cover
Contact Name
Ira Candra Kirana
Contact Email
ira.candrakirana@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
epidemiologi.departemen@gmail.com
Editorial Address
"Gedung A Lantai 1, Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Kampus Baru UI Depok 16424"
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : -     EISSN : 2548513X     DOI : 10.7454
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia is an online journal published by Department of Epidemiology, Faculty of Public Health Universitas Indonesia. This journal publishes Epidemiology and Public Health scientific article as respons to development of Public Health and Epidemiology. This journal will be published every 6 months.
Arjuna Subject : -
Articles 79 Documents
Hubungan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Derajat 1 di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung Tahun 2016 Teguh Dhika Rohkuswara; Syahrizal Syarif
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.479 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1805

Abstract

Hipertensi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia, cukup tinggi yaitu sebesar 25,8% (Riskesdas, 2013). Sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam kelompok hipertensi derajat 1 dan separuhnya tidak menyadari sebagai penderita. Hipertensi bukan penyakit kausal tunggal, ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap munculnya hipertensi, salah satunya yang sering ditemukan adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung. Desain penelitian adalah cross sectional , menggunakan data sekunder kegiatan Posbindu PTM KKP Bandung tahun 2016. Subjek penelitian adalah pegawai instansi Pemerintah dan BUMN di lingkungan Bandara Husein Sastranegara Bandung dan Pelabuhan Cirebon yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Posbindu PTM KKP Bandung pada tahun 2016 yaitu sebanyak 206 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi hipertensi derajat 1 di Posbindu PTM KKP Bandung tahun 2016 yaitu sebesar 41,7% dan obesitas sebesar 54,9%. Berdasarkan analisis cox regresi, responden yang obesitas (IMT ≥25) memiliki risiko sebesar 1,681 kali untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan yang tidak obesitas setelah dikontrol variabel umur, riwayat hipertensi keluarga dan aktivitas fisik. Pengoptimalan Posbindu PTM, meningkatkan peran serta masyarakat dan mengaplikasikan perilaku GERMAS diharapkan dapat mengendalikan obesitas dan hipertensi. Kata kunci: Hipertensi derajat 1, Obesitas, Posbindu PTM
Indeks Massa Tubuh dan Waktu Terjadinya Konversi Sputum pada Pasien Tuberkulosis Paru BTA Positif di RSUP Persahabatan Tahun 2012 Tika Dwi Tama; Asri C Adisasmita; Erlina Burhan
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.809 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i1.1309

Abstract

Lebih dari 50% pasien tuberkulosis memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang rendah. Rendahnya IMT dapat memperburuk respon pengobatan dan memperbesar risiko gagal pengobatan. Studi kohort retrospektif ini dilakukan untuk mengetahui hubungan IMT dengan konversi sputum pada pasien tuberkulosis paru BTA positif. Studi dilakukan pada Desember 2013-Januari 2014 di poli paru RSUP Persahabatan dengan jumlah sampel sebanyak 120 pasien (60 pasien dengan IMT < 18,5 kg/m2 dan 60 pasien dengan IMT >18,5 kg/m2). Sampel diambil secara konsekutif. Probabilitas kumulatif gagal konversi pada pasien tuberkulosis paru BTA positif adalah 17% dan 9,2% pasien mengalami gagal konversi. Pasien tuberkulosis paru BTA positif dengan IMT < 18,5 kg/m2 (24,4%) memiliki probabilitas kumulatif gagal konversi yang lebih besar dibanding pasien dengan IMT > 18,5 kg/m2 (9,3%). Pada pasien dengan IMT < 18,5 kg/m2, hazard rate konversi sputum semakin rendah jika peningkatan berat badan yang dialami pasien di akhir tahap intensif < 1 kg dibandingkan dengan pasien yang mengalami peningkatan berat badan > 1 kg. Analisis Regresi Cox menunjukkan bahwa IMT < 18,5 kg/m2 menurunkan peluang terjadinya konversi sebesar 37,8% (HR 0,622; 95% CI 0,389-0,995) setelah dikontrol kategori pengobatan, peningkatan berat badan di akhir tahap intensif, dan hasil sputum di awal pengobatan. Status gizi pasien selama pengobatan perlu ditingkatkan untuk menunjang keberhasilan pengobatan.Kata kunci: Indeks masa tubuh, konversi sputum, RSUP Persahabatan, tuberkulosis paru
Penggunaan Obat Nyamuk dan Pencegahan Demam Berdarah di DKI Jakarta dan Depok Tri Yunis Miko Wahyono; Oktarinda MW
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.573 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i1.1315

Abstract

Dari hasil salah satu studi diketahui bahwa penggunaan obat nyamuk memiliki efek lebih besar dalam menanggulangi penyakit Demam Berdarah dibandingkan penggunaan larvasida dan fogging. Tujuan studi ini untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan obat nyamuk di masyarakat. Studi ini merupakan studi deskriptif yang pengumpulan datanya dilaksanakan pada Februari-Maret 2013 di DKI Jakata dan kota Depok. Dari hasil studi ini didapatkan bahwa: Dari 83 responden yang mengisi kuesioner (terdiri dari 65% perempuan, 45% berpendidikan SLTA dan 11% salaah satu anggota keluarganya pernah menderta demam berdarah), didapatkan bahwa Jenis obat nyamuk yang sering digunakan adalah obat nyamuk lotion (32,5%), disusul dengan spray (26,5%), semprot/cair (18,1%), elektrik (15,7%) dan bakar (1,2%). Obat nyamuk yang dianggap paling efektif; lotion (29%), spray (19%), elektrik (16%) dan semprot/cair (13%). Obat nyamuk yang dianggap paling aman; lotion (31%), elektrik (30%), spray (15%) dan semprot/cair (12%). Alasan penggunaan obat nyamuk oleh masyarakat yaitu; murah, mudah di dapat dan memiliki aroma khusus. Studi menyarankan agar masyarakat menggunakan obat nyamuk dengan baik, benar dan aman.Kata kunci: obat nyamuk, studi deskriptif, obat nyamuk efektif dan aman
Prediktor Kejadian TB pada ODHA di Salah Satu RS Pemerintah Bogor, Tahun 2014-2016 Ulya Qoulan Karima; Mondastri Korib Sudaryo; Nuning Maria Kiptiyah
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.282 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1585

Abstract

TB merupakan tantangan bagi pengendalian Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA). TB dapat meningkatkan progresivitas HIV dan meningkatkan risiko kematian bagi penderita HIV. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prediktor yang berhubungan dengan kejadian TB pada ODHA di salah satu RS tahun 2014-2016. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data register ART dan Rekam Medis. Sampel berjumlah 817 pasien HIV. Analisis data dilakukan dengan menggunakan multiple cox regression. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya peningkatan risiko TB pada kelompok dengan anemia (PR=1,54, 95% CI: 1,17-2,03) dibandingkan kelompok tanpa anemia, adanya status IO (PR=5,9, 95% CI: 2,92-11,91) dibandingkan kelompok tanpa IO, stadium HIV 3-4 (PR=8,794, 95% CI: 4,54-17,00) dibandingkan stadium HIV 1-2. Selain itu ditemukan adanya interaksi antara variabel stadium HIV dan status IO. Perlu adanya perhatian khusus kepada ODHA dengan anemia, infeksi oportunis, dan stadium HIV lanjut (3-4) serta perlu perhatian khusus kepada ODHA dengan stadium HIV awal (1-2) tetapi disertai dengan infeksi oportunis
Hubungan Prematuritas dengan Kematian Neonatal Tahun 2010 Tyagita Widya Sari; Syarizal Syarif
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.148 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i1.1311

Abstract

Prematuritas merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas bayi termasuk kematian neonatal. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar Odds Ratio hubungan prematuritas dengan kematian neonatal di Indonesia setelah seluruh variabel confounding (umur ibu, urutan kelahiran, jarak kelahiran, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi ibu, frekuensi ANC, komponen ANC 5T plus, penolong persalinan, tempat persalinan, jenis persalinan, dan wilayah tempat tinggal ibu) dikendalikan dan mengetahui besar Population Attributtable Risk prematuritas terhadap kematian neonatal di Indonesia tahun 2010. Desain studi penelitian ini adalah kasus kontrol dengan analisis multivariat regresi logistik ganda menggunakan data sekunder Riskesdas 2010. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 120 kasus dan 480 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar hubungan prematuritas dengan kematian neonatal setelah dikendalikan variabel confounding (komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, frekuensi ANC) yaitu Odds Ratio sebesar 9,31 (95% CI : 4,63-18,70) dan Population Attributable Risk sebesar 19,96%. Untuk menurunkan kematian neonatal, diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat berperan aktif dalam penurunan dan penanggulangan prematuritas dengan peningkatan pelayanan antenatal.Kata kunci : prematuritas, kematian neonatal, Riskesdas 2010
Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di Indonesia (Analisis Data SDKI Tahun 2012) Berliana Situmeang; Syahrizal Syarif; Renti Mahkota
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.274 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1803

Abstract

Stigma terhadap ODHA menjadi salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan, perawatan, pengobatan, dan dukungan HIV/AIDS. Pengetahuan tentang HIV/AIDS mempengaruhi terjadinya stigma terhadap ODHA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma terhadap ODHA di kalangan remaja usia 15-19 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 dengan disain cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 8.316 orang. Hasil studi menunjukkan 71,63% remaja mempunyai stigma terhadap ODHA, 49,10% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang HIV. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS berhubungan dengan stigma terhadap ODHA (PR= 1,210 95% CI: 1,149-1,273) setelah dikontrol oleh keterpaparan media massa. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja guna mengurangi stigma terhadap ODHA.
Pengaruh Jarak Kelahiran terhadap Kematian Bayi di Indonesia, Filipina, dan Kamboja (Analisis Data Survei Demografi Kesehatan) Adelina Fitri; Asri Adisasmita; Renti Mahkota
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.796 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1806

Abstract

Kematian bayi didef inisikan sebagai kematian yang terjadi pada tahun pertama kehidupan. Angka kematian bayi di Indonesia dan Kamboja sendiri masih berada diatas AKB Asia Tenggara, sedangkan Filipina sudah sama dengan AKB Asia Tenggara. Jarak kelahiran merupakan salah satu factor yang memegang peran penting pada kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi di Indonesia, Filipina dan Kamboja. Penelitian menggunakan data dari Demographic Health Survey (DHS). Desain penelitian adalah cross sectional dan sampel pada masing-masing negara berjumlah 10.162, 4.741 dan 4.330 bayi. Hasil penelitian memperlihatkan, jarak kelahiran < 18 bulan memiliki risiko paling besar terhadap kematian bayi di Indonesia (OR = 2,43: 95% CI 1,26 - 4,70), Kamboja (OR = 4,39: 95% CI 1,76 - 10,94) dibandingkan jarak kelahiran 18 - 23 bulan, 24 - 35 bulan dan > 36 bulan. Sedangkan di Filipina jarak kelahiran 18 - 23 bulan merupakan risiko paling besar pada kematian bayi dibandingkan jarak kelahiran < 18 bulan dan >2 4 bulan (OR = 2,59: 95% CI 1,13 - 5,95). Jarak kelahiran yang ideal untuk mengurangi risiko kematian bayi adalah > 24 bulan.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Perawatan Eks-Penderita Kusta di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Eks-Penderita Kusta Nganget, Tuban, Jawa Timur Erni Astutik; Nuning Maria Kiptiyah
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.592 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i1.1312

Abstract

Kusta adalah penyakit kronis, disebabkan oleh Mycobacterium leprae dan menyebabkan cacat jika tidak dilakukan perawatan diri. Kabupaten Tubanmerupakan daerah di Jawa Timur dengan kasus kusta dan cacat tingkat2 yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambarandan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawatan diri ekspenderita kusta yang tinggal di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Eks-Penderita Kusta Nganget, Tuban. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional . Populasinya adalah seluruh eks-penderita kusta di Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Eks-Penderita Kusta Nganget dan semuanya diikutkan dalam penelitian sebagai sampel. Pengambilan data dilakukan pada 14-17 Desember, 2011. Hasil menunjukkan bahwa umur rata-rata eks-penderita kusta adalah 56,08 tahun dan telah menderita cacat selama 24,54 tahun. Kebanyakan dari responden menderita jenis Multi Baciller dan memiliki tingkat cacat 2, serta 61,8% dari responden selalu melakukan perawatan diri yang sesuai dengan jenis kecacatannya. Sebagian besar dari responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang perawatan diri . Seluruhnya melaporkan bahwa mereka mendapatkan dukungan yang baik dari petugas kesehatan tetapi tidak baik dalam dukungan keluarga. Unit Rehabilitasi Sosial ini memiliki poliklinik tetapi tidak memiliki kelompok perawatan diri dan responden tidak mendapatkan alat pelindung diri. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku perawatan diri dengan umur, jenis kelamin, lama cacat, dan pengetahuan maupun sikap tentang perawatan diri. Tidak ada hubungan yang signifikan juga ditemukan antara perilaku perawatan diri dengan ketersediaan alat pelindung diri dan dukungan dari keluarga responden. Sebagian besar responden telah melakukan perawatan diri yang baik untuk meminimalisasi tingkat kecacatan lebih lanjut. Semua faktor yang diteliti tidak ada yang berhubungan secara signifikan dengan perilaku perawatan diri ekspenderita kusta. Petugas kesehatan diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama dalam pemberian informasi mengenai perawatan diri.Kata kunci : kusta, perawatan diri, rehabilitasi
Determinant of timely hepatitis B zero dose immunization in East Lombok, West Nusa Tenggara Putri Bungsu Machmud; Dwi Gayatri; Tri Yunis Miko Wahyono
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.648 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1405

Abstract

Hepatitis B remains as one of health problem in the world. The results of several studies related to factors in predicting of timely hepatitis B immunization were still inconsistent. Aim of this study is to identify determinant of timely hepatitis B zero dose immunization in East Lombok. We used cross sectional design study derived from immunization coverage survey at six districts/cities in 2013. A Total of 227 children aged 12 to 23 months who already got immunization of hepatitis B zero dose and well documented were included as samples in this study. Timely immunization was defined based on the distance between time of birth and time of received hepatitis B immunization (zero dose) that is within 24 hours after birth. Data was analyzed using Chi-square and Logistic regression in multivariate level. The result of this study showed only 60.4% of children were get timely hepatitis B zero dose immunization. Mother’s behavior agains immunization program is the only factor that can predict the timely hepatitis B zero dose immunization (P-value 0.007 CI 95% 1.94-3.62). Meanwhile, other factors i.e. sex, socio-economic status, parent’s education, knowledge and attitude of mother and place of immunization service have not able to predict the outcome, statistically. The stakeholder should improve the optimal exsisting services, which will be impact to maternal behavior in immunization programe.Keywords : Immunization, Hepatitis Zero dose, Timely
Feeding Problems sebagai Prediktor Kejadian Obestitas pada Anak Autis Qisty Afifah Noviyanti
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.506 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1804

Abstract

Latar belakang: Obesitas merupakan masalah yang dapat terjadi pada anak autis. Hal ini disebabkan adanya perubahan perilaku dan pola makan akibat kondisi autisme. Akan tetapi, belum banyak studi yang menjelaskan hubungan perilaku makan bermasalah (feeding problems) dengan kejadian obesitas pada anak autis. Tujuan: Penelitian ini untuk melihat hubungan antara masalah perilaku makan (feeding problem) dengan kejadian obesitas anak autis. Metode: Peninjauan artikel dilakukan dengan kata kunci autism OR autism spectrum disorder AND feeding problem OR food selectivity dan autism AND childhood obesity. Dua studi ditemukan sesuai dengan kriteria inklusi yang dibuat Anak autis memiliki perilaku makan bermasalah yang lebih tinggi dibandingkan anak tidak autis. Prevalensi obesitas serta pengukuran antropometri yang mengindikasikan obesitas juga lebih tinggi pada kelompok autis. Kesimpuan: Kedua studi yang ditinjau menguatkan argumentasi bahwa perilaku makan bermasalah (feeding problems) merupakan predictor kejadian obesitas pada anak autis.