cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
ISSN : 19799187     EISSN : 25282751     DOI : -
Core Subject : Economy,
First published in 2007, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan (BILP) is a scientific journal published by the Trade Analysis dan Development Agency (Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan - BPPP), Ministry of Trade, Republic of Indonesia. This bulletin is expected to be a media of dissemination and analysis of research results to be used as references for academics, practitioners, policy-makers, and the general public. In collaboration with professional associations, The Indonesian Society of Agricultural Economics (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia - PERHEPI), BILP publishes research reports and analysis of trade sector and/or sector-related trade which have not been published in any other journals/scholarly publications, either in Bahasa Indonesia or English. Publishing twice a year in July and December, this Bulletin is directly disseminated to stakeholders both in print and online.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 15 No 2 (2021): ." : 6 Documents clear
ECO-LABELING AND INTERNATIONAL TRADE AGREEMENTS: THE CASE OF MARINE STEWARDSHIP COUNCIL CERTIFICATION FOR INDONESIA'S SHRIMP POTENTIAL MARKET Umi Karomah Yaumidin; Oman Zuas
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 15 No 2 (2021): .
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v15i2.539

Abstract

Abstrak Artikel ini membahas analisis biaya dan manfaat dari Marine Stewardship Council (MSC) untuk ekspor udang putih (Litopenaeus vannamei) dan udang windu (Penaeus monodon) dari Indonesia. Penerapan MSC pada produk perikanan memang tidak wajib, tetapi dapat mempengaruhi kinerja eskpor Indonesia. Perhitungan analisa biaya dan manfaat untuk proyek MSC menggunakan beberapa pilihan yang dihitung ke dalam empat komponen analysis yang terpisah (Proyek, Privat, Efisiensi, dan kelompok penerima manfaat). Dengan menggunakan data tahun 2018 dan jangka waktu investasi selama 20 tahun, kajian ini membandingkan hasil investasi yang menerapkan standard MSC dengan hasil investasi yang tidak menerapkan standard MSC dengan mempertimbangkan hambatan dari biaya perdagangan internasional. Secara keselurahan, studi ini menunjukkan bahwa the Net Present Values (NPVs) and Internal Rate of Returns (IRRs) bersifat konsisten untuk semua pilihan analysis. Studi ini juga menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil dari analisis pasar, Amerika Serikat adalah pasar yang menjanjikan bagi produk udang Indonesia yang berlabelkan MSC. Pemerintah Indonesia akan menikmati 13% kenaikan pendapatan dari pajak keuntungan bisnis tersebut, meskipun proyek ini tidak memberikan dampak perubahan kepada tenaga kerja tidak terampil. Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk mempromosikan program MSC untuk perikanan berkelanjutan, terutama bagi peningkatan kinerja eskpor udang Indonesia. Kata Kunci: Kebijakan Perdagangan, Perikanan Tangkap, Keberlanjutan, Cost-Benefit Analysis Abstract This paper discusses the cost and benefits analysis of the Marine Stewardship Council (MSC) for Indonesia's exports of white shrimp (Litopenaeus vannamei) and tiger prawns (Penaeus monodon). The MSC adoption is voluntary, but it is likely to affect the performance of Indonesia's exports. We use several options applied separately in four components analysis in performing the social cost and benefit analysis (Project, Private, Efficiency, and Referral Group). Using the 2018 data and a 20-year investment period, this study compares the investment results applying the MSC standard with the results without investing in the MSC procedures concerning the trade cost barriers. Overall, the results reveal that the Net Present Values (NPVs) and Internal Rate of Returns (IRRs) are consistent for all options in all feasibility component analyses. It concludes that based on market analysis, the US market is the promising market as a primary export destination for Indonesian shrimp products with MSC label. The government will benefit by 13% from profit taxes, while this project does not affect unskilled labor benefits. Therefore, it recommends that the Indonesian government take more action to promote the MSC program for sustainable fisheries and boost shrimp export performance. Keywords: Trade Policy, Capture Fisheries, Sustainability, Cost-Benefit Analysis JEL Classification: F13, Q22, Q56, H43
IDENTIFIKASI KENDALA PEMBIAYAAN KOMODITAS PERTANIAN SISTEM RESI GUDANG DI INDONESIA Karmex Siadari; M. Syamsul Maarif; Bustanul Arifin; Zulkifli Rangkuti Rangkuti
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 15 No 2 (2021): .
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v15i2.555

Abstract

Abstrak Pembiayaan komoditas pertanian sistem resi gudang belum berlangsung sesuai harapan di Indonesia. Hal tersebut menurut beberapa studi karena masih banyak permasalahan penghambat. Studi ini mengidentifikasi kendala pembiayaan komoditas pertanian sistem resi gudang di Indonesia. Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap responden tertentu yang memiliki pengetahuan atau pengalaman pada pembiayaan komoditas pertanian berbasis sistem resi gudang yang diimplentasikan terhadap komoditas pertanian seperti kopi, lada, beras dan jagung. Data yang dikumpulkan diidentifikasi, dikelompokkan dan diklasifikasikan secara terstruktur di dalam pola berfikir strategis dan dianalisa secara analisa deskriptif. Penelitian ini berhasil menemukan faktor penghambat pembiayaan komoditas pertanian sistem resi gudang di Indonesia antara lain: ketidaksesuaian nilai manfaat yang dibangun dengan karakteristik petani di Indonesia khususnya petani kecil; keterbatasan sumber layanan, ketidakcocokan skema dan fitur pembiayaan, harga pembiayaan dan skala ekonomi petani, suplai informasi yang memengaruhi kesadaran pada pembiayaannya. Permasalahan tersebut harus dapat diminimalisasi sehingga meningkatkan aksesibilitas dan kelangsungan pembiayaan sistem SRG pada petani di Indonesia. Kata kunci: Pembiayaan Komoditas Pertanian, Kendala, Sistem Resi Gudang Abstract Agricultural commodity financing in the warehouse receipt system has not performed as expected in Indonesia. According to several studies, it is due to many obstacles hindering the system to grow. This study identifies the constraints on agricultural commodities financing on the warehouse receipt system. The research was conducted through in-depth interviews with certain respondents who have knowledge or experience in agricultural commodities financing based on a warehouse receipt system implemented on agricultural commodities such as coffee, pepper, rice, and maize. The collected data are identified, grouped, and classified in a structured manner in the pattern of strategic thinking and analyzed by descriptive analysis. The study succeeded to identify the barriers that hindering agricultural commodities financing in warehouse receipt system to grow in Indonesia: the incompatibility of the value built with the characteristics of agriculture business, especially for small farmers; limited financing sources, incompatibility of financing schemes and features, financing prices and farmer economies of scale and supply of information that affects awareness of financing. These problems must be minimized to encourage the accessibility and continuity of financing on WRS for farmers in Indonesia. Keywords: Agricultural Commodity Financing, Contraints, Warehouse Receipt System JEL Classification: D46, F6, F61, F65, Q14
ANALISIS PERDAGANGAN INTRA INDUSTRI REGIONAL COMPREHENSIVE ECONOMIC PARTNERSHIP (RCEP) PADA PRODUK PERTANIAN Rahma Meiliza Putri; Amzul Rifin; Erwidodo
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 15 No 2 (2021): .
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v15i2.570

Abstract

Abstrak Perdagangan intra-industri memainkan peranan penting dalam literatur ekonomi internasional saat ini. Pada tahun 2019, total ekspor Indonesia ke negara-negara anggota RCEP sebesar 61,65% dari total ekspor Indonesia, dan 44% dari total ekspor ke RCEP disumbang oleh sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat interdependensi Indonesia dengan 14 mitra dagangnya dalam RCEP. Data yang digunakan adalah data sekunder time series arus perdagangan komoditi pertanian Indonesia dengan negara-negara RCEP di tahun 2010-2019 yang diperoleh dari Trademap. Metode analisis data yang digunakan adalah intra-industry trade index. Hasil kajian pola perdagangan Indonesia dan RCEP yang diidentifikasi melalui keterkaitan perdagangan (IIT) menunjukkan komoditas yang memiliki nilai rata-rata IIT tertinggi adalah olahan tepung-tepungan (HS 19). Hal ini menunjukkan jika keterkaitan perdagangan Indonesia RCEP untuk produk tepung-tepungan (HS 19) bersifat dua arah (two-way trade). Sedangkan untuk negara, Malaysia adalah negara yang memiliki keterkaitan perdagangan terkuat dengan Indonesia. Nilai rata-rata IIT Indonesia-RCEP sebesar 19,74 menggambarkan keterkaitan banyak produk pertanian Indonesia dan RCEP yang masih rendah dan tergolong inter-industry trade. Rendahnya nilai IIT ini bisa saja disebabkan masih besarnya perdagangan satu arah di RCEP, dimana Indonesia masih dominan melakukan impor. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan ekspor komoditas potensial dengan memberi insentif kepada industri pengolahan produk pertanian melalui keringanan pajak dalam jangka waktu tertentu. Kata kunci: Intra-industry Trade, RCEP, Sektor Pertanian Abstract Intra-industrial trade plays an important role in today's international economic literature. In 2019, Indonesia's total exports to RCEP member countries amounted to 61.65% of Indonesia's total exports, and 44% of total exports to RCEP were contributed by the agricultural sector. This study aims to examine the level of interdependence between Indonesia and its 14 trading partners in RCEP. The data used is secondary data from the time series of trade flows of agricultural commodities between Indonesia and RCEP countries in 2010-2019 which were obtained from Trademap. The data analysis method used is the intra-industry trade index. The results of the study show, if there is a tendency to increase the IIT index of Indonesia with trading partners, it's just that when viewed from each RCEP member, the IIT value still tends to fluctuate. Malaysia is an RCEP member country with the highest IIT score in its agricultural sector, on the other hand, the agricultural sector in Cambodia has the lowest IIT score. Cereal and flour processed commodities (HS 19) were the commodities with the highest IIT, while meat and edible meat scraps (HS 02) were the commodities with the lowest value. Based on the results of the IIT value, it can be seen that many agricultural products are still classified as inter-industry trade. Therefore, it is important for the government to further increase potential commodity exports by providing incentives to processing agricultural industries through tax breaks for a certain period. Keywords: Intra-industry Trade, RCEP, Agricultural Sector JEL Classification: F10, F13, F1
PENGARUH KUOTA EKSPOR TERHADAP HARGA KARET DOMESTIK INDONESIA Alfi Nurdina; Harmini; Amzul Rifin
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 15 No 2 (2021): .
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v15i2.609

Abstract

Abstrak Agreed Export Tonnage Scheme merupakan kebijakan pembatasan kuota ekspor karet alam oleh Indonesia, Malaysia dan Thailand. Kebijakan ini diduga memengaruhi harga karet alam di tingkat petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan kuota ekspor terhadap harga karet alam domestik Indonesia di tingkat petani. Penelitian menggunakan data time series bulanan dari Januari 2013 sampai Desember 2019 menggunakan Error Correction Model. Dalam jangka panjang, harga karet alam pada periode sebelumnya, nilai tukar, konsumsi, produksi dan harga karet alam dunia signifikan. Sementara itu, dalam jangka pendek, harga karet alam pada periode sebelumnya, nilai tukar, dan harga karet alam dunia juga signifikan. Variabel total ekspor dan dummy kebijakan tidak signifikan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hal ini diduga karena harga karet alam tidak lagi bergantung pada faktor fundamental tetapi disebabkan oleh faktor eksternal lainnya. Perbaikan diperlukan, termasuk desain kebijakan yang komprehensif, implementasi dan evaluasi teknis yang jelas, serta kolaborasi tambahan dengan produsen karet alam lainnya. Selain itu, sejalan dengan kebijakan pembatasan ekspor, Indonesia perlu mendorong pertumbuhan industri pengolahan karet alam menjadi produk hilir. Kata Kunci: ECM, Karet Alam, Harga Domestik, AETS Abstract Agreed Export Tonnage Scheme is a policy of limiting natural rubber export quotas by Indonesia, Malaysia, and Thailand. This policy is suspected to affect the price of natural rubber at the farm level. This study aims to analyze the effect of the export quota policy on Indonesia's domestic natural rubber prices at the farm level. The study uses monthly time series data from January 2013 to December 2019 used Error Correction Model. In the long term, natural rubber prices in the previous period, exchange rate, consumption, production, and world natural rubber prices are significant. Meanwhile, in the short term, natural rubber prices in the previous period, exchange rates, and world price natural rubber were significant. The variable total exports and the policy dummy are not significant both in the long and short term. This is presumably because natural rubber prices no longer depend on fundamental factors but are caused by other external factors. Improvements are needed, including comprehensive policy design, clear technical implementation, and evaluation, as well as additional collaboration with other natural rubber producers. In addition, in line with the export restriction policy, Indonesia needs to encourage the growth of the natural rubber processing industry into downstream products Keywords: ECM, Natural Rubber, Domestic Price, AETS JEL Classification: Q17, Q18, Q21
STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT Birka Septy Sembiring; Yusman Syaukat; Hastuti
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 15 No 2 (2021): .
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v15i2.623

Abstract

Abstrak Karet alam Indonesia berperan penting dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui ekspor karet alam ke berbagai negara, termasuk ke Amerika Serikat. Dalam upaya mengembangkan ekspor karet alamnya, Indonesia perlu melakukan kalkulasi posisi dan daya saing karet alam di antara negara-negara pesaing serta peluang pasarnya ke Amerika Serikat yang memiliki permintaan impor relatif tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur pasar, serta keunggulan komparatif dan kompetitif karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat. Analisis dilakukan selama periode tahun 2008-2019 menggunakan metode Herfindahl Index (HI), Concentration Ratio (CR4), Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Diamond’s Porter. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur pasar karet alam Indonesia cenderung oligopoli. Dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya, karet alam Indonesia memiliki keunggulan komparatif di pasar Amerika Serikat. Keunggulan kompetitif karet alam Indonesia di Amerika Serikat mengalami penurunan dari posisi lost opportunity pada periode pertama (2008-2011) menjadi retreat pada periode ketiga (2016-2019). Hasil dari Diamond’s Porter menunjukkan bahwa terdapat tujuh faktor keunggulan kompetitif dan tiga faktor kelemahan dalam industri karet alam di Indonesia. Kata Kunci: Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA Abstract Indonesian natural rubber plays a significant role in improving the national economy through exports of natural rubber to various countries, including the United States. In an effort to develop its natural rubber exports, Indonesia needs to calculate the position and competitiveness of natural rubber among competing countries and its market opportunities to the United States, which has a relatively high import demand. The purpose of this study is to analyze the market structure, as well as the comparative and competitive advantages of Indonesian natural rubber in the United States market. The analysis was carried out during the period 2008-2019 using the methods Herfindahl Index (HI), Concentration Ratio (CR4), Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), and Diamond's Porter. The results of the analysis show that the structure of the Indonesian natural rubber market tends to be an oligopoly. Compared to other exporting countries, Indonesian natural rubber has a comparative advantage in the United States market. The competitiveness of Indonesian natural rubber in the US decline over time from the lost opportunity position in the first period (2008-2011) to retreat in the third period (2016-2019). The Diamond's Porter results show that there are seven competitive advantage factors and three weakness factors in Indonesia's natural rubber industry. Keywords: Concentration Ratio, Diamond’s Porter, EPD, Herfindahl Index, RCA JEL Classification: F13, F15, F18
SIMULASI KEBIJAKAN PADA IMPLEMENTASI PERJANJIAN KOMPREHENSIF INDONESIA-AUSTRALIA (IA-CEPA) TERHADAP PASAR DAGING SAPI DOMESTIK Najia Helmiah; Nasrudin
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 15 No 2 (2021): .
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v15i2.633

Abstract

Abstrak Beberapa tahun terakhir, pemenuhan permintaan daging sapi di Indonesia masih bergantung pada impor khususnya dari Australia. Impor daging sapi dapat menstabilkan harga daging sapi domestik, tetapi di lain sisi dapat menekan pendapatan peternak lokal. Implementasi dari IA-CEPA adalah penghapusan tarif impor dan TRQ (Tariff Rate Quota) untuk komoditas sapi hidup. Penghapusan tarif menyebabkan harga sapi yang masuk ke Indonesia menjadi lebih murah dan memperbesar peluang peningkatan volume impor sapi hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis skenario terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi dengan menggunakan model persamaan simultan 2SLS (two stage least square). Simulasi dilakukan untuk tiga skenario yaitu skenario penghapusan tarif, penetapan kuota, dan TRQ. Hasilnya menunjukkan bahwa skenario penghapusan tarif memberikan total peningkatan kesejahteraan pelaku ekonomi terbesar yaitu 115 miliar dengan rincian defisit 736 miliar bagi produsen, surplus 936 miliar bagi konsumen, dan defisit 85 miliar untuk penerimaan pemerintah. Oleh karena itu, skenario yang direkomendasikan adalah skenario penghapusan tarif pada impor sapi dari Australia. Kata Kunci: 2SLS, IA-CEPA, Pasar Daging Sapi Abstract Recently, demand fulfillment of beef in Indonesia depended on imports, especially from Australia. import can stabilize the domestic price of beef, but the other hand can suppress the income of local farmers. Implementation of IA-CEPA policies is the elimination of import tariff and TRQ (tariff rate quota) for live cattle commodities. Elimination of import tariff causes the price of cattle to enter Indonesia to be cheaper and increases the opportunity to increase the import volume of live cattle. The study aims to investigate the best scenario that can improve the welfare of economic actors using simultaneous equation model 2SLS (two-stage least squares). Three scenarios that simulated are eliminating tariff, setting quota, and TRQ. The result shows that eliminating tariffs gives the largest total welfare increase of economic actors that is 115 billion, with a 736 billion deficit for producers, 936 billion surplus for consumers, and 85 billion deficit for government revenue. Therefore, the policy recommendation is the scenario of eliminating tariffs on cattle imports from Australia. Keywords: 2SLS, IA-CEPA, Beef Market JEL Classification: C53, F12, F13

Page 1 of 1 | Total Record : 6