cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bengkulu,
Bengkulu
INDONESIA
JURNAL ENGGANO
Published by Universitas Bengkulu
ISSN : 26155958     EISSN : 25275186     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Enggano is published twice a year, in April and September, and contains a mixture of academic articles and reviews on all aspects of marine science and fisheries.
Arjuna Subject : -
Articles 183 Documents
STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO Nella Tri Agustini; Zamdial Ta’alidin; Dewi Purnama
JURNAL ENGGANO Vol 1, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.715 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.1.1.19-31

Abstract

Metode Penelitian yang dilakukan adalah dengan metode survei melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara masyarakat. Data vegetasi mangrove diambil dari tiap transek menggunakan metode transek kuadrat berukuran 10 m x 10 m (kategori pohon), 5 m x 5 m (kategori anakan) dan 2 m x 2 m (kategori semai). Hasil penelitian ditemukan sebanyak 8 (delapan) spesies mangrove sejati dan 8 (delapan) spesies mangrove asosiasi. Kerapatan tingkat pohon keseluruhan tergolong jarang, sedangkan tingkat anakan dan semai tergolong rapat. Persen penutupan mangrove tergolong tinggi sehingga termasuk dalam kategori baik. Frekuensi jenis tertinggi untuk tingkat pohon, anakan dan semai yaitu Bruguiera gymnorrhiza, Rhizopora apiculata dan Xylocarpus granatum. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan ketiga jenis ini hampir dapat ditemukan di setiap petak/plot pengamatan pada setiap stasiun penelitian. Indeks Nilai Penting (INP) Mangrove yang didapatkan tergolong sedang, hal ini menunjukkan bahwa mangrove di Desa Kahyapu memiliki peranan yang cukup penting bagi lingkungan pesisir. Nilai indeks dominansi tergolong rendah dan nilai indeks keanekaragaman yang didapatkan tergolong sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat jenis yang mendominasi jenis lainnya pada ekosistem mangrove di Desa Kahyapu atau komunitas berada dalam kondisi stabil. 
ANALISIS KORELASI PERFORMA PERTUMBUHAN, BIOPIGHMEN DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK POLAR Dunaliella Salina PADA MEDIA KULTUR BERSALINITAS YANG BERBEDA Muhammad Zainuddin; Sugeng Raharjo; Lebrina Ivantry Boikh
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (412.104 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.2.170-184

Abstract

Salinitas termasuk dalam salah satu faktor yang berpengaruh terhadap mikroalga dalam mempertahankan tekanan osmotik protoplasma. Perubahan salinitas pada media kultivasinya akan memperlambat laju fotosintesis mikroalga. Maka dari itu, salinitas diduga mempengaruhi pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan pigmen (klorofil dan karotenoid) D. salina yang dihasilkan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melakukan kajian mengenai hubungan antara laju pertumbuhan, pighmen dan aktivitas antioksidan ekstrak polar mikroalga D salina pada media kultur bersalinitas yang berbeda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Prodi Budidaya Perairan UNISNU – Jepara dengan metode eksperimen laboratoris. Variabel independent penelitian adalah perbedaan salinitas media kultur yaitu 20, 25, 30, 35 dan 40 ppt. Sedangkan variabel dependent penelitian adalah kepadatan sel, berat basah, kadar klorofil a, b, karotenoid dan aktitivas antioksidan terhadap radikal DPPH. Data antar variabel dilakukan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perbedaan salinitas, D salina lebih mengutamakan produksi pighmen klorofil a, dari pada klorofil b dan karotenoid (p < 0,05). Terdapat hubungan positif antara laju pertumbuhan terhadap produksi klorofil a, b dan karotenoid yaitu y = 128,2x - 10,10 (R2 = 0,938); y = 46,51x - 4,004 (R2 = 0,958); y = 50,93x - 3,393 (R2 = 0,955). Terdapat hubungan positif antara aktivitas antioksidan terhadap laju pertumbuhan, produksi klorofil a, b dan karotenoid yaitu y = -2683x + 460,5 (R2 = 0,927);  y = -20,54x + 245,5 (R2 = 0,951); y = -56,39x + 225,3 (R2 = 0,924); dan y = -52,91x + 282,7 (R2 = 0,978). Semakin tinggi laju pertumbuhan D. salina maka produksi klorofil a, b dan karotenoid semakin tinggi. Selanjutnya hasil ektraksi tersebut memiliki aktifitas antioksidan yang semakin tinggi. 
STRUKTUR KOMUNITAS KEPITING BIOLA (Uca spp.) DI EKOSISTEM MANGROVE DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO Trya Natania; Nurlaila Ervina Herliany; Aradea Bujana Kusuma
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.156 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.1.11-24

Abstract

Mangrove merupakan ekosistem kompleks yang hidup di daerah pasang surut. Ekosistem mangrove selain melindungi pantai dari gelombang dan angin juga sebagai habitat berbagai organisme seperti krustasea. Salah satu krustasea yang memiliki peran penting di ekosistem mangrove adalah kepiting biola (Uca spp.) sebagai detritus di ekosistem mangrove. Pulau Enggano merupakan pulau kecil terluar Provinsi Bengkulu, keadaan ekosistem mangrovenya masih tergolong alami. Salah satu desa yang memiliki vegetasi mangrove yang alami adalah Desa Kahyapu. Tetapi penelitian tentang Uca spp. di Pulau Enggano khususnya di Desa Kahyapu belum pernah dilakukan.  Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis kepiting biola dan menganalisis struktur komunitas kepiting biola di Desa Kahyapu Pulau Enggano. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan teknik observasi langsung pada 3 stasiun, dimana setiap stasiun terdiri dari 11 plot. Dari hasil penelitian didapatkan 4 jenis kepiting biola (Uca spp.) yaitu  Uca vocans, Uca chlorophthalmus, Uca dussumeiri, dan Uca coarctata. Kelimpahan jenis kepiting biola (Uca spp.) yang paling tinggi pada stasiun I. Kelimpahan total tertinggi terdapat pada stasiun I dan diikuti stasiun III, terendah pada stasiun II. Tingginya kelimpahan pada  stasiun I diduga karena substrat liat yang cocok untuk kehidupan kepiting biola. Secara umum Uca dussumieri paling banyak ditemukan di tiga stasiun karena toleransinya yang tinggi . Indeks keseragaman kepiting biola (Uca spp.) seluruh stasiun tinggi sedangkan indeks keanekaragamannya rendah. Pada stasiun I dan II  mempunyai indeks dominansi rendah, sedangkan pada stasiun III mempunai indeks dominansi sedang.  Secara umum, kualitas perairan (suhu, pH, salinitas, kandungan bahan organik, dan substrat) di lokasi penelitian cocok untuk kehidupan Uca spp.
ASOSIASI KELIMPAHAN KEPITING BAKAU DENGAN KEBERADAAN JENIS VEGETASI MANGROVE KELURAHAN SUMBER JAYA KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU Bayu Syahrera; Dewi Purnama; Zamdial Zamdial
JURNAL ENGGANO Vol 1, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.472 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.1.2.47-55

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu, yang bertujuan untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau, menganalisis hubungan asosiasi kelimpahan kepiting bakau dengan jenis vegetasi mangrove tingkat pohon, menghitung dan menganalisis indeks keanekaragaman, keseragaman, dominasi kepiting bakau, dan parameter fisika kimia perairan. Metode yang digunakan adalah metode survei. Pengambilan sampel dan pengukuran fisika kimia perairan dilakukan secara in-situ di ekosistem hutan mangrove Kelurahan Sumber Jaya. Hasil pengamatan ditemukan 2 spesies kepiting bakau dengan kelimpahan tertinggi terdapat pada stasiun 1 (satu) sebanyak 157 ind/ha diikuti stasiun 3 (tiga) sebanyak 100 ind/ha dan stasiun 2 (dua) sebanyak 61,67 ind/ha. Kelimpahan tertinggi pada stasiun 1 (satu) dan 3 (tiga) yaitu jenis Scylla paramamosain, sedangkan pada stasiun 2 (dua) adalah jenis Scylla olivacea. Indeks keanekaragaman berkisar antara 0,562-0,976, indeks keseragaman berkisar antara 0,562-0,976, dan indeks dominasi berkisar antara 0,516-0,771, secara keseluruhan dalam keadaan tidak stabil, jumlah spesies tidak merata dan terdapat kecenderungan spesies. Kepiting bakau jenis Scylla paramamosain berasosiasi dengan vegetasi mangrove jenis Sonneratia alba dengan nilai korelasi 0,52, sedangkan jenis Scylla olivacea berasosiasi dengan vegetasi mangrove jenis Rhizophora apiculata dengan nilai korelasi 0,23. Hasil pengukuran Parameter fisika kimia perairan didapatkan suhu rata-rata 27,35 ºC, salinitas rata-rata 25,29 ‰, derajat keasaman (pH) rata-rata 7,26 ‰. Kondisi ini menujukan bahwa perairan hutan mangrove tersebut masih mendukung kepiting bakau dan hutan mangrove itu sendiri.
KEANEKARAGAMAN GENETIK KARANG LUNAK Sarcophyton trocheliophorum PADA POPULASI LAUT JAWA. NUSA TENGGARA DAN SULAWESI Aradea Bujana Kusuma; Dietrich Geoffrey Bengen; Hawis Madduppa; Beginer Subhan; Dondy Arafat
JURNAL ENGGANO Vol 1, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.577 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.1.1.89-96

Abstract

Genetik menjadi kunci konservasi karena berperan penting dalam  mempertahankan dan memulihkan populasi dari kerusakan. Kerusakan pada ekosistem terumbu karang dapat menjadi pemicu kepunahan organisme laut. Salah satu organisme yang tidak terhindar dari kerusakan tersebut ialah Sarcophyton trocheliophorum. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan menurunnya keragaman genetik S. trocheliophorum. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keanekaragaman genetik dari S. trocheliophorum yang terdapat pada tiga populasi di Perairan Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara serta mendeskripsikan implikasinya terhadap kawasan konservasi  di Indonesia. Penelitian ini menggunakan penanda genetik ND2 untuk menganalisis struktur populasi, konektivitas, dan keragaman genetik. Keragaman genetik S. trocheliophorum pada Perairan Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara masing-masing 0.600, 0.815, dan 0.972. Keragaman genetik pada populasi Perairan Jawa lebih kecil dibandingkan pada Populasi Perairan Sulawesi dan Nusa Tenggara. Hal ini dimungkinkan karena banyaknya aktivitas manusia pada pesisir utara Laut Jawa, sehingga berdampak pada menurunnya ukuran populasi S. trocheliophorum. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan yang ketat pada populasi Jawa untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI PADA EKSTRAK METANOL JARINGAN LUNAK KERANG DARAH (Anadara granosa) TERHADAP BAKTERI Vibrio harveyi Karina Dewiningsih; Ita Widowati; Wilis Ari Setyati
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.53 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.2.229-238

Abstract

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu biota laut yang memiliki potensi di bidang farmakologi sebagai antibakteri dan antimikroba. Senyawa bioaktif dari jaringan lunak A. granosa dapat digunakan sebagai bahan antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak metanol jaringan lunak kerang A. granosa terhadap bakteri Vibrio harveyi dan untuk menelusuri kandungan senyawa aktif pada jaringan lunak A. granosa dengan analisis fitokimia. Uji aktivitas antibakteri terhadap Vibrio harveyi dilakukan dengan metode difusi. Uji aktivitas antibakteri tersebut menggunakan lima konsentrasi yaitu 1000, 750, 500, 250, 100 ppt dan dua kontrol yaitu kontrol negatif (metanol) dan kontrol positif (enrofloxacin). Analisa aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat menggunakan jangka sorong, hal tersebut untuk mengetahui seberapa kuat ekstrak metanol jaringan lunak A. granosa dalam menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi. Hasil yang diperoleh diketahui bahwa ekstrak metanol  jaringan lunak A. granosa memiliki aktivitas antibakteri terhadap V. harveyi. Analisa aktivitas antibakteri menggunakan pengukuran dengan jangka sorong menghasilkan zona hambat tertinggi pada konsentrasi 1000 ppt dan zona hambat terendah pada konsentrasi 100 ppt. Maka, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol jaringan lunak A. granosa mampu menghambat pertumbuhan bakteri V. harveyi dan zona hambat yang dihasilkan tergolong kategori lemah. 
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA PASAR NGALAM KABUPATEN SELUMA Jenny Rospita; Zamdial Zamdial; Person Pesona Renta
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (708.557 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.1.115-128

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan menganalisis valuasi ekonomi mangrove di Desa Pasar Ngalam Kabupaten Seluma. Penelitian dilaksanakan di Desa Pasar Ngalam Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Waktu penelitian dilaksanankan pada bulan Agustus – September 2016, adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan metode wawancara. Kondisi perairan ekosistem mangrove di Desa Pasar Ngalam masih dalam kondisi yang baik. Manfaat dari ekosistem mangrove di Desa Pasar Ngalam Kabupaten Seluma terdiri dari manfaat langsung yaitu kegiatan perikanan tangkap, manfaat tidak langsung berupa penghalang terhadap abrasi pantai, manfaat pilihan berupa manfaat keanekaragaman hayati, dan manfaat eksistensi berupa WTP. Nilai Total Ekonomi dari ekosistem mangrove di Desa Pasar Ngalam Kabupaten Seluma sebesar Rp719.805.999,-/per tahun, yang terdiri dari nilai manfaat langung sebesar Rp328.692.000,- per tahun (45,39%), manfaat tidak langsung sebesar Rp386.291.010,-/tahun (53,32%),nilai manfaat pilihan sebesar Rp1.522.989,- per tahun (0,21%), dan nilai keberadaan sebesar Rp3.300.000,- per tahun (0,45).
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BIOPIGMEN Dunaliella salina PADA MEDIA KULTUR HIPOSLIN DAN HIPERSALIN Muhammad Zainuddin
JURNAL ENGGANO Vol 2, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (794.806 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.2.1.25-38

Abstract

Radikal bebas dapat membentuk stress oksidatif yang menyebabkan penyakit kronik degeneratif seperti kanker. Reaktivitas radikal bebas ini dapat diredam oleh senyawa antioksidan. Salah satu senyawa antioksidan alami adalah biopigmen. Mikroalga Dunaliella salina adalah jenis Chlorophyta yang diketahui sebagai sumber biopigmen pada habitat perairan laut. Dalam kultur mikroalga memiliki kendalaketerbatasan dalam perekayasaan media dengan tujuan produksi biopigmen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh rekayasa media hipersalin dan hiposalin terhadap kandungan biopigmen dan aktivitas antioksidan. Perlakuan perbedaan salinitas (hiposalin dan hipersalin) memberikan pengaruh secara signifikan (p < 0,05) terhadap biomassa basah yaitu terendah pada perlakuan 20 ppt sebesar 9,260 gr/ml sedangkan tertinggi adalah 30 ppt sebesar 10,595 gr/ml. Berdasarkan data kadar air menunjukkan bahwa semakin tinggi salinitas maka kadar air biomassa semakin tinggi (p < 0,05) yaitu sebesar 96,3 – 98,1 %. Perlakuan salinitas 30 ppt memiliki kadar pigmen klorofil a, b dan karotenoid tertinggi (p < 0,05) yaitu sebesar 10,961; 3,636 dan 4,954 mg/l. Semakin tinggi konsentrasi BHT dan pigmen (ditiap salinitas) maka nilai % inhibisi semakin tinggi (p < 0,05). BHT memiliki nilai IC50 sebesar 8,13 ppm (antioksidan sangat kuat). Sedangkan aktivitas antioksidan pigmen terbaik adalah perlakuan 30 ppt dengan IC50 sebesar 22,860 ppm (antioksidan sangat kuat).
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU PEMETAAN Wiwik Ambarwati; Yar Johan
JURNAL ENGGANO Vol 1, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.461 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.1.2.80-82

Abstract

Kebutuhan masyarakat menuntut kemujuan ilmu pengetahuan di dalam segala bidang, terutama di bidang kelautan dan perikanan. Hal ini sesuai dengan kebutuhan manusia akan sumberdaya alam yang terkandung di laut. Kebutuhan manusia ini dapat dipermudah dengan menggunakan pemetaan. Pemetaan merupakan bagian terpenting dari seluruh proses implementasi kebijakan produk survei pemetaan yaitu seperti peta, profil melintang, profil memanjang, galian dan timbunan dalam format digital. Pada dewasa ini, kemajuan teknologi pemetaan sudah menggunakan jasa satelit. Hal ini karena jasa satelit tidak membutuhkan waktu yang lama dan biayanya murah. Contoh satelit yang sering digunakan adalah satelit Lansat dan QuickBird. Di dalam pemetaan sering dikenal juga istilah pengindraan jauh, dan sistem informasi geografis (SIG)
STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Gesten Hazeri; Dede Hartono; Indra Cahyadinata
JURNAL ENGGANO Vol 1, No 1
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.58 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.1.1.33-41

Abstract

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesesuaian pantai laguna untuk aktivitas pariwisata bahari yang meliputi : Wisata bahari, Wisata pantai, dan Kawasan konservasi. Metode yang digunakan adalah metode survei menggunakan kuesioner dan observasi langsung dengan melakukan pengamatan (pengukuran) langsung dilapangan, terdiri dari 3 stasiun pengamatan dengan pengulangan 3 kali. Hasil penelitian kecerahan pada Pantai Laguna adalah 100%, tutupan karang hidup Pantai Laguna yaitu sebesar 31,66%  dengan kodisi sedang, jenis karang 129 jenis yang termasuk kedalam 37 marga dan 15 suku, ikan karang 113 spesies  yang masuk dalam 27 suku, kecepatan arus rata-rata perairan Pantai Laguna adalah 0,053 m/dtk, kedalaman perairan pantai Laguna relative dangkal yaitu rata-rata 0,87 m, Material dasar perairan adalah karang berpasir, tipe pantai adalah berpasir sedikit karang, penutupan lahan Pantai Laguna adalah belukar tinggi, jarak ketersediaan air tawar di Pantai Laguna adalah 60 meter, kemiringan Pantai Laguna dengan kemiringan 13,9 0 (landai), jarak Pantai Laguna 300 meter dari jalan lintas utama, jenis tanah Pantai Laguna adalah endapan pasir dan lumpur (aluvial pantai), ketinggian Pantai Laguna 1,05 m atau 105 cm dari bibir pantai dan sisi pantai tertinggi, drainase Pantai Laguna tidak tergenang, vegetasi Pantai Laguna non mangrove. Pantai Laguna memiliki indeks kesesuaian sebagai wisata bahari pada kategori S1 : Bagus (Sangat Sesuai) dengan nilai indeks 77%, indeks kesesuaian sebagai wisata pantai pada kategori S1 : Bagus (Sangat Sesuai) dengan nilai indeks 82,7%, indeks kesesuaian sebagai kawasan konservasi pada kategori S1 : Bagus (Sangat Sesuai) dengan nilai indeks 86,2%.

Page 2 of 19 | Total Record : 183