cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Aqlam: Journal of Islam and Plurality
ISSN : 25280333     EISSN : 25280341     DOI : -
Core Subject : Social,
AQLAM: Journal of Islam and Plurality (P-ISSN 2528-0333; E-ISSN: 2528-0341) is a journal published by the Ushuluddin, Adab and Dakwah Faculty, State Islamic Institute of Manado, Indonesia. AQLAM published twice a year and focused on the Islamic studies especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, Islamic Philosophy, Islamic History and Culture, Theology, Mysticism, and Local Wisdom in Indonesia. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Every article submitted and will be published by AQLAM will review by two peer review through a double-blind review process | Address: Jl. Dr. S.H. Sarundajang Kompleks Ring Road I, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95128 | E-Mail; aqlam@iain-manado.ac.id | Phone: +62431860616 | AQLAM has become a CrossRef Member since the year 2018. Therefore, all articles published by AQLAM will have unique DOI number.
Arjuna Subject : -
Articles 128 Documents
STRATEGI PEMBINAAN DAKWAH SYARHIL QURAN DI PADEPOKAN SYARHIL QURAN LAMPUNG Handieni Fajrianty; Ressi Susanti
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1495.514 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v2i2.524

Abstract

Abstrak. Dakwah syarh al-Quran diperdengarkan dan ditampilkan pertama kali dalam ajang MTQ Nasional ke XV di Bandar Lampung pada tahun 1988. Konsep dakwah syarh al-Quran adalah dakwah dengan seni yang pertunjukkan oleh tiga orang dalam satu grup. Hingga tahun 2002, dakwah syarh al-Quran belum memiliki tempat yang baik di hadapan masyarakat, hingga lahirnya Padepokan Syarhil Quran Lampung yang secara intensif melatih dan membina para santri agar mampu sukses dalam pertandingan atau musabaqah dalam ajang MTQ baik tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional, juga sukses dalam performa mereka di hadapan masyarakat, barulah dakwah syarh al-Quran dikenal dan responsif di tengah masyarakat. Adapun strategi pembinaan dakwah yang dilakukan di tubuh Padepokan Syarh al-Quran adalah dengan pembinaan hafalan naskah syarahan al-Quran, pembinaan mental dari setiap anggota, latihan vokal dan performa tampil, pembinaan spiritual, dan pembinaan kekeluargaan. Kata Kunci: Strategi Pembinaan, Dakwah Syarh al-Quran, Padepokan Syarhil Quran Lampung Abstract. Syarhil al-Quranin  da’wah was first introduced and performed at the National MTQ XV in Bandar Lampung in 1988. The concept of Syarhil al-Quran da’wah is an art performance in a group of three people. Until 2002, this da’wah has not gotten a good accepteance in community. Then, the Padepokan for Syarhil Quran in Lampung was established to intensively train and coach santri in order to succeed the comig competition in the regional and national levels. Furthermore, they are to succeed performing in front of the community so that syarhil Quran is well known. The coaching strategy implemented at the padepokan are script memorising, mental coaching, vocal and performance exercising, spiritual coaching, and kinship coaching. Keywords : Coaching strategy, Syarhil al-Quran da’wah,  the padepokan for Syarhil Quran Lampung
SEJARAH PEMBENTUKAN DAN PEMBARUAN HUKUM KELUARGA ISLAM DI NUSANTARA Ahmad Rajafi
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1382.739 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v2i1.507

Abstract

Sejarah pembentukan dan pembaruan hukum keluarga Islam di Indonesia tidak pernah bisa terlepas dari dialektika evolusi budaya hukum yang terjadi dari waktu ke waktu. Model utama dari penggerak evlousi tersebut ada pada semangat penyebar Islam yang menerapkan teori inkulturasi namun tereduksi dengan semangat akulturasi yang melahirkan arabisasi Islam. Pada fase akulturasi inilah terjadi stagnasi pembaruan hukum keluarga dan bahkan mazhab asy-syafi'iyyah menjadi pegangan utama dalam menerapkan hukum keluarga. Semangat pembaruan baru muncul kembali di era 50-an dengan melahirkan istilah Fiqh Indonesia dan Kewarisan Bilateral. Semangat ini berlanjut di era reformasi dengan lahirnya CLD-KHI sebagai pembanding KHI dan diharapkan menjadi UU Perkawinan yang baru. Namun gerakan tersebut kembali stagnan karena begitu mengakarnya hasil pembentukan hukum keluarga Islam berbasis akulturasi di Nusantara. Kata Kunci: Sejarah pembentukan, pembaruan, hukum keluarga Islam, nusantara The History of the Establishment and Improvement of the Islamic Family Law in the Archipelago of Indonesia The history of the establishment and improvement of the Islamic family law in Indonesia can never be separated from law cultural evolution discourse that occurs from time after time. The first model of the evolution motor laid on the spirit of the Islam spreaders who applied inculturation brought forth the Arabization of Islam. In the acculturation phase, the improvement of family law is paused and make the mazhab asy-syafiiyyah as the main base in family law enforcement. The call for improvement reemerged in the 1950s by introducing Indonesian Fiqh and bilateral inheritance. The course continued to the reform era noted by the introduction of CLD-KHI as a counter to KHI and expected to the new marriage regulation. However, the movement was halted again since acculturation has rooted in the development of Islamic family law. Keywords: the history of establishment, improvement, Islamic family law.
Membangun Kesadaran Gender Tentang Wali Nikah dan Sakis Dalam Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Maqashid al-Syari`ah Approach) Ahmad Rajafi; Ressi Susanti
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.536 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i1.496

Abstract

Begitu banyak masalah yang dapat ditemukan dalam hukum keluarga Islam jika dirujuk melalui pendekatan modern, terutama tentang kesetaraan gender. Mulai dari aturan wali nikah yang dikendalikan oleh laki-laki, pembagian warisan yang didominasi oleh laki-laki, ketentuan tentang saksi yang melemahkan eksistensi perempuan, dll. Dalam konteks Indonesia, penting untuk menganalisis masalah wali dan saksi, melalui pendekatan maqashid al-syari’ah, dan akan menemukan solusi di mana wali nikah adalah unsur primer mengenai menjaga kehormatan, dan tentang saksi, ia merupakan unsur sekunder yang berfungsi untuk melengkapi tujuan utama pernikahan. Melalui klasifikasi tersebut, ditemukan bahwa unsur primer tentang wali nikah dan unsur sekunder tentang saksi, memunculkan perbedaan yang sangat signifikan antara Arab dan konteks Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan reformasi di bidang hukum keluarga Islam melalui pendekatan budaya, sehingga responsif di Indonesia. Jika dalam budaya Arab kekerabatan patrilineal begitu menguasasi, sedangkan di Indonesia terdapat multi kekerabatan yang kompleks, seperti patrilineal, matrilineal dan bilateral, maka ia berimplikasi kepada kebutuhan perubahan yang membawa solusi, sesuai dengan kearifan lokal yang hidup di Indonesia, seperti pelaksanaan kesetaraan gender secara terbuka.Kata Kunci :  Maqasyid al-Syari’ah, Wali Nikah, Saksi, Kearifan Lokal, dan Pembaharuan Hukum There are a lot of problems discovered in the Islamic family law when they are observed through modern approaches, especially on the issue of gender equality. It ranges from the rule of the bride’s guardian which is controlled by men, the distribution of inheritance which is dominated by men, the witness requirements that weaken women role, to others. In Indonesian context, it is important to analyse the matters of guardians and witness through foundational goals of Islam (maqashid syariah) approaches and it will find solution where a bride’s guardian becomes a primary element for protecting honors, and about witness, it will serve as a secondary element to complete the main goal of marriage. Through those classifications, it is found that the primary and secondary elements emerge significant differences between Arabic and Indonesian contexts. Therefore, a reformed Islamic family law is neededthrough cultural approaches, that are responsive in Indonesia. The patrilineal kinship of the Arab culture is very controlling, whilst Indonesians have a complext multi kinships such as patrilineal, matrilineal and bilateral. Thus, it implies the needs of changes that will offer solutions that correspond with the local wisdom, as an application of gender equality.Keywords: Foundational goals of Islam (maqasid syariah), Bride’s guardian, witness, local wisdom and law reformation.
KESULTANAN TERNATE DAN TIDORE Rusdiyanto Rusdiyanto
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.48 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.631

Abstract

Abstract. The history of Islam in Maluku including the history of the entry and development of Islam among various other countries up to now is still very interesting to be studied, given the history or history agreed by researchers and observers of Islamic history. This paper describes Islam in Maluku in the framework of two major sultanates of its time namely the Sultanate of Ternate and Tidore Sultanate. Based on the search on the limited this paper shows: First, the Sultanate of Ternate and Tidore is a great Islamic kesulturasi in Maluku which intersect with a major sultanate in the archipelago that has a major role in the process of Islamization in Maluku. Second, the success of Islamization in Maluku mostly uses the term through Islamization culture in Java. Third, the Islamization Process begun from the elite accounts of the kingdom/sultanate, followed by the people. Keywords: Maluku, the Sultanate of Ternate, Tidore, dan Islamization Abstrak. Sejarah Islam di Maluku sebagaimana sejarah masuk dan berkembangnya Islam di belahan wilayah Nusantara lain hingga kini masih menarik untuk diteliti, mengingat belum adanya titik terang atau rumusan sejarah yang disepakati oleh peneliti dan pemerhati sejarah Islam. Paper ini memaparkan tentang Islam di Maluku dalam bingkai dua kesultanan besar pada masanya yaitu Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore. Berdasarkan penelusuran pada sumber yang terbatas tulisan ini menunjukkan bhwa: Pertama, Kesultanan Ternate dan Tedore merupakan kesultan besar Islam di Maluku yang setara dengan kesultanan besar lain di Nusantara yang memiliki peran besar dalam proses islamisasi di Maluku. Kedua, Keberhasilan Islamisasi di Maluku banyak dipengaruhi karena ditempuh melalui pendekatan budaya sebagaimana Islamisasi di Jawa. Ketiga, Proses Islamisasi itu dimulai dari kalangan elit kerajaan/kesultanan yang selanjutnya diikuti oleh rakyat. Kata Kunci: Maluku, Kesultanan Ternate, Tidore, dan Islamisasi
TRANSFORMASI NILAI NILAI SENI DALAM DAKWAH Studi terhadap Dialektik Dakwah dalam Kesusastraan Irawan Paputungan
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.548 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i2.512

Abstract

Islam as a religion of dakwah. In the call for God’s pathway, one not only needs strategies  but also knowledge as a long process that must be followed. Various ways are followed with full of wisdom, gentleness, and consistence (bil himah wa mauizhotil hasanah). A strategy and media are required  to maintain the holiness of the message that bless the whole world and its nature (rahmatan lilalamin), in order that message is received wholly (kaffah), impartially, to give effect to attitude and behavior of Islamic communities. As a religion of dakwah, Islam is easily penetrated and accepted by various peoples, when it is inclusive, open to social cultural and social political. Due to the openness social cultural value and the holy message merge without significant obstacles or friction.The two way attention and movement of dakwah actually enable Islam inscribe golden lines along human civilisation and spread through different continents and countries including Indonesia. This is because the message of Islam contains piety which transcendental, and scaral as well as  humanism which profane and worldly in the society. The transformation of sacred values has inhuman spirit that can go beyond human barrier and partition and make the person full of faith and beliefs. Moreover, dakwah shows historical social reality. The massive sympathy people show to the transformation of the value often produce ideas and movement supported by the transcendental power.Keywords: dakwah, inclusive, transformation Islam adalah agama dakwah. Seruan atau ajakan kepada “jalan Tuhan” (sabili rabb) menempuhnya tidak hanya membutuhkan strategi tapi juga ilmu sebagai bagian dari proses panjang yang mesti harus dilalui. Beragam jalan ditempuh, tentunya dengan kearifan, penuh bijaksana lemah-lembut dan teguh pendirian (bil hikmah wal mauizhotil hasanah). Kesucian pesan yang mengandung rahmat bagi seluruh alam dan segala isinya (Rahmatan lil ‘taalamin) agar senantiasa terjaga dan tertransformasikan baik secara langsung atau tidak langsung pada ummat dibutuhkan strategi dan media. Hal ini agar “pesan suci” tersebut diterima secara utuh (kaaffah), tidak potong-sepotong karena akan berdampak pada sikap dan perilaku ummat. Sebagai agama dakwah, Islam lebih mudah masuk di semua kalangan dan diterima ketika bersifat inklusif, senantiasa membuka diri, dalam ruang dialektika sosial budaya, bahkan sosial politik. Berangkat dari keterbukaan inilah sehingga antara nilai sosial budaya di satu tempat dan “pesan suci” yang menjadi misi dakwah menemukan titik temu, tanpa ada gesekan dan benturan yang signifikan.Perhatian dan gerakan dakwah dari dua sisi inilah yang sesungguhnya menjadikan Islam mampu menorah tinta emas sepanjang sejarah peradaban manusia dan menyebar di berbagai belahan benua dan dunia hingga Indonesia. Karena selain kesholehan ibadah transcendental sacral dan melangit, hal lain yang tak kalah penting dan perannya adalah kesholehan sosial, profane dan membumi di tengah masyarakat sosial. Transformasi nilai-nilai seni suci ini memiliki “ruh ghoib” mampu melampaui batas dan sekat manusia hingga menjadikannya penuh keimanan dan keyakinan dari pesan suci tersebut. Lebih dari itu dakwah juga menampakkan ruang realitas sosial yang mensejarah, masifinya simpatik masyarakat pada transformasi nilai tersebut tak jarang menjadi sebuah gagasan dan gerakan yang ditimbulkan dari kekuatan transendental.Kata kunci : Dakwah, Inklusif, Transformasi
UCAPAN SELAMAT NATAL MENURUT QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL MISBAH Studi Analisis Terhadap Q.S. Maryam ayat 33 Juhra Muhammad Arib
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1039.527 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i2.502

Abstract

Every year, approaching Chrismas celebration, a polemic always emerges on whether wishing someone a merry Chrismas for Muslim is lawful. Basically, there are two points of controversy; namely the law of wishing someone a Merry Chrismas and involving in a Chrismas celebration. The ulama do not have any contradicted opinion on wishing someone a merry Chrismas except that there are reasoning sharih or qathi in nature on unlawfulness. Should any verse or shahi hadits clearly ban on wishing a Merry Chrismas the ulama would have agreed and there would not be any disagreement on it. Keywords:  Wishing a Merry Chrismas, Quraish Shihab, Sura maryam: 33. Setiap tahun menjelang natal selalu saja terjadi polemik seputur hukum mengucapkan selamat natal bagi umat Islam. Pada dasarnya ada dua hal yang menjadi kontroversi, yakni hukum mengucapkan selamat natal dan mengikuti perayaan natal. Persoalan seputar ucapan selamat natal Para ulama tidak berbeda pendapat kecuali karena tidak didapatkan  dalil yang bersifat sharih dan qath’I atas keharamannya.. Seandainya ada ayat atau hadits shahih yang secara tegas menyebutkan larangan ucapan selamat  Natal’, tentu saja ulama akan sepakat dan tidak terjadi ikhtilaf terhadap hukumnya.Kata kunci: Ucapan selamat natal,Qurays Shihab,surah Maryam ayat:33.
METODE PENDIDIKAN KAJIAN AGAMA DI UNIVERSITAS: SEBUAH ALTERNATIF Ubed Abdilah Syarif; Rahman Mantu
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.773 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v3i1.636

Abstract

Abstract. This paper offers “Religous Studies” approach as an alternative in religious education within universities in Indonesia that emphasized discussing religions from the various perspective of social sciences. Goals of this approach are preparing students to have more diverse knowledge on religions not limited on his or her own belief, encouraging dialogue between people of different religious beliefs, sharing spiritual experiences and engaging in religious pluralism. This approach is applied in a class that is attended by students whatever religious affiliations. Instead of applying religious education term of the government (Ministry of research, technology and Higher Education) which is insisting religious education in particularistic method, religious studies approach is more relevant prior to current Indonesia’s social and political situation. This paper argues that students  need to be introduced into more inclusive views and attitudes in their religious life. Keywords: Religious Studies, Education, PluralismAbstrak. Artikel ini membahas sebuah alternatif dari salah satu mata kuliah pendidikan karakter yang wajib diambil oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi yang berada di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), yaitu Pendidikan Agama. Melalui metode penelitian tindakan (action research), penulis mengaplikasikan pengajaran Pendidikan Agama dalam bentuk pendekatan Kajian Agama (Religious Studies). Sementara, kurikulum yang disusun oleh Kemenristek Dikti menganjurkan agar Pendidikan Agama dijalankan secara partikularistik, yaitu mengajarkan agama sesuai dengan agama yang dianut oleh mahasiswa sesuai dengan Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional. Pendekatan kajian agama  menggabungkan mahasiswa dari berbagai latar belakang agama dan mempelajari agama (agama-agama) secara umum dalam satu kelas dengan tujuan membuka wawasan tentang keagamaan di luar agama yang dianut, berbagi pengalaman spiritual dan pemahaman konsepsi nilai universal agama, serta mendapatkan keterampilan dialog lintas iman (interfaith dialogue). Hasil dari aplikasi pendekatan ini tercermin dari refleksi para mahasiswa yang banyak mengalami transformasi ke arah pemahaman agama yang lebih inkusif.Kata Kunci: Kajian Agama, Toleransi, Pluralisme
PESAN DAKWAH ISLAM DALAM NYANYIAN RAKYAT (Pemaknaan atas Teks-Teks Kabhanti Kantola pada Masyarakat Muna) Hardin Hardin; Hadirman Hadirman
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1376.329 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v2i2.525

Abstract

Abstrak. Nyanyian rakyat merupakan salah satu unsur budaya yang universal. Nyanyian rakyat sebagai bagian dalam budaya lokal selain bersifat menghibur dan mendidik, dapat dijadikan pula sebagai media dakwah Islam. Salah satu nyanyian rakyat yang digunakan masyarakat Muna dalam menyisipkan pesan dakwah Islam adalah kabhanti kantola. Pesan dakwah Islam disisipkan pemantun dalam teks-teks kabhanti kantola yang diciptakannya. Masyarakat yang menyaksikan dan mendengar teks-teks kabhanti kantola tersebut dapat mengetahui pesan-pesan dakwah Islam yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk pesan dakwah Islam yang terkandung teks-teks kabhanti kantola pada masyarakat Muna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kabhanti kantola pada masyarakat Muna dijadikan sebagai salah satu media dakwah Islam. Pesan dakwah Islam dihadirkan dan diproduksi oleh pemantun berupa teks-teks yang mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Pesan dakwah Islam yang disisipkan dalam teks-teks kabhanti kantola terdiri atas: (1) pesan menguatkan  keimanan kepada Allah, (2) pesan mensyukuri nikmat Allah, (3) pesan menjauhi barang haram, (4) pesan menghargai sesama manusia, (5) pesan memohon maaf.Kata kunci: Pesan Dakwah Islam, Nyanyian rakyat, Teks-teks kabhanti kantola, dan Masyarakat Muna. Abstract. Folksong is one of universal elements of a culture. Folksongs, as a part of the local culture, not only entertain and educate but also become a medium for Islamic da’wah. One of folksongs used by the Muna peopleto deliver Islamic da’wah messages is Kabhanti Kantola. The messages in this folksong are inserted through stanzas. People who watch and listen to Kabhanti Kantola acknowledge and understand the da’wah contained. This research aims to describe and interprete the forms of Islamic da’wah messages contained in Kabhanti Kantola in Muna People. The research findings shows that Kabhanti Kantola in Muna people is used as one of Islamic da’wah media. The messages that composed and sung by the singers reflect Islamic teachings. Among Islamic da’wah messages which are inserted in the texts are 1) message to strengthen faith toward Allah 2) message to be grateful for the blessings of Allah 3) message to avoid forbidden objects 4) message to respect other people 5) message to ask for forgiveness.Key words: Islamic Da’wah messages, folksong, Kabhanti Kantola text, Muna People
ISLAMISASI DAN DAKWAH ALKHAIRAAT DALAM MASYARAKAT MAJEMUK DI KOTA MANADO TAHUN 1947-1960 Lisa Aisyiah Rasyid
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1410.823 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v2i1.508

Abstract

Penelitian ini berusaha menjelaskan proses Islamisasi di Manado di mana dakwah Alkhairaat sebagai objeknya, karena dianggap memiliki peran penting dalam proses Islamisasi tersebut, terutama dalam mengimbangi dan membendung arus missionaris pada masa kolonial. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang dibatasi dari tahun 1947-1960. Pembatasan ini dikarenakan pada tahun 1947 pendidikan dan dakwah Akhairaat mulai menjamur dan turut mewarnai semaraknya penggunaan ruang di Manado pascakolonial. Pada tahun 1960, dakwah Alkhairaat semakin terlihat dengan didirikannya pesantren Alkhairaat, yang terletak di Komo Luar, sebagai pesantren pertama di Manado. Penggunaan metode sejarah: heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi, tentunya menjadi keharusan dalam penelitian ini guna mendapatkan karya ilmiah yang bersifat sejarah kritis. Hasil penelitian kemudian menunjukkan proses Islamisasi dan perkembangan Islam di Manado pada pertengahan abad ke-20, tidak terlepas dari peran penting Alkhairaat di bidang dakwah dan pendidikan. Sejak tahun 1947 mcgf eadrasah Alkhairaat telah menjamur di Manado, hingga pada tahun 1960 berdirilah pesantren Alkhairaat pertama di Komo Luar Manado. Pada rentan waktu yang bersamaan juga terjadi perubahan sosial-budaya masyarakat Islam Manado yang menonjolkan sikap tawasuth (moderat), tasammuh (toleransi), tawazzun (seimbang), dan ta’addul (adil), yang kesemuanya mencerminkan nilai-nilai agama.    Kata Kunci: Islamisasi, dakwah Alkhairaat, masyarakat majemuk, Kota ManadoIslamization and Al-Khairat Da’wah in Compound Society in the city of Manado between 1947-1960This research tries to explain the process of Islamization in Manado where the Alkhairaat Da’wah as the object, as it is viewed to have important role in the process, especially to offset and stem the missionary during the colonial era. This research is a historical one limited to the 1947-1960 period of time. The limitation is due to the fact that in 1947, the Alkhairat education and da’wah started blossoming and put color in public spaces in the postcolonial Manado. In 1960, the Alkhairaat da’wah became more visible for the establishment of their pesantren located in  Komo Luar as the first pesantren in Manado. Heuristics, verification, interpretation, and historiography are essential methods in order to achieve a critical history. The research finding then shows that Islamization process and Islamic progress in Manado in mid 20 AD can be separated from the important role of Alkhairaat in da’wah and education. In the same period of time, Socio-cultural changes occur among Islamic society in Manado that promote views of tawasuth (moderat) tasammuh (tolerant), tawazzun (balance), and taaddul (fair) which reflect the religion views.Keywords: the Alkhairaat da’wah, Ccompound society, the City of Manado
SAHABAT NABI SAW DALAM PERSPEKTIF SUNNI DAN SYI’AH (Pengaruhnya Pada Kesahihan hadis) Muhammad Imran
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1865.164 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i1.497

Abstract

Sahabat Nabi merupakan mata rantai periwayatan hadis dan dari merekalah hadis-hadis Nabi diriwayatakan baik secara mutawatir, ahad, lafdzi maupun maknawi. Keadahalan sahabat menjadi sangat penting karena mereka merupakan pusat periwayatan hadis. Jika salah seorang diantara sahabat itu dipermasalahkan keadalahannya, maka hadis-hadis yang diriwayatkan juga akan dipermasalahkan bahkan bisa tertolak secara keseluruhan. Dua golongan umat Islam yaitu Sunni dan Syi’ah memiliki pandangan yang berbeda tentang keadalahan sahabat Nabi sesuai dengan data-data dan argumentasi yang mereka miliki. Dengan pandangan yang berbeda tentang keadalahan sahabat, maka akan mempengaruhi kualitas hadis yang mereka riwayatkan. Argumentasi ulama sunni tentang keadalahan sebagian besar bahkan seluruh sahabat mendapat bantahan dari beberapa pengkaji hadis yang lain. Begitupun dengan argumentasi ulama syi’ah yang mempermasalahkan keadalahan beberapa sahabat juga mendapatkan bantahan dan kritikan dari pengkaji hadis yang lain. Objektifitas dalam penilaian keadalahan sahabat tentu sangat diperlukan mengingat tingkat keimanan dan ketakwaan mereka juga berbeda-beda berdasarkan pada riwayat-riwayat yang ada.Kata Kunci: Sahabat, Syiah, Sunni, Hadits Prophet’s Companions were keys to the chains of hadith. Therefore, they were the main sources of the prophet’s hadith which were told in a form of mutawatir (from such a large number of narrators), ahad (of one narrator), lafdzi (literally) and Maknawi (essentially). The companions’ trustworthy is very important since they were center of the chains. If anyone of the Companions’ trustworthy is questioned, the hadith is questioned too, or even rejected entirely. The two branches of Islam, Sunni and Syiah, have different points of views towards the trustworthyof the prophet’s Companions on the basis of data and arguments they have. The differences will affect the quality of hadits that they told. Arguments of Sunni ulamas’ on the trustwothy of most and even all Companions raised objections from several other researchers of hadith. Similarly, arguments of the Syiah Ulamas who questioned the Companions’ trustworthy also raised objections from others. Objectivity towards the Companions trustworthy is, indeed, required because their levels of faith and piety are also varied.Keywords: Syi`ah, Sunni, Hadits 

Page 2 of 13 | Total Record : 128