Ika Andrini Farida
Universitas Negeri Malang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA Diah Prasetyawati; Sri Weni Utami; Ika Andrini Farida
Jurnal Sains Psikologi Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.929 KB) | DOI: 10.17977/um023v5i22016p25-31

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) gambaran efikasi diri pada ODHA, (2) gambaran dukungan sosial pada ODHA, (3) gambaran kebermaknaan hidup pada ODHA, (4) hubungan antara efikasi diri dengan kebermaknaan hidup pada ODHA, hubungan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup pada ODHA, (6) hubungan antara efikasi diri, dukungan sosial, dan kebermaknaan hidup pada ODHA. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasional dan analisis regresi linier berganda. Subjek penelitian berjumlah 30 orang dengan memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu telah terdiagnosa sebagai penderita HIV/AIDS, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, merupakan pasien dewasa (berusia 25-35 tahun), lama terdiagnosa HIV/AIDS ≤ 5 tahun, dan merupakan pasien rawat jalan di RSSA Malang. Instrument yang digunakan berupa Skala Efikasi Diri, Dukungan Sosial, dan Kebermaknaan Hidup (pengembangan dari PIL Test). Berdasarkan hasil analisis data tersebut diperoleh kesimpulan, (1) efikasi diri ODHA berada pada kategori tinggi, (2) dukungan sosial yang diterima ODHA berada pada kategori tinggi, (3) kebermaknaan hidup ODHA berada pada kategori hidup bermakna, (4) terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan kebermaknaan hidup, (5) terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup, (6) terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial dengan kebermaknaan hidup.Kata Kunci: efikasi diri, dukungan sosial, kebermaknaan hidup, ODHA
HUBUNGAN PERSEPSI KESESAKAN (CROWDING) DAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA REMAJA AKHIR SMAN 1, SMAN 3, DAN SMAN 4 KOTA MALANG Bilal Sulaiman Zavanna Zavanna; Endang Prastuti; Ika Andrini Farida
Jurnal Sains Psikologi Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.28 KB) | DOI: 10.17977/um023v5i22016p10-14

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan persepsi kesesakan (crowding) dan kematangan emosi dengan disiplin berlalu lintas pada remaja akhir SMAN 1, SMAN 3 dan SMAN 4 Kota Malang. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional. Subjek merupakan pelajar SMA yang masuk kriteria remaja akhir di SMAN 1, SMAN 3, SMAN 4 dengan total 120. Instrumen yang digunakan adalah skala persepsi kesesakan, skala kematangan emosi dan skala disiplin berlalu lintas. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan korelasi product moment pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Persepsi kesesakan (crowding) tidak memiliki hubungan dengan disiplin berlalu lintas. (2) Kematangan emosi memiliki hubungan positif dengan disiplin berlalu lintas. (3) Secara keseluruhan, persepsi kesesakan (crowding) dan kematangan emosi sebagai variabel bebas tidak dilakukan pengukuran dengan disiplin berlalu lintas sebagai variabel terikat karena variabel persepsi kesesakan (crowding) tidak memiliki hubungan dengan variabel disiplin berlalu lintas.Kata kunci : persepsi kesesakan, kematangan emosi, disiplin berlalu lintas, remaja akhir
ADAPTASI BAHASA DAN BUDAYA NEED FOR COGNITION SCALE Ika Andrini Farida; Dewi Retno Suminar; Nur Ainy Fardana Nawangsari
Jurnal Sains Psikologi Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.202 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan adaptasi need for cognition scale (NCS) (Cacioppo, dkk., 1984) untuk sampel siswa SMP di Indonesia. NCS dikembangkan untuk mengukur konstruk need for cognition yang didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk terlibat dan menikmati aktivitas kognitif yang menantang. Adaptasi dilakukan melalui lima tahap, yaitu menerjemahkan butir-butir NCS dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dalam dua versi terjemahan, mengevaluasi dan memilih versi terjemahan yang memenuhi ekuivalensi konseptual dan linguistik, translasi backward, mengevaluasi kesetaraan antara hasil translasi backward dan butir-butir asli NCS, membuat format final NCS adaptasi Indonesia.  Untuk memperoleh properti psikometri, NCS adaptasi Indonesia diadministrasikan pada 162 siswa kelas 8 dan 9. Model pengukuran yang dihipotesiskan adalah model unidimensi dan diuji menggunakan confirmatory factor analysis (CFA). Model fit diperoleh setelah dilakukan modifikasi model (chi-square = 9,089, df = 9, p = 0,429, GFI = 0,981, CFI = 1,000, TLI = 0,999, RMSEA = 0,008). Model fit  terdiri dari 6 butir yang semuanya adalah butir-butir unfavorabel dengan muatan faktor terendah 0,418 (alpha cronbach = 0,776). Karena berkembangnya pendapat bahwa butir-butir favorabel dan unfavorabel dapat membentuk faktor yang berbeda, peneliti selanjutnya dapat menguji beberapa model, yaitu model unidimensi, model unidimensi dengan korelasi antar error dari butir-butir unfavorabel, dan model dua faktor (faktor 1 terdiri dari butir-butir favorabel dan faktor 2 terdiri dari butir-butir unfavorabel).     Kata Kunci: need for cognition scale, adaptasi, model pengukuran, confirmatory factor analysisDOI : http://dx.doi.org/10.17977/um023v7i22018p148
Intellectual values and epistemological understanding of middle school students in Indonesia Ika Andrini Farida; Dewi Retno Suminar; Nur Ainy Fardana Nawangsari
HUMANITAS: Indonesian Psychological Journal Vol 17, Number 2: August 2020
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/humanitas.v17i2.14500

Abstract

Engaging in intellectual activities and seek new knowledge is critical for Indonesian students. However, most learning activities in elementary and secondary schools in Indonesia are centered on rote learning. This study aimed to provide an initial description of how middle school students in Indonesia value intellectual activities and describe the level of epistemological understanding that underlie how they value intellectual activities. Sixty-eight middle school students were involved in this study by giving their responses to intellectual values questions. Descriptive analysis was conducted to examine the percentage of participants who endorse discussion. Additionally, the reasons for endorsing discussion were also examined to determine the epistemological understanding level. The percentage of participants that endorse discussion in question one, two, and three was 71%, 47%, and 50%, respectively. While 24% of participants consistently endorsed discussion in all three questions. Most students gave reasons that indicate absolutist or multiplist level of an epistemological understanding. Very few reasons can be categorized into the evaluativist level. Students seem to believe that discussion is important to do to solve the problems. Most students have yet to perceive the intellectual activity as an essential tool to enhance their understanding and acquire new knowledge, as an evaluativist would. 
Peran Kognisi Sosial dan Schadenfreude Terhadap Empati Pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang Hanum Putryani Widayati; Ika Andrini Farida
Jurnal Psikologi Integratif Vol 10, No 1 (2022): Psikologi Integratif
Publisher : UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpsi.v10i1.2261

Abstract

Empathy is very important not only in social life but also to create communication in counseling in the field of psychology and counseling guidance. The emergence of empathy in an individual can be influenced by social cognition and schadenfreude. For this reason, the objective of this study was to clarify the role of social cognition and schadenfreude in empathy in State University of Malang undergraduate students majoring in psychology and counseling guidance. This study was quantitative with a correlational approach. This study also uses several measuring instruments such as The Edinburgh Social Cognition Test (ESCoT) to measure social cognition, the Schadenfreude measuring instrument created by Alison Baren to measure Schadenfreude, and the Interpersonal Reactivity Index (IRI) to measure empathy. Hypothesis testing was conducted using multiple regression analysis. The results found that there was a role for social cognition and Schadenfreude on empathy which shows that the greater the social cognition ability, the better the empathy ability. However, increases in Schadenfreude behavior can reduce the ability to empathize. This study can be used as a reference for creating modules for psychology majors, guidance and counseling majors, and other parties to increase empathy in individuals by training social cognition skills. Abstrak. Empati merupakan hal yang penting dalam kehidupan sosial. Empati sangat dibutuhkan dalam proses konseling psikologi. Munculnya empati pada seseorang dapat dipengaruhi oleh kognisi sosial dan schadenfreude. Penelitian ini bertujuan untuk mengklarifikasi peran kognisi sosial dan schadenfreude dengan empati pada mahasiswa program sarjana jurusan Psikologi dan Bimbingan Konseling Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Alat ukur yang digunakan yaitu The Edinburgh Social Cognition Test (ESCoT) untuk mengukur kognisi sosial, alat ukur Schadenfreude yang dibuat oleh Alison Baren untuk mengukur schadenfreude, dan Interpersonal Reactivity Index (IRI) untuk mengukur empati. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peran kognisi sosial dan schadenfreude terhadap empati. Dimana hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan kognisi sosial, maka akan semakin baik pula kemampuan empati yang dimiliki. Namun, apabila perilaku schadenfreude yang dimiliki tinggi, maka hal tersebut dapat menurunkan kemampuan empati yang dimiliki. Penelitian ini dapat menjadi referensi pembuatan modul bagi jurusan psikologi, jurusan bimbingan dan konseling, serta pihak lainnya untuk meningkatkan empati pada seseorang dengan cara melatih kemampuan kognisi sosial.
Pelatihan berbasis Psikologis untuk Meningkatkan Penerimaan Diri pada Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) Tutut Chusniyah; Dhelya Widasmara; Rakhmaditya Dewi Noorrizki; Mohammad Bisri; Moch. Yunus; Ika Andrini Farida; Agung Minto Wahyu; Tasya Yuni Ariskasari
Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 6 (2022): Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/dinamisia.v6i6.11628

Abstract

As one of the countries with the highest prevalence of leprosy sufferers, this problem must be seriously addressed. So far, most of the treatment is still done on the medical aspect, but not much has been done to shape the psychology of the patients or OYPMK. Therefore, it is necessary to do real interventions that help from the psychological side of the patient or OYPMK. This service method uses psychological-based training, which includes several activities, namely opening, initial assessment, introduction, recognizing self-potential, forming positive perceptions, introduction to time management, increasing fighting power, training evaluation, and closing. As a result, this training has succeeded in achieving the goals set for each activity. In addition, the participants also gave testimonies of positive changes in their self-acceptance. Thus, this training activity can be a structured guideline for partners who want to implement it.
Post-Dissolution Friendships (PDFs) pada Dewasa Awal Dina Aulia; Ika Andrini Farida
Jurnal Penelitian Kualitatif Ilmu Perilaku Vol 2 No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Post-dissolution friendships (PDFs) are phenomenon where a person becomes friend again with their ex-girl/boyfriend. PDFs are described as weak person, masochistic, and unable to adapt to their separation. On the other side, some people think that people in PDFs have higher level of adaptation than non-PDFs. PDFs is also considered as matured person. Therefore, this study aims to explain the phenomenon of PDFs, their impact, and their relation to developmental tasks and personality maturity in emerging adulthood. This study used a qualitative approach, phenomenological model. The research subjects were 6 people (3 in PDFs group and 3 in non-PDFs group) who were selected based on consideration criteria and had several different aspects between individuals. Data collection using the interview method regarding the phenomenon of PDFs, from the point of view of those who are PDFs and non-PDFs. To test the validity of this study, a data triangulation technique was used to the subject's ex-partner relationship.The results showed that a person wants to be friends with their ex because they wants to maintain a good relationship and avoid hostility. People in PDFs have the closest relationships with the most memorable ex. In addition, there is no empirical evidence that PDFs can have a negative impact. Instead, PDFs will have positive impacts. In emerging adulthood, people in PDFs reached more stages of psychosocial development and had more personality maturity.