cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Mesencephalon
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Kesehatan Mesencephalon merupakan jurnal yang memuat artikel ilmiah dalam bidang kesehatan baik dari hasil penelitian, studi kasus maupun literature review. Jurnal ini diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang dan terbit sebanyak dua kali dalam setahunnya yaitu pada bulan April dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 43 Documents
PENGARUH TERAPI KOGNITIF TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI REMAJA Effendi, Zulian; Poeranto, Sri; Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.308 KB)

Abstract

Abstrak: Kehidupan remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) merupakan bentuk dari konsekuensi hukuman atas perilaku melanggar hukum yang pernah dilakukan. Berbagai permasalahan dialami remaja dalam menjalani kehidupannya di LPKA, diantaranya perubahan hidup, hilangnya kebebasan dan hak-hak yang semakin terbatas, hingga perolehan label “panjahat” yang melekat pada dirinya.Oleh sebab itu, dibutuhkan terapi untuk meningkatkan harga diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh terapi kognitif terhadap peningkatan harga diri remaja di LPKA. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experimental Pre-Post Test with Control Group. Jumlah sampel sebanyak 28 responden yang terdiri dari 14 kelompok perlakuan dan 14 kelompok kontrol dengan teknik purposive sampling. Instrument pengukuran harga diri menggunakan kuesioner yang di modifikasi dari Roserberg Self-Esteem Scale. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan harga diri remaja antara sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis HDR dan terapi kognitif pada kelompok perlakuan (nilai p-value = 0,000). Pada kelompok kontrol terdapat perbedaan peningkatan harga diri antara sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis HDR (nilai p-value= 0,000), sedangkan untuk harga diri remaja sesudah diberikan intervensi antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol terdapat perbedaan peningkatan harga diri antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol setelah diberikan intervensi (nilai p-value =0,006).Pemberian terapi generalis dan terapi kognitif memiliki pengaruh yang lebih bermakna terhadap peningkatan harga diri remaja dibandingkan dengan pemberian tindakan generalis saja. Kata kunci: harga diri, terapi kognitif, remaja
IPTEK BAGI MASYARAKAT : “Let’s Be Survivor Cardio” UPAYA REGULASI PERILAKU BERESIKO CARDIOVASCULAR DISEASE TAHUN 2014 Nurwidyaningtyas, Wiwit; Kholifah, Siti
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2017
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.886 KB)

Abstract

Abstract : Various risk factors such as smoking, hypertension, chronic elevated blood sugar levels, increased blood fat levels that not controlled and the lack of sporting activity are directly proportional to the increase in the prevalence of cardiovascular disease (CVD). But people generally do not realize that these risk factors closely related to unhealthy lifestyles inherent in public behavior, including the family environment. Lack of family awareness about  risk of CVD patterns become an important point in the risk factor control strategies through the dissemination and application of a pilot project in a targeted area. This program aims to encourage families built to be able to control or reduce behaviors or habits that lead to CVD risk behavior. In Higher Education program funded IbM we try to apply the smart card on the family built that called logbook for monitoring indicators of risk behavior includes, waist circumference, blood pressure, blood glucose monitoring and blood fat, diet and exercise and smoking habits. This program is facilitated by local cadres who previously had trained  on CVD risk factors during cadre training program in Rampal Celaket Public Health Services working area has been done in 2013. Then family discipline built for the implementation of an advanced program "One card for my neighbor" will be evaluated. Evaluation of the results of the program indicate that the socialization of the healthy heart control card has been given to the family target is not directly proportional to the discipline of monitoring indicators of risky behaviors. This results still far from the expectation, considering the risk factors for CVD inherent in the life behavior is still not a priority needs and yet to be felt as actual symptoms that adversed family.Keywords : cardiovascular disease, risk, regulation Abstrak: Berbagai faktor resiko seperti merokok, hipertensi, peningkatan kadar gula darah kronis, peningkatan kadar lemak darah yang tidak terkontrol dan kurangnya aktivitas olah raga berbanding lurus dengan peningkatan prevalensi cardiovascular disease (CVD). Namun masyarakat pada umumnya tidak menyadari bahwa faktor resiko tersebut erat kaitannya dengan pola hidup tidak sehat yang melekat pada perilaku masyarakat termasuk lingkungan keluarga. Kurangnya kesadaran keluarga akan pola kebiasaan beresiko CVD menjadi poin penting dalam penyusunan strategi pengendalian faktor resiko melalui sosialisasi dan aplikasi pilotproject dalam suatu area binaan. Program ini bertujuan mendorong keluarga binaan untuk dapat mengendalikan atau berupaya mengurangi perilaku atau kebiasaan yang mengarah pada perilaku beresiko CVD. Dalam program IbM yang didanai DIKTI ini kami mencoba mengaplikasikan kartu cerdas pada keluarga binaan yang disebut sebagai logbook untuk pemantauan indikator perilaku beresiko meliputi, lingkar perut, tekanan darah, pemantauan gula darah dan lemak darah, pola makan dan olahraga serta kebiasaan merokok. Program ini difasilitasi oleh kader setempat yang sebelumnya telah dierikan pelatihan tentang faktor resiko CVD pada program pelatihan kader wilayah kerja PKM Rampal Celaket yang telah dilakukan pada tahun 2013. Kemudian akan dievaluasi kedisiplinan keluarga binaan untuk pelaksanaan program lanjutan “Satu kartu untuk tetangga-Ku”. Evaluasi hasil program menunjukkan bahwa sosialisasi kartu kendali jantung sehat yang telah diberikan pada keluarga binaan tidak berbanding lurus dengan kedisiplinan pemantauan indikator perilaku beresiko dengan hasil yang masih jauh dari harapan mengingat faktor resiko CVD yang melekat pada perilaku hidup masyarakat masih belum menjadi prioritas kebutuhan dan belum dirasakan adanya gejala aktual yang merugikan keluarga.Kata kunci :cardiovascular disease, resiko, regulasi
EFEKTIVITAS EDUKASI DAN SIMULASI MANAJEMEN BENCANA TERHADAP KESIAPSIAGAANAN MENJADI RELAWAN BENCANA Ambarika, Rahmania
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.164 KB)

Abstract

Abstrak : Penanganan awal bencana diperlukan upaya memberdayakan relawan bencana untuk mengurangi dampak negatif dari bencana. Masih rendahnya keinginan untuk menjadi relawan karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang adekuat tentang kesiapan menjadi relawan bencana. Proses pertimbangan menjadi relawan bukanlah hal yang mudah karena melibatkan proses kongnitif dalam pengambilan keputusan. Kesiapan individu menjadi relawan bencana ditunjukkan oleh adanya pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang diperoleh melalui proses pendidikan dan belajar. Proses penanaman kesiapan menjadi relawan bencana dapat diberikan melalui pendidikan dan simulasi bencana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh edukasi dan simulasi manajemen bencana terhadap kesiapsiagaan menjadi relawan bencana pada mahasiswa. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan pra eksperimental dengan desain one group pre - post test design. Populasinya adalah seluruh mahasiswa semester VIII Program Studi Pendidikan Ners STIKes Surya Mitra Husada Kediri sejumlah 92 mahasiswa dan melalui teknik Purposive Sampling didapatkan 50 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan menjadi relawan bencana sebelum dilakukan edukasi dan simulasi manajemen bencana sebagian besar responden dalam kategori tidak Siap adalah sebanyak 37 responden (74%) dan sesudah diberikan simulasi adalah sebanyak 44 responden (88%). Analisa data dengan uji statistik Wilcoxon, didapatkan p value = 0,000 artinya terdapat pengaruh edukasi dan simulasi manajemen bencana terhadap kesiapan menjadi relawan bencana. Edukasi dan simulasi manajemen bencana sebagai salah satu media terbaik untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi relawan bencana karena melalui proses pembelajaran dengan dilakukan edukasi dan simulasi bencana dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan mahasiswa menjadi relawan bencana sehingga akan meningkatkan kesiapsiagaan menjadi relawan. Edukasi dan pelatihan bencana diperlukan untuk diterapkan di institusi sehingga semua mahasiswa memiliki kesiapsiagaan untuk menjadi relawan bencana karena bencana bisa datang sewaktu-waktu dan hal itu membutuhkan relawan bencana. Kata Kunci : edukasi, simulasi, manajemen bencana, kesiapasiagaan, relawan bencana
USIA SEBAGAI FAKTOR RISIKO YANG PALING BANYAK DITEMUKAN PADA OBESITAS DI PUSKESMAS CIPTOMULYO KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Agustina, Wiwik; Lampah, Ekawarsih
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - Oktober 2017
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.26 KB)

Abstract

Abstract : Central obesity is a public health problem that can occur in the world. Central obesity is one of the causes of degenerative diseases such as type 2 diabetes mellitus, dyslipidemia, cardiovascular disease, hypertension, cancer, sleep apnea, and metabolic syndrome. Metabolic syndrome is a condition in which a person develops hypertension, central obesity, dyslipidemia, and insulin resistance at the same time. Degenerative diseases are influenced by many factors: age, physical activity, emotional mental state, nutrition and hormonal contraceptive use. This study aims to determine the determinant factors of central obesity. The study design used was descriptive explorative. The sample of research is 40 respondents. The selected sample corresponds to the inclusion criteria.Prevalence of central obesity in Sukun Kota Malang counted 40 respondents, with result almost all respondents 90% have age which is at risk of central obesity, physical activity almost half of respondents 53% have aktvitas physical and 47% have activity light, emotional mental condition most of respondent 65% have normal emotional mental condition, nutrition most respondents 63% have normal nutrition, and hormonal contraceptive use most of respondents 67% of hormonal contraceptive users. It was concluded that the most common risk factor in obese people in Puskesmas  Ciptomulyo  Kecamatan  Sukun  Kota  Malang, was the age factor, so it can be suggested to the public to further increase physical activity, and switch to using non-hormonal contraception.Key Word : central obesity, risk factor Abstrak : Obesitas  sentral  merupakan  masalah  kesehatan  masyarakat  yang  dapat   terjadi  di  dunia.  Obesitas  sentral  merupakan  salah  satu  penyebab  terjadinya  penyakit – penyakit  degeneratif seperti  diabetes  mellitus  tipe  2,  dyslipidemia,  penyakit  kardiovaskular,  hipertensi,  kanker,  sleep  apnea,  dan  sindrom  metabolic. Sindrom  metabolik  adalah  kondisi  dimana  seseorang  mengalami hipertensi,  obesitas  sentral,  dyslipidemia,  dan  resistensi  insulin  pada  waktu  yang  bersamaan. Penyakit degenerative dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu usia, aktivitas  fisik, kondisi  mental  emosional, nutrisi dan  penggunaan  kontrasepsi  hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  faktor determinan terjadinya obesitas sentral. Desain  studi   yang  digunakan  adalah deskriptif eksploratif. Sampel  penelitian  sebanyak 40  responden. Sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Prevalensi obesitas  sentral  di Sukun Kota Malang sebanyak 40 responden, dengan hasil hampir seluruh responden  90% memiliki  usia  yang  berisiko mengalami obesitas sentral, aktivitas  fisik    hampir setengah responden  53%  memiliki aktvitas fisik sedang  dan 47%  memiliki  aktivitas  ringan, kondisi  mental  emosional  sebagian  besar responden 65%  memiliki  kondisi  mental  emosional  normal, nutrisi  sebagian  besar responden  63%  memiliki nutrisi normal, dan penggunaan  kontrasepsi  hormonal  sebagian besar responden  67%  pengguna  kontrasepsi  hormonal meningkat. Disimpulkan  bahwa faktor risiko yang paling banyak ditemukan pada orang yang mengalami obesitas di  Puskesmas  Ciptomulyo  Kecamatan  Sukun  Kota  Malang adalah faktor usia dengan demikian dapat disarankan kepada masyarakat agar lebih aktivitas fisik, dan beralih menggunakan kontrasepsi yang tidak mengandung hormon.Kata Kunci : obesitas sentral, faktor risiko
ANALISIS KORELASI PENERIMAAN DENGAN HARGA DIRI ORANGTUA DAN STRES PENGASUHAN DALAM MERAWAT ANAK RETARDASI MENTAL Fitria, Yeni; Poeranto, Sri; Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 2, No 4 (2016)
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.027 KB)

Abstract

Abstrak : Kondisi anak dengan retardasi mental menjadi stresor tersendiri bagi orangtua karena gangguan kognitif dan fungsi adaptifnya menyebabkan perlunya penanganan khusus dalam berbagai hal. Hal tersebut dapat berdampak pada penerimaan orangtua terhadap anak dan harga diri orangtua yang pada akhirnya dapat memicu timbulnya stres pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara penerimaan orangtua dengan harga diri orangtua dan stres pengasuhan dalam merawat anak retardasi mental. Rancangan penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah 43 responden. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Parental Acceptance Rejection Questionnaire/ (PARQ), Brief Self esteem Inventory/ (BSEI) dan Parenting Stres Index Short Form/ (PSI-SF). Analisis statistik menggunakan uji korelasi pearson dan analisis jalur (path analysis). Analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan antara penerimaan dengan harga diri orangtua (p= 0,001; r= 0,471; ρ= 0,471). Ada hubungan antara penerimaan orangtua dengan stres pengasuhan (p=0,000; r= -0,554; ρ= -0,383). Ada hubungan antara harga diri orangtua dengan stres pengasuhan (p= 0,000; r= -0,544; ρ= -0,364). Untuk meminimalkan stres pengasuhan dalam merawat anak retardasi mental, sebaiknya orangtua lebih meningkatkan penerimaan terhadap anak sehingga tidak memberikan tuntutan yang melebihi kemampuan anak. Selain itu orangtua perlu memiliki penilaian positif terhadap diri sendiri sehingga lebih mampu beradaptasi dengan stresor yang dialami. Kata Kunci: penerimaan orangtua, harga diri orangtua, stres pengasuhan, retardasi mental
STRESS, INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI KABUPATEN MALANG Supriati, Lilik
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2017
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.592 KB)

Abstract

Abstract : The elderly was the last human development phase causing change on all aspects of physical ,psychological , social and economic. The most problem of  physical disorders in  elderly was hypertension.  Hypertension was condition that  systole blood pressure higher than 140 mmHg relating to psychological stress .Other modification factor relating to hypertension prevalence  was the body mass index .The purpose of this research knew the relation between  stress and body mass index  to hypertension prevalence. The method  used analytic correlational with cross sectional design. Techniques sampling used  purposive sampling included 81 respondents. Research instruments variable stress used  quisioner modification of HARS. BMI  and blood pressure was obtained through assessing directly. Statistical analysis used the correlation spearman .The result showed that stress elderly mostly in category moderate  stress. Mean of  score BMI is  23,53 that in nomal category  ( 60,49 % ). Based on the bivariat statistic show there is significant relation between stress with hypertension ( r = 0,723 ) and there is  significant correlation between  BMI  with hypertension ( r = 0,486 ) .The Nurse must do implementation  stress  management in elderly to lower the risk of a rise in blood pressure like  techniques of relaxation progressive and nurse must give information to elderly to control weight to prevent increasing  in BMI with the activity like doing  sports and having  good eating habit.Keywords : stress , body mass index , hypertension Abstrak : Lansia merupakan fase tahap tumbuh kembang terakhir manusia menyebabkan perubahan pada semua aspek fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Permasalahan gangguan fisik terbanyak lansia adalah hipertensi.Kejadian  Hipertensi pada lansia dengan kondisi peningkatan tekanan darah sistol > 140 mmHg berkaitan dengan kondisi psikologis stress lansia. Faktor modifikasi lain yang berkaitan dengan kejadian hipertensi adalah indeks masa tubuh. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan stress dan IMT dengan kejadian hipertensi.  Rancangan penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah 81 responden. Instrumen penelitian variabel stress dengan menggunakan kuisioner modifikasi HARS. IMT dan tekanan darah didapatkan dengan melakukan pengukuran langsung kepada lansia. Analisis statistik menggunakan uji korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stress lansia sebagian besar dalam kategori stress sedang (53,53%), rata-rata score IMT sebesar 23,53 dengan kategori normal (60,49%). Berdasarkan uji bivariat menunjukkan ada hubungan signifikan antara stress dengan kejadian hipertensi (r = 0,723) dan ada hubugan signifikan IMT dengan hipertensi (r = 0,486). Untuk itu perlu melakukan manajemen stress lansia untuk menurunkan resiko peningkatan tekanan darah seperti teknik relaksasi progresif serta pengontrolan berat badan lansia untuk mencegah peningkatan IMT dengan aktivitas olah raga dan pola makan yang baik.Kata kunci : stress, indeks masa tubuh, kejadian hipertensi
HUBUNGAN FREKUENSI MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT Nurhidayat, Saiful
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2018
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.606 KB)

Abstract

Abstract : A person is said to be a smoker if he has smoked at least 100 cigarettes. A person smoking more than a pack of cigarettes a day becomes 2 times more prone to hypertension than those who do not smoke.. Dangers of hypertension trigger the destruction of organs including: kidney, brain, heart, eyes, cause blood vessel resistance and stroke.The purpose of this study is to get a picture of the frequency of smoking, knowing the incidence of hypertension and analyzing the smoking frequency relationship with the incidence hypertension in the community. The study was conducted on the community of RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo, a sample of 30 respondents using Purposive Sampling. Quantitative design with a cross sectional design to study the frequency of smoking and the incidence of hypertension. Instruments use questionnaires and observation sheets. Univariate analysis uses frequency distribution and bivariate analysis with chi square test with α = 0.05. To analyze the strength of the relationship with the coefficients contengency. Result of research of smoking frequency mostly (63,3%) or 19 people medium category. The incidence of hypertension 40% or 12 respondents had moderate hypertension. There is a relationship between the frequency of smoking with the incidence of hypertension RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo with the closeness of the relationship mild. It is expected the community RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo to reduce the number of cigarettes smoked each day in stages so that blood pressure can be lowered or controlled. Keywords : frequency of smoking, hypertension disease. Abstrak : Seseorang dikatakan perokok jika telah menghisap minimal 100 batang rokok. Seseorang menghisap rokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan terhadap hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Bahaya hipertensi memicu rusaknya organ tubuh diantaranya : ginjal, otak, jantung, mata, menyebabkan resistensi pembuluh darah dan stroke. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang frekuensi merokok, mengetahui kejadian hipertensi dan menganalisis hubungan frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi pada masyarakat. Penelitian dilakukan pada masyarakat RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo, sampel sejumlah 30 responden menggunakan purposive sampling. Desain kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional untuk mempelajari frekuensi merokok dan kejadian hipertensi.Instrumen menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi  dan analisis  bivariat dengan uji chi square  dengan α=0,05. Untuk menganalisis kekuatan hubungan dengan KK. Hasil penelitian frekuensi merokok sebagian besar (63,3%) atau 19 orang kategori sedang. Kejadian hipertensi 40% atau 12 responden mengalami hipertensi sedang. Terdapat hubungan antara frekuensi merokok dengan kejadian hipertensi Masyarakat RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo dengan keeratan hubungan ringan. Diharapkan masyarakat RT 03/01 Mangunsuman Siman Ponorogo untuk mengurangi jumlah rokok yang dihisap setiap hari secara bertahap agar tekanan darah dapat diturunkan atau terkontrol.  Kata Kunci : frekuensi merokok, penyakit hipertensi
GAMBARAN DEPRESI PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISIS Agustiningsih, Nia
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2018
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.569 KB)

Abstract

Abstract : Patients with chronic renal failure who undergo hemodialysis need to get attention not only on physiological issues but also psychological problems. This study aims to determine the picture of depression in patients with hemodialysis. This research uses descriptive research design. The number of respondents in this study 30 respondents obtained by using purposive sampling technique. The research was conducted in unit hemodialysis RS Wava Husada Kepanjen from 21 to 23 April 2017. The instrument used to determine depression is Beck Depression Inventor questionnaire The results obtained that there is low depression 15 people (50%), moderate depression 10 people (33,3 %), severe depression 4 people (13,3%) and very heavy depression 1 person (3,4%). It is recommended that health services in providing hemodialysis therapy in patients with chronic renal failure should not only focus on the physiological condition of the patient but also need to pay attention to the patients psychological condition. Key Word : Depression, Hemodialysis Patient Abstrak : Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis perlu mendapatkan perhatian tidak hanya pada masalah fisiologis namun juga masalah psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran depresi pada pasien dengan hemodialisis.Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah responden dalam penelitian ini 30 responden yang didapatkan dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Penelitian dilakukan di unit hemodialisis RS Wava Husada Kepanjen mulai tanggal 21 – 22 April 2017.Instrumen yang digunakan untuk mengetahui depresi adalah kuesioner Beck Depression Inventor Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat depresi rendah 15 orang (50%), depresi sedang 10 orang (33,3%), depresi berat 4 orang (13,3%) dan depresi sangat berat 1 orang (3,4%). Sebaiknya pelayanan kesehatan dalam memberikan terapi hemodialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis sebaiknya tidak hanya fokus pada kondisi fisiologis pasien namun juga perlu memperhatikan kondisi psikologis pasien. Kata Kunci : Depresi, Pasien Hemodialisis
AKURASI SKOR RISIKO KILLIP SEBAGAI PREDIKTOR PROGNOSIS PASIEN SINDROM KORONER AKUT ST-ELEVATION MYOCARD INFARCTION Roesardhyati, Ratna; Wihastuti, Titin Andri; Nasution, Tina Handayani
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2018
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.622 KB)

Abstract

Abstract : Acute Coronary Syndrome (ACS) with ST-ELevation Myocard Infarction (STEMI) is the leading cause of morbidity and mortality worldwide, especially in developed countries. Many risk factors in ACS patients require long treatment and focused treatment. Stratification of risks plays an important role in assisting prediction of clinical outcomes or as a prognosis in patients with ACS.The prognosis of STEMI patients is indicated by Length of Stay (LOS) which is the number of days of STEMI patient care at ICCU. Currently there is risk score  used as predictors in SKA with STEMI, some of which is Killip. This riset to analyze accuracy of Killip risk score with prognosis (LOS) STEMI patient in ICCU dr. Iskak Tulungagung. The research design used was analytic observational research with retrospective cohort approach. The location of this study was in RSUD dr. Iskak Tulungagung. The number of medical record were 125 taken by using purposive sampling technique. Data was analyzed using Spearman test.The result of Spearman test showed that Killip showed a significant association with STEMI patients LOS in ICCU (p = 0.003) with coefficient correlation r = 0.260.The conclusion in this study was that Killip had a significant relationship with the prognosis (LOS) of STEMI patients in ICCU.  Keyword : ST-Elevation Myocard Infarction, Killip, Length of Stay Abstract : Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan ST-Elevation Myocard Infarction (STEMI)merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju. Faktor risiko yang begitu banyak pada pasien SKA membutuhkan perawatan yang lama dan pengobatan yang terfokus. Stratifikasi risiko tersebut berperan penting dalam membantu prediksi luaran klinis atau sebagai prognosis pada pasien SKA. Prognosis pasien STEMI ditunjukkan dengan  Length of Stay (LOS) yang merupakan jumlah hari lama rawat pasien STEMI di ICCU. Saat ini terdapat skor risiko yang digunakan sebagai prediktor pada SKA dengan STEMI, yaituKillip. Tujuan penelitian ini untuk mengalisis akurasi skor risiko Killip dengan prognosis (LOS) pasien STEMI di ICCU RSUD dr. Iskak Tulungagung. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort retrospektif. Lokasi penelitian di Intalasi Rekam Medis RSUD dr. Iskak Tulungagung. Jumlah rekam medis sebanyak 125 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan uji Spearman. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa Killip menunjukkan hubungan yang signifikan dengan LOS pasien STEMI di ICCU (p=0.003) dengan besar korelasi r=0.260. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah skor risiko Killip memiliki hubungan signifikan dengan prognosis (LOS) pasien STEMI di ICCU. Kata Kunci : ST-Elevation Myocard Infarction, Killip, Length of Stay
IDENTIFIKASI TINGKAT NYERI DAN KENYAMANANPADA TINDAKAN ATRAUMATIK CARE PEMBERIAN LIDOKAIN SPARY SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN INVASIF Ilmiasih, Reni
Jurnal Kesehatan Mesencephalon Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Kesehatan Mesencephalon - April 2018
Publisher : Jurnal Kesehatan Mesencephalon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.109 KB)

Abstract

Abstract : Painproblems in children who are treated in the hospital is the main cause of children experiencing trauma. This may develop fear on the health workers, especially nurses. Previously, almost all of the children who were treated in the hospital experienced invasive procedures, including infussions, blood specimen taking, and intracutaneous injection and so on. Therefore, a pain management strategy was urgently required. The purpose of this study was to identify the level of pain and comfort of a child who was given lidocaine spray before an invasive procedure. The type of research is a descriptive study using quota sampling. The respondents were 19 children. The instrument used for identifying pain using FLACC and comfort level measurement using Comfort Scale. Data were analysed using a descriptive analysis.The atraumatic care management model is performed by intervening the management of lidocaine spray before the invasive procedure is taken and then the scale of pain and comfort was assessed at the time of action. The results show that an average pain scale of 5.4 is in the moderate pain category and an average comfort scale of 42 where the higher the score indicates the higher comfort level. The level of moderate pain and comfort resulting from the influence of lidocaine which may reduce pain. Further research is needed to compare patients psychological pain management so that comfort feeling and minimal pain is more optimal. Keyword : Pain, Invasive Procedure, Child, Comfort. Abstrak : Masalah nyeri pada anak yang dilakukan perawatan di rumah sakit merupakan hal utama penyebab anak mengalami trauma sehingga pobia dengan perawatan dan petugas kesehatan terutama perawat. Penelitian sebelumya.Hampir seluruh anak yang dilakukan perawatan di Rumah Sakit mengalami tindakan invasif baik infus, pengambilan darah, injeksi intrakutan dan yang lainnya sehingga diperlukan strategi manajemen nyeri. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat nyeri dan kenyamanan anak yang diberikan lidokain spray sebelum dilakukan tindakan invasif. Jenis penelitian adalah deskriptif, tehnik sampling menggunakan quota sampling dengan jumlah sampel 19 anak. Identifikasi nyeri  menggunanakan FLACC dan tingkat kenyamanan menggunakan skala comfort. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. Model manajemen asuhan atraumatik dilakukan dengan melakukan intervensi manajemen nyeri spay lidokain sebelum dilakukan tidakan invasif selanjutnya dinilai skala nyeri dan kenyamanan pada saat tindakan berlangsung. Hasil didapatkan skala nyeri rata-rata 5,4 dalam kategori nyeri sedang dan skala kenyamanan rata-rata 42 dimana semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi tingkat kenyamanan.Tingkat nyeri sedang dan kenyamanan yang dihasilkan dikarenakan pengaruh lidokain yang merupakan jenis analgesik  dapat mengurangi nyeri meskipun belum sampai pada nyeri ringan dan kenyamanan tinggi. Penelitian selanjutnya akan dibandingkan dengan manajemen nyeri psikologis pasien sehingga kenyamanan dan menurunkan nyeri lebih optimal. Kata Kunci : Nyeri, Tindakan Invasif, Anak, Kenyamanan