Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

STATUS GIZI BERDASARKAN POLA MAKAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN RAJEG TANGERANG (NUTRITIONAL STATUS BASED ON PRIMARY SCHOOL STUDENT’S DIETARY INTAKE IN RAJEG DISTRICT TANGERANG CITY) Anzarkusuma, Indah Suci; Mulyani, Erry Yudhya; Jus’at, Idrus; Angkasa, Dudung
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.411 KB)

Abstract

Abstrak Penduduk yang mengkonsumsi makanan dengan nilai gizi di bawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) masih tinggi (40,6%) dan banyak dijumpai pada anak usia sekolah (41,2%). Prevalensi anak usia sekolah dengan status gizi kurus di provinsi Banten sebesar 9,5% lebih tinggi dari angka nasional (7,6%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi berdasarkan pola makan anak sekolah di Kecamatan Rajeg Tangerang. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi merupakan anak sekolah dasar di wilayah Kecamatan Rajeg Tangerang. Sampel berjumlah 124 anak. Analisis data dengan menggunakan pengujian statisik dengan uji t tidak berpasangan, one-way ANNOVA dan korelasi Pearson. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (53.2%) dengan rata-rata umur 10 tahun dan berada pada kelas 4 SD (37.9%). Berdasarkan IMT/U didapatkan rata-rata nilai Z-score (-0.4±1.8). Responden yang memiliki frekuensi makan 3 kali dalam sehari sebanyak 53.2%, memiliki kebiasaan sarapan pagi sebanyak (94.4%) dan tidak memiliki kebiasaan membawa bekal makanan sebanyak (79,0%), dengan rata-rata nominal uang saku sebesar (3200±1.400) rupiah. Ada perbedaan status gizi anak berdasarkan frekuensi makan (p<0,05), tidak ada perbedaan status gizi anak berdasarkan jenis kelamin, umur,  nominal uang saku, kebiasaan sarapan pagi dan kebiasaan membawa bekal makanan (p≥0.05). Perlu dilakukan program pembinaan gizi dan pengetahuan kesehatan seperti diadakannya penyuluhan untuk siswa dan pembinaan UKS tentang pentingnya sarapan dan membawa bekal makanan, sanitasi dan makanan jajanan yang sehat Kata Kunci: Status Gizi, Pola Makan, Anak Sekolah Dasar AbstractRISKESDAS 2010 showed the prevalence of food consumption below 70% of Recommended Daily Intake (RDI) 2004 was 40.6% while among school-age children was about 41.2 %. The prevalence of underweight (Body-Mass-Index for age = BMI/A) was 7.6%; in Banten province was about 9.5%. This study aims to determine the differences of nutritional status among school aged children in relation to their dietary pattern in a primary school, District of Rajeg, Tangerang, Banten. This is a cross-sectional study. The population is a primary school children, with total respondent of 124 children. Dietary patterns and anthropometric measurements were conducted by trained junior nutritionists. Independent t-test, correlation and one-way Anova were employed to answer research questions. Most of respondent are male (53.2 %) with an average 10 years of age and in mostly in 5th grade (62.1 %). Average value of Z –score BMI/Age was (-0.4 ± 1.8). About 53.2% have 3 meals a day, 94.4 % having breakfast, and if there is no breakfast at home (79%) those students get their pocket money about 3200 ± 1400 rupiah/day. There is a difference OF nutritional status based on the frequency of meals (p< 0.05). There were no difference in nutritional status by sex, age, having breakfast at home, and no correlation with nominal allowances (p ≥ 0.05). Intensive counseling and nutrition education for school children should be given by teacher, especially information regarding the importance of breakfast or habit of bringing food or healthy snack, sanitation and personal hygiene. Keywords: Nutritional Status, Dietary Pattern, School Aged-children
Konsumsi Fast Food, Soft Drink, Aktivitas Fisik, dan Kejadian Overweight Siswa Sekolah Dasar di Jakarta Putri, Vina Rizky; Angkasa, Dudung; Nuzrina, Rachmanida
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.988 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2017.004.01.5

Abstract

AbstrakPrevalensi overweight pada anak umur 5-12 tahun di provinsi Jakarta tertinggi (30,1%,  nasional 10,8%) Tujuan penelitian ialah 1) menganalisis hubungan konsumsi fast food, soft drink, dan aktivitas fisik (AF) dengan kejadian overweight 2) mengetahui perbedaan asupan, lingkar pinggang (LP) dan total lemak tubuh (TLB) pada anak sekolah dasar. Studi potong lintang dilakukan dengan jumlah responden yang terdiri dari masing-masing 57 anak overweight dan berat normal di sekolah dasar negeri di Jakarta. Konsumsi fast food,soft drink diukur dengan FFQ, asupan energi dan zat gizi makro dengan recall tiga hari tak berturut, AF dengan kuesioner aktivitas fisik anak, LP dengan pita standar dan TLB dengan bodyfat analyzer. Odd risk/OR (95%CI) dan uji beda sebagai uji statistik, signifikan jika (p<0,05). Hasil menunjukkan anak dengan AF ringan, konsumsi gorengan (≥3x/minggu), dan minuman bergula (≥3x/minggu) berisiko 2,5 (95% CI 1,19-5,39), 6,8 (CI 2,82-16,52), dan 10,7 (CI 4,46-25,72) kali mengalami overweight, secara berturut, dibanding anak dengan AF sedang, konsumsi gorengan dan minuman gula tinggi (masing-masing <3x/minggu). Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok overweight dibanding berat normal berdasarkan asupan energi dan zat gizi makro,  LP dan TLB. Perlu ditekankan pola makan dan pola hidup sehat untuk menghindari dampak negatif overweight di masa depan.Kata kunci: fast food, IMT, lemak tubuh, lingkar pinggang, soft drink Abstract The prevalence of overweight children aged 5-12 years in Jakarta province is the highest (30.1%, national is 10.8%). This study aims (1.) to analyze the relationship among fast food, soft drink, and physical activity (PA) with overweight status and (2.) to know the difference of intake, waist circumference (WC), and total body fat (TBF) in primary school children. This cross sectional study was conducted with a number of respondents consisting of 57 overweight and 57 normal weight children in public primary schools in Jakarta. The consumption of fast food and soft drink was measured using food frequency questionnaire, energy and macro nutrient intake by using three non-consecutive day recall method, PA by using physical activity questionnaire, WC by using standard tape, and TBF by using bodyfat analyzer. Odd risk/OR (95% CI) and different test were used as statistical test with p <0.05. The results showed that children with low PA, ≥3x/week fritter consumption, and ≥3x/week sugary drinks were at risk 2.5 times (95% CI 1.19-5.39), 6.8 times (CI 2.82 -16.52), and 10.7 times (CI 4.46-25.72) to overweight, respectively, compared with children with moderate PA, <3x/week fritter consumption, and <3x/week high sugar drink. There were significant differences between the overweight group compared with the normal weight based on energy and macro nutrient intake, WC, and TBF. Diet and healthy lifestyle should be emphasized to avoid negative impact of overweight in the future.Keywords: fast food, body mass index, body fat, waist circumference, soft drink
Pengaruh asupan Fe, vitamin A, vitamin B12, dan vitamin C terhadap kadar hemoglobin pada remaja vegan Siallagan, Damayanti; Swamilaksita, Prita Dhyani; Angkasa, Dudung
Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 13, No 2 (2016): Oktober
Publisher : Minat S2 Gizi dan Kesehatan, Prodi S2 IKM, FK-KMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.961 KB) | DOI: 10.22146/ijcn.22921

Abstract

Background: Vegan has become a diet that started to be many people's choice. Low intake of iron and vitamin B12 is factors that can cause anemia in vegan. On the other side vegans often consume vegetables and fruits that contained high of vitamin A and vitamin C which helps the absorption of iron, that can help prevent anemia.Objective: The purpose of the research know the effect of the intake of iron, vitamin A, vitamin B12, vitamin C on hemoglobin (Hb)levels in young Buddhist vegan Pusdiklat Maitreyawira.Method: This research uses cross-sectional design. The population in this study are all adolescent vegan in the Buddhist Pusdiklat Maitreyawira. Samples in this study were 31 peoples. Independent variable is an intake of iron, vitamin A, vitamin B12, and vitamin C was obtained by SQ-FFQ, while the dependent variable was Hb with hemoglobin testing system quick-check set. Analysis of the data in this study using Pearson correlation and multiple linear regression.Results: There is a relationship intake of iron (p=0,000), vitamin B12 (p=0,037), and vitamin C (p=0,000) to Hb level of adolescent vegan in Buddhist Pusdiklat Maitreyawira, there is no relationship intake of vitamin A with a Hb level of adolescent vegan (p=0,220). The result of multivariate analysis using multiple regression analysis of the variables that most influence haemoglobin levels of adolescent vegan are the intake of iron and vitamin C. Each increase of 1 mg Fe intake will increase the Hb concentration as much as 0.013 g/dl and increase of 1 mg of vitamin C intake will increase Hb levels as much as 0.002 g/dl.Conclusion: Iron and vitamin C intake is the most influence factors to hemoglobin levels of adolescent vegan in Buddhist Pusdiklat Maitreyawira.
Hubungan Peran Keluarga dan Pengetahuan Ibu Terhadap Pemberian ASI di Desa Tanah Merah Kabupaten Tangerang Destyana, Riche Mia; Angkasa, Dudung; Nuzrina, Rachmanida
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 5, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.372 KB) | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2018.005.01.5

Abstract

ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik yang ideal dan paling sempurna untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi selama proses tumbuh kembang pada 6 bulan pertama kehidupannya. Namun cakupan ASI eksklusif di Indonesia masih rendah, hal ini disebabkan oleh faktor internal (usia, pengetahuan, pendidikan, sikap atau perilaku, dan kondisi kesehatan ibu) dan faktor eksternal (peran keluarga). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran keluarga dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif terhadap pemberian ASI eksklusif di Desa Tanah Merah, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang tahun 2017. Penelitian cross-sectional ini melibatkan 93 responden yang diambil secara total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif masih rendah (29%), sebagian besar responden memiliki peran keluarga yang “kurang baik” (45,57%) tetapi berpengetahuan “baik” (62,31%). Penelitian menemukan hubungan bermakna antara peran keluarga dengan pamberian ASI eksklusif tetapi skor pengetahuan ibu tidak berhubungan secara signifikan dengan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga perlu ditingkatkan lagi agar ibu dapat memberikan ASI secara eksklusif sehingga bayi mendapat asupan gizi yang adekuat terutama bayi yang tinggal di pedesaan.Kata kunci: peran keluarga; pengetahuan ibu; pemberian ASI eksklusifAbstractBreast milk is the only ideal and the most perfect food to meet the nutritional needs of infants during the growth process in the first 6 months of life. However, the coverage of exclusive breastfeeding in Indonesia is still low due to internal factors (age, knowledge, education, attitude/behavior, and maternal health condition) and external factors (family roles). This research aimed to know the relation of family role and mother knowledge on exclusive breastfeeding (EB) to EB practices in Tanah Merah Village, East Sepatan Sub-district, Tangerang Regency in 2017. This cross-sectional study involved 93 respondents taken by total sampling. The statistical test used was chi-square test. The results showed that the percentage of EB in Tanah Merah Village is still low (29%), most of the respondents have unfavorable family role (45.57%), but have good knowledge on EB (62.31%). This study found a significant association between family role and exclusive breastfeeding, but the score of mother's knowledge does not correlate significantly with exclusive breastfeeding. Family role in encouraging the mother to breastfeed exclusively should be strengthened in order to ensure adequate nutritional intake for the infants, particularly those who live in rural area.Keywords: family role; mother's knowledge; exclusive breastfeeding
LENGTH OF PATERNAL EDUCATION IS ASSOCIATED WITH HEIGHT-FOR-AGE OF SCHOOL CHILDREN IN RURAL AREA OF SEPATAN TIMUR-TANGERANG Angkasa, Dudung; Sitoayu, Laras; Jus'at, Idrus
GIZI INDONESIA Vol 41, No 1 (2018): Maret 2018
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.055 KB)

Abstract

Paternal educational status plays an important role in long-term nutritional status of children. The objective of this study was to investigate the association between paternal factors and school children nutritional status in rural setting, Indonesia. A cross-sectional study carried out in September  up to November 2015 involving 368 primary public school children in Sepatan Timur, Tangerang. Structured questionnaires were administered to parents, containing household characteristics such as length of school year, working status, number of siblings. Children weight and height were measured using a weighing scale and microtoise, respectively. Anthropometric indices, height-for-age (HAZ) and body mass index for-age (BAZ), were produced by using WHO-Antroplus. Children’s food intake and snacking habits were assessed using single 24 hours food recall and food frequency questionnaire, respectively. Others variables were physical activity and infectious disease history. Multiple regression analyses were employed to enquire research questions. Results indicated that children with father’s educational status less than 9 years had a significant 0.607 lower HAZ if compared to those educational status more or equal to 9 years after adjustment for mother’s schooling year, working status, number of household member, children’s history of diarrhea and physical activity status, sex, age and snacking frequency. Conclusion, father’s educational status was associated with height for age among school children in rural area of Sepatan Timur. ABSTRAK Pendidikan orang tua berperan penting dalam menentukan status gizi anak dalam jangka panjang. Penelitian bertujuan menganalisis hubungan faktor orang tua dengan status gizi anak sekolah di wilayah pedesaan. Penelitian menggunakan desain potong lintang dilaksanakan selama September-November 2015 dengan melibatkan 368 anak sekolah dasar negeri di Sepatan Timur, Tangerang. Kuesioner terstruktur diberikan pada orang tua untuk mengetahui lama sekolah, status pekerjaan, dan jumlah anak. Berat dan tinggi badan akan diukur dengan timbangan badan dan microtoise kemudian dihitung indeks antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Konsumsi sampel dinilai dengan food recall 24 jam satu hari dan kuesioner frekuensi makanan. Variabel lain yang diamati ialah aktivitas fisik dan riwayat infeksi. Analisis Regresi berganda digunakan untuk menjawab tujuan. Hasil menunjukkan bahwa sampel dari ayah yang berpendidikan <9 tahun lebih rendah skor TB/U sebesar 0,607 poin dibandingkan sampel dari ayah yang berpendidikan >9 tahun setelah dikontrol lama pendidikan ibu, status pekerjaan, jumlah anak, riwayat diare, aktivitas fisik, jenis kelamin, umur dan frekuensi jajan anak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendidikan ayah yang rendah berhubungan dengan tinggi badan anak pada anak sekolah di wilayah pedesaan, Sepatan Timur. Kata kunci: pendidikan ayah, status gizi, anak sekolah, pedesaan
Ibu Berpendidikan Rendah Cenderung Memiliki Anak Lebih Kurus Dibandingkan Ibu dengan Pendidikan Tinggi Angkasa, Dudung; Nadiyah, Nadiyah
Indonesian Journal of Human Nutrition Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.01.6

Abstract

Penguatan pendidikan merupakan salah satu upaya intervensi gizi sensitif yang dapat  mengatasi masalah gizi dan kesehatan (G&K) pada anak. Tingkat pendidikan ayah atau ibu yang lebih berperan dalam G&K anak sekolah menjadi perhatian menarik di penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk menguji hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan status gizi anak sekolah di setting pedesaan. Penelitian potong lintang dengan menggunakan sub sampel (n=212 dari total 330) Projek GISEL. Kuesioner terstruktur digunakan untuk mengumpulkan data tingkat pendidikan orang tua, umur, jumlah anak, dan pengetahuan gizi. Timbangan digital dan microtoise secara berurutan untuk mengukur berat dan tinggi badan. Aplikasi WHO Antroplus digunakan untuk menghasilkan indeks TB/U (Tinggi Badan menurut Umur) dan IMT/U (Indeks Massa Tubuh menurut Umur). Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mendapatkan hasil terkontrol, dilakukan uji regresi linear berganda. Hasil menunjukkan bahwa anak dari ibu berpendidikan <9 tahun cenderung secara bermakna memiliki skor IMT/U 0,800 (95% CI = -1,451; -0,149) lebih rendah dibandingkan anak dari ibu berpendidikan >9 tahun. Tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan G&K anak sekolah.Kata kunci: pendidikan, ibu, anak sekolah, status gizi, pedesaanAbstract Strengthening the educational level is one of the nutrition sensitive interventions that contribute to prevent nutrition and health (NAH) problem  among children.Whose education (between mother and father) that affect the school children NAH status is paid high attention in current study. Current study tries toexamine the association between maternal educational level and nutritional status of school children in a rural setting, Tangerang. This cross-sectional study involved a sub-sample (n =212, from a total of 330 samples) of GISEL (GIzi dan keSEhatan sekoLah) project. Structured questionnaires were used to collect parental educational level, ages, number of children and parental’s nutritional knowledge. Digital weighing scale and standard microtoies were used to measured children weight and height, respectively. WHO Antroplus apps was used to produce HAZ (Height-for-age) and BAZ (body mass index -or-age) z score index. To answer research question and produce adjusted association, multiple linear regression analyses were performed. Children with mother educational level <9 years more likely to have 0.800 (95% CI = -1.451; -0.149) lower BAZ z-score than children with mother educational level >9 years. Maternal educational level is associated with school children nutritional status. An increase in women's education levels becomes a sensitive intervention to prevent child nutrition problems in rural areas.Keywords: education, maternal, school children, nutritional status, rural setting
PENINGKATAN STATUS KESEHATAN DENGAN SENAM RHYTMIC AUDITORY STIMULATION DAN GIZI SEIMBANG LANSIA DI DESA KOHOD Maratis, Jerry; Angkasa, Dudung; Malabay, Malabay; Amir, Trisia Lusiana
IKRA-ITH ABDIMAS Vol 2 No 3 (2019): IKRAITH-ABDIMAS VOL 2 NO 3 BULAN NOVEMBER 2019
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (845.179 KB)

Abstract

Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan padalansia di Desa Kohod Tangerang. Status kesehatan dipengaruhi oleh perilaku hidup sehatdiantaranya aktivitas fisik yang teratur dan gizi seimbang. Pemberian senam RhytmicAuditory Stimulation (RAS) bertujuan meningkatkan status kesehatan dan keseimbangandinamis menggunakan isyarat auditori, sehingga mempermudah lansia dalam melakukanaktivitas fisik dan produktif. Pemberian edukasi tentang gizi seimbang lansia (GISELA)bertujuan memberikan pemahaman dan keterampilan mengenai pemberian gizi yangsesuai dengan aktivitas dan metabolisme lansia sehingga kecukupan gizi dapat terpenuhi.Lingkup pengabdian masyarakat ini dikhususkan pada Lansia di Desa Kohod. Kegiatanyang dilakukan meliputi edukasi dan praktik senam RAS dan GISELA. Metodepelaksanaan kegiatan yang dilakukan meliputi edukasi, pemberian contoh denganinstruktur, praktik dengan pendampingan senam RAS dan GISELA. Evaluasi kegiatanyang digunakan adalah aspek pengetahuan dan keterampilan. Kemampuan lansia dalammemahami dan mempraktikkan senam RAS dan pelaksanaan GISELA didapat hasil 80%para lansia dapat memahami materi yang diberikan oleh penyaji dan dapatmempraktikkannya dengan baik. Kesimpulan PKM ini adalah adanya peningkatan statuskesehatan, pengetahuan, dan keterampilan para lansia tentang senam RAS dan GISELA.
THE DIFFERENCES BETWEEN PROTEIN, SELECTED VITAMINS AND SELENIUM TO MORBIDITY IN YOUNG CHILDREN Mulyani, Erry Yudhya; Jus’at, Idrus; Angkasa, Dudung; Elvandari, Milliyantri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2017: Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.088 KB)

Abstract

Morbidity rate in children under 3 years of age is higher among rural than urban area. Adequate intake of protein and selected vitamins suppresses the immune system to function efficiently. This cross-sectional study at Tangerang district was aimed to understand the difference in protein, selected vitamins and selenium intake to morbidity episode among young children. A total of 87 children under 3 years of age was drawn randomly from 3 selected villages. All measurement was carried out by well trained professional health personnel’s. The independent t-test and Mann-Whitney were employed to analyze the data. The youngchildren aged 7-11 month (16.1%) and 12-36 month (83.9%), weight was 9.8±2.1 (kg), height was 78.5±8.1(cm), and MUAC was 13.5±6.6 (cm). The average intake of protein, Vitamin C, Vitamin E and Selenium inchildren aged 7-11 month were 12.7±11.0 (g), 42.7±108.1 (mg), 0.8±1.2 (mg), and 0.1±0.0 (mcg), respectively. Then for the children age 12-36 month were 26.6±15.5 (g), 23.0±34.6 (mg), 2.2±1.8 (mg), and 0.3±1.4(mcg), respectively. There were no differences in protein, vitamin C, vitamin E and selenium intakes between morbidity episode among children aged 12-36 month (p≥0.05). While, there was a difference in protein intake between morbidity status in younger children (p<0.05).  This study failed to find contribution of selected vitamins and selenium to morbidity status. An adequate intake of protein, selected vitamins andminerals was needed to curb the intermittent infections.Keywords: Protein, Selected Vitamins, Selenium, Morbidity, Young Children
ANALISIS PENGETAHUAN GIZI DAN HIDRASI TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU IBU DI MASA KEHAMILAN Mulyani, Erry Yudhya; Jus?at, Idrus; Angkasa, Dudung; Anggiruling, Dwikani Oklita
GIZI INDONESIA Vol 42, No 2 (2019): September 2019
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (673.531 KB) | DOI: 10.36457/gizindo.v42i2.462

Abstract

Nutrition and health behavior during pregnancy has an impact on fetal health and outcome birth.The aims of this study were to analyze the relationship between nutrition and hydration knowledge on maternal attitudes and behavior during pregnancy.This study was a cross-sectional study, conducted in Kebon Jeruk District Health Center, West Jakarta.The research subjects were pregnant women in the second and third trimesters who examined their pregnancies at the study site, totaling 100 subjects. The data collected were characteristics subjects, anthropometrics, level of knowledges, attitudes, and behaviors. Data was taken through interviews and anthropometric measurements by enumerators and health professional trainee. Pearson's correlation and chi-square tests were used to analyze data.Subjects were on average 29.0 ± 5.7 years, body weight 54.3 ± 8.6 kg, body height 153.7 ± 5.4 cm, body mass index 23.0 ± 3.8 kg/m2, upper arm circumference 26.4 ± 3.3 cm, and hemoglobin level 11.9 ± 0.9 g/dL. There was a positive relationship between nutrition and hydration knowledge on the behavior of pregnant women (p<0.05).The proportion of mothers in the high-level group had a positive attitude about water consumption when nausea and vomiting were more than those with low-level group (p<0.05).Mothers with a high-level group of knowledge have a tendency to have frequent water consumption and vary in diet from the low-level group (p <0.05).Therefore, the health professional needs to give the nutrition education which reliable and accurate to pregnant women in antenatal care.
HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI WARGA BINAAN LAPAS ANAK WANITA TANGERANG Muslimah M, Nur; Angkasa, Dudung; Melani, Vitria
Jurnal Nutrire Diaita (Ilmu Gizi) Vol 9, No 02 (2017): NUTRIRE DIAITA
Publisher : Lembaga Penerbitan Unversitas Esa Unggul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47007/nut.v9i02.2201

Abstract

Background: Most women in prison are experiencing inadequate energy and macronutrient intake which may affect their nutritional and health status. Objective: To determine the relationship between the level of energy sufficiency and macro nutrient with nutritional status of women. Method : Cross-sectional data were collected from 100 women prisoner aged 19-45 years old from a major prison in Tangerang City of Indonesia. Weight and height were measured with standard weighing scale and microtoise, respectively and body mass index (BMI) was produced. The prisoner’s intakes were measured by three days 24 hour food recalls. Others observed variables were health seeking behaviour (HSB) and infectious disease history (IDH) which assessed by structured interview questionnaire. Spearman's Rank Test was performed to answer the research questions. Result: There was a positive and weak relationship between energy sufficiency level and nutritional status (p = 0,030), protein adequacy level with nutritional status (p = 0,015), fat sufficiency level with nutritional status (p = 0,034) and carbohydrate sufficiency level with nutritional status p = 0.043). Conclusion: Level of energy and macronutrient intake associate with prison women’s nutritional status.  Keywords: energy sufficiency level and macro nutrient, nutritional status, women