Sumarsono, Sony Heru
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Institut Teknologi Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH LINAMARIN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK MENCIT (Mus musculus L.) Wahyuni, Fitra; Sumarsono, Sony Heru
Jurnal Ipteks Terapan Vol 11, No 4 (2017): JIT
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.313 KB) | DOI: 10.22216/jit.2017.v11i4.2637

Abstract

ABSTRACTThis study was performed to observe the effect of linamarin on reproductive performance, that consist of the number of live fetuses, reabsorption embryo or fetal, fetal death and fetal body weight together with length. Pregnant mice were divided into one control group with administration of distilled water (0 mg/kgb.w/days) and six treatment groups linamarin dose is 0.36; 0.72; 1.26 mg; 2; 4; and 8 mg/kgb.w./days. Linamarin dosing and control begins at 5th to 16th gestation days, at 17-days of gestation caesarean section were performed to pregnant mice to remove foetuses. Statistical analysis used was a variation analysis by ANOVA followed by comparisons between treatments HSD test (Tukey). Giving linamarin observed in the parent mice led to a decrease in average weight gain of the mother during pregnancy compared with controls. In linamarin dose 8 mg/kgb.w/day an increase in embryo reabsorption and fetal death, as well as the observed decrease in fetal body weight and length, but after statistical analysis of the decrease was not significantly different. Linamarin with the doses given in this study is not expected to interfere with pregnancy based on reproductive performance were observed. Keywords: Linamarin, reproductive performance, fetal weight, fetal body length ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengamati pengaruh linamarin pada penampilan reproduksi yang meliputi jumlah fetus hidup, embrio resorpsi, fetus mati dan berat beserta panjang badan fetus. Induk mencit yang bunting dikelompokkan ke dalam satu kelompok kontrol dengan pemberian akuades (0 mg/kgb.b./hari) dan enam kelompok perlakuan dosis linamarin yaitu 0,36; 0,72; 1,26 mg; 2; 4; dan 8 mg/kgb.b./hari. Pemberian dosis linamarin dan kontrol dimulai pada umur kebuntingan 5 sampai 16 hari, setelah itu pada umur kebuntingan 17 hari mencit dikorbankan nyawanya untuk pengambilan fetus. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis variasi dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan HSD (Tukey). Pemberian linamarin pada induk mencit diamati menyebabkan penurunan rata-rata pertambahan berat badan induk selama kebuntingan dibandingkan dengan kontrol. Pada dosis linamarin 8 mg/kgb.b./hari terjadi peningkatan embrio resorpsi dan fetus yang mati, serta diamati penurunan berat dan panjang badan fetus, namun setelah dilakukan analisis statistik penurunan tersebut tidak berbeda nyata. Linamarin dengan dosis yang diberikan pada penelitian ini diduga tidak mengganggu kebuntingan berdasarkan penampilan reproduksi yang diamati. Kata kunci: Linamarin, penampilan reproduksi, berat badan fetus, panjang badan fetus
PENGARUH LINAMARIN TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI INDUK MENCIT (Mus musculus L.) Fitra Wahyuni; Sony Heru Sumarsono
Jurnal Ipteks Terapan Vol 11, No 4 (2017): JIT
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jit.2017.v11i4.2637

Abstract

ABSTRACTThis study was performed to observe the effect of linamarin on reproductive performance, that consist of the number of live fetuses, reabsorption embryo or fetal, fetal death and fetal body weight together with length. Pregnant mice were divided into one control group with administration of distilled water (0 mg/kgb.w/days) and six treatment groups linamarin dose is 0.36; 0.72; 1.26 mg; 2; 4; and 8 mg/kgb.w./days. Linamarin dosing and control begins at 5th to 16th gestation days, at 17-days of gestation caesarean section were performed to pregnant mice to remove foetuses. Statistical analysis used was a variation analysis by ANOVA followed by comparisons between treatments HSD test (Tukey). Giving linamarin observed in the parent mice led to a decrease in average weight gain of the mother during pregnancy compared with controls. In linamarin dose 8 mg/kgb.w/day an increase in embryo reabsorption and fetal death, as well as the observed decrease in fetal body weight and length, but after statistical analysis of the decrease was not significantly different. Linamarin with the doses given in this study is not expected to interfere with pregnancy based on reproductive performance were observed. Keywords: Linamarin, reproductive performance, fetal weight, fetal body length ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengamati pengaruh linamarin pada penampilan reproduksi yang meliputi jumlah fetus hidup, embrio resorpsi, fetus mati dan berat beserta panjang badan fetus. Induk mencit yang bunting dikelompokkan ke dalam satu kelompok kontrol dengan pemberian akuades (0 mg/kgb.b./hari) dan enam kelompok perlakuan dosis linamarin yaitu 0,36; 0,72; 1,26 mg; 2; 4; dan 8 mg/kgb.b./hari. Pemberian dosis linamarin dan kontrol dimulai pada umur kebuntingan 5 sampai 16 hari, setelah itu pada umur kebuntingan 17 hari mencit dikorbankan nyawanya untuk pengambilan fetus. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis variasi dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan HSD (Tukey). Pemberian linamarin pada induk mencit diamati menyebabkan penurunan rata-rata pertambahan berat badan induk selama kebuntingan dibandingkan dengan kontrol. Pada dosis linamarin 8 mg/kgb.b./hari terjadi peningkatan embrio resorpsi dan fetus yang mati, serta diamati penurunan berat dan panjang badan fetus, namun setelah dilakukan analisis statistik penurunan tersebut tidak berbeda nyata. Linamarin dengan dosis yang diberikan pada penelitian ini diduga tidak mengganggu kebuntingan berdasarkan penampilan reproduksi yang diamati. Kata kunci: Linamarin, penampilan reproduksi, berat badan fetus, panjang badan fetus
Hubungan Reactive Oxygen Species (ROS), Superoxide Dismutase (SOD) dengan Protein α-Sinuklein-Larut Air pada Batang Otak Tikus yang Diinduksi Rotenon Arief Budi Yulianti; Sony Heru Sumarsono; Ahmad Ridwan; Ayda T. Yusuf
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3179.146 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v3i2.1508

Abstract

Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif dengan ganggunan gerak bila kematian neuron dopaminergik lebih dari 70%. Paparan neurotoksin diduga menjadi penyebab terjadinya Parkinson sporadik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi stres oksidatif pada batang otak tikus Wistar yang diinduksi rotenon. Metode penelitian eksperimental dengan menggunakan tikus Wistar jantan. Penelitian dilakukan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) periode Januari 2011–November 2013. Variabel bebas yaitu kelompok tikus, lama perlakuan, waktu pengamatan, dan lokasi di batang otak. Variabel terikat yaitu konsentrasi superoxide dismutase (SOD), konsentrasi protein α-sinuklein-larut air, dan densitas reactive oxygen species (ROS). Densitas ROS berbeda secara signifikan antara kelompok perlakuan (p=0,029), waktu pengamatan (p=0,0001), dan lokasi di batang otak (p=0,001). Konsentrasi SOD tidak berbeda secara signifikan antarkelompok perlakuan (p=0,566), waktu pengamatan (p=0,441), dan lokasi di batang otak (p=0,091). Konsentrasi protein α-sinuklein-larut air berbeda secara signifikan antarkelompok perlakuan (p=0,001) dan waktu pengamatan (p=0,001), tetapi tidak berbeda secara signifikan pada lokasi di batang otak (p=0,625). Densitas ROS relatif tertinggi pada hari ke-10 dan ke-40. Sementara itu, konsentrasi SOD pada hari ke-10 dan ke-40 relatif rendah, sedangkan konsentrasi protein α-sinuklein-larut air pada hari ke-10 relatif tinggi dibanding dengan hari ke-40. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stres oksidatif pada batang otak tikus Wistar yang diinduksi rotenon berpengaruh pada struktur protein α-sinuklein. THE RELATIONSHIP AMONG REACTIVE OXYGEN SPECIES (ROS), SUPEROXIDE DISMUTASE (SOD), AND α-SYNUCLEIN PROTEIN-WATER SOLUBLE IN WISTAR RAT'S BRAINSTEM TREATED WITH ROTENONEParkinson is the neurodegenerative disease with movement disordered, if the dopaminergic neurons dead more than 70%. Neurotoxins exposure is predicted cause sporadic Parkinson. The research aim was to determine oxidative stress stage in the brainstems Wistar rat’s treated-rotenone. An experimental study using male Wistar rats. The study was held in School of Life Sciences and Technology during January 2011–November 2013. The independent variables: groups of rats, long treatment, observation time, and location in the brainstem. The dependent variables: superoxide dismutase (SOD) concentration, concentration of protein α-synuclein-water soluble, and reactive oxygen species (ROS) density. Reactive oxygen species (ROS) density significantly different among treatment groups (p=0.029), observation time (p=0.0001), and the location in the brainstem (p=0.001). Superoxide dismutase (SOD) concentrations were not significantly different among treatment groups (p=0.566), observation time (p=0.441), and the location in the brainstem (p=0.091). The concentration of protein α-synuclein-water soluble was significantly different among treatment groups (p=0,001) and observation time (p=0.001), but not significantly different at the location in the brainstem (p=0.625). Reactive oxygen species (ROS) density were relatively high at day 10 and 40. Meanwhile SOD concentration on day 10 and 40 are relatively low. The concentration of α-synuclein protein-water soluble on day 10 was relatively higher than on day 40. The conclution is oxidative stress in the brainstem Wistar rat’s treated-rotenone effected on the protein α-synuclein structure changes.