cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi" : 10 Documents clear
Penggunaan kalium nitrat dalam pematahan dormansi fisiologis setelah pematangan pada beberapa galur padi mutan organik spesifik lokal Aceh Halimursyadah Halimursyadah; Syamsuddin Syamsuddin; Hasanuddin Hasanuddin; Efendi Efendi; Najwa Anjani
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.197 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.25468

Abstract

Sari. Induksi mutasi radiasi merupakan metode efektif untuk meningkatkan keragaman tanaman.  Kajian akan sifat-sifat yang dibawa oleh generasi galur padi hasil mutasi penting untuk dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh radiasi sinar gamma terhadap sifat dormansi fisiologis after ripening pada galur padi mutan organik dan mengetahui keefektifan penggunaan konsentrasi KNO3 terhadap upaya pematahan dormansinya. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor serta menggunakan uji lanjut Tukey pada taraf nyata 5%.  Faktor pertama adalah galur padi mutan organik terdiri 5 taraf yaitu G0 = tanpa radiasi (Sanbei Simeleu) sebagai pembanding, G1= Sultan Unsrat, G2= 39e, G3= 75d, G4=57e. Faktor kedua adalah  konsentrasi KNO3 terdiri 3 taraf yaitu K0 = 0%, K1 = 1%, dan K2 = 2%. Parameter yang diamati adalah potensi tumbuh maksimum, daya berkecambah, indeks vigor, keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh relatif, berat kering kecambah normal, dan persistensi dormansi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur padi mutan organik berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering kecambah normal dan berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum. Konsentrasi KNO3 berpengaruh sangat nyata terhadap daya berkecambah dan berat kering kecambah normal, serta berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum dan kecepatan tumbuh relatif. Terdapat interaksi sangat nyata antara galur padi mutan organik dan konsentrasi KNO3 terhadap berat kering kecambah normal, dan interaksi nyata terhadappotensi tumbuh maksimum, dan daya berkecambah.  Kombinasi terbaik dijumpai pada galur padi mutan organik 57e dan konsentrasi KNO3 2%.Kata kunci: Setelah pematangan ∙ Dormansi ∙ Galur mutan ∙ KNO3 ∙ Padi Abstract. This study aims to determine the effect of gamma radiation on the physiological dormancy after-ripening of organic mutant rice lines and the effectiveness using KNO3 concentrations on efforts to break dormancy. The study was conducted at the Seed Science and Technology Laboratory, Syiah Kuala University. This research used a completely randomized design (CRD) with two factors and Tukey test at significance level of 5%. The first factor was the organic mutant rice lines that consisted of 5 levels. There were G0 = without radiation (Sanbei Simeleu) as a comparison, G1 = Sultan Unsrat, G2 = 39e, G3 = 75d, and G4 = 57e. The second factor was KNO3 concentration, that consisted of 3 levels. There were K0 = 0%, K1 = 1%, and K2 = 2%. The observed parameters were dormancy persistence, maximum growth potential, germination, vigour index, the simultaneity of growth, relative growth speed, and normal germination dry weight,. The results showed that the organic mutant rice lines had a very significant effect on the dry weight of normal sprouts and had a significant effect on maximum growth potential. KNO3 concentration has a very significant effect on germination and dry weight of normal sprouts and has a significant effect on the maximum growth potential and relative growth speed. There was a highly significant interaction between organic mutant rice lines and KNO3 concentration on the normal dry weight of the sprouts, and significant interaction with maximum growth potential and germination. The best interaction was found in organic mutant rice lines 57e and KNO3 concentration of 2%.Keywords: After ripening ∙ Dormancy ∙ KNO3 ∙ Mutantline ∙ Rice
Potensi jamur rizosfer bawang merah dalam menekan Fusarium oxysporum f.sp. cepae, penyebab penyakit busuk umbi bawang merah Satriyo Restu Adhi; Tarkus Suganda
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.815 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.22877

Abstract

Sari. Penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cepae (Foc) merupakan salah satu penyakit penting pada bawang merah. Pengendalian penyakit busuk umbi yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan pengendalian biologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan isolat jamur asal rizosfer tanaman bawang merah yang memiliki sifat antagonis terhadap Foc. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fitopatologi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, pada bulan November 2017 hingga Januari 2018. Tahapan penelitian ini terdiri atas: (1) isolasi dari tanah rizosfer pertanaman bawang merah asal Desa Pelayangan Kabupaten Cirebon, (2) uji antagonisme secara in-vitro dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan (3) uji kemampuan jamur rizosfer dalam memicu perkecambahan benih bawang merah. Dari hasil percobaan diperoleh 11 isolat jamur rizosfer yang terdiri atas genus Aspergillus, Penicillium, Paecilomyces, dan Trichoderma yang memiliki karakteristik mikroskopis yang berbeda satu sama lain. Hasil uji antagonisme menunjukkan bahwa 11 isolat jamur rizosfer yang diuji memiliki sifat antagonistik dan dapat menghambat jamur Foc secara in-vitro antara 65,58% hingga 84,71%. Isolat JRC1 (Aspergillus) dan JRC6 (Paecilomyces) memiliki sifat memicu perkecambahan benih bawang merah.Kata kunci: Bawang merah ∙ Jamur antagonis rizosfer ∙ Busuk umbi ∙ Fusarium oxysporum f.sp cepaeAbstract. Basal rot caused by Fusarium oxysporum f.sp. cepae (Foc) is one of the important diseases in shallot. Biological control is one of the environmentally friendly control methods. The purpose of this research was to obtain isolates of rhizospheric fungi of shallot which were antagonistic against Foc. Research has been conducted at the Laboratory of Phytopathology Department of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, from November 2017 up to January 2018. The research consisted of: (1) isolation of fungi from shallot rhizosphere soil of shallot plantation located at Desa Pelayangan Cirebon, West Java, (2) in-vitro antagonistic test using a completely randomized design (CRD), and (3) test the ability of selected fungal isolates to triggering shallot seed germination. The experiment obtained 11 isolates of the antagonistic rhizospheric fungi consisted of Aspergillus, Penicillium, Paecilomyces, and Trichoderma which have different microscopic characteristics. The results showed that antagonistic rhizospheric fungi inhibit the growth of Foc. Their inhibitions rate ranged from 65.58% to 84.71%. The isolates of JRC1 (Aspergillus) and JRC6 (Paecilomyces) were able to trigger the germination of shallot seeds.Keywords: Shallot ∙ Antagonistic rhizospheric fungi ∙ Basal rot ∙ Fusarium oxysporum f.sp. cepae
Deteksi pestisida Deltamethrin pada daun teh dengan variasi semprot (3x dan 6x) menggunakan spektroskopi raman Agung Beny Saputra; Kurniah Kurniah; Risma Risma; Affi Nur Hidayah
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.507 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24898

Abstract

Sari. Pestisida banyak digunakan petani untuk mencegah hama pada proses penanaman daun teh, padahal jika tertelan manusia bisa menimbulkan banyak penyakit. Kita perlu mempelajari metode yang mudah untuk mendeteksi kandungan pestisida. Pada penelitian ini, pestisida deltamethrin pada daun teh dideteksi dengan menggunakan alat spektroskopi Raman. Daun teh segar disemprot pestisida dengan konsentrasi 0,01 ppm; 0,1 ppm; 1 ppm; 10 ppm; dan 100 ppm. Variasi penyemprotan juga dilakukan pada daun teh, yaitu 3x dan 6x penyemprotan untuk setiap konsentrasi pestisida yang digunakan. Daun teh yang sudah disemprot kemudian dikeringkan dan ditaruh di dudukan sampel di alat spektroskopi raman dengan sumber laser yang dipakai adalah 532 nm. Spektroskopi Raman  membantu dalam menentukan nilai deteksi pestisida pada daun teh dimana nilai deteksi pestisida berupa perbandingan antara panjang gelombang (Raman shift) dengan intensitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai deteksi pestida yang disemprot pada daun teh dan menentukan pengaruh variasi jumlah semprotan pestisida ke daun teh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida deltamethrin pada daun teh berhasil dideteksi dengan menggunakan alat spektroskopi Raman. Pada penyemprotan 6x puncak deltamethrin menunjukkan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas puncak pestisida deltamethrin dengan kondisi penyemprotan 3x pada daun teh.Kata kunci: Pestisida Deltamethrin ∙ Spektroskopi raman ∙ Teh Detection of Deltamethrin pesticide on tea leaves with different spray variations (3x and 6x) using spektroskopi raman Abstract. Pesticide were widely used by farmers to prevent pests on tea plant , whereas if swallowed by human could cause many diseases. We need to know the easy method to detect deltamethrin pesticide.  In this experiment, deltamethrin pesticides in the tea leaves were detected using Raman spectroscopy. The fresh tea leaves were sprayed with pesticides at the concentration of 0.01 ppm, 0.1 ppm, 1 ppm, 10 ppm, and 100 ppm. Spraying concentration were also carried out on the tea leaves with 3  and 6times spray variation for each concentration. The sprayed tea leaves were dried and placed in a sample position at the Raman spectroscopy. Its testing tool helped in determining the detection value of pesticides on tea leaves, the value of detection of pesticides in the form of a ratio between wavelength (Raman shift) with intensity. The purpose of this study was to determine the detection value of pesticides sprayed on tea leaves and determine the effect of variations in the amount of pesticide spray to tea leaves. The results showed that the deltamethrin pesticide on tea leaves was successfully detected using the Raman spectroscopy. In spraying 6 times, the peak of deltamethrin showed a higher intensity compared to the peak intensity of the pesticide deltamethrin with spraying conditions 3 times on the tea leaves.Keywords: Deltamethrin pesticides ∙ Raman spectroscopy ∙ Tea leaves
Pengaruh metode aplikasi dan dosis stimulan cair terhadap produksi lateks pada tanaman karet Klon PR 300 umur 25 tahun Cucu Suherman; Intan Ratna Dewi; Ria Wulansari
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.767 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.23586

Abstract

Sari. Penggunaan stimulan pada tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan salah satu upaya yang umum dilakukan untuk meningkatkan produksi lateks. Penggunaan stimulan bertujuan untuk memperpanjang masa aliran lateks sehingga lateks yang dihasilkan dapat lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi perlakuan terbaik dari metode aplikasi dan dosis stimulan cair yang digunakan untuk meningkatkan produksi lateks pada klon PR 300. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2015 di PT. PP Bajabang Indonesia yang memiliki ketinggian tempat 200 meter di atas permukaan laut dengan ordo tanah Inceptisol. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 11 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali dengan susunan perlakuan sebagai berikut: Tanpa stimulant (A); Metode Groove + dosis 0,5 mL/pohon (B); Metode Groove + dosis 0,6 mL/pohon (C); Metode Groove + dosis 0,7 mL/pohon (D); Metode Groove + dosis 0,8 mL/pohon (E); Metode Groove + dosis 0,9 mL/pohon (F); Metode Bark + dosis 0,5 mL/pohon (G); Metode Bark + dosis 0,6 mL/pohon (H); Metode Bark + dosis 0,7 mL/pohon (I); Metode Bark + dosis 0,8 mL/pohon (J); dan Metode Bark + dosis 0,9 mL/pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode aplikasi groove dan bark yang dikombinasikan dengan beberapa dosis stimulan cair pada tanaman karet umur 25 tahun menghasilkan volume lateks yang relatif sama dengan tanpa stimulan pada klon PR 300.Kata kunci: Klon PR 300 ∙ Stimulan karet ∙ Penyadapan Abstract. The application of stimulant on rubber tree is one of the common efforts to increase latex production. This application is supposed to extend the period of latex flow, so that can produce more latex. The aim of this research was to get the best treatment combination of application method and liquid stimulant dosage that used to increase latex production on clone PR 300. The research was conducted from March to May 2015 at PT. PP Bajabang Indonesia at 200 meters altitude. The research was arranged using Randomized Block Design (RBD), consisted of 11 treatments and 3 replications. The treatments were: Without Stimulant (A); Groove Method + 0.5 mL/tree dose (B); Groove Method + 0.6 mL/tree dose (C); Groove Method + 0.7 mL/tree dose (D); Groove Method + 0.8 mL/tree dose (E); Groove Method + 0.9 mL/tree dose (F); Bark Method + 0.5 mL/tree dose (G); Bark Method + 0.6 mL/tree dose (H); Bark Method + 0.7 mL/tree dose (I); Bark Method +0.8 mL/tree dose (J); and Bark Method + 0.9 mL/tree dose (K). The results of this research showed that groove method and bark method that combined with variant dosage of liquid stimulant in 25 years old rubber plants produced the same latex with no stimulant on clone PR 300.Keywords: Clone PR 300 ∙ Rubber stimulant ∙ Tapping 
Respons pertumbuhan tanaman kelapa kopyor (Cocos nucifera L.) belum menghasilkan terhadap pemberian pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk organik cair Fatwa Halimah Risandi; Mira Ariyanti; Mochamad Arief Soleh
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.299 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.23607

Abstract

Sari. Kelapa kopyor merupakan salah satu plasma nutfah yang ada di Indonesia dan potensial untuk dikembangkan. Upaya peningkatan produktivitas kelapa kopyor dapat  melalui pemupukan, yaitu dengan pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemupukan yang tepat untuk tanaman kelapa kopyor belum menghasilkan dengan kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik cair. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan PT. Mekar Unggul Sari (Taman Buah Mekarsari), Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, pada bulan Juli sampai dengan Desember 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri dari 16 perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari 2 tanaman dan diulang sebanyak 2 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi dosis 50% pupuk anorganik dengan 25% dosis pupuk organik cair dari dosis anjuran cenderung berpengaruh baik pada parameter pertambahan tinggi tanaman, lilit batang, dan  jumlah daun, sementara kombinasi dosis 75% pupuk anorganik dan 125% dosis pupuk organik cair cenderung meningkatkan rata-rata luas daun.Kata kunci : Pupuk anorganik ∙ Pupuk organik cair ∙ Kelapa kopyor Abstract. Kopyor coconut is one of the germplasm from Indonesia and potential to be developed. Efforts to increase the productivity of kopyor coconut can be through fertilization, by providing inorganic fertilizers and liquid organic fertilizers. This study aimed to understand the right fertilization for young kopyor coconut plants that applied by combination of of inorganic fertilizer and liquid organic fertilizer. This research was conducted at the PT. Mekar Unggul Sari (Mekarsari Fruit Garden), Cileungsi, Bogor, West Java, from July to December 2018. It used a Randomized Block Design (RBD), that consisted of 16 treatments and each treatment consisted of 2 plants and repeated 2 times. The results showed that the combination of 50% dosage of inorganic fertilizer with 25% dosage of liquid organic fertilizer had a trendto give better effect on plant height, stem diameter, and leaf number, while 75% dosage of inorganic fertilizer with 125% dosage of liquid organic fertilizer tend to gave better effect on leaf area.Keywords : Inorganic fertilizer ∙ Liquid organic fertilizer ∙ Kopyor coconut
Aplikasi pupuk organik dan N, P, K terhadap pH tanah, P-tersedia, serapan P, dan hasil padi hitam (Oryza sativa L.) pada inceptisol Anni Yuniarti; Eso Solihin; Ayuning Tiara Arief Putri
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.32 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24563

Abstract

Sari. Padi hitam memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan, yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, mencegah gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker / tumor, dan banyak manfaat lainnya. Dewasa ini, produktivitas padi hitam masih relatif rendah, dengan beberapa penyebabnya adalah degradasi lahan dan ketidakseimbangan nutrisi di tanah. Salah satu ordo tanah yang distribusi secara luas di Indonesia yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman adalah Inceptisol. Oleh karena itu, Inceptisols memerlukan penanganan yang tepat, seperti aplikasi pupuk organik dan anorganik yang seimbang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui macam pupuk organik dan dosis N, P, K terbaik terhadap pH tanah, P tersedia, serapan P dan bobot gabah kering panen dan gabah kering giling padi hitam (Oryza sativa L.). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan, tiga ulangan. Jenis pupuk organik terdiri dari kompos jerami, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan pupuk kandang domba dengan dosis 10 t / ha. Pupuk N, P, K yang digunakan terdiri atas dosis 50% dan 100% rekomendasi (Urea 300 kg/ha; TSP 50 kg/ha; KCl 50 kg/ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang ayam + 100% N, P, K rekomendasi memberikan bobot gabah kering giling terbaik pada padi hitam (Oryza sativa L.) menghasilkan 55,40 g / tanaman atau 7,09 t/ ha..Kata kunci: Padi hitam ∙ Pupuk organik ∙ Pupuk N,P,K ∙ Inceptisol ∙ Fosfor Application of organic and N, P, K fertilizer to pH, P-available, P absorption, and black rice yield (Oryza sativa L.) in inceptisol ABSTRACT. Black rice has good advantages for health, which can increase the body's resistance to disease, prevent kidney failure, prevent cancer/tumors, and many other benefits. Today, the productivity of black rice is still relatively low, with several causes being land degradation and imbalance of nutrients in the land. One of the land orders that is widely distributed in Indonesia for plant cultivation is Inceptisols. Therefore, Inceptisols needed a proper handling, such as balanced application of organic and inorganic fertilizers. The aim of this research was to know the best type of organic fertilizer and the best dosage of N,P,K on soil pH, available P, P uptake and yield of black rice (Oryza sativa L.). The experimental design used Randomized Block Design (RBD) with 10 treatments and three replications. The type of organic fertilizer consisted of rice straw compost, chicken manure, cow manure, and sheep manure, with 10 t/ha doses. The N,P,K fertilizer that used has a dosage of 50% and 100% (Urea 300 kg/ha, TSP 50 kg/ha, and KCl 50 kg/ha). The results showed that the application of chicken manure + 100% N,P,K gave the best yield on black rice (Oryza sativa L.) yield of 55.40 g / plant or 7.09 t/haKeywords: Black rice ∙ Organic fertilizer ∙ N,P,K fertilizer ∙ Inceptisols ∙ Phosphorus
Pengaruh cuaca terhadap hasil pucuk teh (Camellia sinensis L.(O) Kuntze) klon GMB 7 pada periode jendangan dan pemetikan produksi Intan Ratna Dewi Anjarsari; Erdi Rezamela; Heri Syahrian; Vitria Hapsari Rahadi
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.186 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.23375

Abstract

Sari. Banyak faktor yang berperan dalam peningkatan produktivitas tanaman teh, diantaranya adalah faktor cuaca, seperti peningkatan curah hujan dan pergerseran musim. Pertumbuhan dan hasil tanaman teh pada musim kemarau  terutama setelah tanaman teh dipangkas dan memasuki fase jendangan dan pemetikan produksi akan lebih baik bila air cukup tersedia dan suhu tidak terlalu tinggi, sebaliknya pada musim hujan hasil tidak terlalu tinggi dan rentan terserang hama penyakit namun kualitas teh cenderung baik.  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh cuaca terhadap bobot basah pucuk, bobot kering pucuk, dan rasio pucuk peko burung pada periode jendangan dan pemetikan produksi.  Percobaan dilaksanakan  di Kebun Percobaan Blok A5 Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung dari Maret-September 2018. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini tanaman teh  TM  klon GMB 7  (umur 7 tahun)  sebanyak 960 tanaman (satu plot sebanyak 10 tanaman)  dengan jarak tanam 110 cm x 90 cm. Eksperimen ini menggunakan korelasi Pearson pada level signifikansi 5%. Jumlah data berpasangan antara data cuaca dan data produksi daun teh adalah 24 unit komposit. Data cuaca yang diamati adalah suhu, kelembaban, curah hujan, dan radiasi matahari, sementara data produksi yang diamati adalah bobot basah dan bobot kering pucuk. Hasil analisis menunjukkan bahwafaktor suhu, kelembaban, curah hujan, dan  radiasi matahari berkorelasi negatif  dan tidak signifikan terhadap bobot basah dan bobot kering pucuk pada periode pemetikan jendangan. Unsur cuaca yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, dan radisi matahari  berkorelasi negatif  terhadap bobot basah pucuk (BBP) dan bobot kering pucuk (BKP) pada periode pemetikan  produksi. Faktor suhu secara  signifikan/nyata dengan nilai korelasi sebesar 0,99  berpengaruh terhadap bobot kering pucuk.  Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu akan menurunkan bobot kering pucuk.Kata kunci : Perubahan cuaca ∙ Jendangan ∙ Pemetikan produksi Abstract. Many factors play a role in increasing the productivity of tea plants, including weather factors, such as increasing rainfall and shifting seasons. The growth and yield of tea plants in the dry season, especially after the tea plants are pruned into the tipping period and production plucking, will be better if water is available and the temperature is not too high, vice versa in the rainy season yields are not too high and susceptible to disease pests, but tea quality tends to be good. This study aimed to examine the effect of weather on shoot wet weight, shoot dry weight, and the ratio of banji shoots in tipping and production plucking period of tea. The experiment was carried out in the Block A5 Experimental Plantation, Tea and Quinine Research Center, from March until September 2018. The plant material used in this study was tea clones of GMB tea (7 years old) and number of sample was 960 plants (one plot of 10 plants) with spacing 110 cm x 90 cm. This experiment used Pearson correlation in of 5% of significance level. The number of paired data between weather data and tea leaf production data was 24 composite units. Weather data were temperature, humidity, rainfall, and solar radiation, while tea production data were wet and dry weight of shoot.The results of the analysis showed that temperature, humidity, rainfall, and solar radiation, had negative correlation and correlated not significantly to the wet weight and shoot dry weight of the shoot in tipping period. It had negative correlation too to shoot wet weight and shoot dry weight in tipping period. The temperature factor correlated significantly with a correlation value of 0.99 to the shoot dry weight. This showed that increasing the temperature will reduce the shoot dry weight.Keywords: Weather change ∙ Tipping ∙ Production plucking
Respons fisiologis tanaman kentang terhadap jenis zat pengatur tumbuh pada berbagai kondisi cekaman kekeringan di dataran medium Nita Yuniati; Jajang Sauman Hamdani; Mochamad Arief Soleh
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.863 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24972

Abstract

Sari Peningkatan suhu global akibat peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer sangat berpotensi terjadi cekaman kekeringan pada tanaman kentang. Fenomena ini dapat mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) asam salisilat dan paclobutrazol mampu memberikan perlindungan bagi tanaman terhadap cekaman kekeringan melalui serangkaian proses fisiologis seperti peningkatan aktivitas fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara ZPT dan cekaman kekeringan serta memperoleh jenis ZPT dan kondisi cekaman kekeringan yang masih mampu menghasilkan karakter fisiologis tanaman kentang terbaik di dataran medium. Percobaan bertempat di Kebun Percobaan Ciparanje, Jatinangor, pada ketinggian 685 m di atas permukaan laut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi. Petak utama terdiri dari interval penyiraman 1, 4, 8, dan 12 hari, sedangkan anak petak terdiri atas tanpa ZPT, asam salisilat, paclobutrazol, serta kombinasi asam salisilat dan paclobutrazol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara jenis ZPT dengan cekaman kekeringan terhadap seluruh parameter fisiologis. Penambahan ZPT paclobutrazol mampu menghasilkan respons terbaik terhadap konduktansi stomata serta suhu kanopi. Sementara itu, tanaman kentang pada 9 MST masih mampu memberikan respons fluoresensi klorofil terbaik hingga interval penyiraman 4 hari.Kata kunci: Kentang ∙ Cekaman kekeringan ∙ Asam salisilat ∙ Paclobutrazol Abstract. The rising of CO2 concentration increases global temperature. This phenomenon potentially causes drought stress in potato plant and lead to interfere its physiological process. Plant growth regulator (PGR) such as salicylic acid and paclobutrazol are expected to protect the plant due to the drought stress through improving photosynthesis activity. This study aimed to understand the interaction between PGR and drought stress; and find out the types of PGR and drought stress condition which are able to provide the best physiological responses of potato plant in medium altitude. The experiment was conducted in Ciparanje Experimental Field, Jatinangor, at an altitude 685 m above sea level. Split plot design was used as the experimental design. The main plot was watering interval, consisted of 1, 4, 8, and 12 day; while the subplot was PGR treatment, consisted of non-PGR, salicylic acid, paclobutrazol, and the combination of salicylic acid and paclobutrazol. All of the treatments were replicated for 3 times. The results showed that interactions were not occurred between PGR and drought stress to all physiological parameters. The treatment of paclobutrazol exhibited stomatal conductance and canopy temperature. Meanwhile, the potato plant showed good responses on chlorophyll fluorescence 9 WAP until 4 days watering interval.Keywords: Potato ∙ Drought stress ∙ Salicylic acid ∙ Paclobutrazol
Optimasi teknik sterilisasi dan induksi tunas tanaman durian (Durio zibethinus Murr) ‘Kamajaya’ lokal Cimahi Secara in vitro Agung Rahmadi; Noladhi Wicaksana; Bambang Nurhadi; Erni Suminar; Siti Rakhmah Tenrisui Pakki; Syariful Mubarok
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.702 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24559

Abstract

Sari. Durian ‘Kamajaya’ merupakan salah satu jenis durian lokal yang keberadaanya hampir punah sehingga perlu dilakukan konservasi, salah satunya yaitu dengan perbanyakan menggunakan kultur jaringan. Permasalahan yang muncul dalam kultur jaringan durian ini salah satunya adalah metode sterilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode sterilisasi yang tepat untuk perbanyakan tanaman durian ‘Kamajaya’ secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, sejak bulan Mei sampai September tahun 2019. Eksplan yang digunakan adalah tunas muda dari tanaman durian ‘Kamajaya’ yang berasal dari Cimahi. Sterilisasi untuk inisiasi dengan teknik kultur jaringan menggunakan kombinasi air mengalir, detergen, fungisida, bakterisida, alkohol 70%, antiseptik PCMX 10%, surfaktan polysorbate 3 tetes per liter, antiseptik povidone-iodine, clorox (10% dan 20%)  dan HgCl2 0,1%. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sterilisasi tunas muda durian ‘Kamajaya’ dengan menggunakan air mengalir, perendaman dalam detergen selama 10 menit, perendaman dalam fungisida selama 10 menit, perendaman dalam clorox 20% + surfaktan polysorbate 3 tetes per L selama 20 menit, perendaman dalam clorox 10% selama 10 menit, serta perendaman dalam HgCl2 0,1% selama 1 menit memiliki presentase kontaminasi terendah yaitu 20 % dan presentasi hidup tertinggi yaitu 80 %.Kata kunci:  Durian ‘Kamajaya’ ∙ Kultur jaringan ∙ Sterilisasi Abstract. Durian 'Kamajaya' is a type of local durian that is almost extinct. Tissue culture is one of the methods that can be used as a plant conservation. However, many problems arise in Durian tissue culture, one of which is the sterilization method. The objective of this study was to obtain an appropriate in vitro sterilization method for the multiplication of Durian 'Kamajaya'. The research was conducted at the Laboratory of Tissue Culture, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, from May to September 2019. The durian buds were used as plant explant sterilized for initiation with tissue culture techniques using different sterilization methods as following running water, detergent, fungicides  , bactericide, alcohol 70% , PCMX antiseptic 10%, polysorbate surfactant 3 drops per L,  clorox (10% and 20%), and  HgCl2 0.1%. The results showed that the sterilization of Durian 'Kamajaya' using water flow + soaking in detergent for 10 minutes +  fungicide for 10 minutes + Clorox 20% and polysorbate surfactant 3 drops per L for 20 minutes + Clorox 10% for 10 minutes + HgCl2 0.1% for 1 minute gave the lowest percentage of contamination (20%) and the highest life presentation(80%).Keywords: Durian 'Kamajaya' ∙ Tissue culture ∙ Sterilization
Pengujian efektivitas jenis media tanam dan nutrisi terhadap produksi kubis bunga (Brassica oleracea L. var. Botrytis, subvar. Cauliflora DC) kultivar Mona F1 pada sistem hidroponik Rommy Andhika Laksono
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.56 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.23744

Abstract

Sari Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan produksi kubis bunga di Indonesia, diantaranya sistem budidaya yang kurang tepat, nutrisi yang kurang optimal, kurangnya pemanfaatan unsur organik dalam teknik budidayanya, serta pemanfaatan lahan sempit perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mendapatkan jenis nutrisi yang memberikan produksi tertinggi kubis bunga (Brassica oleracea L. Var. botrytis) kultivar Mona F1 pada setiap jenis media tanam dengan hidroponik sistem fertigasi untuk menciptakan pertanian berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di screen house bertempat di Desa Karang Mekar, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Tempat penelitian berada pada ketinggian 15 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2019. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, terdiri atas 9 perlakuan yang diulang 3 kali. Faktor pertama jenis media tanam (M) terdiri dari 3 taraf, sementara faktor ke dua jenis nutrisi (N) terdiri dari 3 taraf. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian ini adalah terdapat interaksi jenis media tanam dan jenis pupuk terhadap rata-rata jumlah daun umur 42 hari setelah tanam dan rata rata bobot segar tanaman kubis bunga  Varietas Mona F1 pada sistem fertigasi hidroponik.Kata kunci : Kubis bunga ∙ Media tanam ∙ Nutrisi Abstract. There are several factors that cause the decline in production of cauliflowers in Indonesia, including inadequate cultivation systems, suboptimal nutrition, and the lack of use of organic elements in cultivation techniques, as well as the use of narrow urban land. The purpose of this research was to study and obtain the type of nutrition that provides the highest yield of cauliflower Cultivar Mona F1 on each type of gowing media with hydroponic fertigation system to create sustainable agiculture. This research was conducted at the screen house located in Karang Mekar Village, Kedungwaringin District, Bekasi Regency, West Java Province. The research site was at an altitude of 15 meters above sea level. The research was conducted from April to August 2019. The method used an experimental method and the experimental design used a factorial Randomized Block Design (RBD), that consisted of 9 treatments and repeated 3 times. The first factor was the type of planting media (M), consisted of 3 levels, and the second factor was the type of nutrition (N), consisted of 3 levels. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan’s Multiple Range Test at significance level of 5%. The results achieved from this study were the interaction of planting media types and fertilizer types on the average number of leaves at 42 days after planting and the average fresh weight of the cauliflower (Brassica oleracea L. Var. Botrytis) cultivar Mona F1 in the hydroponic fertigation system. Keywords: Flower cabbage ∙ Planting media ∙ Nutrition

Page 1 of 1 | Total Record : 10