cover
Contact Name
Ira Candra Kirana
Contact Email
ira.candrakirana@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
epidemiologi.departemen@gmail.com
Editorial Address
"Gedung A Lantai 1, Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424"
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : -     EISSN : 2548513X     DOI : 10.7454
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia is an online journal published by Department of Epidemiology, Faculty of Public Health Universitas Indonesia. This journal publishes Epidemiology and Public Health scientific article as respons to development of Public Health and Epidemiology. This journal will be published every 6 months.
Arjuna Subject : -
Articles 79 Documents
Karakteristik Ibu melahirkan Sectio Caesaria Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Profit X di sekitar Jakarta Trisna Budy Widjayanti
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v4i1.3699

Abstract

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memudahkan akses ibu melahirkan Sectio Caesaria (SC) di RS. Dalam tahun 2014-2017 persalinan SC menempati urutan 10 jumlah kasus dan klaim tertinggi.  WHO menetapkan angka optimum SC sebesar 15% sebagai salah satu standar kualitas pelayanan persalinan ibu. Tujuan penelitian ini untukmengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi dan klinis dari ibu yang melahirkan SC yang berhubungan dengan penggunaan JKN  di Rumah Sakit Profit (RSP) X di sekitar Jakarta. Penelitian menggunakan desain Cross Sectional dengan total sampel sebanyak 385 ibu melahirkan SC yang diambil dari rekam medis pada periode januari 1- 31 Desember 2018. Karakteristik sosial ekonomi dan klinis Ibu melahirkan SC sebagai variabel independen dan penggunaan JKNsebagai variabel dependen Dilakukan analisisdeskriptif untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti dan analisis regressi logistik digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan dependen..Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ibu melahirkan SC di RSP sebesar 71.29% dari total persalinan dan79%nyaadalah peserta JKN.Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat hubunganyang signifikan antara kasus rujukan (p=0.002; OR=2.320); usia ibu (p=0.010; OR=2,574), dan penyakit penyerta (p=0.001; OR=2.761) denganpenggunaan JKN pada ibu-ibu yang melahirkan dengan SC.
Faktor – faktor yang mempengaruhi Kejadian Leptospirosis di 2 kabupaten Lokasi Surveilans Sentinel Leptospirosis Provinsi Banten tahun 2017 – 2019 Novie Ariani; Tri Yunis Miko Wahyono
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v4i2.4063

Abstract

Leptospirosis termasuk dalam zoonosis, penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Leptopira, tersebar di seluruh dunia, tetapi paling umum pada daerah tropik dan sub tropik yang memiliki curah hujan tinggi Terjadinya kasus leptopsirosis terkait erat dengan rantai penularan, dan rantai penularan leptospirosis terkait dengan banyak faktor. Faktor risiko leptospirosis dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok utama: faktor hewan, faktor lingkungan, dan faktor manusia. Banten yang merupakan daerah endemis Leptospirosis, terpilih untuk menjadi lokasi surveilans Sentinel Leptospirosis, tepatnya berlokasi di Kab, Tangerang dan Kab. Serang. Penelitian tentang leptospirosis masih sangat jarang dilakukan di provinsi Banten, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian leptospirosis di 2 kabupaten lokasi surveilans sentinel leptopspirosis provinsi Banten selama tahun 2017 – 2019. Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan populasi sampel adalah suspek Leptospirosis di lokasi Sentinel. Dari hasil penelitian di dapat hasil faktor faktor yang mempengaruhi kejadian leptospirosis di 2 kabupaten lokasi surveilas sentinel Leptospirosis di Provinsi Banten tahun 2017 – 2019 adalah jenis kelamin POR 2,2 95%CI : 1,099 - 4,327 , umur POR 0,13 95%CI: 0,134 - 0,523, penyimpanan makanan tertutup POR 0,44 95%CI: 1,012 - 5,109, keberadaan tikus POR 4,08 95%CI : 1,738 - 9,566, keberadaan hewan peliharaan POR 2,24 95%CI: 1,104 - 4,544 dan kontak dengan air tergenang POR 2,88 95%CI : 1,418 - 5,827.
Hubungan Preeklamsia dengan Kejadian BBLR di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2018 Astrisa Faadhilah; Helda Helda
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v4i1.3199

Abstract

Berat badan lahir rendah didefinisikan oleh World Health Organization. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) meningkatkan angka kesakitan dan kematian dua kali lipat dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan 2500 gram atau lebih. Berat lahir rendah menjadi masalah kesehatan masyarakat berkelanjutan secara signifikan dan global dikaitkan dengan serangkaian konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Faktor resiko utama yang berhubungan dengan tingginya kejadian BBLR adalah faktor demografi, penyakit kronis sebelum hamil, status gizi ibu hamil, komplikasi dalam kehamilan, dan status pemeriksaan kehamilan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini menggunakan analisis cox regression dengan hasil ukur prevalence ratio (PR). Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara preeklamsia dengan kejadian BBLR dengan P-value = 0,001 dengan nilai PR adjusted 1,483 (CI 95% 1,192-1,846) setelah dikontrol oleh variabel Confounding. Variabel confounding adalah usia hamil, oligohidramnion, dan IUFD dengan nilai ΔPR >10%. Angka kejadian BBLR berhubungan dengan penanganan kasus preeklamsia dan eklamsia yang gawat memerlukan tindakan aktif, yaitu terminasi kehamilan segera tanpa memandang usia kehamilan dan perkiraan berat badan janin sehingga dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Oleh sebab itu, sangat diperlukan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap ibu-ibu yang mengalami komplikasi dalam kehamilannya terutama yang memiliki tekanan darah yang tinggi dalam kehamilannya agar dapat ditangani secara dini dan dilakukan perawatan konservatif sehingga kejadian BBLR dapat dicegah.
Hubungan Diabetes Mellitus Terhadap Kejadian Disabilitas Untuk Activities ff Daily Living (ADL) di Indonesia Halimah Siregar; Krisnawati Bantas
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v4i2.4081

Abstract

Diabetes Mellitus salah satu PTM tertinggi didunia, prevalensi global diabetes  di antara orang dewasa di atas 18 tahun telah meningkat dari 4,7% pada 1980 menjadi 8,5% pada 2014. Penelitian yang dilakukan  Edward ditemukan bahwa> 50% orang tua dengan diabetes melaporkan kesulitan melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Hal ini sejalan dengan penelitian Rindra bahwa individu yang menderita diabetes akan berisiko 3kali (95% CI; 2.860-3.288) dibandingkan individu yang tidak menderita diabetes untuk mengalami disabilitas. Tujuan penelitian ini melihat hubungan diabetes mellitus dengan kejadian disabilitas untuk aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL). Penelitian ini desain cross sectional data IFLS 2015, di analisis sampai multivariat menggunakan Regressi Logistik. Adapun variabel penelitian ini ialah (Diabetes Mellitus, disabilitas, usia, jenis kelamin, pendidikan, obesitas dan hipertensi). Jumlah studi partisipan semua yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 3408 partisipan. Variabel pada penelitian ini adalah Disabilitas, Diabetes Mellitus, Obesitas, Hipertensi, Jenis Kelamin, Usia dan Pendidikan. Definisi operasional pada variabel dependen ialah disabilitas jika salah satu dari 6 item ADL membutuhkan bantuan dan atau tidak mampu melakukannya. Diabetes Mellitus pada penelitian ini individu yang pernah di diagnose tenaga kesehatan dan sedang minum obat DM. Tidak ada hubungan antara diabetes mellitus dengan kejadian disabilitas dengan secara statistika dengan nilai POR 1.225 (95%CI ; 0.379-3.958). Pada variabel kovariat hanya usia dengan rentang  (75-90th) yang berhubungan secara statistika terhadap kejadian disabilitas untuk aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL)  dengan nilai POR 2.172 (95% CI;1.117-4.222). Tidak ditemukan hubungan diabetes mellitus dengan kejadian aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) dengan nilai POR 1.225 (95%CI ; 0.379-3.958) dibandingkan dengan individu yang tidak menderita diabetes mellitus.
Studi Tinjauan Pustaka: Risiko Kejadian Kanker Paru pada Penderita Tuberkulosis Paru. Fariha Ramadhaniah; Syahrizal Syarif
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v4i1.3410

Abstract

Indonesia merupakan satu dari lima negara di dunia dengan insiden kasus TB yang tinggi, sementara itu kanker paru di Indonesia merupakan kasus keganasan utama yang paling sering terjadi. Untuk melihat gambaran risiko kejadian kanker paru diantara penderita TB paru, dilakukan studi tinjauan pustaka pada sepuluh jurnal yang dipublikasikan melalui Pubmed pada tahun 2009-2019. Kriteria inklusi dalam pemilihan jurnal yaitu TB paru sebagai faktor risiko dan kanker paru primer sebagai outcome, sedangkan kriteria ekslusi adalah jurnal yang merupakan tinjauan pustaka sistematis, skrining, diagnosis, dan evaluasi hasil pengobatan yang berkaitan dengan infeksi TB dan kanker paru. Analisis deskriptif menunjukan subjek sebagian besar merupakan laki-laki dan berusia antara 40-60 tahun. Pada kelompok TB paru didominasi perokok, peminum alkohol, memiliki penyakit paru lainnya dan komorbiditas. Penderita TB paru secara konsisten mempunyai risiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker paru dibandingkan penderita non TB paru. Dari delapan penelitian kohor, menunjukkan hubungan secara statistik bermakna dengan nilai RR 1,37 – 6,1. Dari dua penelitian kasus kontrol, hanya satu yang menunjukkan hubungan secara statitstik bermakna dengan kisaran nilai OR 1,52 - 3,21 spesifik pada jenis kanker paru tertentu. Terdapat tiga studi menampilkan resiko yang lebih besar pada interval lima tahun pertama sejak terdiagnosanya TB paru hingga berkembang menjadi kanker paru. Studi tinjauan pustaka ini menyimpulkan bahwa penyakit infeksi TB paru berpotensi untuk dapat menimbulkan kanker paru, hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya intervensi preventif kanker paru.
Determinan Konsistensi Penggunaan Kondom pada Laki-Laki Seks dengan Laki-Laki (LSL) Non-Pekerja Seks: Studi Potong Lintang Arum Zulaikhah; Sudarto Ronoatmodjo
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i1.3430

Abstract

Kasus baru HIV di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Sedangkan, tren kasus baru di dunia sudah mengalami penurunan. Laki-laki Seks dengan laki-laki (LSL) merupakan kelompok risiko tinggi HIV. Upaya pencegahan penularan HIV erat kaitannya dengan perilaku seks. Studi ini menggunakan 1.161 sampel Survei Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) 2015 pada kelompok LSL yang termasuk bukan pekerja seks. Studi cross sectional ini bertujuan untuk menganalisis determinan perilaku seks konsistensi penggunaan kondom dengan analisis hingga bivariat dengan menggunakan chi-square dan prevalence ratio. Data didapatkan dengan metode respondent driven sampling (RDS) yang kemudian mengeksklusi LSL pekerja seks. Hasil menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten yaitu pengetahuan status HIV dengan prevalence ratio (PR) 1,14 (95% CI 1,02-1,28), pelayanan pencegahan dan penularan HIV dengan PR 1,18 (95% CI 1,06-1,33), serta akses terhadap internet tentang pencegahan dan penularan HIV dengan PR 1,16 (95 % CI 1,02-1,31). Sehingga, LSL yang tidak mengetahui status HIV diri sendiri, tidak mendapatkan pelayanan pencegahan dan penularan HIV, dan tidak mengakses internet mengenai pencegahan dan penularan HIV berisiko lebih tinggi untuk berperilaku tidak konsisten dalam menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks. Maka dari itu, perlu program-program yang berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan LSL tentang status HIV dirinya sendiri, dan informasi mengenai pencegahan penularan HIV baik melalui program pelayanan maupun internet untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom pada LSL non-pekerja seks. 
Studi Endemisitas dan Epidemiologi Deskriptif Malaria di Kabupaten Purbalingga Tahun 2010-2019 Ghea Efrananditha Sukendar; Dwi Sarwani Sri Rejeki; Dian Anandari
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i1.4625

Abstract

Salah satu permasalahan kesehatan di Jawa Tengah adalah kejadian malaria. Kondisi lingkungan dan perilaku mempunyai peran dalam penyebaran malaria.  Gambaran endemisitas dan upaya pengendalian yang diperlukan sebagai dasar perencanaan tindakan pengendalian malaria. Belum ada data yang menyajikan endemisitas malaria dari tahun 2010-2019 di Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan endemisitas dan menggambarkan kejadian malaria berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu dan upaya pengendalian yang sudah dilakukan periode tahun 2010-2019 di Kabupaten Purbalingga. Jenis penelitian yaitu deskriptif kuantitatif dengan populasi yaitu seluruh kasus malaria yang tercatat di dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga periode Januari 2010 sampai Desember 2019. Sampel merupakan total populasi. Variabel yang dikumpulkan meliputi API tahunan per kecamatan, jenis kelamin, umur, jenis plasmodium, jenis kasus, wanita hamil, jenis obat, waktu kejadian malaria, tempat dan upaya pengendalian malaria. Sumber data sekunder diperoleh dari laporan bulanan malaria di Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga dan data primer hasil wawancara dengan staf malaria di Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Analisis data secara deskriptif dan spasial untuk menggambarkan endemisitas malaria. Hasil penelitian menunjukan jumlah kasus malaria selama periode 2010-2019 di Kabupaten Purbalingga berjumlah 2.023 kasus. Trend endemisitas API dari dari tahun 2010 sampai 2019 semakin baik, dengan jumlah kecamatan kategori LCI semakin sedikit dan semakin banyak kecamatan dalam kategori bebas malaria. Penyebaran terbanyak di Kecamatan Rembang, Pengadegan, Kaligondang dan Karangmoncol. Karakteristik penderita malaria sebagian besar berusia 15-54 tahun, berjenis kelamin laki-laki, jenis infeksi terbanyak  plasmodium falciparum dan  sebagian besar merupakan kasus indigenous.  Upaya pencegahan dan penanggulangan malaria di Kabupaten Purbalingga dilakukan secara terus menerus, dengan berbagai jenis upaya program pengendalian.
Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II Kecamatan Medan Selayang, Medan Hazella Rissa Valda Asari; Helda Helda
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i1.4043

Abstract

Populasi individu di seluruh dunia berusia 65 tahun dan lebih tua terus meningkat. Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 26,5%.Situasi hipertensi terus meningkat seiring dengan epidemiologinya yang meluas, yang berkontribusi terhadap meningkatnya beban global penyakit secara keseluruhan. Salah satu faktor hipertensi ialah obesitas. Studi Framingham menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita mengalami peningkatan tekanan darah dengan peningkatan kelebihan berat badan. Mengetahui hubungan obesitas dengan hipertensi pada lansia. Desain potong lintang digunakan untuk penelitian yang dilaksanakan pada 9 posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II pada bulan Agustus 2017. Populasi penelitian  adalah lansia yang mengunjungi ke sembilan posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas PB Selayang II berjumlah 112 lansia. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling. Variabel terikat yaitu kejadian hipertensi pada lansia, variabel bebas utama adalah obesitas dan variabel kovariatnya adalah usia, riwayat hipertensi keluarga, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok. Metode pengumpulan data adalah dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat 95%CI dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. 45,5% lansia yang berkunjung ke sembilan posyandu lansia mengalami hipertensi, sedangkan lansia yang obesitas sebanyak 38,4%. Obesitas berhubungan dengan hipertensi  pada lansia  dimana lansia yang obesitas berisiko 6,0 kali mengalami hipertensi dibandingkan dengan lansia yang tidak obesitas setelah dikontrol dengan usia dan riwayat keluarga dengan hipertensi (POR 6,00 (95%CI 2,42-14,83)). Lansia harus mempertahankan berat badan yang ideal agar tidak meningkatkan risiko untuk mengalami hipertensi
Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Alat/Cara KB dengan Pemakaian Kontrasepsi Modern pada Wanita Kawin Usia Remaja di Pulau Jawa, Indonesia (Analisis Data SDKI 2017) Priskatindea Priskatindea; Sudarto Ronoatmodjo
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i1.4455

Abstract

Prevalensi pemakaian metode KB modern pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa tahun 2017 tergolong masih rendah, yakni 27,8%. Terbatasnya tingkat pengetahuan remaja mengenai pilihan kontrasepsi adalah salah satu hambatan pemakaian kontrasepsi pada remaja. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang alat/cara KB dengan pemakaian kontrasepsi modern pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan menganalisis hasil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017. Sampel adalah 309 orang wanita berusia 15-19 tahun yang berdomisili di Pulau Jawa dengan status kawin. Pada hasil ditemukan sebanyak 62,4% responden memakai alat kontrasepsi modern. Berdasarkan Renstra BKKBN 2020-2024 angka ini masih dibawah target capaian modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) yakni 63,41%. Selain itu diketahui hanya 56,4% wanita kawin usia remaja yang  memiliki tingkat pengetahuan alat/cara KB yang baik (mengetahui setidaknya 7 alat/cara KB). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang alat/cara KB tidak mempengaruhi pemakaian kontrasepsi pada wanita kawin usia remaja di Pulau Jawa setelah dikontrol variabel paritas, pendidikan suami, pengambil keputusan KB, dan kepemilikan jaminan kesehatan. (PR = 0,75; CI 95% 0,42-1,36). Kuesioner SDKI kurang dapat menggambarkan tingkat pengetahuan mengenai alat/cara KB karena kurang tereskplorenya pertanyaan yang digunakan sehingga hasil ini kemungkinan masih dipengaruhi adanya bias informasi. Studi ini merekomendasikan untuk dilakukan perbaikan pada pengukuran variabel pengetahuan pada survei selanjutnya dengan menggunakan definisi yang lebih spesifik sehingga dapat menggambarkan tingkat pendidikan responden dengan lebih akurat.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai Determinan Terjadinya ISPA pada Balita Analisis SDKI Tahun 2017 Desinta Ayu Lestari; Asri C. Adisasmita
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i1.4083

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu penyakit infeksi yang secara umum ada pada anak usia balita. ISPA diartikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang menularkan diantara manusia. ISPA merupakan faktor morbidtas dan mortalitas utama pada Balita. Faktor risiko terjadinya ISPA pada balita salah satunya yaitu BBLR. Jenis penelitan dalam penelitian ini adalah korelasional. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan cross sectional dengan analisis cox regression dan hasil ukur Risk ratio (RR). Populasi pada penelitian ini sebanyak 17.848 responden dan sampel yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 13.113 responden. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juli 2020. Variabel pada penelitian ini meliputi umur balita, jenis kelamin, pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, status merokok ibu dan ayah, status imunisasi, pemberian ASI, pemberian vitamin A, tempat tinggal, tingkat kesejahteraan keluarga dan jumlah balita dalam keluarga. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan signifikan BBLR tehadap kejadian ISPA pada balita usia 0 - 59 bulan dengan pvalue 0,046 dan nilai RR adjusted 1,14 kali (95% CI 1,00 - 1,31) setelah dikontrol oleh variable jenis kelamin, usia bayi, tingkat kesejahteraan keluarga, pekerjaan ibu dan imunisasi. Penelitian ini ditemukan adanya hubungan signifikan BBLR terhadap ISPA setelah dikontrol oleh variabel confounding jenis kelamin, tingkat kesejahteraan keluarga, pekerjaan ibu dan imunisasi. Oleh karena itu, pentingnya informasi dari tenaga kesehatan bahwa nutrisi ibu saat hamil penting untuk mencegah bayi terlahir BBLR disertai pemberian imunisasi lengkap pada balita untuk mencegah balita mengalami ISPA.