cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Aqlam: Journal of Islam and Plurality
ISSN : 25280333     EISSN : 25280341     DOI : -
Core Subject : Social,
AQLAM: Journal of Islam and Plurality (P-ISSN 2528-0333; E-ISSN: 2528-0341) is a journal published by the Ushuluddin, Adab and Dakwah Faculty, State Islamic Institute of Manado, Indonesia. AQLAM published twice a year and focused on the Islamic studies especially the basic sciences of Islam, including the study of the Qur’an, Hadith, Islamic Philosophy, Islamic History and Culture, Theology, Mysticism, and Local Wisdom in Indonesia. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. Every article submitted and will be published by AQLAM will review by two peer review through a double-blind review process | Address: Jl. Dr. S.H. Sarundajang Kompleks Ring Road I, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95128 | E-Mail; aqlam@iain-manado.ac.id | Phone: +62431860616 | AQLAM has become a CrossRef Member since the year 2018. Therefore, all articles published by AQLAM will have unique DOI number.
Arjuna Subject : -
Articles 128 Documents
PENAFSIRAN DALIL RADIKALISME DAN TERORISME DI INDONESIA INTERPRETASI MA’NA-CUM-MAGHZA TERHADAP KATA FITNAH DALAM ALQURAN SURAT AL-BAQARAH : 190-193 M Dani Habibi
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.068 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.910

Abstract

Absract: This article is about interpretation QS. Al-Baqarah: 190-193 used by terrorists to justify their violence action in Indonesia. The development of radicalism  in Indonesia continues growing, especially in the ideologies and movement to change Indonesia into an Islamic state ideology. Terrorism and radicalism can not be separated from the Qur’anic interpretation  as the basic foundation for jihadis’ beliefs.  This article is to argue that jihad is not war and hostilties against others.  Qur'anic verses have provided  moral ideas and moral message that can be developed in the community. With Maghza Cum Ma'na approach in interpreting the Qur'an. Al-Baqarah: 190-193, the author wants to reveal the contextual meaning behind the verses that could be implemented by the general public.Keyword: Terrorism, Fitnah, Interpretation, Ma'na Cum Maghza, QS. Al-Baqarah Abstrak: Artikel ini berisi tentang Penafsiran QS. Al-Baqarah : 190-193. Ayat adalah tersebut menjadi dasar pelaku terorisme di Indonesia. Perkembangan terorisme di Indonesia terus berkembang terutama gerakan tersebut mempunyai dasar ingin mengganti ideologi Indonesia menjadi negara Islam. Gerakan terorisme dan radikalisme tidak terlepas dari Alquran sebagai landasan dasar untuk jihad di jalan Allah. Jihad tidak perang dan saling bermusuhan satu sama lain.  Kita ketahui bersama bahwa setiap dalam Alquran pasti mempunyai ide moral dan pesan moral yang dapat dikembangkan di masyarakat. Dengan pendekatan Ma’na Cum Maghza dalam menafsirkan QS. Al-Baqarah: 190-193, penulis ingin mengungkap makna kontekstual di balik ayat sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat pada umumnya.Kata Kunci : Terorisme, Fitnah, Interpretasi, Ma’na Cum Maghza, QS. Al-Baqarah.
RESEPSI HADIS DO’A NABI JELANG PILPRES 2019 (ANALISIS INFORMATIF DAN PERFORMATIF) Muhammad HS Alwi
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.634 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.906

Abstract

Abstract: Prayer delivered in the context of war by the Prophet Muhammad was prayed by Neno Warisman, but in a totally different context; that is a political context. Prayers originally requesting a victory in Badar war was misled by Neno Warisman to achieve the same victory in the 2019 presidential election contest. Such submission of the same prayer with different contexts breeds various polemics among Indonesian Muslim communities. This article intends to discuss the prayer of the Prophet Muhammad contained in the Hadith regarding the context of Badr war, especially as was narrated by Imam Muslim. The discussion about the Prophet's prayer will be analyzed based on the reception theory which is analyzed informatively and performatively. An informative analysis is an analytical method that focuses on the hadith text by conducting in-depth studies to understand its content. Performative analysis is an analytical method that focuses on the readers of the hadith, examining how a hadith whose content is not well-understood but creates various receptions or attitudes from the readers. Furthermore, for informative analysis, this paper will discuss textual and contextual understanding, and discuss the implications of understanding when the prayer is performed by Neno in Munajat 212. As for performative analysis, this paper will discuss the responses or attitudes of the readers or recipients of the prayer delivered by the Neno Warisman.Keywords: Hadith, the Prophet's prayer, Warisman's prayer, Informative, and performative. Abstrak: Do’a yang disampaikan dalam konteks peperangan oleh Nabi Muhammad, kembali disampaikan oleh Neno Warisman namun dalam konteks berbeda, yakni perpolitikan. Do’a memohon kemenangan dalam perang badar digiring oleh Neno Warisman untuk mencapai kemenangan dalam kontestasi pemilihan umum presiden 2019. Penyampaian do’a yang berbeda konteks ini kemudian memunculkan berbagai polemik dalam lingkungan umat Islam di Indonesia. Tulisan ini hendak mendiskusikan do’a Nabi Muhammad yang terdapat dalam Hadis pada konteks perang Badar tersebut, khususnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Diskusi mengenai do’a Nabi akan dianalisis berdasarkan teori resepsi yang dianalisis secara Informatif dan Performatif. Analisis informatif yaitu analisis yang fokus pada teks hadis, yakni melakukan kajian mendalam sehingga menemukan pemahaman atas kandungan hadis. Sementara analisis performatif yaitu analisis yang fokus pada pembaca hadis, bagian ini meneliti bagaimana sebuah hadis yang secara kandungan tidak dipahami tetapi memunculkan resepsi atau sikap dari pembacanya. Selanjutnya, untuk analisis informatif, tulisan ini akan mendiskusikan pemahaman secara tekstual dan kontekstual, serta mendiskusikan implikasi pemahaman ketika do’a tersebut digunakan oleh Neno dalam munajat 212. Adapun analisis performatif, tulisan ini akan mendiskusikan respon atau sikap pembaca atau penerima do’a yang disampaikan oleh Neno Warisman tersebut.Kata Kunci: Hadis, do’a Nabi, do’a Neno Warisman, Informatif, dan performatif.
MENGIKUTI PANGGILAN JIHAD; ARGUMENTASI RADIKALISME DAN EKSTREMISME DI INDONESIA Saifudin Asrori
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.223 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.911

Abstract

Abstract: Although government efforts on countering terrorism has been carried out, terrorist groups remain growing and developing. While traditional terrorism groups continue operating, new forms of terrorist movements have emerged. The act of radicalism and violence is largely a manifestation of a system of thought and belief that develops in individuals or groups. This article uses literature studies to overcome radicalism and violence in Indonesia. We conclude that some misinterpreted ideologies such as tawhid, aqidah, takfir, al wala wal-bara, and jihad have led to the radicalism. Based on these doctrines, the Jihadists built an unsatisfactory argument with the existing government. Islamic Sharia is not applied thoroughly; The hope of opening jihad fi sabilillah, the act of bombing as a form of obligation of jihad as ordered by religion is a retaliation against the atrocities and oppression of infidels against Muslims.Key Words: Radicalism, Terrorism, Jihadis, Indonesia Abstrak: Meski upaya pemberantasan terorisme terus dilakukan, kelompok teroris terus tumbuh dan berkembang.Sementara kelompok terorisme tradisional masih terus beroperasi, bentuk gerakan terorisme yang baru telah bermunculan. Aksi radikalisme dan kekerasam sebagian besar merupakan pengejawantahan dari suatu sistem pemikiran dan keyakinan yang berkembang dalam diri seorang individu atau kelompok. Artikel ini menggunakan metode studi pustaka dalam mengelobarasi argumentasi radikalisme dan kekerasan di Indonesia. Hasil dari pembahasan ini adalah bahwa aksi radikalisme dipicu olah doktrin keagamaan sepertitawhid, aqidah, takfir, al wala wal-bara, dan jihad. Berdasarkan doktrin tersebut, Jihadis membangun argumentasi bahwa ketidak puasan dengan terhadap pemerintahan yang ada. Syariat Islam tidak diterapkan secara menyeluruh; Harapan terbukanya jihad fi sabilillah, pengeboman itu sebagai bentuk kewajiban jihad sebagaimana diperintahkan oleh agama; membalas kekejian dan penindasan yang dilakukan kaum kafir terhadap umat Islam.Kata Kunci : Radikalisme, Terorisme, Jihadis, Indonesia
RETRACTED: BUDAYA WELASAN JAM’IYYAH AHLI THORIQOH QODARIYYAH: ETOS KEAGAMAAN DALAM KULTUR LIVING QUR’AN STUDI KASUS DI DUSUN BAGONGAN, GETASAN, SEMARANG Neny Muthi’atul Awwaliyah; Mustahidin Malula
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.907

Abstract

RETRACTEDFollowing a rigorous, carefully concerns and considered review of the article published in Aqlam: Journal of Islam and Plurality to article entitled “BUDAYA WELASAN JAM’IYYAH AHLI THORIQOH QODARIYYAH: ETOS KEAGAMAAN DALAM KULTUR LIVING QUR’AN STUDI KASUS DI DUSUN BAGONGAN, GETASAN, SEMARANG” Vol 4, No 1, pp. 66-78, Juni 2019, DOI: http://dx.doi.org/10.30984/ajip.v4i1.907.This paper has been found to be in violation of the  Aqlam: Journal of Islam and Plurality and has been retracted.The article contained redundant material, the editor investigated and found that the paper published in Jurnal Harmoni, Vol. 18, No. 1, pp. 479-489, 2019, DOI: https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i1.343.The document and its content has been removed from Aqlam: Journal of Islam and Plurality and reasonable effort should be made to remove all references to this article.
SALAFI, MEDIA BARU DAN MORAL PANIC STUDI ATAS MAJLIS AL-KHIDHIR Shinta Nurani
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.157 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.913

Abstract

Abstract: This paper is a case study of Majlis al-Khidhir, one of the Salafi Group in Indonesia which experienced moral panic as its existence might be eroded by modernity along with the changes of da'wah media. The existence of many Salafy groups massively utilizing internet media for their da’wah and propaganda in fact have damaged the image of Salafi da’wah. In this case, Majlis al-Khidhir, finally, do negotiations by maintaining its literalist ideology, at the same time open to new internet media to spread its dakwah activities. As a result, 'telegram' became the most effective new medium for Majlis al-Khidhir to circulate a fatwa and interact with its loyal followers.Keywords: New Media, Moral Panic, Salafi, Majlis al-Khidhir Abstrak: Tulisan ini merupakan studi kasus Majlis al-Khidhir, salah satu kelompok Salafi di Indonesia yang mengalami moral panic karena khawatir eksistensinya akan tergerus oleh modernitas dengan adanya perubahan media dakwah. Selain itu, keberadaan kelompok yang mengatasnamakan dakwah Salafi (Salafi Selebriti) padahal sejatinya merusak citra dakwah Salafi telah bergerak lebih cepat dalam memanfaatkan media dakwah tersebut. Akhirnya negosiasi terhadap modernitas dilakukan Majlis al-Khidhir dengan tetap memegang teguh ideologi literalisnya tetapi terbuka terhadap media baru untuk melebarkan dakwahnya. Konsekuensinya, ‘telegram’ menjadi media baru paling efektif bagi Majlis al-Khidhir untuk mengeluarkan fatwa dan berinteraksi dengan pengikut setianya.Kata Kunci: Media Baru, Moral Panic, Salafi, Majlis al-Khidhir.
FNKSDA SEBAGAI WUJUD GERAKAN ISLAM NUSANTARA “HIJAU’ Listiana Asworo; Nuruddin Al Akbar
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.949 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.903

Abstract

Abstract. This study seeks to get out of mainstream thinking in environmental studies that are based on Eurocentric logic. Mainstream studies emphasize the "secular" pattern of "universal" environmental ideologies. There are few works that try to explore the idea of saving the environment based on local wisdom and local religious traditions. This study would like to provide another perspective that the environmental struggle can be upheld by based on religious ideas that grow in Indonesia which are sharpened by the tradition of environmental movements that arise in the Western context (specifically the green Marxism movement). The process of dialogue between the East and West cultures was evident from the presence of the FNKSDA (Nahdliyin Front for the Sovereignty of Natural Resources) which was initiated by the Nahdliyin youth. FNKSDA can be interpreted as a concrete form of "dialogue" in the traditions of Nahdliyin and Marxism, especially regarding the commitment to preserve the environment from the threat of capitalism. This movement itself has a praxis tendency, meaning that it not only cares about the design of environmental ideologies but also seeks to carry out environmental advocacy processes in various vulnerable areas. The model of this dialogue, for example, can be found in a variety of FNKSDA activities that do not use old typical of Nahdliyin such as "Ngaji", "Fikih" but also dialogue with Western terms such as capitalism, internal contradictions of Capitalism and Marxism. Key Words: FNKSDA, Environmental Theology, Green Marxism, Religious Environmental movement. Abstrak: Studi ini berupaya keluar dari corak berfikir mainstream dalam studi lingkungan yang berpijak pada logika Eurosentris. Studi mainstream  dimana lebih menekankan pada ideologi lingkungan "universial" yang bercorak "sekuler". Sedikit karya yang mencoba lebih menggali ide penyelamatan lingkungan yang lebih berbasis pada kearifan lokal dan tradisi keagamaan lokal. Studi ini ingin memberikan prespektif lain bahwa perjuangan lingkungan bisa ditegakkan dengan berfondasi pada ide keagamaan yang tumbuh di indonesia yang dipertajam dengan tradisi gerakan lingkungan yang muncul dalam konteks Barat (secara spesifik gerakan Marxisme hijau). Proses dialog kultur Barat-Timur tersebut itulah yang nampak dengan hadirnya gerakan FNKSDA (Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam) yang diinisasi oleh kalangan muda Nahdliyin. FNKSDA dapat dimaknai sebagai wujud konkrit “dialog” tradisi Nahdliyin dan Marxisme, terkhusus mengenai komitmen menjaga kelestarian lingkungan dari ancaman kapitalisme. Gerakan ini sendiri punya tendensi praxis, artinya tidak hanya hirau terhadap rancang bangun ideologi lingkungan tetapi juga berupaya melakukan proses advokasi lingkungan di berbagai wilayah rentan. Corak dialog ini misalnya dapat ditemukan dalam berbagai kegiatan FNKSDA yang tidak lupus menggunakan term khas kaum Nahdliyin seperti “Ngaji”, “Fikih” tetapi juga mendialogkannya dengan istilah Barat seperti term Kapitalisme, kontradiksi internal Kapitalisme, dan Marxisme. Kata Kunci: FNKSDA; Teologi Lingkungan; Marxism Hijau; Gerakan Lingkungan Beragama.
IKRAR JATUKRAMI: IKRAR PERNIKAHAN KONTEKS SUNDA Neng Eri Sofiana
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.867 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.908

Abstract

Abstract: Generally, marriage contract is a statement from the female guardian and acceptance from the bridegroom, but it is different from the Jatukrami pledge made by the Sunda Wiwitan indigenous people which begins with the statement of the bride and then responds by the guardian. The practice is done by uniting the thumbs of the bride's right hand and closing with the guardian's right hand fist. Most are done after the marriage contract in KUA, but in other cases it is carried out independently. Then what is the f urf review of the implementation and existence of the Jatukrami pledge on the Sunda Wiwitan indigenous people? The pledge of jatukrami as a mechanism for marriage pledges using Sundanese, begins with an introduction delivered by pangjejer and several questions submitted to the bride and groom, followed by a request for a marriage permit from the bride to the guardian (father) answered by giving permission from the guardian and being greeted with thanksgiving from both brides and endorsed by indigenous elders. This form of pledge is justified f urf and includes al-‘urf as-s} ah} which can be maintained and maintained. The reason for its existence is divided into three parts, namely the people who consider it as custom, so that the marriage contract is still carried out. Then the people who consider it as a mandatory instrument in marriage, so that they feel enough with the jatukrami pledge, and the people who assume that marriage is legal with a contract in KUA, so they do not carry out jatukrami pledges.Keyword: Ikrar Jatukrami, Sunda Wiwitan, Marriege. Abstrak: Umumnya, akad nikah ialah pernyataan dari wali perempuan dan penerimaan dari mempelai pria, namun berbeda dengan ikrar Jatukrami yang dilakukan oleh masyarakat adat Sunda Wiwitan yang diawali dengan pernyataan mempelai wanita kemudian ditanggapi wali. Praktiknya dilakukan dengan menyatukan jempol tangan kanan mempelai dan ditutup dengan kepalan tangan kanan wali perempuan. Kebanyakan dilakukan setelah akad nikah di KUA, namun dalam kasus lain dilakukan mandiri. Lalu bagaimana tinjauan ‘urf terhadap pelaksanaan dan eksistensi ikrar Jatukrami pada masyarakat adat Sunda Wiwitan? Ikrar jatukrami sebagai mekanisme ikrar pernikahan dengan menggunakan bahasa Sunda, diawali dengan pengantar yang disampaikan oleh pangjejer dan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada kedua mempelai, dilanjutkan dengan permintaan izin menikah dari mempelai wanita kepada wali (ayah) yang dijawab dengan pemberian izin dari wali dan disambut dengan ucapan syukur dari kedua mempelai dan disahkan oleh sesepuh adat. Bentuk ikrar ini dibenarkan secara ‘urf dan termasuk al-‘urf as-s}ah}ih yang dapat dipertahankan dan dipelihara. Adapun alasan eksistensinya terbagi menjadi tiga bagian, yakni masyarakat yang mengganggap sebagai adat, sehingga akad nikah tetap dilakukan. Kemudian masyarakat yang mengganggapnya sebagai instrumen wajib dalam pernikahan, sehingga merasa cukup dengan ikrar jatukrami saja, dan masyarakat yang mengganggap bahwa pernikahan sudah sah dengan akad di KUA, sehingga tidak melaksanakan ikrar jatukrami.Kata kunci: Ikrar Jatukrami, Sunda Wiwitan, Akad Nikah.
HIZBUT TAHRIR INDONESIA DALAM RUANG MEDIA SOSIAL INSTAGRAM Romario Romario
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.616 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.904

Abstract

Abstract. Instagram has become one of the most popular social media for young people, its appearance in the form of photos, memes and short videos is a means to convey various kinds of things including da'wah, various young clerics appear in the social media realm delivering their message including those of Transnational Islamic movement Hizb ut-Tahrir. Hizb ut-Tahrir is an organization that carries the Khilafah Islamiyah idea rejecting democracy, and Pancasila.Although Hizb ut-Tahrir was disbanded on July 19, 2017, they continue to spread their understanding online and on the fields. One of the online media used to disseminate their understanding is Instagram, with creative da'wah they are able to have many followers, this is found in the @felixsiauw account, @Ismail_Yusanto, and several general media accounts such as @ Tabiin.ID, @Mediaumat, and @Muslimahmediacenter . Based on this finding, the paper argues that Instagram has become a means of spreading knowledge, so that many young people are interested in what is conveyed.  Key Words:Instagram, Hizbut Tahrir, Islam Transnasional Abstrak: Instagram telah  menjadi salah satu sosial media yang banyak diminati oleh anak muda, tampilannya berupa foto, meme, dan video pendek menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai macam hal termasuk dakwah, berbagai ustadz muda muncul di ranah sosial media menyampaikan pesan dakwahnya termasuk gerakan Islam Transnasional Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir adalah sebuah organisasi yang mengusung negera Khilafah Islamiyah dengan menolak demokrasi, pancasila, dan anti Barat . Meskipun Hizbut Tahrir telah dibubarkan pada tanggal 19 Juli 2017, namun mereka tetap menyebarkan pahamnya melalui online maupun offlinne. Salah satu media online yang digunakan untuk menyebaran pahamnya adalah Instagram, dengan dakwah yang kreatif mereka mampu memiliki banyak follower, hal ini terdapat dalam akun @felixsiauw, @Ismail_Yusanto, serta beberap akun media umum seperti @Tabiin.ID, @Mediaumat, dan @Muslimahmediacenter. Berdasarkan hal tersebut maka paper ini beragumen bahwasannya instagram telah menjadi sarana hizbut tahrir menyebarkan pahamnya, sehingga banyak anak muda yang tertarik dengan apa yang disampaikan. Kata Kunci :Instagram, Hizbut Tahrir, Islam Transnasional 
OBJEK BARU KAJIAN LIVING QURAN: STUDI MOTIF HIAS PUTRI MIRONG PADA BANGUNAN KERATON YOGYAKARTA Nor Kholis
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (840.667 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.909

Abstract

Abstract: Most living Quran studies emphasize on the role of Quran in the society as a life motivation and inspiration. This article aims to discuss a new object of living Quran through the decorating motifs of Putri Mirong on the building structures of Yogyakarta palace. Data is collected through in-depth interviews with the palace residents.  Through historical and empirical data, the paper found that the legend reveals that the Putri Mirong motifs represent the existence of Nyi Roro Kidul (princess of the South Ocean) as a jin.  It is a motif is related to the flows of jin converting into Islam after hearing the Quran recitation from the prophet Muhammad. This is to say that all God’s creature should maintain the nature equilibrium as a part of environmental harmony preventing the planet from the social and ecological destruction. The paper concludes that the new object of the living Quran studies in this case is using Quranic verses as object to support their arguments.Keyword: Argumentation, Inspiring. Quranic Living, Motivation, Putri Mirong. Abstrak: Sebagian besar kajian living Quran menitikberatkan pada objek penerimaan Alquran di masyarakat sebagai sebuah motivasi atau inspirasi tertentu. Artikel ini mendiskusikan objek baru living Quran melalui motif hias Putri Mirong pada bangunan Keraton Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam (indpeth interview) kepada pihak Keraton Yogyakarta. Dengan pendekatan historis–filosofis, argumentasi penelitian ini menunjukkan bahwa Putri Mirong merupakan perwujudan Ratu Kidul sebagai sosok jin. Bentuknya tersebut kemudian dihubungkan dengan peristiwa masuknya para jin ke dalam Islam secara berbondong-bondong setelah mendengarkan bacaan Alquran oleh Rasulullah. Hal ini bermakna bahwa sesama makhluk ciptaan Allah (manusia, jin dan alam semesta) harus saling menjaga keseimbangan sebagai wujud harmonisasi, supaya tidak terjadi kerusakan baik di darat maupun di lautan sebagaimana dilukiskan dalam Alquran. Hasil penelitian menyimpulkan objek baru kajian living Quran pada penelitian ini adalah dilekatkannya nilai-nilai Qurani terhadap sebuah objek tertentu untuk dijadikan sebagai sebuah argumentasi.Kata Kunci: Argumentasi, Inspirasi, Living Quran, Motivasi, Putri Mirong.
AKTVITAS DAKWAH JEMAAT AHMADIYAH DAN RESPON MASYARAKAT DI KOTA MANADO Taufik Bilfaqih; Muhammad Iqbal Suma
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.94 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v4i1.905

Abstract

Abstract: A century after his presence in 1889 in India, only then did Ahmadiyya expand to Indonesia. Post Joint Decree (SKB) of 3 ministers, namely Minister of Religion, Attorney General and Minister of Home Affairs Number 3 of 2008, Number Kep 33 / A / JA / 6/2008, Number 199 of 2008 concerning Warnings and Orders to Adherents, Members and / or Management Members of the Indonesian Ahmadiyya Community (JAI) and community members, in almost every area the Ahmadiyya Jama'at gets resistance from other Islamic groups. However, it was very different from their existence in the city of Manado, almost no friction and repressive actions were found from adherents of Islamic teachings mainstream. This study wanted to reveal the existence of the Ahmadiyya Jama'at in Manado, starting from the history of arrivals, developments and dynamics of the propaganda of this community. Da'wah in this case the author understands as an activity in carrying out religious rituals as well as a mission in teaching and spreading religious ideas. This research is a field research (field research), because the data and study materials used are from the Ahmadiyya Jama'at in the city of Manado and its surroundings. To support this research, the authors also took data from the library (library research).Keyword: Ahmadiyah, Religious, Dakwah Activity, Society.  Abstrak: Satu abad setelah kehadirannya pada 1889 di India, barulah Ahmadiyah berkembang luas hingga ke Indonesia. Pasca Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri, yaitu Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008, Nomor Kep 33/A/JA/6/2008, Nomor 199 Tahun 2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota dan/atau Anggota Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan warga masyarakat, hampir disetiap daerah Jemaat Ahmadiyah mendapat resistensi dari kelompok Islam lainnya. Namun, berbeda sekali dengan eksistensi mereka di Kota Manado, hampir tidak ditemukan adanya gesekan dan tindakan represif dari penganut ajaran Islam maenstream. Penelitian ini ingin mengungkap keberadaan Jemaat Ahmadiyah di Manado, mulai dari sejarah kedatangan, perkembangan serta dinamika dakwah komunitas ini. Dakwah dalam hal ini penulis pahami sebagai kegiatan dalam menjalankan ritual keagamaan sekaligus misi dalam mengajarkan dan menyebarkan paham keagamaan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fieldresearch), karena data dan bahan kajian yang dipergunakan berasal dari Jemaat Ahmadiyah di Kota Manado dan sekitarnya. Untuk menunjang penelitian ini, penulis pun mengambil data dari kepustakaan (library research).Kata Kunci: Jemaat Ahmadiyah; Aliran Kegamaan; Aktivitas Dakwah; masyarakat.  

Page 4 of 13 | Total Record : 128