Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Analysis Of Structures, Functions, And Values Of Geguritan Guru Bhakti Apriani, Ni Wayan
Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/ijhsrs.v1i1.150

Abstract

Geguritan literature as one of the traditional literature is widely used by the authors to express their ideas in the form of brilliant Hindu religion in language arts. Through literature geguritan, someone indirectly has studied religious teachings. The rapid process of creating works of adult literature is not accompanied by the appreciation of the public, especially the youth. Development of technology and communications in the era of globalization now little by little has eroded the interest of young people to know and learn the traditional literature. They are more attracted to the things that smelled of technology and the exclusion of traditional literature, one that is literary geguritan. Guru Bhakti Geguritan as one of literature geguritan loaded with the values of life that can be used as a guide in life, especially for young people who are in the study. Therefore, Geguritan Guru Bhakti is necessary to be studied and analyzed in a scientific paper entitled Analysis of Structure, Function, and Value Geguritan Guru Bhakti.
Campur Kode Pemakaian Bahasa Bali dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus Karya I Nyoman Suwija Apriani, Ni Wayan
LAMPUHYANG Vol 11 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v11i1.188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pemakaian campur kode dalam tuturan bahasa Bali oleh masyarakat Bali sendiri. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka dan wawancara. Dari hasil analisis data didapat temuan bahwa bentuk campur kode yang terdapat dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija terdiri atas: (1) campur kode bentuk kata; (2) campur kode bentuk frase; (3) campur kode bentuk klausa; (4) campur kode bentuk kata ulang; (5) campur kode bentuk baster; dan (6) campur kode bentuk idiom atau ungkapan. Sementara itu, faktor penyebab terjadinya campur kode ada dua, yakni: (1) faktor linguistik dan (2) faktor ekstralinguistik.
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GEGURITAN KI BALIAN BATUR Apriani, Ni Wayan
Kalangwan Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/klgw.v10i2.2370

Abstract

One of the goals to be achieved in an education both in formal and informal education is character building. The characters discussed are those related to morals, morals, and personality. It is called character when something is done with awareness and conviction and has become a habit. In simple terms, character education is to educate the awareness, belief and habituation of a person related to character / character / morals / personality. As a traditional literature, Geguritan Ki Balian Batur contains many values of life, one of which is the value of character education. By reading the geguritan text, readers will not only be entertained by the aesthetic strains of the tembang but also learn about how the value of character education is applied in real life. The values of character education contained in Geguritan Ki Balian Batur include: (1) religious, (2) national spirit, (3) respect for achievement, (4) peace-loving, (5) social care, and (6) responsibility. With the many values of character education in this geguritan, the authors suggest that educators and parents can use it as a learning medium considering that currently children are experiencing a moral crisis.
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GEGURITAN KI BALIAN BATUR Apriani, Ni Wayan
Kalangwan Jurnal Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Vol 10, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/klgw.v10i2.2370

Abstract

One of the goals to be achieved in an education both in formal and informal education is character building. The characters discussed are those related to morals, morals, and personality. It is called character when something is done with awareness and conviction and has become a habit. In simple terms, character education is to educate the awareness, belief and habituation of a person related to character / character / morals / personality. As a traditional literature, Geguritan Ki Balian Batur contains many values of life, one of which is the value of character education. By reading the geguritan text, readers will not only be entertained by the aesthetic strains of the tembang but also learn about how the value of character education is applied in real life. The values of character education contained in Geguritan Ki Balian Batur include: (1) religious, (2) national spirit, (3) respect for achievement, (4) peace-loving, (5) social care, and (6) responsibility. With the many values of character education in this geguritan, the authors suggest that educators and parents can use it as a learning medium considering that currently children are experiencing a moral crisis.
Analysis Of Structures, Functions, And Values Of Geguritan Guru Bhakti Ni Wayan Apriani
Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25078/ijhsrs.v1i1.150

Abstract

Geguritan literature as one of the traditional literature is widely used by the authors to express their ideas in the form of brilliant Hindu religion in language arts. Through literature geguritan, someone indirectly has studied religious teachings. The rapid process of creating works of adult literature is not accompanied by the appreciation of the public, especially the youth. Development of technology and communications in the era of globalization now little by little has eroded the interest of young people to know and learn the traditional literature. They are more attracted to the things that smelled of technology and the exclusion of traditional literature, one that is literary geguritan. Guru Bhakti Geguritan as one of literature geguritan loaded with the values of life that can be used as a guide in life, especially for young people who are in the study. Therefore, Geguritan Guru Bhakti is necessary to be studied and analyzed in a scientific paper entitled Analysis of Structure, Function, and Value Geguritan Guru Bhakti.
BENTUK DAN REFERENSI KATA MAKIAN DALAM BAHASA BALI (Kajian Sosiolinguistik) Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 8 No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.566 KB) | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v8i2.63

Abstract

Keberadaan bahasa sebagai alat komunikasi yang paling utama jelas sudah tidak diragukan lagi. Manusia pada umumnya dalam berkomunikasi mempunyai tujuan untuk membina keakraban dan kerja sama antara satu dengan yang lainnya. Tetapi, ada kalanya dalam berkomunikasi terjadi selisih paham atau berbeda pendapat mengenai sesuatu dengan yang lainnya. Biasanya dalam situasi seperti itu, pemakai bahasa memanfaatkan kata-kata makian untuk mengekspresikan kebencian, situasi yang dianggap tidak menyenangkan, dan rasa ketidakpuasan terhadap sesuatu yang sedang dihadapi. Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) memaparkan bentuk kata makian dalam bahasa Bali; (2) mendeskripsikan referensi kata makian dalam bahasa Bali. Untuk bisa memenuhi tujuan tersebut, maka digunakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui teknik kepustakaan dan penyebaran angket. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) bentuk kata makian dalam bahasa Bali secara umum dibagi menjadi dua yakni berbentuk kata dan berbentuk frase. Makian berbentuk kata digolongkan lagi menjadi tiga kategori, yakni kata berkategori nomina, kata berkategori verba, dan kata berkategori adjektiva; (2) referensi kata makian bahasa Bali terdiri atas: keadaan, binatang, makhluk halus, benda-benda, bagian tubuh, kekerabatan, aktivitas, dan profesi. Meskipun penelitian ini mengkaji kata makian dalam bahasa Bali, namun peneliti sama sekali tidak bermaksud untuk menyarankan masyarakat Bali untuk mengaplikasikannya dalam tuturan di masyarakat sebab kata-kata makian sifatnya kotor dan terkesan kasar. Dalam hal ini, peneliti hanya ingin mendeskripsikan bentuk dan referensi kata makian bahasa Bali.
Upacara Sapuh Leger di Desa Pakraman Saren, Kecamatan Bebandem Karangasem Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 3 No 2 (2012)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v3i2.133

Abstract

Tujuan dari penulisan ini adalah 1) untuk mengetahui sarana apa saja yang digunakan pada Upacara Sapuh Leger di Desa Pakraman Saren Kecamatan Bebandem-Karangasem; 2) untuk mengetahui bagaimana prosesi/pelaksanaan Upacara Sapuh Leger di Desa Pakraman Saren Kecamatan Bebandem-Karangasem dari awal sampai akhir. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1) metode kepustakaan, 2) metode wawancara, 3) metode observasi. Dari pengolahan data dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) sarana yang digunakan di dalam Upacara Sapuh Leger yaitu mendirikan sanggah tutuan dengan bantennya yaitu suci lan pajatian, mendirikan lapan dengan bantennya pabangkit, pula gembal adandanan maiwak bawi guling, menggelar caru manca sata, mendirikan sanggah bucu telu bantennya suci maulam bebek betutu miwah pajatian, membuat banten panebasan baya yang terdiri dari sesayut sungsang sumbel, sesayut tadah kala, sesayut sapuh leger, sesayut lara malaradan, daksina panebusan baya, membuat banten wayang dan banten gender, menyiapkan perlengkapan malukat seperti kamen sudhamala, padi, dan perabotan; 2) prosesi/pelaksanaan Upacara Sapuh leger diawali dengan nganteb bebantenan di sanggah tutuan, lapan, sanggah buju telu, dan caru manca sata, dilanjutkan dengan nganteb banten wayang dan gender, lalu mementaskan wayang dengan lakon Sapuh Leger, membuat tirtha panglukatan, ngruwat anak yang lahir wuku wayang, natab/ngayab sesayut panebasan baya, melaksanakan panca sembah, nunas wangsuh pada, terakhir adalah nyarub caru dan nglebar caru serta banten panebasan baya ke pempatan agung.
Campur Kode Pemakaian Bahasa Bali dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus Karya I Nyoman Suwija Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 11 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v11i1.188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk campur kode dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pemakaian campur kode dalam tuturan bahasa Bali oleh masyarakat Bali sendiri. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka dan wawancara. Dari hasil analisis data didapat temuan bahwa bentuk campur kode yang terdapat dalam Pupulan Pidarta Basa Bali Alus karya I Nyoman Suwija terdiri atas: (1) campur kode bentuk kata; (2) campur kode bentuk frase; (3) campur kode bentuk klausa; (4) campur kode bentuk kata ulang; (5) campur kode bentuk baster; dan (6) campur kode bentuk idiom atau ungkapan. Sementara itu, faktor penyebab terjadinya campur kode ada dua, yakni: (1) faktor linguistik dan (2) faktor ekstralinguistik.
Analisis Struktur Naratif Dan Fungsi Geguritan Guru Bhakti Ni Wayan Apriani
Ganaya : Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 2 No 2-1 (2019)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana struktur naratif yang membangun Geguritan Guru Bhakti?; (2) apa saja fungsi Geguritan Guru Bhakti terhadap kehidupan masyarakat Hindu di Bali?; Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi dokumen, observasi, studi kepustakaan, dan Selanjutnya data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif menggunakan model analisis Miles dan Huberman dengan langkah- langkah (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan. Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan teknik informal yaitu menggunakan bentuk naratif atau deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) struktur Geguritan Guru Bhakti terdiri dari: sinopsis yang menceritakan tokoh Sang Kaca yang dengan penuh pengabdian dan ketekunan berguru kepada Rsi Sukra demi mendapatkan ilmu Widyamreta Sanjiwani; temanya tentang pengabdian dan ketekunan seorang murid kepada gurunya; tokohnya antara lain Sang Kaca, Resi Sukra, Dewayani sebagai tokoh utama sekaligus tokoh protagonis, sedangkan Sang Jayanti, Bhagawan Wrehaspati, dan para raksasa merupakan tokoh tambahan; alur yang digunakan adalah alur kronologis yang mengacu pada tahapan alur yang dijabarkan oleh Nurgiyantoro, meliputi: tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaian; latar tempatnya antara lain Pasraman Wanagiri, di kahyangan, di hutan, dan di tempat tidur, sedangkan latar waktu meliputi malam hari, pagi hari, siang hari, dan sore hari; (2) fungsi Geguritan Guru Bhakti bagi masyarakat Hindu antara lain: sebagai media pembelajaran Agama Hindu dan bahasa Bali, sebagai hiburan, dan sebagai pengiring upacara yadnya.
Afiksasi Dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 Karya I Ketut Ruma (Tinjauan Morfologi Bahasa Bali) I Komang Simpen; I Wayan Jatiyasa; Ni Wayan Apriani
LAMPUHYANG Vol 13 No 2 (2022)
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu Amlapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47730/jurnallampuhyang.v13i2.309

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, dengan pendekatan penelitian empiris, yaitu pendekatan yang digunakan terhadap gejala yang telah ada secara alamiah dimana gejala-gejala yang diselidiki telah ada secara wajar dalam kehidupan sehari-hari. Gejala yang terjadi dimaksud adalah penggunaan afiksasi bahasa Bali yang digunakan dalam teks Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dengan data yang bersifat kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode pencatatan dokumen. Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif kualitatif dengan langkah-langka reduksi awal, display data, conclusion drawing (penyimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma, yaitu: 1) prefiks N-, ma-, ka-, pa-, sa-, pra-, pari-, pati-, dan maka-; 2) sufiks -ang, -in, -an, -e, -n, dan -ing; 3) infiks –um- dan –in-; 4) konfiks pa-an, ma-an, dan ka-an; 5) Simulfiks ma-N dan pa-N; serta 6) kombinasi afiks ma-an, ma-N-in, dan ma-N-ang. 2) Fungsi afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma, yaitu berfungsi membentuk nomina, verba (verba tanggap dan tindak atau verba berobjek penerima dan berobjek penderita ), adjektiva, numerial, dan adverbial. 3) Makna afiksasi bahasa Bali dalam Gaguritan Sutasoma Jilid 1 karya I Ketut Ruma, yaitu: 1) melakukan pekerjaan (baik diri sendiri, untuk orang lain, dan bersama-sama), mengeluarkan, menghasilkan, mengandung, dan menjadi dalam keadaan yang tersebut dalam bentuk dasar/asal; dan 2) menyatakan pelaku, cara/alat, hal, persamaan waktu, arah, seluruh, tiba-tiba, berulang-ulang, rutin, serta mempertegas yang tersebut dalam bentuk dasar/asal.