Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Lampuhyang

Campur Kode Pemakaian Bahasa Bali dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus Karya I Nyoman Suwija Apriani, Ni Wayan
LAMPUHYANG Vol 11 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v11i1.188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pemakaian campur kode dalam tuturan bahasa Bali oleh masyarakat Bali sendiri. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka dan wawancara. Dari hasil analisis data didapat temuan bahwa bentuk campur kode yang terdapat dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija terdiri atas: (1) campur kode bentuk kata; (2) campur kode bentuk frase; (3) campur kode bentuk klausa; (4) campur kode bentuk kata ulang; (5) campur kode bentuk baster; dan (6) campur kode bentuk idiom atau ungkapan. Sementara itu, faktor penyebab terjadinya campur kode ada dua, yakni: (1) faktor linguistik dan (2) faktor ekstralinguistik.
BENTUK DAN REFERENSI KATA MAKIAN DALAM BAHASA BALI (Kajian Sosiolinguistik) Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 8 No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.566 KB) | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v8i2.63

Abstract

Keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi yang paling utama jelas sudah tidak diragukan lagi. Manusia pada umumnya dalam berkomunikasi mempunyai tujuan untuk membina keakraban dan kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Tetapi, ada kalanya dalam berkomunikasi terjadi selisih paham atau berbeda pendapat mengenai sesuatu dengan yang lainnya. Biasanya dalam situasi seperti itu, pemakai bahasa memanfaatkan kata-kata makian untuk mengekspresikan kebencian, situasi yang dianggap tidak menyenangkan, dan rasa ketidakpuasan terhadap sesuatu yang sedang dihadapi. Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) memaparkan bentuk kata makian dalam bahasa Bali; (2) mendeskripsikan referensi kata makian dalam bahasa Bali. Untuk bisa memenuhi tujuan tersebut, maka digunakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui teknik kepustakaan dan penyebaran angket. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) bentuk kata makian dalam bahasa Bali secara umum dibagi menjadi dua yakni berbentuk kata dan berbentuk frase. Makian berbentuk kata digolongkan lagi menjadi tiga kategori, yakni kata berkategori nomina, kata berkategori verba, dan kata berkategori adjektiva; (2) referensi kata makian bahasa Bali terdiri atas: keadaan, binatang, makhluk halus, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, aktivitas, dan profesi. Meskipun penelitian ini mengkaji kata makian dalam bahasa Bali, namun peneliti sama sekali tidak bermaksud untuk menyarankan masyarakat Bali untuk mengaplikasikannya dalam tuturan di masyarakat sebab kata-kata makian sifatnya kotor dan terkesan kasar. Dalam hal ini, peneliti hanya ingin mendeskripsikan bentuk dan referensi kata makian bahasa Bali.
Upacara Sapuh Leger di Desa Pakraman Saren, Kecamatan Bebandem Karangasem Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 3 No 2 (2012)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v3i2.133

Abstract

Tujuan dari penulisan ini adalah 1) untuk mengetahui sarana apa saja yang digunakan pada Upacara Sapuh Leger di Desa Pakraman Saren Kecamatan Bebandem-Karangasem; 2) untuk mengetahui bagaimana prosesi/pelaksanaan Upacara Sapuh Leger di Desa Pakraman Saren Kecamatan Bebandem-Karangasem dari awal sampai akhir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) metode kepustakaan, 2) metode wawancara, 3) metode observasi. Dari pengolahan data dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) sarana yang digunakan di dalam Upacara Sapuh Leger yaitu mendirikan sanggah tutuan dengan bantennya yaitu suci lan pajatian, mendirikan lapan dengan bantennya pabangkit, pula gembal adandanan maiwak bawi guling, menggelar caru manca sata, mendirikan sanggah bucu telu bantennya suci maulam bebek betutu miwah pajatian, membuat banten panebasan baya yang terdiri dari sesayut sungsang sumbel, sesayut tadah kala, sesayut sapuh leger, sesayut lara malaradan, daksina panebusan baya, membuat banten wayang dan banten gender, menyiapkan perlengkapan malukat seperti kamen sudhamala, padi, dan perabotan; 2) prosesi/pelaksanaan Upacara Sapuh leger diawali dengan nganteb bebantenan di sanggah tutuan, lapan, sanggah buju telu, dan caru manca sata, dilanjutkan dengan nganteb banten wayang dan gender, lalu mementaskan wayang dengan lakon Sapuh Leger, membuat tirtha panglukatan, ngruwat anak yang lahir wuku wayang, natab/ngayab sesayut panebasan baya, melaksanakan panca sembah, nunas wangsuh pada, terakhir adalah nyarub caru dan nglebar caru serta banten panebasan baya ke pempatan agung.
Campur Kode Pemakaian Bahasa Bali dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus Karya I Nyoman Suwija Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 11 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v11i1.188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pemakaian campur kode dalam tuturan bahasa Bali oleh masyarakat Bali sendiri. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka dan wawancara. Dari hasil analisis data didapat temuan bahwa bentuk campur kode yang terdapat dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija terdiri atas: (1) campur kode bentuk kata; (2) campur kode bentuk frase; (3) campur kode bentuk klausa; (4) campur kode bentuk kata ulang; (5) campur kode bentuk baster; dan (6) campur kode bentuk idiom atau ungkapan. Sementara itu, faktor penyebab terjadinya campur kode ada dua, yakni: (1) faktor linguistik dan (2) faktor ekstralinguistik.
Afiksasi Dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 Karya I Ketut Ruma (Tinjauan Morfologi Bahasa Bali) I Komang Simpen; I Wayan Jatiyasa; Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 13 No 2 (2022)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v13i2.309

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dengan pendekatan penelitian empiris, yaitu pendekatan yang digunakan terhadap gejala yang telah ada secara alamiah dimana gejala-gejala yang diselidiki telah ada secara wajar dalam kehidupan sehari-hari. Gejala yang terjadi dimaksud adalah penggunaan afiksasi bahasa Bali yang digunakan dalam teks Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dengan data yang bersifat kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode pencatatan dokumen. Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif dengan langkah-langka reduksi awal, display data, conclusion drawing (penyimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma, yaitu: 1) prefiks N-, ma-, ka-, pa-, sa-, pra-, pari-, pati-, dan maka-; 2) sufiks -ang, -in, -an, -e, -n, dan -ing; 3) infiks –um- dan –in-; 4) konfiks pa-an, ma-an, dan ka-an; 5) Simulfiks ma-N dan pa-N; serta 6) kombinasi afiks ma-an, ma-N-in, dan ma-N-ang. 2) Fungsi afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma, yaitu berfungsi membentuk nomina, verba (verba tanggap dan tindak atau verba berobjek penerima dan berobjek penderita ), adjektiva, numerial, dan adverbial. 3) Makna afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma, yaitu: 1) melakukan pekerjaan (baik diri sendiri, untuk orang lain, dan bersama-sama), mengeluarkan, menghasilkan, mengandung, dan menjadi dalam keadaan yang tersebut dalam bentuk dasar/asal; dan 2) menyatakan pelaku, cara/alat, hal, persamaan waktu, arah, seluruh, tiba-tiba, berulang-ulang, rutin, serta mempertegas yang tersebut dalam bentuk dasar/asal.
Gaguritan Dharma Prawretti (Kajian Struktur, Nilai dan Fungsi) Ni Luh Nariastini; Ni Wayan Apriani; Ni Kadek Ayu Paramandani
LAMPUHYANG Vol 14 No 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v14i1.337

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis struktur forma, 2) mengkaji nilai-nilai dan 3) mengetahui fungsi Gaguritan Dharma Prawretti dalam kehidupan masyarakat. Jenis penelitian ini adalah penelitian sastra yang dikaji dengan metode kualitatif dan formal. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan mimesis dan mitopoik. Jenis data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dengan sumber data berupa data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan cara pencatatan dokumen dan wawancara. Data dianalisis menggunakan metode pengolahan data secara induktif dengan teknik Miles dan Hubermen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan simpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka disimpulkan sebagai berikut. Struktur Forma dalam Gaguritan Dharma Prawretti, meliputi: (1) Ragam Bahasa yang digunakan, yaitu Bahasa Bali terdiri atas Basa Alus Singgih, Basa Alus Sor, Basa Alus Mider Dan Basa Andap, bahasa Kawi dan Bahasa Sansekerta; (2) Gaya Bahasa yang digunakan adalah paribasa Bali berupa sesawangan; serta (3) Kode Sastra yang membentuk Gaguritan Dharma Prawretti adalah sejumlah 306 bait pupuh, yang meliputi Pupuh Pucung, Ginanti, Ginada, Sinom, Durma, Adri, Pangkur, Kumambang dan Semrandana. Dalam Gaguritan Dharma Prawretti terdapat nilai yang terkandung, meliputi: (1) Nilai Pendidikan Susila/Etika yaitu Dasa Sila (Panca Yama Brata dan Panca Nyama Brata), Catur Prawretti, Sadripu, Dharma Tattwa, Dewi Sampat dan Asuri Sampat; (2) Nilai Sosial yaitu Catur Warna, Catur Paramita, Tri Parartha Tatwa, dan Catur Guru; (3) Nilai Religius yaitu Tri Sandya, Panca Sembah, dan Widhi Tattwa. Fungsi Gaguritan Dharma Prawretti ada tiga yaitu: (1) Fungsi pendidikan etika/susila; (2) Fungsi Sosial; (3) Fungsi Religius.