Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

VEGETATION CHARACTERISTICS AND CARBON STOCKS AFTER EARTHQUAKE IN FOREST FOR SPECIFIC PURPOSE (KHDTK) SENARU Sitti Latifah; Muhammad Husni Idris; Rato Silamon Firdaus; Niechi Valentino; Eni Hidayati; nuraini nuraini; Tedi Zulia Putra
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2020.17.2.173-189

Abstract

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) or Forest for Specific Purposes in Senaru is a forest area designated for educational purposes. This study aims to assess ecological changes (i.e., vegetation cover, vegetation structure and diversity, and carbon storage) in KHDTK Senaru during three-time scales, namely in 2013 and in 2018; before and after the earthquake. Data were collected from 30 permanent quadratic plots, systematically distributed in these three different time scales. The vegetation cover resultsshow a decreasing vegetation cover in the dense class but increasing in middle and sparse density classes. Changes in vegetation structure and diversity are noticeable at all regeneration stages, while the carbon storage changes at each time scale. This study indicates that disturbance due to the earthquake has minimal effect on the species diversity than management practices. Therefore, we recommend that the manager or forest users to consider planting more species to increase diversity, improve ecosystemresiliency, prevent damage expansion, and decrease the ecological function of KHDTK Senaru.
TINGKAT ESKALASI KONFLIK SUMBER DAYA HUTAN DI DESA REMPEK,KABUPATEN LOMBOK UTARA Fitria Mariatun; Sitti Latifah; Budhy Setiawan
Jurnal Belantara Vol 1 No 1 (2018)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.882 KB) | DOI: 10.29303/jbl.v1i1.14

Abstract

Tujuan  utama penelitian  ini, yaitu untuk mengetahui tingkat eskalasi konflik di Desa Rempek saat ini dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab menurunya eskalasi konflik di Desa Rempek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif dengan menetapkan key informan yang berasal dari: (1) masyarakat Desa Rempek, (2) Pemerintah Desa Rempek, (3) Pihak KPHL Rinjani Barat, (4) Tim 9 dan (5) LSM Samanta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Desa Rempek terdapat 4 jenis konflik yaitu konflik antara (1) BPN Provinsi NTB dengan Dinas Kehutanan Provinsi NTB, Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara, KPHL Rinjani Barat, (2) Dinas Kehutanan Provinsi NTB, Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara, KPHL Rinjani Barat dengan masyarakat Desa Rempek, (3) Dinas Kehutanan Provinsi NTB, Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara, KPHL Rinjani Barat dengan Pengusaha kayu lokal (pemilik sawmill) dan (4) Masyarakat Desa Rempek dengan Pengusaha kayu lokal. Penelitian ini berfokus pada konflik antara Pemerintah Daerah dengan mayarakat. Dimana, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa eskalsi konflik di Desa Rempek mengalami penurunan dari eskalasi tinggi menjadi eskalasi sedang yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a). Faktor sosial dimana masyarakat akan mendapatkan legalitas secara hukum dalam mengelola kawasan hutan melalui program kemitraan Kehutanan, b). Faktor ekonomi dimana pendapatan masyarakat akan meningkat karena masyarakat berpeluang untuk memanfaatkan hasil hutan kayu secara legal, c). Faktor kehadiran fasilitator dimana masyarakat mendapatkan informasi dan pemahaman melalui fasilitator yaitu Tim 9 dan LSM Samanta yang melakukan sosialisasi secara intensif.
KARAKTERISTIK STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN EKOSISTEM MANGROVE GILI LAWANG, LOMBOK TIMUR Niechi Valentino; Sitti Latifah; Budhy Setiawan; Eni Hidayati; Zata Yumni Awanis; Hayati Hayati
Jurnal Belantara Vol 5 No 1 (2022)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1170.342 KB) | DOI: 10.29303/jbl.v5i1.888

Abstract

The role of the mangrove ecosystem as an ecological link through high productivity compared to other ecosystems has had a major impact on the existence of the mangrove ecosystem distribution. This study aims to find out the type of organic ingredient content and abundance of macrozoobenthos and find out the relationship of organic ingredient content to the abundance of macrozoobenthos. The research was carried out in November 2021 using a purposive sampling technique method with a total of 5 stations. The samples taken were the sediments substrate and macrozoobenthos. The results shown that the organic content is dominated by saturated textures, muddy sand textures and saturated clay textures with an average organic content ranging from 1.24% - 1.90%. There were 15 types of macrozoobenthos found and dominated by the Gastropod class with an average abundance of macrozoobenthos ranging from 202 ind/m2 - 525 ind/m2. The types of macrozoobenthos found were Nassarius distortus, Anadara sp, Mesodesma sp, Mytillus sp, Donax sp, Abra soyoae, Cerithideopsilla djadjariensis, Telescopium telescopium, Cassidula nucleus, Cassidula angulifera, Litttoridina sp., Potamopyrgus sp., Melanoides sp., Battilaria zonalis dan Lumbriculus sp. The effect of organic matter content on the abundance of macrozoobenthos by 10.7% and 89.3% was more influenced by physic-chemical factors in Gili Lawang waters.
SOIL CHARACTERISTICS OF SIX MANAGEMENT REGIMES IN LOMBOK INDONESIA Sitti Latifah; Eni Hidayati; Niechi Valentino
Jurnal Belantara Vol 5 No 1 (2022)
Publisher : Forestry Study Program University Of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1105.964 KB) | DOI: 10.29303/jbl.v5i1.889

Abstract

A landscape approach is broadly defined as a framework to integrate policy and practice for a multi-functional landscape to achieve equitable and sustainable use of land while strengthening measures to mitigate and adapt to climate change. The landscape in Karang Sidemen Village, located at the bottom of Rinjani volcano, consists of a mosaic of management regimes. This study assessed the soil profile and properties of six management regimes, namely, secondary forest, monoculture stand, agroforestry in KHDTK Rarung, agroforestry in community forest, banana-dominant landscape in Hortipark Tastura, and mix planted forest. Soil profile and pH data were collected in September 2020 from a two-dimensional soil wall (100 cm depth). Soil samples from 30 cm depth of each forest were analyzed for the soil properties (Soil Organic Carbon, Bulk Density, Soil Water Content, Litter Biomass). The results showed that the vertical pH in the soil profile is generally increasing or steady from top to bottom except for the secondary forest. The pH value ranged from 5.0 to 7. The soil colors are mostly in the yellow-red category. The soil in the six management regimes are still ideal for plant growth indicated by its low bulk density and ideal pH range for plant growth. SOC is highest in the secondary forest and lowest in the even-aged stand. SWC is highest in the secondary forest and lowest in the agroforestry in KHDTK Rarung. The litter biomass in secondary forest is two times higher than in agroforestry sites and four times higher than in banana-dominant landscape, monoculture stand and mix planted forest.
PERANAN KELEMBANGAN BAGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA NON MATERIAL DALAM MENUNJANG PEMBANGUNAN PERDESAAN Mansur Afifi; Sitti Latifah
Sosiohumaniora Vol 13, No 3 (2011): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2011
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v13i3.5506

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi model dan menganalisis peran kelembagaan bagi pengembangan sumber daya non material dalam mendukung pembangunan perdesaan. Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Informan ditentukan berdasarkan metode purposive sampling dan jumlahnya ditentukan dengan metode snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, observasi partisipatif, dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan melalui empat tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, interpretasi data, dan verifikasi data (penarikan kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembagaan perdesaan yang mengembangkan sumber daya non material di samping dapat mewujudkan partisipasi, efektifitas, efisiensi, dan keberlanjutan juga melahirkan berbagai aksi bersama (collective action) dari masyarakat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya (emergence property). Berbagai kesepakatan bersama yang dihasilkan tersebut dihajatkan untuk memenuhi kebutuhan bersama (publik) dan ini sejalan dengan tujuan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, kelembagaan bagi pengembangan sumber daya non material perlu terlebih dahulu diwujudkan sebelum program teknis diimplementasikan di desa. Kata Kunci: kelembagaan, pembelajaran rekognitif, sumber daya non material, dialog bersama dan aksi bersama.
EVALUASI RISIKO POHON DI RTH UDAYANA KOTA MATARAM DENGAN TREE RISK ASSESMENT Sitti Latifah; MRT Mudhofir; Budhy Setiawan; Andi Tri Lestari; M Husni Idris; Niechi Valentino; Eni Hidayati; Nuraeni Nuraeni; Tedi Zulia Putra
Journal Penelitian Kehutanan FALOAK Vol 4, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Kehutanan Faloak
Publisher : Balai Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpkf.2020.4.2.141-160

Abstract

Jalur hijau merupakan salah satu cara untuk memenuhi keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan yang ditunjang olehnya berbagai jenis tanaman penutup lahan hingga pohon sebagai yang memiliki peran penting baik secara ekologis, sosial budaya, estetika dan ekonomi. Mempertimbangkan pentingnya pohon di perkotaan, kesehatan pohon harus di perhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh pepohonan di sepanjang Jalur Udayana Kota Mataram. Kondisi kerusakan pohon dapat menjadi salah satu indikator dimana pohon-pohon dikatakan sehat atau sakit. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi jenis dan karakteristik pohon, mengevaluasi resiko pohon, dan merekomendasikan penurunan resiko pohon di RTH Jalur Udayana Kota Mataram. Penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling dan Tree Risk Assesment berdasarkan standar ISA. Hasil identifikasi terhadap jenis pohon di RTH Udayana didominasi oleh jenis Trembesi (Samanea saman). Penilaian terhadap resiko pohon, didapatkan sebagian besar (71%) masih terkategorikan berisiko rendah dengan tingkat kerusakan pada tajuk umumnya berkisar antara 10% sampai dengan 25%. Sehingga, rekomendasi yang dapat diberikan untuk penurunan resiko pohon di RTH Jalur Udayana Kota Mataram adalah dengan pemangkasan (pruning), yaitu satu bentuk penanggulangan risiko yang paling direkomendasikan untuk meminimalisasi jumlah cabang yang mati pada tajuk pohon.
ANALISIS KEBIJAKAN KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) DI SENARU KABUPATEN LOMBOK UTARA Markum; Sitti Latifah; Budhy Setiawan
JURNAL SANGKAREANG MATARAM Vol. 3 No. 4 (2017): Desember 2017
Publisher : SANGKAREANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Senaru adalah ijin peruntukan kawasan hutan pendidikan yang dimandatkan kepada Universitas Mataram. Saat ini di KHDTK seluas 225,7 ha. Kawasan ini sudah dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.392/Menhut-II/2004, tanggal 18 Oktober 2004. Namun dalam implementasinya, ditemui beberapa persoalan krusial, antara lain: terdapatnya bangunan tanpa ijin, perambahan, penebangan kayu illegal, bahkan klaim lahan oleh HTI. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi bentuk-bentuk pelanggaran di dalam kawasan KHDTK Senaru, 2) Mendeskripsikan peran dan tugas penanganan pelanggaran oleh para para pihak pemangku kehutanan, 3) Merumuskan langkah-langkah tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Metode yang digunakan adalah kaji dokumen dan survei. Teknik pengumpulan data menggunakan Rountable discussion, dan Focus Group Discussion kepada pengurus dan anggota kelompok tani yang ada di Senaru, sebanyak 30 orang. Analisis data dilakukan dengan uraian deskriptif, mengacu pada pertanyaan kunci yang telah disusun. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) bentuk-bentuk pelanggaran yang terjadi adalah terjadinya pemindah tangan hak kelola masyarakat, dan ada indikasi overlapping ijin kawasan dengan HTI, (2) peran dan tugas para pihak perlu dideskripsikan kedalam surat perjanjian antara pengelola KHDTK Senaru dengan masyarakat sehingga ada kejelasan dalam pengelolaan, dan (3) instrumen pendukung yang dibutuhkan untuk tata kelola KHDTK Senaru adalah tersedianya kelembagaan pelaksana, instrumen perencanaan jangka panjang dan jangka pendek, skema kerjasama dengan masyarakat, dan dukungan SOP dan sarana prasarana pengawasan dan pengamanan hutan.
Managing Forest Conflicts: Perspectives of Indonesia’s Forest Management Unit Directors Larry A. Fisher; Yeon-Su Kim; Sitti Latifah; Madani Mukarom
Forest and Society Vol. 1 No. 1 (2017): APRIL
Publisher : Forestry Faculty, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24259/fs.v1i1.772

Abstract

Recent expansion of the forestry and plantation sectors in Indonesia has intensified agrarian and natural resource conflicts, and created increased awareness of the social, economic and environmental impacts of these disputes. Addressing these disputes is a critical issue in advancing Indonesia’s commitment to sustainable forest management.  The Forest Management Units (Kesatuan Pengelolaan Hutan, or KPH), have become the pivotal structural element for managing all state forests at the local level, with responsibility for conventional forest management and policy implementation (establishing management boundaries, conducting forest inventory, and developing forest management plans), as well as the legal mandate to communicate and work with indigenous people and local communities.  This paper presents the results of a national survey of all currently functioning KPH units, the first of its kind ever conducted with KPH leadership, to obtain a system-wide perspective of the KPHs’ role, mandate, and capacity for serving as effective intermediaries in managing forest conflicts in Indonesia. The survey results show that the KPHs are still in a very initial stage of development, and are struggling with a complex and rapidly evolving policy and institutional framework. The most common conflicts noted by respondents included forest encroachment, tenure disputes, boundary conflicts, and illegal logging and land clearing.  KPH leadership views conflict resolution as among their primary duties and functions, and underscored the importance of more proactive and collaborative approaches for addressing conflict, many seeing themselves as capable facilitators and mediators. Overall, these results juxtapose a generally constructive view by KPH leadership over their role and responsibility in addressing forest management conflicts, with an extremely challenging social, institutional, and political setting. The KPHs can certainly play an important role as local intermediaries, and in some cases, as facilitative mediators in resolving local conflicts, but only with a more concerted effort from central and provincial government authorities to provide greater consistency in policies and regulations, improved policy communication, and a sustained commitment to strengthening the capacity of individual KPHs. 
1. Predicting the value of standing trees through quality inventory: a case study of Meranti trees (Shorea sp.) in Province of Jambi, Indonesia Sitti Latifah
JURNAL AGRIMANSION Vol 8 No 3 (2007): JURNAL AGROMINSION DESEMBER 2007
Publisher : Department of Agricultural Social Economics Faculty of Agriculture University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/agrimansion.v8i3.171

Abstract

Abstract The value of trees depends not only on dimension and price but also on its quality. Until now, the estimation of tree value is still done when the tree has already felled. This condition caused only certain quality of wood will be extracted. This study tried to correlate the dimension of standing tree, which is easy to measure, and its economic value. Quality inventory method was implemented on standing trees. The result shows that basically the value of standing tree can be estimated through its dimension which has already included the quality on it. Abstrak Nilai ekonomis suatu pohon tidak hanya ditentukan oleh dimensi dan harganya tetapi sangat ditentukan pula oleh kualitasnya. Selama ini, penentuan nilai pohon hanya dilakukan ketika pohon telah rebah. Hal tersebut yang menyebabkan kayu dengan kualitas tertentu saja yang diekstrak ke luar hutan. Penelitian ini mencoba menghubungkan antara dimensi pohon berdiri yang mudah untuk diukur dengan nilai ekonomisnya. Metode invetarisasi kualitas pada pohon berdiri dicobakan pada penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa ternyata nilai satu pohon berdiri dapat diduga melalui dimensinya yang telah memasukkan unsur kualitas didalamnya.
Analisis Perubahan Tutupan Lahan di Kawasan Hutan Lindung Sekaroh M. Faeshal Abdul Aziz; Sitti Latifah; Eni Hidayati
Journal of Forest Science Avicennia Vol. 5 No. 2 (2022): AGUSTUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/avicennia.v5i1.21500

Abstract

Perubahan tutupan lahan di kawasan hutan menyebabkan perubahan struktur baik vertikal maupun horizontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan tutupan lahan di Kawasan RTK 15 Sekaroh pada rentang waktu tahun 1990, 2000, 2013, dan 2020. Metode yang digunakan yaitu maximum likelihood classification, dimana metode tersebut mengklasifikasikan citra berdasarkan kemiripan spektrum citra dengan kondisi di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perubahan tutupan lahan di Kawasan RTK 15 Sekaroh dari rentang waktu tahun 1990 ke tahun 2020 yaitu pada kelas tutupan hutan lahan kering primer menurun sebanyak 21,14%, kelas tutupan hutan lahan kering sekunder menurun sebanyak 16,97%, kelas tutupan semak belukar menurun sebanyak 19,53%, kelas tutupan hutan mangrove primer menurun sebanyak 2,34%, kelas tutupan hutan mangrove sekunder meningkat sebanyak 1,25%, kelas tutupan pertanian lahan kering meningkat sebanyak 30,78%, kelas tutupan pertanian lahan kering campur meningkat sebanyak 25,75%, kelas tutupan pemukiman/lahan terbangun meningkat sebanyak 4,62%, dan kelas tutupan lahan terbuka menurun sebanyak 9,08%.