogi-analogi yang serupa dapat ditiru, tetapi tidak merusak atau mengorbankan aturan dan norma kehidupan dan masyarakat lokal. (5) berkarya sendiri dan membantu bidang lain. Pada dasarnya manusia hidup selalu berada dalam dua situasi yaitu dalam situasi sendiri yang tidak mau diganggu oleh orang lain, dalam situasi pribadi sebagai makhluk individu, dan dalam situasi bersama dengan orang lain sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupan tentu saling membutuhkan. (6) menetapkan semesta pembicaraan yang menunjukkan adanya lingkup pembicaraan, lingkup kajian, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, karena sering terjadi ada campur tangan seseorang tertentu dalam wilayah orang lain yang tidak dalam lingkungannya dan tidak tahu permasalahannya, mencamprui pembicaraan orang lain, tetapi tidak tahu arah pembicaraan, karena masuk pada semesta pembicaraan orang lain.Kata kunci. Karakter, cerdass, karakteristik matematika.
PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MEMBANGUN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KONSEP LUAS DAERAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI DI KELAS VII SMP NEGERI 6 BANAWA Stela, Stela; Jaeng, Maxinus; Sukayasa, Sukayasa
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4, No 2 (2015)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan pendekatan scientific yang dapat membangun pemahaman siswa pada konsep luas daerah persegi panjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 6 Banawa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yakni perencanaan, tindakan dan observasi, serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan scientific dapat membangun pemahaman siswa tentang konsep luas daerah persegi panjang dan persegi di kelas VII SMP Negeri 6 Banawa mengikuti langkah-langkah yaitu (1) mengamati, siswa mengamati gambar, peristiwa maupun benda sekitar yang membentuk model bangun datar persegi panjang dan persegi. (2) menanya, peneliti dan siswa melakukan tanya jawab terkait hal yang diamati. (3) menalar, siswa mengolah data yang diperoleh dari kegiatan menanya untuk memperoleh kesimpulan. (4) mencoba, siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dan mengerjakan tes individu. (5)  mengkomunikasikan, siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.Kata Kunci : Pendekatan scientific, Membangun Pemahaman, Konsep Luas Daerah Persegi Panjang dan Persegi.
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 16 PALU Rachman, Romiandi Irwan; Ismaimuza, Dasa; Jaeng, Maxinus
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran Quantum Teaching  yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMPN 16 Palu. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek  penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 16 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 37 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: (1) tumbuhkan, pada fase ini peneliti memberikan motivasi belajar mengenai tujuan dan manfaat mempelajari SPLDV dengan  menggunakan bahan tayang, peneliti menampilkan foto toko Alat Tulis Kantor (ATK) dan toko buah yang berkaitan dengan penggunaan SPLDV dalam kehidupan sehari-hari, (2) alami, pada fase ini peneliti menjelaskan inti-inti materi yang dipelajari, (3) namai, pada fase ini peneliti menempatkan siswa ke dalam 8 kelompok belajar dan memutar instrumen musik serta menampilkan video simulasi terkait materi SPLDV, (4) demonstrasikan, pada fase ini peneliti memberikan kesempatan pada 1-2 kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, (5) ulangi, pada fase ini siswa menyampaikan cara-cara yang dapat digunakan dalam menentukan himpunan penyelesaian dari SPLDV dan (6) rayakan, pada fase ini peneliti memberikan penghargaan berupa tepuk tangan, pujian dan hadiah berupa kado sebagai penghargaan atas usaha bersama. Kata kunci: Quantum teaching, hasil belajar, sistem persamaan linear dua variabel.
PROFIL TEKNIK GURU MENGAJARKAN SIFAT-SIFAT KUBUS, BALOK, TABUNG, DAN BOLA PADA SISWA KELAS IV TUNANETRA DI SDLB ABCD MUHAMMADIYAH PALU Risaldi, Luppi; Jaeng, Maxinus; Bennu, Sudarman
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang profil teknik guru mengajarkan  sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan  bola pada siswa kelas IV tunanetra di SDLB ABCD Muhammadiyah Palu. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan  pendekatan deskriptif  kualitatif. Untuk  memperoleh  hasil penelitian, digunakan empat teknik pengumpulan data, yaitu  rekaman video, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam  mengajarkan  sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan bola, guru menerapkan tiga teknik pembelajaran yang terdiri dari; (1) teknik analogi, yaitu guru mengajarkan sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan bola dengan  menggunakan alat  peraga berupa model bangun ruang dari masing-masing bangun ruang  yang akan diajarkan. Guru mengajarkan titik sudut kubus dan balok dengan  menganalogikan  titik sudut sebagai bentuk yang runcing dan rusuk sebagai garis. (2) teknik aturan, yaitu terlebih dahulu guru menyampaikan sifat-sifat kubus, balok, tabung, dan bola, kemudian diucapkan  kembali oleh siswa sesuai dengan  yang  telah disampaikan oleh guru. (3) teknik keterlibatan, yaitu guru melibatkan semua siswa untuk ikut meraba alat peraga dari masing-masing bangun ruang yang diajarkan, dan ikut membilang banyak titik sudut, sisi, dan rusuk pada alat peraga kubus dan balok.Kata kunci: profil, tunanetra, sifat-sifat kubus, balok, tabung, bola.
PENDIDIKAN NILAI DALAM MATEMATIKA Jaeng, Maxinus
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Matematika mempunyai karakteristik atau cirri khusus matematika sebagai ilmu yang penting dalam pendidikan nilai, yaitu (1) matematika disusun secra deduktif-aksiomatik (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan, (3) anti Kontradiksi, (4) matematika memiliki banyak analogi, (5) matematika dapat sendiri dan membantu bidang lain, (6) matematika memiliki objek abstrak, dan (7) matematika memiliki semesta pembicaraan. Ilmu pengetahuan dan kepastian sebagai hasil kajian keingintahuan ketidakpastian dan keraguan yang tidak disertai nilai kemanusiaan dengan semangat cinta kasih akan menghancurkan dunia. Dengan berpegang pada karakteristik matematika yang merupakan ciri matematika, kita melaksanakan nilai-nilai kehidupan dengan: (1) berfikir deduktif dari kebenaran pangkal berdasarkan ajaran agama yang dianut, dan berlandaskan pancasila sebagai dasar Negara. (2) dijiwai oleh kesepakatan-kesepakatan yang disepakati bersama sebagai norma aturan yang harus ditaati dan dijalankan dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. (3) pemahaman yang anti kontaradiksi yang dapat diterima oleh semua pihak, yang tidak mengorbankan diri sendiri, terutama jangan mengorbankan orang lain. (4) analogi-analogi yang serupa dapat ditiru, tetapi tidak merusak atau mengorbankan aturan dan norma kehidupan dan masyarakat lokal. (5) berkarya sendiri dan membantu bidang lain, karena pada dasarnya manusia hidup selalu berada dalam dua situasi yaitu dalam situasi sendiri yang tidak mau diganggu oelh orang lain, dalam situasi pribadi sebagai makhluk individu, dan dalam situasi bersama dengan orang lain sebagai makhluk social yang dalam kehidupan tentu saling membuthkan. (6) menetapkan semesta pembicaraan yang menunjukkan adanya lingkup pembicaraan, lingkup kajian, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman, karena sering terjadi ada campur tangan seseorang tertentu dalam wilayah orang lain yang tidak dalam lingkungannya dan tidak tahu permasalahannya.  Kata kunci. Deduktif aksiomatik, kesepakatan-kesepakatan, anti kontradiksi, semesta pembicaraan.
PROFIL PEMECAHAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL SISWA SMAN 1 SINDUE DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL Smita, Adryana; Jaeng, Maxinus; Sudarman, Sudarman
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil pemecahan masalah sistem persamaan linier dua variabel siswa SMAN 1 Sindue ditinjau dari kecerdasan emosional tinggi, kecerdasan emosional sedang, dan kecerdasan emosional rendah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitiaan ini diperoleh dengan tes kecerdasan emosional. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang siswa yang diambil dari kelas X masing-masing siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi (SEQT), siswa yang memiliki kecerdasan emosional sedang (SEQS), dan siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah (SEQR). Hasil penelitian ini adalah (1) SEQT memahami masalah dengan hanya sekali baca dengan suara pelan, memiliki kepercayaan diri tinggi dan tenang dalam menyusun rencana pemecahan masalah, tampak serius tidak terburu-buru dalam menyelesaikan masalah dengan waktu yang relatif singkat, cenderung diam dan teliti memeriksa kembali penyelesaian masalah; (2) SEQS memahami masalah dengan membaca masalah secara berulang sebanyak tiga kali dengan suara pelan, agak ragu dalam merencanakan pemecahan masalah, tampak kurang tenang, seringkali bertanya dan waktu menyelesaikan masalah agak lama, dan selalu bertanya untuk membuktikan kebenaran jawaban yang diperolehnya; (3) SEQR memahami masalah dengan membaca masalah secara berulang dengan suara keras, cenderung egois dan sulit menerima kesalahan sendiri, tampak kurang tenang, seringkali bertanya dan waktu menyelesaikan masalah agak lama, tampak gelisah seringkali bertanya memastikan kebenaran jawabannya.  Kata Kunci: profil, pemecahan masalah, sistem persamaan linier dua veriabel (SPLDV), kecerdasan emosional.
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VIIB SMP NEGERI 1 BANAWA Warli, Dwi; Jaeng, Maxinus; Lefrida, Rita
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan Contextual Teaching and Learning  untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perbandingan di kelas VIIB SMP Negeri 1 Banawa. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan desainnya menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart, dengan tahapannya yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjeknya adalah seluruh siswa kelas VIIB yang berjumlah 28 orang siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data  dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP  Negeri 1 Banawa pada materi perbandingan, dengan memuat tujuh komponen yaitu: 1) konstruktivis, 2) bertanya, 3) menemukan, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi, dan 7) penilaian autentik.Kata Kunci: Contextual teaching and learning,  hasil belajar, perbandingan.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN STRATEGI POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PERSEGI PANJANG DI KELAS VII I SMP NEGERI 3 PALU Hermawati, Hermawati; Jaeng, Maxinus; Linawati, Linawati
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 7, No 2 (2018): AKSIOMA September 2018
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deksripsi penerapan model pembelajaran langsung dengan strategi Polya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita persegi panjang di kelas VII I SMP Negeri 3 Palu. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII I SMP Negeri 3 Palu yang berjumlah 40 orang dan dipilih 3 orang siswa sebagai informan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain penelitian yang mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklusnya melalui tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil persentase ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 81,08%, dan mengalami peningkatan pada siklus II, dengan persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 88,57%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa menerapkan model pembelajaran langsung dengan strategi Polya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita persegi panjang di kelas VII I SMP Negeri 3 Palu melalui tahap-tahap yaitu: 1) menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, guru membuka pembelajaran, mempersiapkan siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi dan mengecek pengetahuan awal siswa; 2) presentasi dan demontrasi, guru menyajikan contoh soal cerita persegi panjang dan menjelaskan penyelesaianya menggunakan strategi Polya; 3) membimbing pelatihan, siswa menyelesaikan soal cerita persegi panjang dengan menggunakan strategi Polya yaitu memahami masalah, membuat perencanaan, melaksanakan perencanaan dan melihat kembali pada solusi yang lengkap; 4) mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik, guru mengajak siswa mendiskusikan jawaban yang diperoleh dan memberikan umpan balik; dan 5) memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan, siswa menyelesaikan soal latihan mandiri.             Kata Kunci: Model pembelajaran langsung, hasil belajar siswa, persegi panjang. 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 6 PALU PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL Saselah, Novita; Jaeng, Maxinus; Sugita, Gandung
AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing yang meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Palu pada materi pertidaksamaan linear satu variabel. Subjek penelitian ini sebanyak 3 orang siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yakni (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi.  Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran, dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, wawancara, catatan lapangan, serta data hasil tes awal dan data hasil tes akhir tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing, hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Negeri 6 Palu pada materi pertidaksamaan linear satu variabel meningkat sesuai kriteria keberhasilan tindakan, dengan enam tahap sebagai berikut: 1) stimulasi dimana siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya agar timbul keinginan mencari untuk menyelidiki sendiri. 2) perumusan masalah yang sesuai dengan bahan pelajaran.  3) pengumpulan data  sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis. 4) pemrosesan data dimana siswa mengolah data atau informasi yang diperolehnya sendiri. 5) verifikasi atau pemeriksaan kembali secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif. 6) generalisasi atau penarikan kesimpulan. Persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 58,6% sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 82,7%. Kata Kunci: model pembelajaran penemuan terbimbing, hasil belajar, pertidaksamaan linear satu variabel