Kholilah, Anni
Institut Seni Budaya Indonesia Aceh

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

BENTUK DAN FUNGSI SOPO GODANG TAPANULI SELATAN MANDAILING NATAL Kholilah, Anni
Jurnal Warna Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.726 KB)

Abstract

Sopo Godang adalah tempat memusyawarahkan peraturan adat. Selain itu, tempat ini juga dijadikan untuk pertunjukan kesenian, tempat belajar adat dan kerajinan, bahkan juga tempat musyafir bermalam. Berbagai patik, uhum, ugari dan hapantunan lahir dari tempat ini. Juga disiapkan untuk menerima tamu-tamu terhormat. Dirancang berkolong dan tidak berdinding agar penduduk dapat mengikuti berbagai kegiatan di dalamnya. Karenanya Sopo Godang juga disebut Sopo Sio Rangcang Magodang, inganan ni partahian paradatan, parosu-rosuan ni hula dohot dongan. Artinya, Balai Sidang Agung, tempat bermusyawarah melakukan sidang adat, menjalin keakraban para tokoh terhormat dan para kerabat. Tulisan ini membahas bentuk dan fungsi Sopo Godang Mandailing Natal dalam hal kehidupan masyarakat Mandailing meliputi rumah adat dan kekeluargaan. Pembahasan lebih bersifat deskriptif yang diharapkan paling tidak dapat memberi gambaran tentang keberadaan Sopo Godang Mandailing Natal.
PENGENALAN LUKIS KACA SEBAGAI MEDIA HIAS DAN CENDERA MATA PADA SISWA-SISWI SMA N 1 KOTA JANTHO Muhammad Ghifari; Anni Kholilah; Miftahun Naufa
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 10, No 1 (2021): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v10i1.21107

Abstract

Everyone who likes beauty is beauty that is naturally created or that is created from human work. However, not everyone knows how to create beauty from the objects around them. How to turn a simple object into something that is more attractive, more beautiful and even has a sale value. The activity of introducing Glass Painting as a decorative medium and souvenirs will certainly hone the creativity of SMA N 1 Jantho City students. The introduction of glass painting trains students to be creative in processing the natural resources around them. From objects made of glass that are not used, they are given a touch of art and polished in such a way that they become works and art products that can later become souvenirs. It does not stop with the introduction and manufacture of glas painting, students are given directions and an understanding of how to make these works of art can have economic value. The products produced in this activity are expected to be marketed as a typical souvenir of the City of Jantho.Keywords: painting, glass, decorative media, souvenirs. AbstrakSetiap orang menyukai keindahan baik itu keindahan yang tercipta secara alami maupun yang diciptakan dari hasil karya manusia. Namun tidak setiap orang tahu bagaimana cara menciptakan keindahan dari benda-benda yang ada disekitarnya. Bagaiman cara menyulap sebuah benda sederhana menjadi sesuatu yang lebih menarik, lebih indah bahkan memiliki nilai jual. Kegiatan pengenalan Lukis Kaca sebagai media hias dan cendera mata tentu akan dapat mengasah kreatifitas siswa-siswi SMA N 1 Kota Jantho. Pengenalan seni lukis kaca melatih siswa-siswi untuk dapat kreatif mengolah sumber daya alam yang ada disekitar mereka. Dari benda-benda berbahan kaca yang sudah tidak terpakai diberi sentuhan seni dan dipoles sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya dan produk seni yang nantinya dapat menjadi cendera mata. Tidak berhenti sampai pengenalan dan pembuatan lukis kaca, siswa siswi diberikan arahan dan pemahaman bagaimana caranya menjadikan karya seni tersebut dapat memiliki nilai ekonomis. Produk yang dihasilkan pada kegiatan ini diharapkan dapat dipasarkan sebagai cendera mata khas Kota Jantho  Kata Kunci: lukis, kaca, media, cendera mata. Authors: Muhammad Ghifari : Institut Seni Budaya Indonesia AcehAnni Kholilah : Institut Seni Budaya Indonesia AcehMiftahun Naufa : Institut Seni Budaya Indonesia AcehReferenes: Azis, A. C. K. (2017). Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Karya Seni Rupa di Kecamatan Deli Tua. BAHAS, 28(3). 268-272. https://doi.org/10.24114/bhs.v28i3.10077.Ghifari, Muhammad. (2020). “Kegiatan Pengabdian Seni Rupa”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 2020, SMA N 1 Kota Jantho.Marchanda, Fajar. (2020). “Kegiatan Pengabdian Materi Seni Rupa”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 2020, SMA N 1 Kota Jantho.Naufa, Miftahun. (2020). “Kegiatan Pengabdian Seni Rupa”. Hasil Dokumentasi Pribadi: 2020, SMA N 1 Kota Jantho.Putra, P. D., Lisyanto, L., Azis, A. C. K., & Zainal, A. (2019). Rekayasa Bahan Makanan dari Singkong Dalam Mensejahterakan Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 25(3), 172-175. https://doi.org/10.24114/jpkm.v25i3.15396.Susanto, Mikke. (2002). Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisius.
KAJIAN ESTETIKA TIMUR PADA RUMAH ADAT SOPO GODANG MANDAILING Anni Kholilah; Niko Andeska; Muhammad Ghifari
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i2.14711

Abstract

AbstrakSopo Godang merupakan balai sidang adat di daerah Mandailing Natal. Bangunannya menggunakan tiang-tiang besar yang berjumlah ganjil termasuk anak tangganya. Sopo Godang adalah sebuah bangunan yang terbentuk empat persegi panjang, terbuka dan tidak memiliki dinding. Ukurannya juga lebih kecil dari bagas godang. Sopo Godang dianggap sebagai tempat yang sacral karena adat dan hukum adat dijiwai oleh sopo godang. Dari gedung inilah turun keputusan-keputusan yang mengatur tata tertib seperti patik, uhum, ugari, dan hapantunon. Sopo Godang ini disebut juga sopo siorancang magodang karena gedung ini adalah tempat orang memperoleh perlindungan yang aman. Sopo Godang sengaja dibuat tidak berdinding agar rakyat secara langsung dapat melihat dan mendengar segala hal yang dibicarakan oleh raja dan namora natoras sebagai pemimpin mereka. Tidak ada yang tertutup tapi semua berlangsung secara transparan. Sopo godang ini sangatlah unik, sirih bersusun yang di sodorkan, merupakan tutur kata dan sopan santun yang tidak ternilai harganya. Dengan sirih orang akan mudah memberi sesuatu, mudah memaafkan, mudah berbuat, mudah menolong dan sebagainya. Perlengkapan sirih yang terdiri dari sirih, gambir, kapur sirih, pinang, dan tembakau mempunyai arti tersendiri di dalam upacara. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk mendapatkan suatu gambaran yang menyeluruh dan mendalam mengenai pokok bahasan. Dalam hal ini, menampilkan analisis terhadap Estetika yang terdapat pada Rumah Adat Sopo Godang Mandailing khususnya dilihat dari estetika timur.Kata Kunci: estetika timur, rumah sopo godang.AbstractSopo Godang is a custom court for people around there, in Bahasa we called it “Balai Sidang”. Sopo Godang is located in Mandailing Natal. The architecture is built from big poles in odd quantity, also its stairs. Sopo Gadang is a rectangle building, one of open space building with no walls around it. The size is smaller than bagas godang. Sopo godang considered to be a holy place because of custom and customary law which imbued by Sopo godang. In this building, the decision which set the order of patik, uhum, ugari, dan hapantunon. Sopo Godang is also called sopo siorancang magodang because this building is a place where people look for safety place. Sopo Godang is deliberately built without wall in order to give the opportunity for society seiing and hearing directly every words of their king and namora natoras as their leader. Thus, there were transparancy between them. Sopo godang is very unique, such as sirih bersusun, it is simbolize a good things in speaking and polite manner which is priceless. People believed that sirih brings a good attitude, such as generous, forgiving, being kind, helping each other easily, and the others. The equipment of sirih : sirih, gambir, kapur sirih, pinang, and tobacco have its own meaning in the ceremony. This research used descriptive qualitative approach to obtain a comprehensive and analitical description about this topic. This research used East Aesthetic theory for analizing the findings Malangan.  Keywords: east aesthetic, rumah sopo godang. 
PELATIHAN BATIK CELUP DI GAMPONG JANTHO Miftahun Naufa; Niko Andeska; Anni Kholilah
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i2.16146

Abstract

AbstrakJantho merupakan sebuah daerah dengan dataran tinggi yang menjadi ibu kota Aceh Besar, kota Jantho menjadi pusat  kota dan menjadi pusat pemerintahan serta administrasi untuk daerah Aceh Besar, meskipun kota Jantho menjadi pusat administrasi, tetapi kota Jantho masih dominan dengan daerah perhutanan dan perbukitan. Gampong Jantho memiliki sumber daya alam yang besar namun belum dapat termanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dan pemerintah Aceh Besar. Melihat sumber daya alam yang besar menjadi ide dan daya tarik untuk mengolahnya sehingga dapat meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Permasalahan yang ada di Gampong Jantho adalah kurangnya pembinaan dalam sektor pembuatan kerajinan. Dengan terselenggaranya pengabdian masyarakat diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan masyarakat untuk membuat karya yang memiliki nilai jual. Salah satu  upaya yang ingin dikembangkan adalah membuat kerajinan batik celup, batik celup merupakan satu kerajinan batik yang sangat mudah dipelajari dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sektor perdagangan masyarakat setempat.Kata Kunci: batik celup, gampong jantho.AbstractJantho is a highland area which is the capital of Aceh Besar, Jantho city is the center of the city and the administrative and administrative center for the Greater Aceh area, although Jantho city is the administrative center, but Jantho city is still dominant in forest and hilly areas. Gantong Jantho has large natural resources but cannot be fully utilized by the community and the government of Aceh Besar. Seeing large natural resources is an idea and attraction to process them so that they can improve the economy of the area. The problem that exists in Jantho Village is the lack of guidance in the craft making sector. With the implementation of community service, it is expected to be able to add and develop community insight to create works that have a sale value. One of the efforts to be developed is to make dyed batik, batik dye is a batik craft that is very easy to learn and can be used to improve the local community's trade sector.Keywords: batik dyes, gampong jantho. 
BENTUK DAN FUNGSI RUMAH ADAT RAJA PAMUSUK MANDAILING Anni Kholilah; Rosta Minawati; Zulhelman Zulhelman
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.829 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.44

Abstract

ABSTRAK Raja Pamusuk Mandailing merupakan sebutan bagi seorang kepala adat (raja), yang pemimpin masyarakat adat di wilayah Mandailing Sumatera Utara. Di samping raja di wilayah ini juga ada jabatan yang disebut dengan Ketua Dewan Negeri dan Ketua Kampung yang khusus dalam bidang pemerintahan saja.  Sementara itu Raja Pamusuk beserta keturunannya sampai sekarang masih tetap diakui masyarakat sebagai pemimpin adat maupun dalam kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan adat istiadat seperti upacara dan sebagainya.  Dalam masyarakat Mandailing, Raja Pamusuk disimbolkan dengan pohon beringin yang memaknakan sebagai pengayom atau melindungi masyarakat di bawahnya. Tulisan ini membahas keberadaan Raja Pamusuk Mandailing dalam hal kehidupan masyarakat Mandailing meliputi rumah adat, dan hubungan kekeluargaan.  Pembahasan lebih bersifat deskriptif yang diharapkan paling tidak dapat memberi gambaran tentang keberadaan Raja Pamusuk Mandailing.  Kata kunci: Raja Pamusuk Mandailing  ABSTRACT As the chief (king) custom, he is the leader of the indigenous peoples in the region. Authority board chairman and chairman of the village's land is specialized in the field of government, while the indigenous affairs retained and carried out by those who are entitled according to the customs of indigenous peoples concerned. That is why to this day remains traditional ceremonies led by the king of custom pamusuk.menurut. Chairman of the country has never been recognized as a king sitting Mandailaing community customs. King and his descendants to this day still recognized as king of indigenous peoples in traditional ceremonies, and they called the king of custom. So the king pamusuk in symbolized as banyan tree beneath always protect the public, because people always take shelter beneath it. Key words: King Pamusuk, Mandailing, Art
PEMAMPAATAN LIMBAH KERTAS MENJADI KALIGRAFI HIASAN DINDING KAMPUNG JALIN KOTA JANTHO Anni Kholilah; Hatmi Negria Taruan; Reza Sastra W
DESKOVI : Art and Design Journal Vol 2, No 1 (2019): JUNI 2019
Publisher : Universitas Maarif Hasyim Latif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51804/deskovi.v2i1.403

Abstract

Kampung jalin merupakan daerah yang berdekatan dengan kota Jantho. Jarak jalin dengan kota jantho dapat diakses dengan kendaraan roda empat maupun roda dua selama ±30 menit perjalanan. Secara geografis jalin dikelilingi lahan subur sehingga sebagian besar masyarakat jalin kondisi tersebut mengindikasikan bahwa jalin didominasi oleh sektor pertanian dan perkebunan, sedangkan potensi kesenian masih sangat minim terutama di bidang seni rupa. hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa peluang seni rupa untuk berkembang masih sangat terbuka. Minimnya pengetahuan masyarakat akan keterampilan seni membutuhkan bimbingan dan pelatihan oleh tenaga ahli sehingga keterampilan seni ini sendiri dapat di konversi menjadi peluang usaha dan memiliki nilai ekonomis, salah satunya dengan memanfaatkan limbah kertas menjadi kaligrafi hias sebagai cendra mata. Kaligrafi hias merupakan cara sederhana mengolah bahan-bahan kertas tidak terpakai menjadi hiasan dengan memanfaatkan benda-benda sederhana yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi benda yang memiliki nilai seni dan memiliki nilai jual. Keutamaan kaligrafi hias ini sendiri yakni dari bahan-bahan baku yang mudah didapatkan dengan harga yang tergolong cukup murah dan memiliki nilai jual yang tinggi.Interlace village is an area adjacent to the city of Jantho. Distance intertwined with the city of Jakarta can be accessed by four-wheeled vehicles or two-wheeled vehicles for ± 30 minutes. Geographically intertwined surrounded by fertile land so that most people intertwine these conditions indicate that interbreeding is dominated by the agricultural and plantation sectors, while the potential of art is still very minimal, especially in the field of art. this raises the idea that the opportunities for art to develop are still very open. The lack of public knowledge of art skills requires guidance and training by experts so that the art skills themselves can be converted into business opportunities and have economic value, one of which is by utilizing paper waste into decorative calligraphy as eye cendra. Decorative calligraphy is a simple way to process unused paper materials into decorations by utilizing simple objects that are processed in such a way that they become objects that have artistic value and have selling points. The virtue of this decorative calligraphy is that it is from raw materials that are easily obtained with prices that are quite cheap and have a high selling value.
PEMBUATAN SENI LUKIS MURAL DINDING SEKOLAH YAYASAN PAUD/TK AL-MUHAJIRIN KOTA JANTHO UNTUK MENINGKATKAN PENDIDIKAN KARAKTER Anni Kholilah; Miftahun Naufa; Muhammad Ghifari
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.38950

Abstract

Al-Muhajirin Foundation School is a PAUD school located in Jantho City with not too many students and a school building that is poorly maintained and looks dull, making mural painting aims to improve children's character education. The mural that will be made is a mural of character images that are appropriate for the age of PAUD children. The method in making this mural is through several stages, namely: pre-design stage, design stage, embodiment stage and presentation. The results obtained will be in the form of mural works about the concept of outer space, animal characters, cartoon images and leaf characters. This mural is expected to present characters that have educational value and are meaningful so that they can learn while playing, make children comfortable, feel happy and make the AL-Muhajirin Foundation school more attractive to children and parents of students.Keyword: mural, school, character,  Jantho city. AbstrakSekolah Yayasan Al-Muhajirin merupakan sebuah sekolah PAUD yang berada di Kota Jantho dengan jumlah siswanya tidak terlalu banyak dan gedung sekolah yang kurang terawat serta terlihat kusam, pembuatan seni lukis mural bertujuan untuk meningkatkan pendidikan  karakter anak. Mural yang akan di buat adalah mural gambar karakter yang sesuai dengan usia anak-anak PAUD. Metode dalam pembuatan mural ini adalah melalui beberapa tahapan yaitu: tahap pra-perancangan, tahap perancangan, tahap perwujudan dan penyajian. Hasil yang diperoleh nantinya berupa karya mural tentang konsep luar angkasa, karakter binatang, gambar kartun dan karakter daun. Mural ini diharapkan menghadirkan karakter-karakter yang memiliki nilai pendidikan dan bermakna sehingga bisa belajar sambil bermain, membuat anak nyaman, merasa senang dan membuat sekolah Yayasan AL-Muhajirin semakin diminati anak-anak serta orang tua murid.Kata kunci: mural, sekolah, karakter, kota Jantho. Authors:Anni Kholilah : Institut Seni Budaya Indonesia AcehMiftahun Naufa : Institut Seni Budaya Indonesia AcehMuhammad Ghifari : Institut Seni Budaya Indonesia Aceh References:Berlin, P. (2008). Panduan Melukis dengan Cat Minyak. Jakarta: Akademia.Rachmat, G., & Safitri, R. (2019). Fenomena Mural Sebagai Pembentukan Suasana Interior Cafe Resto. ATRAT: Jurnal Seni Rupa, 7(3), 238-247.Ginting, J., & Triyanto, R. (2020). Tinjauan Ketepatan Bentuk, Gelap Terang, Dan Warna Pada Gambar Bentuk Media Akrilik. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 300-308.Maulida, D., & Saleh, K. (2020). Menggambar Bentuk Melalui Media Video Tutorial di SMP Negeri 12 Pematangsiantar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 218-225.Sari, F. P., Azmi, A., & SND, R. B. (2020). Tinjauan Kemampuan Menggambar Menggunakan Pola Pada Anak di TK B RA Al-Fazwa Deli Serdang. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 176-181.Dharsono, S. K. (2007). Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.Rajudin, R., Miswar, M., & Muler, Y. (2020). Metode Penciptaan Bentuk Representasional, Simbolik, dan Abstrak (Studi Penciptaan Karya Seni Murni Di Sumatera Barat, Indonesia). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(2), 261-272.Susandro, S., Taruan, H. N., & Ghifari, M. (2020). Resepsi Masyarakat dan Wisatawan Terhadap Karya Seni Mural di Kawasan Krueng Dho dan Krueng Daroy Kota Banda Aceh. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 9(1), 70-76.Susanto, M. (2001). Diksi Rupa, Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta: Kanisius.Dewi, Y. T., & Zaini, I. (2016). Analisis Visual Mural Karakter Mongki Karya Alfajr X-Go Wiratama. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 4(2), 284-292.