cover
Contact Name
Christy Vidiyanti
Contact Email
christy.vidiyanti@mercubuana.ac.id
Phone
+628567535557
Journal Mail Official
arsitektur@mercubuana.ac.id
Editorial Address
Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jl. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan, dan Lingkungan
ISSN : 20888201     EISSN : 25982982     DOI : https://dx.doi.org/10.22441/vitruvian
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Ilmiah VITRUVIAN adalah jurnal yang mencakup artikel bidang ilmu arsitektur, bangunan, dan lingkungan. Jurnal ilmiah Vitruvian terbit secara berkala yaitu 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober, Februari, dan Juni. Redaksi menerima tulisan ilmiah tentang hasil penelitian yang berkaitan erat dengan bidang arsitektur, bangunan, dan lingkungan.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2015)" : 6 Documents clear
POLA BERTINGGAL PEKERJA BANGUNAN DI JAKARTA SELATAN DAN DAERAH PINGGIRAN Studi Kasus: Pekerja Bangunan di Cilandak Cipete Jakarta Selatan dan Pamulang Bintaro Tangerang Selatan Rachmad Widodo
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.64 KB)

Abstract

ABSTRACTThe city was founded by a community to meet a variety of uses perceived important by the community to become more civilized. Consciously or unconsciously, urban areas laid out for this purpose. In the perspective of history, the city developed due to the increase of population or because of the increased functions pelayananannya, both nationally and internationally.City certainly does not only consist of a physical condition such as high rise buildings, shopping malls, roads, bridges, green open spaces only or housing so quickly stuffing various corners of the city area. The city also consists of the citizens as its occupants and that creates the physical conditions. Those who create the physical condition of which is the role of architects, city planners, field physically carried by construction workers.A construction worker in his life living in “bedeng”/ workers barracks of projects, residential contract, or have their own homes. Construction workers there who have relatives or have no relatives.Keywords: building workers, city, relatives, pattern, liveABSTRAKKota didirikan oleh sebuah masyarakat untuk memenuhi berbagai kegunaan yang dirasakan penting oleh masyarakat tersebut untuk menjadi lebih beradab. Secara sadar atau tidak sadar, wilayah kota ditata untuk kepentingan tersebut. Dalam perspektif sejarah, kota berkembang karena pertambahan jumlah penduduknya atau karena meningkatnya fungsi-fungsi pelayananannya, baik secara nacional maupun internasional.Kota tentu saja tidak hanya terdiri dari kondisi fisik yang berupa gedung bertingkat, pertokoan, mal, jalan, jembatan, ruang terbuka hijau saja atau perumahan yang begitu cepat menjejali berbagai sudut kawasan kota. Kota juga terdiri dari warga sebagai penghuninya dan yang menciptakan kondisi fisik tersebut. Kalangan yang menciptakan kondisi fisik tersebut diantaranya adalah peran arsitek, perencana kota, di lapangan secara fisik dilakukan oleh pekerja bangunan.Pekerja bangunan dalam kehidupannya tingal di bedeng-bedeng proyek, rumah tinggal kontrak ataupun mempunyai rumah tinggal sendiri. Pekerja bangunan ada yang mempunyai kerabat ataupun tidak mempunyai kerabat.Kata Kunci : Pekerja Bangunan, Kota, Kerabat, Pola, Tinggal
POLA KEMITRAAN PENGEMBANGAN RUMAH SEWA PEKERJA INDUSTRI DIKAWASAN INDUSTRI Studi Kasus : Kawasan Industri MM2100, Cibitung Mona Anggiani
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.866 KB)

Abstract

ABSTRACTThe growing up of economic in Indonesia, automatically increase the activity in industrial area. Industrial Town as the location of the factory build cannot be denied that made the total of factories are increasing too. The labors who work in this industrial town were also increasing. The labors’ need a house to stay in and housing is one of they needed. Labors need housing, not just a house to stay but live. In United States and Canada, there is a program for their labors, which stated by George Fallis and Tom Schwartz and many literatures about the housing program for labor. But in Indonesia, there is not much literature about the housing program for the labors. Department of Housing has the regulation for housing for the employees that the salaryis below some amount. The focus of this research is to describe where the labors live, how the labors housing, and why the partnership of rental housing in industrial town could not be build. MM2100 is the object to be research because this industrial town has the same typical of industrial town in others area. The method of this research is using qualitative methods, by analyzing the benefits and the detriments of supplying labors housing, which supposed to be held by the government, employers, and employees. The conclusion of this research is, that there is still not good communication between the public sector and private sector to supplying the labors housing. As long as there is no communication between those parties, the partnership of labors housing will be not applicable, as what George Fallis said, the non-profit housing will be not working if there is no good perception among parties.Keyword : rental housing, labor, industrial estate, employee housing.ABSTRAKPertumbuhan ekonomi di Indonesia, membuat kegiatan industri pun meningkat. Kawasan Industri sebagai lokasi tempat berdirinya pabrik (sebagai tempat berproduksi), secara terus menerus bertambah jumlah investornya. Jumlah pekerja yang ada di lokasi pun meningkat. Pekerja-pekerja tersebut memerlukan tempat untuk tinggal. Perumahan merupakan satu kebutuhan penting bagi semua orang, termasuk para pekerja industri di sini. Jumlah pekerja industri di Kawasan Industri yang cukup banyak, menuntut keberadan perumahan. Di Amerika Serikat, terdapat program bantuan perumahan bagi pekerja melalui kemitraan yang dikemukakan oleh George Fallis dan Tom Schwartz. Namun di negara Indonesia, belum terdapat program khusus yang serupa. Masih berupa kebijakan, Keputusan Menteri Perumahan Rakyat mengenai subsidi bagi masyarakat yang berpenghasilan sesuai UMR saja. Program kemitraan dalam pengadaan asrama bagi pekerja industri belum dapat berjalan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengapa perumahan bagi pekerja industri di Kawasan Industri MM2100, Cibitung, Bekasi belum dapat terlaksana atau terbangun hingga saat ini. Lokasi pemilihan KI MM2100 karena KI tersebut dapat mewakili tipikal KI lainnya yang ada di daerah Bekasi. Metode analisis yang digunakan adalah dengan melihat keuntungan dan kerugian yang masing-masing pihak yang terkait dengan sistem pengadaan perumahan bagi pekerja industri di KI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlu adanya persamaan pemahaman di setiap pihak terkait keuntungan, kerugian dan manfaat yang bisa diperoleh apabila perumahan sewa bagi pekerja industri terbangun. Selama semua pihak terkait belum menyamakan persepsi, maka program kemitraan pengadaan perumahan bagi pekerja di kawasan industri tidak terlaksana.Kata kunci : rumah sewa, pekerja pabrik, kawasan industri, perumahan karyawan.
PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP TAMAN SUDIRMAN SEMARANG SEBAGAI PLAYGROUND Rona Fika Jamila
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.362 KB)

Abstract

ABSTRACTThe Park is part of the open space that cannot be removed from the face of the city. Active parks is a vital necessity for the city, but in reality, not all active parks in the city of Semarang is visited by the public. That way this study wanted to find out people's favorite active Park, by taking the example of a Sudirman park that is crowded with visitors enough every day, either morning, afternoon, evening or night.The research will be studied using quantitative paradigm of post-positivistic methodology and rationalistic in which case it is learned by using existing theories, and research results is expected to enrich the existing theory.In this study, the physical condition of Sudirman park that will be the independent variable, as the playground.Grand theory that used for this study is the theory about human preferences theory which this theory which has the framework aspect of mystery, complexity, and legibility.The purpose of this study was to test the theory of preference in case of Sudirman park and the results of the research is expected that we can identify what kind of park as the playground, favored by the society of Semarang.Keywords : city park, the public nature of the green open spaces , preferenceABSTRAKTaman adalah bagian dari ruang terbuka yang tidak bisa dilepaskan dari wajah kota. Taman aktif merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat kota, namun pada kenyataannya tidak semua taman aktif di kota Semarang ini ramai dikunjungi oleh masyarakat. Untuk itu penelitian ini ingin mengetahui kesukaan masyarakat terhadap taman aktif, dengan mengambil contoh kasus taman Sudirman yang cukup ramai dikunjungi masyarakat setiap harinya baik pagi, siang, sore maupun malam.Penelitian ini akan diteliti dengan menggunakan paradigma kuantitatif dan metodologi post positivistik rasionalistik dimana kasus ini diteliti dengan menggunakan teori yang sudah ada, dan hasil dari penelitian ini diharapkan akan dapat memperkaya teori yang sudah ada. Dalam penelitian ini, kondisi fisik taman Sudirman yang akan menjadi variabel bebas, yaitu kondisi fisik taman Sudirman sebagai playground.Grand theory yang dipakai untuk penelitian ini adalah teori tentang kesukaan atau kecenderungan manusia yaitu teori preferensi, dimana pada teori ini yang mempunyai aspek kerangka koherensi, kompleksitas, misteri dan keterbacaan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji teori preferensi dalam kasus taman Sudirman dan hasil dari penelitian ini diharapkan kita dapat mengidentifikasi taman sebagai playground yang bagaimana yang disukai oleh masyarakat Semarang.Kata kunci : taman kota, ruang terbuka hijau publik, preferensi
KAJIAN RETROFIT BANGUNAN SEBAGAI UPAYA MEREDUKSI KONSUMSI ENERGI OPERASIONAL Studi Kasus : Campus Centre (CC) Barat ITB Christy Vidiyanti
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.597 KB)

Abstract

ABSTRACTProduction of electric energy in Indonesia is largely still using fossil fuels which are non-renewable energy. Thus increasing energy consumption will also contribute to impact on the depletion of fossil energy reserves. The building sector as one of the users of energy consumption, also participated responsible for operational energy consumption. Architects as one who coined an important role in determining the energy consumption in a building, this is because the design of the building will also influence energy consumption of that building. The operational energy consumption in buildings is the use of air conditioning and artificial lighting. It certainly can be avoided by making energy conservation by utilizing as much as possible the use of natural energy for room temperature and natural lighting.The ratio of openings (window to wall ratio (WWR)) also affect the energy use intensity (EUI) in the building. In the case study of West Campus Centre ITB building, it can be seen that the facade that has WWR value close to 100% even though it can reduce energy consumption of artificial lighting, but can increase energy consumption for air conditioning. The effort required to retrofit to reduce both the energy consumption. Retrofitting efforts can be done through the addition of shading on the building, the reduction of WWR value, or replace glazing material with low U-Value glazing.Keyword: energy use intensity (EUI), retrofit, energy reduction, energy conservationABSTRAKProduksi energi listrik di Indonesia sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil yang merupakan energi tak terbarukan. Sehingga meningkatnya konsumsi energi akan turut pula berdampak pada menipisnya cadangan energi fosil. Sektor bangunan sebagai salah satu pemakai konsumsi energi, turut pula bertanggung jawab terhadap pemakaian energi operasionalnya. Arsitek sebagai salah satu yang memiiki peran penting dalam menentukan pemakaian energi pada suatu bangunan, hal ini dikarenakan desain suatu bangunan akan turut mempengaruhi konsumsi energinya. Konsumsi energi operasional terbesar di bangunan yaitu pada penggunaan penghawaan buatan dan pencahayaan buatan. Hal ini tentu dapat dihindari dengan melakukan konservasi energi melalui memanfaatkan semaksimal mungkin penggunaan energi alam untuk penghawaan dan pencahayaan alami.Rasio bukaan cahaya (window to wall ratio(WWR)) turut berpengaruh terhadap intensitas penggunaan energi (EUI) di bangunan. Pada studi kasus bangunan Campus Centre Barat ITB, dapat diketahui bahwa fasade yang memiliki nilai WWR mendekati 100% meskipun dapat mengurangi konsumsi energi pencahayaan buatan, namun dapat meningkatkan konsumsi energi untuk penghawaan buatan. Untuk itu diperlukan upaya retrofit untuk mereduksi kedua konsumsi energi tersebut. Upaya retrofit dapat dilakukan melalui penambahan shading pada bangunan, pengurangan nilai rasio bukaan, atau mengganti material kaca dengan yang memiliki nilai U Value rendah.Kata Kunci : intensitas penggunaan energi (EUI), retrofit, reduksi energi, konservasi energi
PERAN RUANG PUBLIK DAN PRIVAT DALAM MEMPRODUKSI DAN MENGKONSUMSI RUANG SOSIAL Studi Kasus Pulau Burgazada, Istanbul,Turki Rahil Muhammad Hasbi
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.941 KB)

Abstract

ABSTRAKRuang publik dan ruang privat sangat memegang peran penting dalam mendefinisikan ruang sosial. Makna-makna yang dihasilkan oleh kedua ruang ini, baik yang dihasilkan oleh masing-masing ruang melalui elemen-elemen ruangnya ataupun makna yang dihasilkan melalui hubungan antara keduanya (ruang public dan privat), mampu mempengaruhi persepsi dari pengguna terhadap “produksi” ruang sosial.Selain dari mempengaruhi pembentukan ruang sosial, ruang publik dan ruang privat juga menentukan bagaimana pengguna mengkonsumsi ruang sosial tersebut.Peran dari ruang publik dan ruang privat berbeda disetiap wilayah sehingga nantinya juga akan mempengaruhi proses produksi dan konsumsi ruang. Peran ini tergantung pada faktor-faktor sosial budaya, politik, keadaan alam dan ekonomi. Disetiap wilayah memiliki faktor yang dominan yang nantinya akan mempengaruhi bagaimana pengguna memproduksi dan mengkonsumsi ruang.Kata Kunci: produksi dan konsumsi, ruang social, ruang public, ruang privat.
POTENSI LOKAL DUSUN KACU KULON DAN KACU DHUWUR SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN DESA SARIGLAGAH KECAMATAN WARUNGASEM KOTA BATANG Gentina Pratama Putra
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1784.892 KB)

Abstract

ABSTRACTDuck livestock production centre as a priority area in desa Sariglagah was formed to be growth pole for desa Sariglagah. The growth pole expected to accelerate internal and external economical growth for desa Sariglagah. Among all dusun in Sariglagah village, dusun Kacu Kulon dan Kacu Dhuwur often used as community center, regarding the location of Balai Desa, kindergarden school, Mosque, and the ricemill at this dusun. Is dusun Kacu Lor have the local potency to be a growth pole?The research will be evaluated using qualitative rationalistic paradigm in which this case study on the corelation between two variables to be analyzed not only by considering the numbers but also the facts on the field. In this study, the research variables is central to growth and the local potency dusun Kacu Kulon dan Kacu Dhuwur. Local potency of the village is divided into physical potency and non physical potency. The purpose of this study was to find how is the potency of dusun Kacu Kulon dan Kacu Dhuwur as the growth center in Sariglagah village.Keyword : growth pole, rural potentialABSTRAKKawasan prioritas Desa Sariglagah berupa sebuah pusat produksi ternak itik dibentuk dengan harapan dapat menjadi pusat pertumbuhan bagi desa Sariglagah. Pusat pertumbuhan ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat desa Sariglagah baik ke dalam maupun ke luar. Diantara semua dusun di desa Sariglagah, dusun Kacu Kulon dan Kacu Dhuwur seringkali dijadikan pusat kegiatan masyarakat, hal ini berkaitan dengan keberadaan posisi balai desa, sekolah TK, masjid dan ricemill yang terletak di lokasi ini. Dengan semua kelebihannya, apakah Dusun Kacu Kulon dan Dhuwur mempunyai potensi lokal yang cukup untuk dijadikan sebagai pusat pertumbuhan?Penelitian ini akan diteliti dengan menggunakan paradigma kualitatif rasionalistik dimana kasus ini diteliti mengenai keterkaitan antara dua variabel yang akan dianalisis tidak hanya dengan mempertimbangkan angka tetapi juga fakta di lapangan. Dalam penelitian ini, variabel penelitian adalah pusat pertumbuhan dan potensi lokal dusun Kacu Kulon dan Kacu Dhuwur. Potensi lokal dibedakan menjadi potensi fisik dan potensi non fisik. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana potensi Kacu Kulon dan Kacu Dhuwur sebagai pusat pertumbuhan desa Sariglagah.Kata Kunci : pusat pertumbuhan, potensi lokal desa

Page 1 of 1 | Total Record : 6