Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search
Journal : Jurnal Teknik ITS

Identifikasi Daerah Kawasan Rentan Tanah Longsor Dalam KSN Gunung Merapi di Kabupaten Sleman Novia Destriani; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.069 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3772

Abstract

Meningkatnya potensi bencana tanah longsor dalam Kawasan Strategis Nasional Gunung Merapi Kabupaten Sleman diakibatkan oleh hasil erupsi Gunung Merapi, curah hujan, dan erosi sungai. Hal ini menyebabkan kerugian material, korban jiwa, kerusakan infrastruktur, sektor sosial, sektor ekonomi dan mengakibatkan lahan-lahan produktif (pertanian dan hutan lindung) mengalami penurunan daya dukung (carrying capacity) termasuk beberapa kawasan permukiman, pariwisata, budidaya dan lindung yang ditetapkan pemerintah daerah sebagai kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi. Adapun metode penelitiannya yaitu mengidentifikasi kawasan rawan tanah longsor berdasarkan tingkat kerentanan masyarakatnya. Prosesnya dengan dua tahapan analisa yaitu menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan longsor dengan analisa deskriptif yang kemudian dibobotkan dengan analisis AHP dan perhitungan stakeholder. Selanjutnya dianalisa dengan weighted overlay yang menghasilkan zonasi tingkat kerentanan masyarakat dengan zona sangat rentan yaitu Kecamatan Kalasan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah diperolehnya zona tingkat kerentanan kawasan terhadap tanah longsor dari zona sangat rentan-zona tidak rentan. Zona sangat rentan ini diperoleh dari masing-masing faktor kerentanan yang dioverlay sehingga menghasilkan zona sangat rentan untuk setiap kerentanan (lingkungan, fisik, sosial, dan ekonomi).Pada kerentanan lingkungan zona sangat rentan berada di Kecamatan Cangkringan dengan luas kerentanan mencapai 4.799 ha, untukkerentanan fisik zona sangat rentannya berada di Kecamatan Kalasan dengan luas kerentanan mencapai 3.584 ha, sedangkan untuk kerentanan sosial dengan zona sangat rentan berada di Kecamatan Kalasan dengan luas kerentanan mencapai 3.584 ha, dankerentanan ekonomi zona sangat rentannya berada di Kecamatan Cangkringan dengan luas kerentanan mencapai 4.799 ha. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa zona sangat rentan pada overlay masing-masing kerentanan berada di Kecamatan Kalasan dengan luas area kerentanan mencapai 26,76 km2 dari total wilayah penelitian 274,1125 km2.
Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi Mohammad Emil Widya Pradana; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.161 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3923

Abstract

Indonesia saat ini sedang mengalami penurunan kemandirian pangan. Kabupaten Banyuwangi yang merupakan salah satu lumbung pangan nasional mengalami penurunan produksi pangan terbesar, yaitu sekitar 13% pada tahun 2010-2011. Penurunan produksi ini diindikasikan karena adanya penurunan luas lahan pertanian pangan akibat konversi, dimana pada periode yang sama terjadi konversi lahan pertanian sebesar 1400 Ha. Melihat kondisi ini maka dibutuhkan upaya pengendalian konversi lahan pertanian pangan. Kecamatan Wongsorejo merupakan salah satu kawasan pertanian Kabupaten Banyuwangi dengan konversi lahan pertanian pangan tertinggi, dengan demikian Kecamatan Wongsorejo menjadi lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan preferensi/pola sikap petani pemilik lahan karena peran mereka sebagai penentu keputusan dalam melakukan konversi. Adapun alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis korelasi, analisis cluster, dan analisis deskriptif kualitatif. Dari hasil analisis didapat enam variabel yang mempengaruhi preferensi petani dalam mengkonversi lahannya, yaitu: (1) produksi; (2) harga jual komoditas; (3) biaya irigasi; (4) biaya input; keempat variabel ini adalah variabel yang cenderung menghambat konversi. Variabel lainnya adalah (5) pendapatan sektor non tani; dan (6) perbedaan harga sewa lahan dengan pendapatan tani; dimana kedua variabel ini adalah variabel pendorong konversi. Didapat dua kelompok kelurahan, yaitu kelurahan dengan opportunity cost usaha tani yang tinggi (nilai variabel pendorong konversi lebih besar daripada variabel penghambat konversi) dan kelurahan dengan opportunity cost usaha tani yang rendah (nilai variabel pendorong konversi lebih kecil daripada variabel penghambat konversi). Arahan pengendalian yang dihasilkan untuk kelompok opportunity cost tinggi adalah percepatan pendapatan usaha tani dan pengendalian pemanfaatan lahan, sedangkan untuk kelompok dengan opportunity cost rendah adalah pengawasan pemanfaatan lahan dan menjaga keberlanjutan usaha tani.
Identifikasi Faktor-Faktor Kerentanan Terhadap Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru Rosmayani Noor Latifah; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.852 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3930

Abstract

Fenomena bencana kebakaran hutan dan lahan beserta dampak yang telah ditimbulkan di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan mengindikasi kurangnya kewaspadaan dan kesiapan menghadapi ancaman bahaya kebakaran hutan dan lahan berpengaruh terhadap meningkatnya kerentanan akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan dengan dampak yang lebih besar dan luas. Kerentanan merupakan suatu kondisi masyarakat yang tidak dapat menyesuaikan perubahan yang disebabkan oleh ancaman tertentu, oleh karena itu perlunya suatu identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan. Dalam mencapai tujuan penelitian, dilakukan analisa terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan (vulnerability) menggunakan analisa skala likert, uji validitas dan reliabilitas dan analisa deskriptif untuk mendapatkan faktor-faktor kerentanan yang berpengaruh terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan. Dari penelitian ini didapatkan identifikasi faktor kerentanan yang mempengaruhi bencana kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.
Penentuan Alternatif Lokasi Industri Pengolahan Sorgum di Kabupaten Lamongan Nanda Gayuk Candy; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.267 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.3932

Abstract

Seiring dengan perkembangan wilayah dan penduduk yang sangat pesat, maka dibutuhkan sebuah perubahan struktur ekonomi dari sektor primer menuju sektor sekunder. Sektor sekunder atau industri ini juga perlu dikembangkan di Kabupaten Lamongan. Mengingat produksi Sorgum sebagai salah satu produksi pertanian ketiga terbesar di Kabupaten Lamongan sehingga industri pengolahan Sorgum sangat berpotensi untuk dikembangkan di wilayah ini. permasalahan yang ada di wilayah studi ini adalah perekonomian petani sorgum tidak meningkat walaupun potensi sorgum di Lamongan besar maka perlu adanya pembangunan industri pengolahan sorgum untuk meningkatkan perekonomian petani sorgum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alternatif lokasi industri pengolahan Sorgum di Kabupaten Lamongan. Studi ini menentukan lokasi industri pengolahan Sorgum yang sesuai dan layak berdasarkan kriteria-kriteria penentuan lokasi industri pengolahan Sorgum. Alat analisis LQ digunakan untuk mengidentifikasi kecamatan basis Sorgum sehingga nantinya didapatkan beberapa kecamatan yang memiliki LQ Sorgum ≥ 1. Alat analisis deskriptif dengan metode komparatif untuk menilai kontinuitas komoditas sehingga nantinya didapatkan beberapa kecamatan yang memiliki beberapa kontinuitas. Alat analisis AHP untuk mendapatkan bobot faktor dan sub-faktor dan alat analisis Weighted Overlay pada ArcGIS 10.1 untuk mengidentifikasi lokasi industri pengolahan tanaman Sorgum yang sesuai. Hasil dari penelitian ini adalah kecamatan yang berpotensi untuk lokasi industri pengolahan Sorgum di Kabupaten Lamongan. Akhirnya didapatkan 4 kecamatan yang layak untuk dijadikan alternatif lokasi industry pengolahan sorgum di Kabupaten Lamongan.
Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo – Kab. Banyuwangi Nyimas Martha Olfiana; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 3 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (468.987 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i3.5128

Abstract

Pertanian jeruk siam di Kecamatan Bangorejo berpotensi untuk dikembangkan, dilihat dari kontribusi tinggi terhadap PDRB pertanian sebesar 16,19%, namun potensi ini belum mampu meningkatkan ekonomi lokal masyarakat petani jeruk siam yang dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat masih rendah dan tingginya angka kemiskinan. Tujuan penelitian yaitu merumuskan arahan peningkatan ekonomi masyarakat jeruk siam di Kecamatan Bangorejo berdasarkan perspektif petani, dengan tahapan menentukan faktor yang berpengaruh dengan diawali teknik analisa skala Guttman untuk memperoleh variabel berpengaruh, kemudian dideskriptifkan sehingga diperoleh faktor yang berpengaruh. Tahap selanjutnya dilakukan analisa deskrptif untuk mengetahui kinerja dari faktor berpengaruh. Pada tahap akhir, dilakukan perumusan arahan dengan teknik analisa deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan analisa Guttman diperoleh 14 variabel berpengaruh, kemudian dideskriptifkan menjadi 11 faktor yang berpengaruh. Kemudian dari faktor-faktor tersebut, dilakukan analisa kinerja dari faktor berpengaruh dan diperoleh 4  faktor dengan kategori “tidak baik”yaitu : a)Dukungan pemerintah dan pihak swasta terhadap program peningkatan ekonomi masyrakat petani jeruk siam b)Pemerataan luas kepemilikan lahan garapan petani jeruk siam c)Ketersediaan petugas penyuluh lapangan (PPL) sebagai fasilitator dialog diantara stakeholders d)Ketersediaan lembaga permodalan dalam memberikan kredit usaha. Sehingga dari hasil kinerja tersebut, arahan peningkatan ekonomi masyarakat petani jeruk siam di Kecamatan Bangorejo disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhinya
Identifikasi Kawasan Rentan Terhadap Abrasi di Pesisir Kabupaten Tuban Veranita Hadyanti Utami; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.749 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.4340

Abstract

Pada tahun 1993 hingga 2009,  3,6 juta m2 wilayah pesisir Kabupaten Tuban hilang akibat abrasi. Adanya abrasi tersebut menjadi faktor yang menghambat pembangunan dan pengembangan kawasan ekonomi di pesisir Kabupaten Tuban. Kawasan pesisir Kabupaten Tuban dalam berbagai rencana tata ruang direncanakan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kawasan rentan terhadap abrasi di pesisir Kabupaten Tuban. Penelitian ini menggunakan metode AHP untuk menentukan bobot faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan akan abrasi dan analisa Weighted Overlay untuk menentukan zona kerentanan kawasan. Dari hasil analisa, didapat hasil bahwa terdapat dua zona kerentanan, yaitu zona kerentanan rendah dan kerentanan sedang. Zona kerentanan rendah berada pada Desa Karangagung, Glodok, Leren Kulon, Kradenan, Gesikharjo, Tasikmadu, Panyuran, Beji, Kaliuntu, Wadung, Mentoso, Remen, Tambakboyo, Pabean, Gadon, Bancar, dan Sukolilo. Sedangkan zona kerentanan sedang berada pada Desa Palang, Sugihwaras, Jenu, Tasikharjo, dan Socorejo. Faktor kerentanan yang paling mempengaruhi kerentanan di pesisir Kabupaten Tuban adalah faktor fisik
Identifikasi Sebaran Daerah Rawan Bahaya Kekeringan Meteorologi di Kabupaten Lamongan Fery Irfan Nurrahman; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.577 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i2.4350

Abstract

Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang termasuk kedalam kategori daerah yang rawan bahaya kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah mencatat bahwa telah terjadi kerusahakan lahan, gagal panen, dan kekurangan air akibat dari kekeringan di Kabupaten Lamongan. Manajemen resiko suatu bencana merupakan salah satu upaya pendekatan yang bersifat non struktural yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampak bencana. Setidaknya terdapat dua komponen utama didalam melakukan penilaian terhadap resiko bencana, yaitu melakukan penilaian bahaya dan melakukan penilaian terhadap kerentanan. Didalam tahap awal perlu dilakukan pembatasan daerah terdampak bahaya kekeringan. Oleh karenanya diperlukan penelitian yang berusaha untuk memberikan informasi awal mengenai sebaran daerah yang teridentifikasi memiliki bahaya kekeringan. Terdapat tiga tahapan analisa pada penelitian ini. Pertama mengidentifikasi pos curah hujan pada wilayah studi. Kedua dilakukan analisa curah hujan untuk mendapatkan indeks kekeringan meteorologi dari masing-masing pos curah hujan dengan alat ukur Standardize Precipitation Index(SPI). Ketiga dilakukan analisa interpolasi nilai indeks kekeringan dari masing-masing pos hujan untuk mendapatkan sebaran  kekeringan. Tingkat kerawanan kekeringan meteorologi pada Kabupaten Lamongan tersebar dari tingkat kekeringan ringan sampai dengan tingkat kekeringan ekstrim. Sebaran  kekeringanmeteorologi mencakup lima belas kecamatan yang tersebar di wilayah tengah, selatan dan timur dari Kabupaten Lamongan. Kecamatan tersebut antara lain kecamatan Lamongan, Deket, karangbinangun, Turi, Sukodadi, Kembangbahu, Glagah, Sukorame, Ngimbang, Blubuk, Modo, Kedungpring, babat, Sekaran , dan Laren
Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru) Mohammad Muhaimin; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.719 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7213

Abstract

Nilai pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Waru merupakan yang terbesar dibandingkan dengan seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Namun, persentase kenaikan pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Waru dari tahun 2009 sampai tahun 2012 sebesar 7%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan luasan lahan industri sebesar 27%, luasan lahan permukiman sebesar 23%, dan luasan lahan perdagangan dan jasa sebesar 27,8%. Selain itu, pembangunan yang ada belum memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan yang diindikasikan oleh luasan ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 3,3%. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memaksimalkan pendapatan melalui pengaturan penggunaan lahan dengan tetap mengalokasikan RTH minimal 20%. Untuk optimalisasi penggunaan lahan tersebut, 2 tahapan penelitian dilakukan sebagai berikut; pertama menentukan faktor pengaruh perubahan penggunaan lahan industri, permukiman, dan perdagangan dan jasa dengan analisis Guttman; kedua merumuskan model optimalisasi penggunaan lahan dengan menggunakan Linear Programming dengan batasan utama luasan RTH minimal 20% dari luas wilayah. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh lima alternatif pengaturan penggunaan lahan dengan alternatif pertama adalah alternatif terbaik sesuai dengan tujuan penelitian. Alternatif ini mengalokasikan luasan lahan industri sebesar 954,83 Ha, permukiman sebesar 1145,92 Ha, perdagangan jasa sebesar 69,66 Ha, dan RTH sebesar 606,4 Ha.
Penentuan Zona Kerentanan Bencana Gempa Bumi Tektonik di Kabupaten Malang Wilayah Selatan Niko Irjaya Desmonda; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.287 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7232

Abstract

Kabupaten Malang, khususnya Kecamatan Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, dan Ampelgading ditetapkan sebagai wilayah rawan terhadap bencana gempa bumi tektonik. Kejadian gempa bumi tektonik yang pernah terjadi di wilayah penelitian banyak menimbulkan kerusakan fisik dan timbulnya korban jiwa. Oleh karenanya, penentuan zona kerentanan bencana gempa bumi tektonik di wilayah penelitian perlu dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana tersebut. Dalam menentukan zona risiko bencana tersebut di wilayah penelitian, dilakukan dua tahapan, yaitu menentukan bobot prioritas variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kerentananya menggunakan alat analisa deskriptif dan analisa AHP. Selanjutnya, menentukan zona kerentananya menggunakan analisa overlay, menggunakan metode Overlay Weighted Sum pada aplikasi GIS. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa wilayah seluas 1236.8 Ha (1.3%) diklasifikasikan sebagai zona Sangat Berisiko, meliputi Desa/Kelurahan Argotirto, Druju, Kedungbanteng, Klepu, Ringinkembar, Ringisari, Sekarbanyu, Sukodono, Sumberagung, Sumbermanjing, Tambaksari, Sumbersuko, dan Srimulyo. Adapun variabel-variabel yang sangat berpengaruh terhadap penentuan zona kerentanan bencana gempa bumi tektonik di wilayah penelitian, yaitu variabel jenis konstruksi bangunan permanen, jumlah penduduk cacat, jumlah penduduk tua, jumlah penduduk balita, dan panjang jaringan jalan.
Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani; Adjie Pamungkas
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.516 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i2.7248

Abstract

Pulau Poteran memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakatnya, yaitu pada sektor perikanan. Namun masih terdapat beberapa kendala dalam pengembangannya tersebut, yaitu dari sarana prasarana perikanan yang kurang memadai, keterbatasan pemahaman sumber daya manusia, modal, serta kelembagaan. Oleh karena itu perlu untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh dalam pengembangan sektor perikanan pada masing-masing wilayahnya, sehingga selanjutnya akan diketahui bagaimana pengembangan ekonomi lokal di wilayah penelitian sesuai dengan faktor-faktor tersebut. Berdasarkan hasil analisis korelasi didapatkan variabel yang memiliki hubungan dengan variabel dependen meliputi: self esteem, jumlah nelayan, hasil produksi, biaya operasional, aksesibilitas, keterkaitan antar sektor, tingkat pendidikan, biaya tetap, pendapatan masyarakat, peran pemerintah, ketersediaan unit pemasaran, basic needs, keterjangkauan harga, full employment, self esteem, biaya operasional, dan ketersediaan unit pengolahan. Selanjutnya dari hasil analisis regresi didapatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan sektor perikanan antara lain: pendapatan masyarakat, basic needs, self esteem, keterkaitan antar sektor, jumlah nelayan, hasil produksi, tingkat pendidikan, biaya operasional, aksesibilitas, ketersediaan unit pengolahan, dan ketersediaan unit pemasaran.