cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
GIZI INDONESIA
Published by DPP PERSAGI Jakarta
ISSN : 04360265     EISSN : 25285874     DOI : -
Core Subject : Health,
Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) is an open access, peer-reviewed and inter-disciplinary journal managed by The Indonesia Nutrition Association (PERSAGI). Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) has been accredited by Indonesian Institute of Sciences since 2004. Gizi Indonesia aims to disseminate the information about nutrition, therefore it is expected that it can improve insight and knowledge in nutrition to all communities and academics. Gizi Indonesia (Journal of The Indonesian Nutrition Association) offers a specific forum for advancing scientific and professional knowledge of the nutrition field among practitioners as well as academics in public health and researchers
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018" : 16 Documents clear
Back Matter 41(1) sudikno, sudikno
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.067 KB)

Abstract

AKURASI ALAT DETEKSI SODIUM DALAM URIN SECARA OTOMATIS DENGAN METODE ELECTRODA SELEKSI ION KERING Budiman, Basuki; Pela, Kartika; Arifin, Aya Yuriesta; Ferbriani, Ferbriani; Safitri, Amalia; Anggraini, Dwi; Dewi, Rinda Ayu; Anwar, Athena
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.18 KB)

Abstract

Inductively Couple Plasma (ICP) is a standard method to detect urinary sodium. However, the urinary sodium analysis method has a limitation in which the process to free sodium from molecules is not digest thoroughly. Ionic Selected Electrode (ISE) method is the better option. A New authomatic instrument Na-K-Cl automatic digital analyser that is “Spotchem EL 1520” using ISE method (dry ISE) was developed but the application to detect urinary sodium has not yet done. The purpose of this trial was to test the accuracy of the instrument in detecting urinary sodium. A number of 100 people  aged 20-64 years participated in the trial by  collecting around 50 mL fresh urine. Urinary sodium was analysed by ICP method in chemical laboratory and by ISE method using the digital analyser instrument. A number of 6 out of 100 urine sample did not meet a minimum volume requirement to be analysed by ICP method but it was able to be analysed using ISE method. The instrument was able to detect urinary sodium more than 132 (SD:77,81) mmol/L compared to Laboratory ICP method 79.38 (SD: 47,50) mmol/L. The Sensitivity of the instrument to detect sodium in urine was 97.6% (95% CI : 87.1-99.9%) and the Specivicity was 58 % (95% CI: 44.7-71.9). The trial also analysed urinary creatinine with aution instrument. A number of 10 urine sample was analysed by private clinical laboratory as quality control.  Aution is semi quantitave digital analyser and the result was inline with quantitative (controlled sample). The automatic digital analyser can be used as alternative for conventional analyses of urinary sodium.ABSTRAKMetode deteksi konsentrasi sodium dapat dilakukan dengan metode ICP atau ISE.  Saat ini telah dikembangkan alat deteksi sodium metode ISE kering yang dapat diterapkan pada sampel serum maupun urin. Uji coba alat dilakukan di laboratorium terpadu Badan Litbang Kesehatan di Bogor. Sebanyak 100 orang partisipan terlibat dalam uji coba. Partisipan  adalah penduduk di sekitar kantor dan honorer penelitian kohor tumbuh kembang di Bogor. Partisipan diminta specimen urin di laboratorium dan diperiksa kadarnya pada hari itu juga. Dua alat yang diuji coba adalah Na-K-Cl digital analyzer, (Spotchem EL 1520, arkray dengan metode ISE kering) dan creatinine aution, semi kuantitatif (arkray). Keduanya menggunakan urin sebagai specimen. Uji coba dimulai dengan pemeriksaan deteksi kreatinin karena pemeriksaan harus kurang dari 24 jam. Sebanyak 50 sampel diperiksa berurutan tanpa jeda, kemudian diteruskan 50 spesimen lainnya. Kesepakatan supervisor, diperiksakan 10 specimen diperiksa di laboratorium swasta yang ada di Bogor sebagai pembanding. Ujicoba alat Na-K-Cl analyzer dengan 100 specimen urin dilakukan  tanpa jeda. Pembanding hasil periksa alat ini adalah pemeriksaan urin metode ICP di laboratorium terpadu dan dikerjakan oleh analis kimia yang berpengalaman. Dari segi proses, kedua alat tidak ditemukan masalah saat ujicoba. Kedua alat ini digunakan untuk memeriksa 25 spesimen per hari. Hasil kadar kreatinin setelah dibandingkan dengan hasil periksa di laboratorium swasta secara grafik bagus walaupun dengan nilai absolut berbeda. Uji statistik menunjukkan Se 97,6 dan Sp 58. Hasil deteksi dengan alat ini lebih sensitive dibandingkan dengan laboratorium.Kata kunci: Inductively Couple Plasma ( ICP), Ionic Selected Electrode (ISE), sodium urin
LENGTH OF PATERNAL EDUCATION IS ASSOCIATED WITH HEIGHT-FOR-AGE OF SCHOOL CHILDREN IN RURAL AREA OF SEPATAN TIMUR-TANGERANG Angkasa, Dudung; Sitoayu, Laras; Jus'at, Idrus
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.055 KB)

Abstract

Paternal educational status plays an important role in long-term nutritional status of children. The objective of this study was to investigate the association between paternal factors and school children nutritional status in rural setting, Indonesia. A cross-sectional study carried out in September  up to November 2015 involving 368 primary public school children in Sepatan Timur, Tangerang. Structured questionnaires were administered to parents, containing household characteristics such as length of school year, working status, number of siblings. Children weight and height were measured using a weighing scale and microtoise, respectively. Anthropometric indices, height-for-age (HAZ) and body mass index for-age (BAZ), were produced by using WHO-Antroplus. Children’s food intake and snacking habits were assessed using single 24 hours food recall and food frequency questionnaire, respectively. Others variables were physical activity and infectious disease history. Multiple regression analyses were employed to enquire research questions. Results indicated that children with father’s educational status less than 9 years had a significant 0.607 lower HAZ if compared to those educational status more or equal to 9 years after adjustment for mother’s schooling year, working status, number of household member, children’s history of diarrhea and physical activity status, sex, age and snacking frequency. Conclusion, father’s educational status was associated with height for age among school children in rural area of Sepatan Timur. ABSTRAK Pendidikan orang tua berperan penting dalam menentukan status gizi anak dalam jangka panjang. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan faktor orang tua dengan status gizi anak sekolah di wilayah pedesaan. Penelitian menggunakan desain potong lintang dilaksanakan selama September-November 2015 dengan melibatkan 368 anak sekolah dasar negeri di Sepatan Timur, Tangerang. Kuesioner terstruktur diberikan pada orang tua untuk mengetahui lama sekolah, status pekerjaan, dan jumlah anak. Berat dan tinggi badan akan diukur dengan timbangan badan dan microtoise kemudian dihitung indeks antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Konsumsi sampel dinilai dengan food recall 24 jam satu hari dan kuesioner frekuensi makanan. Variabel lain yang diamati ialah aktivitas fisik dan riwayat infeksi. Analisis Regresi berganda digunakan untuk menjawab tujuan. Hasil menunjukkan bahwa sampel dari ayah yang berpendidikan <9 tahun lebih rendah skor TB/U sebesar 0,607 poin dibandingkan sampel dari ayah yang berpendidikan >9 tahun setelah dikontrol lama pendidikan ibu, status pekerjaan, jumlah anak, riwayat diare, aktivitas fisik, jenis kelamin, umur dan frekuensi jajan anak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan ayah yang rendah berhubungan dengan tinggi badan anak pada anak sekolah di wilayah pedesaan, Sepatan Timur. Kata kunci: pendidikan ayah, status gizi, anak sekolah, pedesaan
FAKTOR RISIKO ANEMIA IBU HAMIL TERHADAP PANJANG BADAN LAHIR PENDEK DI PUSKESMAS SENTOLO 1 KULON PROGO D.I.YOGYAKARTA Destarina, Rolla
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.567 KB)

Abstract

Anemia is a condition in which the hemoglobin (Hb) level in the blood is below normal. Hb plays an important role in transporting oxygen through the body. If the mother is anemic, the oxygen cycle in the body is reduced and will result in the increased of metabolic rate during pregnancy. Anemia during pregnancy will increase risk factors in inhibiting growth and low birth weight (LBW), premature birth, infant mortality, perinatal death and reduce body defenses to infection either in mother and child. This study aimed to determine the anemia status of pregnancy is a risk factor for producing stunting at birth  in Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo. The sample of 192 babies were employed, 64 babies with short birth lenght for case group and control group covered 128 babies with normal birth lenght. Data obtained through data from Puskesmas medical record in 2016 then analyzed by using the case-control approach. The independent variable is the anemia status of pregnant mother while the dependent variabel is the length of birth. The data were analysed by using Chi-Square test to find out the correlation between of maternal anemia status with short birth lenght, then to identify risk factor using Odd-Ratio. The result of the study indicated that there was a relationship between anemia status of pregnant woman and short-stature at birth marked by p-value = 0,000 (p <0.05). In addition, the anemia status of pregnant woman is a risk factor for short  body length at birth (OR = 4.31; 95% CI = 2.28 - 8.15). Conclusion, anemia status of pregnant woman is a risk factor for stunting at birth in Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo.ABSTRAK Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dibawah normal. Hb berperan didalam pengangkutan Oksigen ke seluruh tubuh. Jika Ibu mengalami anemia, maka siklus Oksigen di dalam tubuh berkurang dan akan mengakibatkan teganggunya metabolisme yang meningkat selama proses kehamilan. Anemia selama masa kehamilan akan meningkatkan faktor risiko dalam menghambat pertumbuhan dan berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, kematian bayi dalam kandungan, kematian perinatal dan pertahanan tubuh berkurang yang mengakibatkan infeksi terhadap ibu dan anaknya. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui status anemia ibu hamil merupakan faktor risiko terhadap panjang badan lahir pendek di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo. Sampel yang digunakan berjumlah 192 bayi dengan kelompok kasus sebanyak 64 bayi dengan panjang badan lahir pendek dan kelompok kontrol sejumlah 128 dengan panjang badan lahir normal. Data diperoleh dengan menyalin dari rekam medis Puskesmas tahun 2016 kemudian dianalisa menggunakan pendekatan case control. Variabel bebas adalah status anemia ibu hamil sedangkan variabel terikat adalah panjang badan lahir. Pengolahan data menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui adanya hubungan antara status anemia ibu hamil dengan panjang badan lahir, kemudian untuk mengidentifikasi faktor risiko menggunakan Odd-Ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara status anemia ibu hamil dengan panjang badan lahir pendek ditandai dengan nilai p value= 0,000 (p < 0,05). Selain itu, status anemia ibu hamil menjadi faktor risiko panjang badan lahir pendek (OR=4,31;95% CI=2,28 – 8,15). Kesimpulan dari penelitian bahwa status anemia ibu hamil menjadi faktor risiko panjang badan lahir pendek di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo. Kata kunci: anemia, ibu hamil, panjang badan lahir, stunting
GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA 0,5-1,9 TAHUN TERKAIT DENGAN ASUPAN MAKANAN DAN PENGASUHAN YANG KURANG Harahap, Heryudarini; Budiman, Basuki; Widodo, Yekti
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.315 KB)

Abstract

Growth and development of children affected by various risk factors include malnutrition, poverty, and a less stimulated home environment. The objective of this analysis was to calculate the proportion of growth and development disorder and to determine the association of food intake and care for children with children’s growth and development. Samples were 247 children aged of 0.5-1.9 years who participated in the South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) in 2011. Growth was assesed by height for age in Z-score of WHO standard. Development was measured using Denver II test. Children were divided into four groups: 1).normal height with normal development (NH-ND); 2).stunting with normal development (S-ND), 3).normal height with suspected underdevelopment (NH-SD), and 4).stunting with suspected underdevelopment (S-SD). Protein intake was divided into adequate (≥80% RDA) and inadequate (<80% RDA). Care for children was measured by the length of carrying them, categorized into ≤2 hours or >2 hours. Socio-economic status was categorized into low and high based on quintile. Age was categorized into 0.5–0.9 years and 1.0–1.9 years. Data analysis employed multi-nomial logistic regression. Proportions of NH-SD, S-ND, NH-SD and S-SD were 53.6%, 17.9%, 19.4%, and 9.1%, respectively. S-ND was associated with protein intake (OR=2.2;95%CI:1.1-4.6), aged 1.0–1.9 years (OR=6.9: 95%CI:2.2-22.1). NH-SD was associated with aged 1–1.9 years (OR=0.3; 95%CI:0.1-0.6). S-SD was associated with inadequate protein intake (OR=3.1; 95%CI:1.2-8.2), low SES and duration of carrying them more than 2 hours (OR=6.9; 95%CI:2.5-19.0). Protein intake, SES and care for children were risk factors for growth and development of children.ABSTRAKPertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko diantaranya kekurangan gizi, kemiskinan, dan lingkungan rumah yang kurang stimulasi. Tujuan analisis adalah mengetahui proporsi gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan mempelajari asosiasi asupan makanan dan pengasuhan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sampel adalah 247 anak, berusia 0,5–1,9 tahun dari penelitian South East Asian Nutrition Study tahun 2011. Pertumbuhan dinilai melalui Z-skor tinggi badan (TB) menurut umur standar WHO. Perkembangan diukur menggunakan test Denver II. Anak dikelompokkan menjadi: 1).TB dan perkembangan normal (NH-ND), 2).stunting tetapi perkembangan normal (S-ND), 3).TB normal tetapi perkembangan terganggu (NH-SD), dan 4). stunting dan perkembangan terganggu (S-SD). Asupan protein dikelompokkan atas cukup (≥80% RDA) dan kurang (<80% RDA). Pengasuhan diukur dari lama anak digendong, dikelompokkan menjadi ≤2 jam atau >2 jam. Status sosial ekonomi dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. Analisis yang digunakan adalah multi-nomial logistic regression. Proporsi NH-ND, S-ND, NH-SD dan S-SD berturut-turut adalah 53,6%, 17,9%, 19,4%, dan 9,1%. S-ND berhubungan dengan kurang asupan protein (OR=2,2;95%CI:1,1-4,6), umur 1–1,9 tahun (OR=6,9: 95%CI:2,2-22,1). NH-SD berhubungan dengan umur 1,0–1,9 tahun (OR=0,3; 95%CI:0,1-0,6). S-SD berhubungan dengan kurang asupan protein (OR=3,1; 95%CI:1,2-8,2), SES rendah dan anak digendong > 2 jam (OR=6,9; 95%CI:2,5-19,0). Asupan protein, sosial ekonomi status dan pengasuhan anak merupakan faktor risiko untuk terjadinya pertumbuhan dan hambatan perkembangan pada anak.Kata kunci: konsumsi makanan, pengasuhan anak, perkembangan anak, status gizi 
PEMBERIAN PROBIOTIK TERHADAP PENINGKATAN KADAR KALSIUM DARAH PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK TERMINAL Maryusman, Taufik; Sulchan, M; Chasani, Shofa
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.162 KB)

Abstract

Patients with Terminal Chronic Renal Disease (ESRD) generally have impaired metabolism of minerals such as calcium. Probiotics can increase the balance of gastrointestinal microflora. Suplementation probiotics may increase levels of calcium. The aim of this study was to analyze the effect of probiotics on the increase of calcium levels. This study used a true experiment research using a randomized pre-post test control group design involving 24 subjects divided into 2 groups at random. The treatment group was given lactobacillus probiotics  (4.0x109CFU) each day in capsul, while the control group was given standard treatment. Statistical analyzes applied paired t-test and independent t-test. Data regarding characteristics of subject were collected using a structured questionnaire. Calcium levels measured by CPO methods and It conducted before intervension and after the intervention. Calcium levels in the treatment group increased at 0.9 g / dl, or higher than in the control group 0.7 g / dl. The treatment group showed a significant increase of calcium level (p = 0.02). But, this increases did not make a significant difference between the 2 groups. Giving of probiotics increases blood calcium levels even in a small level, therefore it is beneficial to be given to patients with ESRD.ABSTRAK Penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) terminal pada umumnya mengalami gangguan metabolisme mineral seperti kalsium. Probiotik mampu meningkatkan keseimbangan mikroflora saluran pencernaan. Suplementasi probiotik mampu meningkatkan kadar kalsium. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian probiotik terhadap kadar kalsium darah pada pasien PGK terminal. Penelitian ini merupakan penelitian true experiment dengan rancangan randomized pre-post test control group design yang melibatkan 24 subjek yang dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok perlakuan  diberikan probiotik lactobacillus (4.0x109CFU) per hari dalam bentuk kapsul, sedangkan kelompok kontrol diberikan pengobatan standar. Pengumpulan data penelitian meliputi karakteristik subjek yang dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data kalsium darah diperoleh dari hasil pemeriksaan dengan metode OCP. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji paired t-tes dan independent t-test. Kadar kalsium pada kelompok perlakuan meningkat 0,9 g/dl, atau lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol 0,7 g/dl. Kelompok perlakuan menunjukan peningkatan kadar kalsium secara bermakna (p=0,02).  Namun kenaikan ini tidak memberikan perbedaan yang bermakna antara dua kelompok (p= 0,21) Pemberian probiotik meningkatkan kadar kalsium darah walapun tidak banyak, sehingga bermanfaat untuk diberikan kepada pasien PGK terminal.  Kata kunci: probiotik lactobacillus, kadar kalsium, PGK terminal
Front matter 41(1) sudikno, sudikno
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1108.461 KB)

Abstract

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BATITA STUNTING: SYSTEMATIC REVIEW Rosmalina, Yuniar; Luciasari, Erna; Aditianti, Aditianti; Ernawati, Fitrah
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.446 KB)

Abstract

Stunting in children less than three years is manifestation of chronic nutrient deficiency during pre and postnatal period. The objective of this syatematic review is to find and to determine the effects of nutrients intervention on the linier growth of children under 3 years. In this systematic review, Medline, Pubmed, Google Search or bibliography were searched for RCTs and have full text included in this analysis. The 16 articles were meet criteria for further analysis. Out of 16 articles 2 were intervented single nutrient, 6 articles using 2-3 nutrients, 5 article using multi-micronutrients, 3 articles with nutrient and carbohydrate food source. Out of 8 articles which using single nutrient (Vitamin A, Zinc or DHA) and combination single nutrient showed 3 articles have significant effect on linier growth of the children. The supplementation of multri-micronutrient 2 articles showed positive influence to linier growth. There was no significant effect of the intervention using nutrients combined with carbohydrate food source (solid food, porridge, maize) after 6 months. The conclusion was the intervention regarding combating stunting of children less than 3 years were available, whether single nutrient or multi-macronutrients. Though no conclusive to prevent stunting children. ABSTRAK  Stunting pada balita merupakan manifestasi dari kekurangan zat gizi kronis, baik saat pre- maupun post-natal. Review bertujuan mendapatkan cara pencegahan terjadinya stunting pada anak di bawah tiga tahun (batita) dan memperoleh data efikasi makro atau zat gizi mikro untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi dan anak batita. Artikel dikumpulkan dengan melakukan penelusuran secara komputer melalui MEDLINE, PUBMED, Google Search atau bibliografi dari artikel yang ditelusur. Hanya artikel dengan desain Randomized Control Trial (RCT) dan yang mempunyai teks penuh (full text) yang akan dimasukkan dalam review ini. Diperoleh 16 artikel dengan subjek bayi atau anak batita untuk diikutkan dalam analisis ini. Dari 16 artikel yang telah diekstraksi, ada 6 artikel dengan jenis intervensi kombinasi zat gizi (2-3 zat gizi), 5 artikel jenis intervensi multi-zat-gizi-mikro, 3 artikel intervensi dengan kombinasi zat gizi dan makanan serta 2 artikel intervensi dengan zat gizi tunggal. Hasil telaah terhadap 8 artikel intervensi menggunakan zat gizi tunggal (Vitamin A, Fe, Zn atau DHA) dan kombinasi zat gizi menunjukkan hasil yang berbeda, terdapat 3 artikel yang menunjukkan pemberian zat gizi tunggal memberikan peningkatan panjang badan yang signifikan. Pada pemberian multi-zat-gizi-mikro, terdapat 2 artikel yang memperlihatkan hasil positif terhadap perubahan panjang badan. Penambahan makanan sumber karbohidrat pada makanan padat, bubur nasi, maize kombinasi dengan pemberian ASI atau mineral seng atau multivitamin ternyata tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan linier pada bayi setelah 6 bulan intervensi. Disimpulkan bahwa intervensi pada bayi untuk penanggulangan masalah stunting dengan memberikan zat gizi tunggal, kombinasi 2-3 zat gizi (multi-zat-gizi-mikro) telah banyak dilakukan dan dampaknya tidak konklusif bisa mencegah anak batita menjadi stunting.Kata kunci: intervensi, stunting, anak di bawah 3 tahun (batita), systematic review
FAKTOR RISIKO ANEMIA IBU HAMIL TERHADAP PANJANG BADAN LAHIR PENDEK DI PUSKESMAS SENTOLO 1 KULON PROGO D.I.YOGYAKARTA Destarina, Rolla
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v41i1.250

Abstract

Anemia is a condition in which the hemoglobin (Hb) level in the blood is below normal. Hb plays an important role in transporting oxygen through the body. If the mother is anemic, the oxygen cycle in the body is reduced and will result in the increased of metabolic rate during pregnancy. Anemia during pregnancy will increase risk factors in inhibiting growth and low birth weight (LBW), premature birth, infant mortality, perinatal death and reduce body defenses to infection either in mother and child. This study aimed to determine the anemia status of pregnancy is a risk factor for producing stunting at birth  in Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo. The sample of 192 babies were employed, 64 babies with short birth lenght for case group and control group covered 128 babies with normal birth lenght. Data obtained through data from Puskesmas medical record in 2016 then analyzed by using the case-control approach. The independent variable is the anemia status of pregnant mother while the dependent variabel is the length of birth. The data were analysed by using Chi-Square test to find out the correlation between of maternal anemia status with short birth lenght, then to identify risk factor using Odd-Ratio. The result of the study indicated that there was a relationship between anemia status of pregnant woman and short-stature at birth marked by p-value = 0,000 (p 0.05). In addition, the anemia status of pregnant woman is a risk factor for short  body length at birth (OR = 4.31; 95% CI = 2.28 - 8.15). Conclusion, anemia status of pregnant woman is a risk factor for stunting at birth in Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo.ABSTRAK Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah dibawah normal. Hb berperan didalam pengangkutan Oksigen ke seluruh tubuh. Jika Ibu mengalami anemia, maka siklus Oksigen di dalam tubuh berkurang dan akan mengakibatkan teganggunya metabolisme yang meningkat selama proses kehamilan. Anemia selama masa kehamilan akan meningkatkan faktor risiko dalam menghambat pertumbuhan dan berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, kematian bayi dalam kandungan, kematian perinatal dan pertahanan tubuh berkurang yang mengakibatkan infeksi terhadap ibu dan anaknya. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui status anemia ibu hamil merupakan faktor risiko terhadap panjang badan lahir pendek di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo. Sampel yang digunakan berjumlah 192 bayi dengan kelompok kasus sebanyak 64 bayi dengan panjang badan lahir pendek dan kelompok kontrol sejumlah 128 dengan panjang badan lahir normal. Data diperoleh dengan menyalin dari rekam medis Puskesmas tahun 2016 kemudian dianalisa menggunakan pendekatan case control. Variabel bebas adalah status anemia ibu hamil sedangkan variabel terikat adalah panjang badan lahir. Pengolahan data menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui adanya hubungan antara status anemia ibu hamil dengan panjang badan lahir, kemudian untuk mengidentifikasi faktor risiko menggunakan Odd-Ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara status anemia ibu hamil dengan panjang badan lahir pendek ditandai dengan nilai p value= 0,000 (p 0,05). Selain itu, status anemia ibu hamil menjadi faktor risiko panjang badan lahir pendek (OR=4,31;95% CI=2,28 – 8,15). Kesimpulan dari penelitian bahwa status anemia ibu hamil menjadi faktor risiko panjang badan lahir pendek di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo. Kata kunci: anemia, ibu hamil, panjang badan lahir, stunting
GANGGUAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA 0,5-1,9 TAHUN TERKAIT DENGAN ASUPAN MAKANAN DAN PENGASUHAN YANG KURANG Harahap, Heryudarini; Budiman, Basuki; Widodo, Yekti
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v41i1.247

Abstract

Growth and development of children affected by various risk factors include malnutrition, poverty, and a less stimulated home environment. The objective of this analysis was to calculate the proportion of growth and development disorder and to determine the association of food intake and care for children with children’s growth and development. Samples were 247 children aged of 0.5-1.9 years who participated in the South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) in 2011. Growth was assesed by height for age in Z-score of WHO standard. Development was measured using Denver II test. Children were divided into four groups: 1).normal height with normal development (NH-ND); 2).stunting with normal development (S-ND), 3).normal height with suspected underdevelopment (NH-SD), and 4).stunting with suspected underdevelopment (S-SD). Protein intake was divided into adequate (≥80% RDA) and inadequate (80% RDA). Care for children was measured by the length of carrying them, categorized into ≤2 hours or 2 hours. Socio-economic status was categorized into low and high based on quintile. Age was categorized into 0.5–0.9 years and 1.0–1.9 years. Data analysis employed multi-nomial logistic regression. Proportions of NH-SD, S-ND, NH-SD and S-SD were 53.6%, 17.9%, 19.4%, and 9.1%, respectively. S-ND was associated with protein intake (OR=2.2;95%CI:1.1-4.6), aged 1.0–1.9 years (OR=6.9: 95%CI:2.2-22.1). NH-SD was associated with aged 1–1.9 years (OR=0.3; 95%CI:0.1-0.6). S-SD was associated with inadequate protein intake (OR=3.1; 95%CI:1.2-8.2), low SES and duration of carrying them more than 2 hours (OR=6.9; 95%CI:2.5-19.0). Protein intake, SES and care for children were risk factors for growth and development of children.ABSTRAKPertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko diantaranya kekurangan gizi, kemiskinan, dan lingkungan rumah yang kurang stimulasi. Tujuan analisis adalah mengetahui proporsi gangguan pertumbuhan dan perkembangan dan mempelajari asosiasi asupan makanan dan pengasuhan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sampel adalah 247 anak, berusia 0,5–1,9 tahun dari penelitian South East Asian Nutrition Study tahun 2011. Pertumbuhan dinilai melalui Z-skor tinggi badan (TB) menurut umur standar WHO. Perkembangan diukur menggunakan test Denver II. Anak dikelompokkan menjadi: 1).TB dan perkembangan normal (NH-ND), 2).stunting tetapi perkembangan normal (S-ND), 3).TB normal tetapi perkembangan terganggu (NH-SD), dan 4). stunting dan perkembangan terganggu (S-SD). Asupan protein dikelompokkan atas cukup (≥80% RDA) dan kurang (80% RDA). Pengasuhan diukur dari lama anak digendong, dikelompokkan menjadi ≤2 jam atau 2 jam. Status sosial ekonomi dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. Analisis yang digunakan adalah multi-nomial logistic regression. Proporsi NH-ND, S-ND, NH-SD dan S-SD berturut-turut adalah 53,6%, 17,9%, 19,4%, dan 9,1%. S-ND berhubungan dengan kurang asupan protein (OR=2,2;95%CI:1,1-4,6), umur 1–1,9 tahun (OR=6,9: 95%CI:2,2-22,1). NH-SD berhubungan dengan umur 1,0–1,9 tahun (OR=0,3; 95%CI:0,1-0,6). S-SD berhubungan dengan kurang asupan protein (OR=3,1; 95%CI:1,2-8,2), SES rendah dan anak digendong 2 jam (OR=6,9; 95%CI:2,5-19,0). Asupan protein, sosial ekonomi status dan pengasuhan anak merupakan faktor risiko untuk terjadinya pertumbuhan dan hambatan perkembangan pada anak.Kata kunci: konsumsi makanan, pengasuhan anak, perkembangan anak, status gizi 

Page 1 of 2 | Total Record : 16


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 46 No 2 (2023): September 2023 Vol 46, No 1 (2023): Maret 2023 Vol 45, No 2 (2022): September 2022 Vol 45, No 1 (2022): Maret 2022 Vol 44, No 2 (2021): September 2021 Vol 44, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 43, No 2 (2020): September 2020 Vol 43, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 42, No 2 (2019): September 2019 Vol 42, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 41, No 2 (2018): September 2018 Vol 41, No 2 (2018): September 2018 Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 40, No 2 (2017): September 2017 Vol 40, No 2 (2017): September 2017 Vol 40, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 40, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 39, No 2 (2016): September 2016 Vol 39, No 2 (2016): September 2016 Vol 39, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 39, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 38, No 2 (2015): September 2015 Vol 38, No 2 (2015): September 2015 Vol 38, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 38, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 37, No 2 (2014): September 2014 Vol 37, No 2 (2014): September 2014 Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 36, No 2 (2013): September 2013 Vol 36, No 2 (2013): September 2013 Vol 36, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 35, No 2 (2012): September 2012 Vol 35, No 2 (2012): September 2012 Vol 35, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 35, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 34, No 2 (2011): September 2011 Vol 34, No 2 (2011): September 2011 Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 33, No 2 (2010): September 2010 Vol 33, No 2 (2010): September 2010 Vol 33, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 33, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 32, No 2 (2009): September 2009 Vol 32, No 2 (2009): September 2009 Vol 32, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 32, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 31, No 2 (2008): September 2008 Vol 31, No 2 (2008): September 2008 Vol 31, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 31, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 30, No 2 (2007): September 2007 Vol 30, No 2 (2007): September 2007 Vol 30, No 1 (2007): Maret 2007 Vol 30, No 1 (2007): Maret 2007 Vol 29, No 2 (2006): September 2006 Vol 29, No 2 (2006): September 2006 Vol 29, No 1 (2006): Maret 2006 Vol 29, No 1 (2006): Maret 2006 Vol 28, No 2 (2005): September 2005 Vol 28, No 2 (2005): September 2005 Vol 28, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 28, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 27, No 2 (2004): September 2004 Vol 27, No 2 (2004): September 2004 More Issue