cover
Contact Name
Rinto Manurung
Contact Email
pedontropika@untan.ac.id
Phone
+6285249321249
Journal Mail Official
pedontropika@untan.ac.id
Editorial Address
Jl. Jendral Ahmad Yani Pontianak. Telp. (0561) 740191 Fax (0561) 740191
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan
ISSN : 2443101X     EISSN : 25799800     DOI : https://10.26418/pedontropika
Core Subject : Agriculture,
Research and study in soil science and other fields related, include : Soil physics and conservation Soil chemistry and fertility, Soil biology and biotechnology Clay mineralogy Plant nutrient Pedogenesis Geology and Mineralogy Soil survey and classification Soil reclamation and remediation Soil and Water Quality
Articles 24 Documents
LUMPUR LAUT SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KAPUR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAH GAMBUT Suswati, Denah
PedonTropika Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : PedonTropika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.093 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan taraf dosis lumpur laut dari konversi dosis kapur pada pH yang sama pada setiap Satuan Peta Tanah (SPT) yaitu SPT 1 (Typic Haplohemist), SPT 3 (Typic Sulfisaprist) dan SPT 4 (Typic Haplosaprist) yang berasal dari lahan gambut dari Rasau Jaya III, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, sedangkan analisis tanah dilakukan di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial yang terdiri dari 2 set penelitian yaitu penelitian (1)  menggunakan 3 satuan peta tanah (SPT) dengan 5 taraf dosis kapur yaitu 0, 5, 8, 11, 14 ton ha-1. Penelitian (2) menggunakan 3 satuan peta tanah (3 SPT) dengan 5 taraf dosis lumpur laut yaitu 0, 20, 40, 60, 80 ton ha-1 dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Analisis tanah sesuai variabel pengamatan dilakukan setelah inkubasi (3 minggu setelah perlakuan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan kapur dan lumpur laut semakin meningkat pada setiap SPT dengan semakin meningkatnya pH tanah yang akan dicapai. Perbandingan jumlah lumpur laut yang diperlukan untuk mencapai pH yang sama pada masing-masing SPT bervariasi antara 7-14 kali lebih besar dibandingkan dengan jumlah  kapur. Kata kunci : kapur, lumpur laut, tanah gambut.
PENANGKAPAN GAS METANA DI LAHAN RAWA GAMBUT UNTUK MENCEGAH KEBAKARAN HUTAN DAN ENERGI TERBARUKAN DI KALIMANTAN BARAT Muhammad Hatta; Sulakhudin Sulakhudin
Pedontropika : Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.955 KB) | DOI: 10.26418/pedontropika.v2i1.15694

Abstract

Lahan gambut tropical memainkan peraran penting dalam siklus C global sebagai sumber lebih dari 70 Gt karbon. Jumlah karbon yang sangat besar menjadikan lahan gambut tropical sebagai sumber utama gas metana (CH4) atmosfer. Emisi CH4 dari lahan gambut sebesar 100 sampai 231 Tg CH4 per tahun. CH4 dalam gas dapat diperbaiki dan digunakan sebagai sumber energy. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan dan potensi gas methan untuk mencegah kebakaran hutan pada lahan gambut berkaitan dengan sumber energy yang dapat diperbaharui. Penelitian dilakukan di Desa Sepuk Laut, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Gas metana ditangkap dengan menggunakan perangkap keramik berbahan bakar pada temperature 1050 oC. Gas metana di Desa Sepuk Laut yang dekat dengan sungai bulan merupakan emisi yang lebih besar. Penggunaan gas metana sebagai energy yang dapat diperbaharui untuk menurunkan penghangatan global dan kebakaran di hutan rawa gambut. Penggunaan gas metana sebaiknya tidak menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. Keyword: energi yang dapat diperbaharui, lahan gambut, metana, penghangatan global
PENGARUH INOKULASI AZOTOBACTER DAN MIKORIZA ARBUSKULA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET Maulidi, Maulidi; Zulfita, Dwi
PedonTropika Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : PedonTropika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.225 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh inokulasi FMA, Azotobacter dan interaksinya terhadap pertumbuhan bibit karet serta mencari takaran FMA dan kepadatan Azotobacter yang terbaik terhadap pertumbuhan bibit karet. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Untan Pontianak. Penelitian dilaksanakan dari Bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Agustus 2012. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan perlakuan faktorial 4 x 3 tata letak acak lengkap (CRD) dengan 3 ulangan.  Perlakuan Inokulasi Azotobacter terdiri dari 3 taraf yaitu Inokulasi A.chroococcum 2,5 x 103 CFU  mL-1 (k1), 5 x 103 CFU  mL-1 (k2), dan 10 x CFU  mL-1 pohon-1 (k3). Faktor inokulasi dengan Mikoriza Arbuskula (M) yang terdiri dari 4 taraf yaitu  tanpa inokulasi FMA (m­0), 2,5 g/polybag (m1), 5 g/polybag (m2) dan 10 g/polybag (m3). Percobaan diulang tiga kali. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar P dalam jaringan daun (%), luas daun (cm2), bobot kering daun (g) dan pertambahan panjang entris (cm). Hasil penelitian menunjukkan  bahwa inokulasi dengan berbagai takaran FMA meningkatkan pertumbuhan bibit karet. Inokulasi dengan FMA takaran 10 g/polybag meningkatkan pertumbuhan bibit karet yang terbaik. Inokulasi dengan Azotobacter juga dapat meningkatkan pertumbuhan bibit karet. Inokulasi dengan Azotobacter pada kepadatan  10 x 103 CFU mL-1bibit-1 cenderung menunjukkan pertumbuhan bibit karet yang terbaik. Tidak terjadi interaksi inokulasi  FMA dan Azotobacter dalam mempengaruhi pertumbuhan bibit karet. Kata Kunci : Azotobacter, Bibit Karet, Mikoriza Arbuskula
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH DAN EMISI KARBON GAMBUT TRANSISI DI DESA KANAMIT BARAT KALIMANTAN TENGAH Adji, Fengky F.
PedonTropika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : PedonTropika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.382 KB)

Abstract

Perubahan tata guna lahan gambut tropika sebagai lahan pertanian atau perkebunan akan menyebabkan terjadinya peningkatan emisi CO2 ke atmosfer. Pembukaan lahan gambut yang didahului dengan pembuatan saluran-saluran (drainase) akan menyebabkan muka air tanah di lahan gambut menjadi jauh letaknya dari permukaan, hal ini akan memacu laju dekomposisi bahan organic oleh jasad renik, yang pada akhirnya gambut menjadi rentan terbakar (fires). Oleh karena itu pengetahuan tentang emisi CO2 sangat penting untuk perencanaan sistem drainase, dalam rangka memelihara kelestarian gambut. Keseimbangan C dalam ekosistem gambut adalah sejumlah fluks atau kehilangan C, yang dipengaruhi oleh fluktuasi muka air tanah (water table) atau kandungan air tanah serta karakteristik gambut yang mengalami perubahan.Metode atau pendekatan ilmiah dalam penelitian ini meliputi: pengkajian secara langsung, pengukuran berat isi tanah gambut, kadar air, kadar serat, kadar abu, pH tanah, hidrofobisitas, total mikroba, dan respirasi tanah yang mempengaruhi emisi atau fluks CO2.Berdasarkan hasil penelitian berat isi tanah gambut berkisar 0,19 – 0,26 g cm-3, kadar air berkisar 200,57 – 339,75%, kadar serat berkisar 10,13 – 14,17%, kadar abu berkisar 3,39 - 11,69%, pH tanah berkisar 2,19 – 2,66, dengan rata-rata hidrofobisitas berkisar 8,76 – 23,13 detik, Nilai total mikroba tertinggi terdapat pada lahan semak belukar, yaitu sebesar 58,33 x 10-4 cfu g-1 dan terendah pada penggunaa lahan karet yaitu sebesar 13,17 x 10-4 cfu g-1, respirasi tanah berkisar 2,75 – 10,90 CO2 C kg hari-1, dengan tingkat kematangan gambut di lokasi penelitian adalah saprik. Kemudian hasil pengukuran emisi atau fluks CO2 pada berbagai penggunaan lahan yang berbeda, berkisar -3.151,4 – 69,6 g C m-2 h-1 dengan kedalaman muka air tanah berkisar -45,1 - -88,0 cm. Dimana emisi CO2 pada lokasi perkebunan karet sangat besar (69,6 g m-2 h-1 dengan kedalaman muka air tanah -88,0 cm) dibandingkan dengan lokasi perkebunan kelapa sawit (-2.041,3 g C cm-2 h-1 dengan kedalaman muka air tanah -73,0 cm) dan lokasi semak belukar (-3.151,4 g C cm-2 h-1 dengan kedalaman muka air tanah -45,1 cm).
UJI EFEKTIVITAS BEBERAPA JENIS ARANG AKTIF DAN NAUNGAN PADA TANAMAN SAWI PAHIT MENGGUNAKAN TANAH LAHAN BEKAS PENAMBANGAN EMAS Uray Edi Suryadi; Dwi Raharjo; Elly Mustamir
Pedontropika : Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.958 KB) | DOI: 10.26418/pedontropika.v2i1.15690

Abstract

This study aims to determine the effect of shade and effectiveness of active charcoal derived from the raw material of palm shells and rice husks to absorb heavy metals Hg and Cu in bitter mustard / Chinese mustard plants (Brassicacea juncea). The mustard bitter in polybags with planting medium on the ex gold mining soils. The study design using split plot design, with the main plot factors are the type of the palm shells active charcoal (A1), and the rice husk active charcoal (A2). As a subplot factors are shade, that using shading net, consisting of 50% shade (P1), shade 60% (P2) and a shade 75% (P3). The results showed that the combination of 50% shade and active charcoal from shell palm oil can help the absorption of Cu and Hg at 0.92 ppm Cu and 5.11 ppb Hg in bitter mustard plant roots, as well as 0.42 ppm Cu and 2.96 ppb Hg on its leaves. The combination of 60% shade and activated charcoal from rice husk can help the absorption of Cu and Hg 0.67 ppm Cu and 4.11 ppb Hg in bitter mustard plant roots, as well as 0.23 ppm Cu and 4.09 ppb Hg on its leaves. Whereas 70% shade combinations and active charcoal from rice husk can help the absorption of Cu and Hg 0.57 ppm Cu and 4.89 ppb Hg in bitter mustard plant roots, as well as 0.13 ppm Cu and 4.75 ppb Hg on its leaves.Keywords : active charcoal, bitter mustard, Cu, ex PETI soil, Hg, shade
FORMULASI AMELIORAN LUMPUR LAUT DAN LIMBAH IKAN ASIN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TIGA SATUAN PETA TANAH DI LAHAN GAMBUT Denah Suswati; Bambang Hendro; Dja’far Shiddieq; Didik Indradewa
Pedontropika : Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.485 KB) | DOI: 10.26418/pedontropika.v2i1.15696

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi amelioran lumpur laut dan limbah ikan asin pada tiga Satuan Peta Tanah (SPT) yang terdiri dari SPT 1 (Typic Haplohemist), SPT 3 (Typic Sulfisaprist) dan SPT 4 (Typic Haplosaprist) berdasarkan faktor pembatas pH, DHL (Daya Hantar Listrik) dan ESP (Exchangeable Sodium Percentage) di lahan gambut Rasau Jaya III, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca dengan 2 faktor perlakuan yaitu faktor takaran lumpur laut 5 taraf dan faktor takaran limbah ikan asin 4 taraf dan diulang sebanyak 3 kali pada setiap SPT. Analisis tanah sesuai variabel pengamatan dilakukan setelah inkubasi (3 minggu setelah perlakuan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan nilai pH sekitar 5.5; nilai DHL 0-4 dS.m-1 dan nilai ESP < 15 %, maka perlakuan tanpa lumpur laut dan lumpur laut 20 ton ha-1 dapat dikombinasikan dengan limbah ikan asin sampai pada takaran 4 ton ha-1 pada setiap SPT. Pemberian lumpur laut 40 ton ha-1 dan 60 ton ha-1 dapat dikombinasikan dengan limbah ikan asin  pada takaran 2 ton ha-1 pada setiap SPT, sedangkan pemberian lumpur laut 80 ton ha-1 tanpa limbah ikan asin hanya dapat diberikan pada SPT 4 (Typic Haplosaprist). Kata kunci : lahan gambut, limbah ikan asin,  lumpur laut, Satuan Peta Tanah
PERUBAHAN UNSUR HARA NITROGEN (N) DAN PHOSPHOR (P) TANAH GAMBUT DI LAHAN GAMBUT YANG DIPENGARUHI LAMA PENGOLAHAN LAHAN Alhaddad, Abdul mujib
PedonTropika Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : PedonTropika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.199 KB)

Abstract

Sejak 1987 petani memanfaatkan pukan ayam untuk meningkatkan ketersediaan  hara, sebelumnya mereka menggunakan limbah ternak babi. Keberadaan pukan ayam  diperlukan terutama agar sebagian kebutuhan hara makro dan mikro dapat dipenuhi.  Walaupun telah diketahui adanya perubahan sifat tanah gambut akibat penggunaan lahan untuk pertanian, tetapi jenis sifat-sifat tanah yang berubah dan besar perubahannya masih belum diketahui secara pasti. Penelitian bertujuan untuk mengetahui perubahan kandungan unsur Nitogen (N) dan Phosphor (P) tanah gambut yang dibudidayakan pada  praktek pengelolaan lahan gambut sejalan waktu pengelolaan. Penelitian ini dilakukan di lokasi lahan gambut Siantan, kota Pontianak pada bulan oktober hingga desember. Lahan gambut di Siantan diidentifikasi lama pengelolaannya, kemudian di kategorikan dalam empat(4) kelompok waktu pengolahan, yaitu tidak pernah diolah (TO), telah diolah kurang dari(<) 10 tahun (OLX), telah diolah selama 10-20 tahun (OLY), dan diolah selama 20-30tahun (OLZ). Pada setiap lahan pengelolaan dilakukan pengambilan contoh tanah dari delapan(8) titik  pengamatan yang berbeda untuk kemudian dilakukan pengukuran ketersediaan haranya. Pada setiap titik pengamatan diambil contoh tanah komposit dari lapisan 0-2 0cm, 20-40 cm dan 40-80 cm. Pada setiap titik pengamatan, diikuti dengan wawancara dengan petani pengelola lahan. Pengukuran ketersediaan Nitorgen dan Phosphor tanah gambut dilakukan dengan mengambil contoh tanah untuk keperluan analisis dilaboratorium. Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Tanah Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukan Perbedaan karakteristik hara lahan gambut di Siantan akibat lama waktu pengolahan dan yang tidak diolah, hanya terjadi di lapisan olah 0-20cm dan lapisan 20-40cm. Perbedaan nyata antara lahan gambut yang tidak diolah dengan yang diolah terlihat pada karakteristik Nitrogen, Posphor. Perbedaan nyata pada Nitorgen dan Phosphor tanah di lahan gambut ini disebabkan pengolahan lahan yang intensif dengan masukan yang tinggi dari abu bakaran, busukan ikan dan kulit udang, kapur dan  pupuk urea. Secara umum lamanya waktu pengolahan tidak secara nyata memberikan perbedaan pada karakteristik lahan gambut Siantan. Pada lapisan 40-80cm pengaruh pengolahan dan lamanya waktu pengolahan tidak terlihat nyata pada Nitorgen dan Phosphor. Hal ini menunjukan pengaruh pengolahan lapisan atas sangat terbatas pengaruhnya pada lapisan yang lebih dalam. Tidak berbeda nyatanya pengaruh lamanya waktu pengolahan lahan gambut di Siantan, menunjukan adanya kestabilan keadaan hara pada lahan tersebut meskipun mendapat input hara yang intensif dalam waktu lama. Kata kunci : Gambut, Hara, Karakteristik Kimia, Lahan Gambut, Siantan
PEMETAAN STATUS UNSUR HARA N, P DAN K TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT Manurung, Rinto
PedonTropika Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : PedonTropika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.422 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah perkebunan kelapa sawit PT. Peniti Sungai Purun. Daerah penelitian merupakan lahan gambut dalam yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan merupakan lahan marginal. Lahan ini mempunyai potensi sangat rendah untuk mendukung pengembangan suatu tanaman pertanian dan perkebunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status ketersediaan  unsur hara makro Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) tanah serta memetakan sebarannya pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut. Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan tingkat survey semi detil, dimana data disajikan dalam bentuk peta status unsur hara N, P dan K tanah skala 1: 50.000.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan N-total tanah pada lokasi penelitian hampir seluruhnya termasuk katagori sedang dengan nilai berkisar antara 0,32 % sampai dengan 0,43 % dan hanya satu blok yang memiliki katagori tinggi. Luas wilayah dengan status N-total sedang 2.089,95 ha,  dan dengan status tinggi 53,90 Ha. Status sedang memiliki luas wilayah yang paling besar yakni meliputi 97,49 % dari luas areal penelitian. P-tersedia di lokasi penelitian bervariasi dari sangat rendah, rendah, sedang dan sangat tinggi. Luas wilayah dengan status sangat rendah 76,28 ha (3,6 %), rendah 140,28 ha (6,5 %), sedang 48,97 ha (2,3 %), dan sangat tinggi 1.878,32 ha (87,6 %). Status sangat tinggi memiliki luas wilayah yang paling besar dan yang paling kecil pada status sedang.K-dd pada lokasi penelitian dapat digolongkan menjadi 3 katagori status hara, yakni status sedang, tinggi dan sangat tinggi. Luas wilayah dengan status sedang 626,41 ha (29,2 %), tinggi 700,21 ha (32,7 %), dan sangat tinggi 817,23 ha (38,1 %). Status sangat tinggi memiliki luas wilayah yang paling besar dan yang paling kecil pada status sedang.
SURVEY LAHAN UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR BERBASISKAN TANAMAN KAKAO DI NAGARI SUNDATAR KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT Aprisal Aprisal
Pedontropika : Jurnal Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Vol 2, No 1 (2016)
Publisher : Soil Science Department, Faculty of Agriculture, Tanjungpura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.695 KB) | DOI: 10.26418/pedontropika.v2i1.15691

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan kakao rakyat yang berbasiskan konservasi tanah. Metode penelitian adalah metode suvai.  Contoh tanah diambil secara purposive random sampling di masing-masing satuan lahan. Contoh tanah utuh untuk analisis sifat fisika tanah. Sedangkan contoh tanah terganggu untuk analisis sifat kimia tanah.  Disamping itu, data iklim diambil dari kantor cabang dinas pertanian Pasaman. Data dari hasil survai tanah dan iklim disusun dengan sedemikian rupa kemudian di cocokan (matching) dengan kebutuhan dari syarat tumbuh dari tanaman kakao. Hasil dari mencocokan atara data lahan dengan syarat tumbuh dari tanaman kakao didapatkan tingkat kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan aktual  dilokasi penelitian nagari Sundatar Lubuk Sikaping Pasaman ini adalah termasuk kesesuaian marginal (S3) karena faktor pembatas curah hujan yang tinggi yakni 3251 mm/tahun dan kestersedian hara yang rendah. Disamping itu sebagai masukan perlu dilakukan penambahan bahan organik dan pupuk buatan. Pada lahan yang landai sampai agak curam penerapan kaedah konservasi dengan penanaman multistrata sangat perlu untuk mencegah erosi. Kesesuaian lahan potensialnya adalah S3. Key word: kakao, kesesuaian lahan, konservasi.
EFEKTIVITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA DAN JENIS BATUAN FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA STADIA BIBIT PADA TANAH GAMBUT Zulfita, Dwi
PedonTropika Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : PedonTropika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh inokulasi FMA, jenis batuan fosfat dan interaksinya terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya stadia bibit serta mencari takaran FMA dan jenis batuan fosfat yang terbaik terhadap pertumbuhan tanaman lidah buaya stadis bibit pada tanah gambut. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Februari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan perlakuan faktorial 4 x 4 tata letak acak lengkap (CRD) dengan 3 ulangan. Faktor Inokulasi FMA (M) terdiri dari 4 aras yaitu m0 (tanpa inokulasi FMA), m1 (5 g FMA/polybag), m2 (10 g FMA/polybag) dan m3 (15 g FMA/polybag). Faktor Jenis Batuan Fosfat (P) terdiri dari 4 aras yaitu p1 (233 kg SP-36/ha), p2 (307 kg Agipt Rock Phosphate/ha), ­p3 (268 kg China Rock Phosphate/ha) dan p4 (629 kg Chrismast Rock Phosphate/ha). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase akar terinfeksi (%), serapan P (g), jumlah pelepah daun dan tinggi tanaman (cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis fosfat   alam tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman lidah buaya pada stadia bibit. Inokulasi dengan FMA takaran 5 g/polybag tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman lidah buaya stadia bibit. Inokulasi dengan takaran FMA hingga 10 g/polybag dan 15 g/polybag cenderung tidak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman. Interaksi inokulasi  FMA dengan takaran 10 g/polybag dan  jenis batuan fosfat China Rock Phosphate memberikan pertumbuhan tanaman lidah buaya stadia bibit yang terbaik pada tanah gambut.   Kata Kunci : Efektivitas,Fungi Mikoriza Arbuskula, Jenis Batuan Fosfat, Lidah Buaya, Tanah Gambut

Page 1 of 3 | Total Record : 24