cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, SKM., MPH (Nutr), GCAS., PhD
Contact Email
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
amertanutr@fkm.unair.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Amerta Nutrition
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25801163     EISSN : 25809776     DOI : -
Core Subject : Health, Education,
Amerta Nutrition (p-ISSN:2580-1163; e-ISSN: 2580-9776) is a peer reviewed open access scientific journal published by Universitas Airlangga. The scope for Amerta Nutrition include: public health nutrition, community nutrition, clinical nutrition, dietetics, food science and food service management. Each volume of Amerta Nutrition is counted in each calendar year that consist of 4 issues. Amerta Nutrition is published four times per year every March, June, September, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION" : 14 Documents clear
Snack Bar Berbahan Dasar Ubi Ungu dan Kacang Merah sebagai Alternatif Selingan Penderita Diabetes Mellitus Cantika Zaddana; Almasyhuri Almasyhuri; Sara Nurmala; Tiara Oktaviyanti
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.260-275

Abstract

Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu kumpulan gejala metabolik yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penderita DM tetap harus mengonsumsi pangan yang cukup agar kebutuhan zat gizi nya terpenuhi. Dalam rangka memenuhi kecukupan akan zat gizi didalam tubuh maka konsumsi pangan dibagi atas makanan utama dan selingan, namun penderita DM biasanya sulit untuk mendapatkan makanan selingan yang bergizi namun tetap dapat mengontrol kadar glukosa darahnya. Ubi ungu adalah jenis ubi jalar yang saat ini sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Ubi ungu memiliki warna keunguan yang disebabkan oleh adanya pigmen antosianin yang dikandung didalamnya. Antosianin memiliki aktivitas antioksidan yang mampu menghambat kerja radikal bebas serta meningkatkan sekresi insulin sehingga bermanfaat dalam pengendalian kadar glukosa darah. Ubi ungu merupakan sumber karbohidrat kompleks namun rendah akan protein, sehingga dibutuhkan bahan pangan sumber protein lainnya seperti kacang merah. Kacang merah merupakan jenis kacang-kacangan yang mengandung karbohidrat tinggi, kadar lemak yang lebih rendah, dan kandungan serat yang cukup baik. Selain mengandung serat yang baik dan nilai IG yang rendah, kacang merah juga mengandung protein yang cukup tinggi. Kemajuan teknologi pangan telah menghasilkan berbagai produk pangan yang praktis dikonsumsi seperti snack. Produksi snack sebagai makanan selingan semakin beragam, namun snack yang dibuat biasanya tinggi akan kalori, lemak, dan karbohidrat sederhana. Kombinasi ubi ungu dan kacang merah sebagai bahan baku pangan fungsional seperti snack bar dibuat dengan harapan dapat menghasilkan produk makanan selingan yang tidak hanya disukai namun memiliki manfaat lebih untuk kesehatan yaitu tinggi protein, kaya serat, dan rendah glukosa sehingga makanan selingan tersebut baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat terutama penderita DM. Pengembangan produk pangan fungsional berbahan baku lokal seperti tepung kacang merah dan tepung ubi ungu juga sebagai upaya dalam mengurangi penggunaaan bahan impor seperti gandum di Indonesia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula snack bar yang memenuhi persyaratan mutu, memiliki kandungan zat gizi (KH, protein, lemak), aktivitas antioksidan, gula pereduksi. serta senyawa aktif (antosianin dan serat) yang baik dikonsumsi oleh penderita DM.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain eskperimen secara random acak lengkap. Formula snack bar dibuat menjadi 4 dengan rasio antara tepung ubi ungu dan kacang merah yang berbeda yaitu F1 (100:0), F2 (90:10), F3 (80:20), dan F4 (70:30). Parameter yang diteliti pada studi ini adalah daya terima (kesukaan) panelis, proksimat (kadar air, kadar abu, KH, protein, dan lemak), aktivitas antioksidan, gula pereduksi, kadar antosianin, dan kadar serat pangan dari snack bar yang paling disukai.Hasil: Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa snack bar F3 adalah formula yang paling disukai oleh panelis. Fomula terpilih (F3) memenuhi persyaratan mutu fisik dan kandungan zat gizi yang baik yaitu protein (7,823%), lemak (4,38%) dan KH (81,857%). Snack bar ini juga mengandung aktivitas antioksidan yang sangat kuat yaitu (34,079 ppm), kadar gula pereduksi (3,56%), kadar antosianin (11,45 mg/kg), dan kadar serat (16,32%).Kesimpulan: Snack bar pada penelitian ini memiliki mutu fisik dan kimia yang sesuai dengan persyaratan mutu serta mengandung protein yang tinggi, lemak yang rendah, serta kandungan serat yang tinggi. Snack bar ini juga memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat karena kandungan antosianinnya yang tinggi serta mengandung gula reduksi yang rendah sehingga snack bar ini layak untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus.
Determinan Pola Konsumsi Makanan Berisiko Pada Ibu di Kecamatan Mataram dan Gunungsari, Nusa Tenggara Barat Luh Putu Prema Wadhani; Nani Ratnaningsih
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.230-236

Abstract

Latar Belakang: Permasalahan konsumsi pangan yang tidak sehat saat ini menjadi prioritas utama yang perlu diperhatikan. Kemajuan dan perkembangan teknologi saat ini memberikan dampak pada perubahan pola konsumsi pada masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Konsumsi pangan yang terjadi pada setiap indivdu dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara internal maupun eksternal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dan faktor determinan pola konsumsi makanan berisiko pada ibu Metode: Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif dengan pendapatan survey pada bulan Januari - februari 2020. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang berada di Kecamatan gunungsari dan Mataram, Nusa Tenggara Barat yang diambil dengan teknik proportional random sampling sebanyak 110 sampel. Pengumpulan data determinan pola konsumsi makanan berisiko yang terdiri dari usia, pekerjaan, pendapatan, pendidikan dan pengetahuan dikumpulakan dengan menggunakan kuesioner dan data pola konsumsi makanan berisikoi dikumpulkan dengan menggunakan lembar food frequency (SQ-FFQ) selama 1 bulan terakhir. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik.Hasil:  Sebanyak 75,5% ibu berusia 30 – 49 tahun, 69,9% ibu tidak bekerja, 61,8% dengan pendapatan < Rp. 1.500.000/bulan, 41,8% dengan pendidikan menengah, 77,3% ibu dengan pengetahuan konsumsi makanan berisiko yang baik dan 74,5% ibu dengan pola konsumsi makanan berisiko yang sering. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pekerjaam (p=0,824), pendapatan (p=0,931) dan pendidikan (p=0,585) terhadap pola konsumsi makanan berisiko. Terdapat pengaruh usia (p=0,001) dan pengetahuan (p= 0,019) terhadap pola konsumsi makanan berisiko.Kesimpulan: Perlunya perhatian lebih terhadap faktor yang dapat menyebabkan tingginya pola konsumsi makanan berisiko sehingga meningkatkan konsumsi makanan yang sehat.
Perbedaan Keragaman Pangan, Pola Asuh Makan, dan Asupan Zat Gizi Makro pada Balita dari Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Hesti Permata Sari; Lilis Permatasari; Widya Ayu Kurnia Putri
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.276-283

Abstract

Background: Toddlers are a group that is vulnerable to experiencing nutritional problems. The nutritional status of toddlers is very dependent on the role of caregivers, especially mothers. Business women have less time together with toddlers so that it will have an impact on mothers' attention to the growth and development of toddlers, child feeding patterns, food diversity, and macro-nutrient intake of toddlers. Research in Padang states that business women have a 1,3 times risk of experiencing malnutrition in children. Purpose: Know the differences in child feeding patterns, food diversity, and macro nutrient intake in toddlers from business women and housewife. Method: The design of this study was an observational analytic with cross sectional approach. The research was conducted on medium socioeconomic housing in Banyumas Regency. The sample are toddlers aged 12-59 months as many as 78 toddlers, taken using total sampling techniques. Data were statistically tested using independent T tests. Results: The results of study showed no differences in child feeding patterns (p = 0.605), food diversity (p = 0.767), energy intake (p = 0.483), protein intake (p = 0.806), fat intake (p = 0.787) and carbohydrate intake (p = 0.337) in toddlers from business women and housewife. Conclusions: There were no differences in child feeding patterns, food diversity, and macro nutrient intake in toddlers from business women and housewife.
Pengaruh Pemberian Diet Isokalori Tinggi Serat terhadap Tingkat Satiety pada Kelompok Usia Dewasa Awal Maura Tirta Nabila; A. Fahmy Arif Tsani; Ayu Rahadiyanti; Fillah Fithra Dieny
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.237-244

Abstract

Latar Belakang: Belum banyak penelitian yang membandingkan pengaruh diet tinggi serat larut air dan diet tinggi serat tidak larut air terhadap tingkat satiety.Tujuan:Menganalisis pengaruh pemberian diet isokalori tinggi serat terhadap tingkat satiety pada kelompok usia dewasa awal status gizi normal.Metode: Penelitian eksperimentaldengan rancangan pre-post group design. Subjek penelitian adalah 16 orang dewasa awal usia 20-23 tahun (10 perempuan dan 6 laki-laki) yang diambil secara consecutive sampling. Semua subjek diberikan 2 jenis diet isokalori dengan rasio serat larut air : serat tidak larut air sebesar 3:2 dan 1:3 dengan masing-masing wash out period selama 1 hari. Energi yang diberikan sebesar 20% dari total kebutuhan masing-masing subjek. Variabel yang diukur adalah tingkat satiety yang terdiri dari tingkat desire to eat, hunger, fullness dan prospective food consumption/PFC menggunakan kuesioner Visual Analogue Scale. Analisis statistik menggunakan paired t-test, wilcoxon, mann-whitney dan independent t-test.Hasil: Diet tinggi serat larut air memiliki efek lebih lama 1 jam dalam menekan hunger dan desire to eat dan memiliki efek lebih lama 30 menit dalam menekan PFC dibandingkan diet tinggi serat tidak larut air, namun kedua diet tersebut sama-sama baik dalam meningkatkan fullness hingga 3 jam setelah intervensi.Kesimpulan: Pemberian diet tinggi serat dapat menekan tingkat desire to eat, hunger, PFC dan meningkatkan fullness. Diet tinggi serat larut air mempunyai efek lebih lama terhadap tingkat satiety dibandingkan diet tinggi serat tidak larut air.
Determinan Pemberian ASI Eksklusif: Analisis Data Sekunder Survei Demografi dan Kesehatan 2017 Adilah Anindito Difa Putri; Salsabila Naim
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.284-291

Abstract

Latar Belakang: Angka Kematian Bayi merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi merupakan salah satu cara efektif agar dapat menurunkan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Cakupan ASI eksklusif pada tahun 2017 sebesar 52%, hal tersebut telah memenuhi minimal 50% dari target nasional namun cakupan ASI eksklusif menurun seiring dengan pertambahan usia anak.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Indonesia.Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 1.435 yang terdiri dari ibu yang memiliki anak berusia 0-5 bulan terakhir yang masih hidup, tidak memiliki anak kembar, tinggal bersama anaknya dan masih menyusui. Analisis data menggunakan analisis bivariabel metode chi-square dan analisis multivariabel metode regresi logistik berganda.Hasil: Ibu yang memiliki anak yang berusia 0 – 1 bulan berpeluang 22,835 kali lebih tinggi untuk ASI eksklusif dibanding anak usia 4 – 5 bulan (OR 22,835; CI 95% 11, 033 – 47,261), begitu pula pada ibu  yang memiliki anak yang berusia 2 – 3 bulan berpeluang tinggi untuk ASI eksklusif juga. Ibu dengan pendidikan tinggi 3,383 kali berpeluang lebih tinggi untuk ASI eksklusif dibanding ibu yang tidak sekolah (OR 3,383; CI 95% 0,999 – 11,461), hal yang sama berlaku pada ibu dengan pendidikan menengah dan pendidikan dasar yang memiliki peluang tinggi untuk ASI eksklusif juga. Ibu dengan tingkat status ekonomi atas berpeluang 1,670 kali lebih tinggi untuk ASI eksklusif dibanding ibu dengan tingkat status ekonomi bawah (OR 1,670; CI 95% 1,102 – 2,529), hal yang sama berlaku pada ibu dengan tingkat status ekonomi menengah yang memiliki peluang tinggi untuk ASI eksklusif juga.Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif antara lain: usia anak, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi.
Peranan Pilar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Terhadap Penanganan Gizi Kurang di Provinsi Jawa Barat (The Role Of Pillar Sustainable Development Goals Relate to Tackling Undernutrition in West Java Province) Ummi Khuzaimah; Yayuk Farida Baliwati; Ikeu Tanziha
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.196-210

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Penghapusan malnutrisi dalam segala bentuknya, khususnya gizi kurang (stunting dan underweight) adalah suatu keharusan untuk alasan kesehatan, etika, politik, sosial dan ekonomi. Komitmen Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dipertimbangkan untuk dapat diarahkan kepada tindakan dan akuntabilitas untuk dapat menangani  penyebab langsung dan tidak langsung dari segala bentuk malnutrisi.Tujuan: Menganalisis peranan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan terhadap penanganan gizi kurang (stunting dan underweight) dan menyusun pemodelan hubungan keduanya.Metode: Penelitian menggunakan data sekunder. Unit analisis 27 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat selama tahun 2016-2017, dengan total 54 unit. Variabel dependen penelitian ini adalah gizi kurang (stunting dan underweight) pada anak usia 0-59 bulan, sedangkan variabel independennya yaitu pilar sosial, pilar ekonomi dan pilar lingkungan. Data penelitian diolah menggunakan pendekatan Partial Least Square-Structural Equation Model (PLS-SEM)Hasil: Pencapaian pilar lingkungan dapat mendorong peningkatan capaian pilar sosial dan ekonomi sehingga secara langsung dan tidak lansung mampu menurunkan prevalensi gizi kurang dengan total 5,09%. Pencapaian pilar sosial dapat secara langsung meningkatkan pencapaian pilar ekonomi sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan prevalensi gizi kurang dengan total 3,65%. Peningkatan pencapaian pilar ekonomi dapat secara langsung menurukan prevalensi gizi kurang sebesar 3.86%. Semua hubungan signifikan dengan t-statistik > 1,96 (α=0,05).Kesimpulan: Penurunan masalah gizi kurang (stunting (TB/U) dan underweight (BB/U)) pada anak usia 0-59 bulan dapat dipengaruhi oleh pencapaian indikator di masing-masing pilar TPB. Kombinasi pilar sosial, lingkungan dan ekonomi dalam penanganan masalah gizi secara bersama-sama menunjukkan penurunan prevalensi gizi kurang yang cenderung lebih tinggi dibandingkan hanya melalui pencapaian indikator pada satu/dua pilar TPB. ABSTRACTBackground: Tackling malnutrition in all its forms, especially undernutrition (stunting, underweight) is a necessity related to health, ethical, political, social and economic reasons. Commitment to the post-2015 framework, Sustainable Development Goals (SDGs) is considered to be directed towards action and accountability to be able to address the direct and indirect causes of all forms of malnutrition.Objectives: To analyze the role of SDGs indicators in tackling undernutrition (stunting dan underweight) and to determine the undernutrition and SDGs modelling in West Java province.Methods: This study used secondary data. The unit analysis was 27 districts of West Java Province during 2016-2017, with a total 54 units. The dependent variable was undernutrition (stunting nd underweight) in children aged 0-59 months. The independent variables were the pillars of social development, the pillars of environmental development and the pillars of economic development. The data were analyzed using Partial Least-square-structural Equation Modeling (PLS-SEM).Results: The achievement of environmental pillars can encourage increased achievement of social and economic pillars so it can direct and directly decrease the prevalence of undernutrition with a total of 5.09%. The improvement of social pillar can directly increase the achievement of economic pillars so that directly and indirectly can decrease the prevalence of undernutrition with total by 3.65%. The achievement of economic pillars can directly decrease the prevalence of undernutrition 3.86%. All the results were significant with t-statistic > 1.96 (α = 0.05).Conclusion: Reduced undernutrition (stunting and underweight) in children aged 0-59 months can be influenced by the achievement of indicators in each pillars of SDGs. The combination of social, environmental and economic pillars in tackling malnutrition shows a higher decrease in undernutrition’s prevalence than only through the achievement of indicators in one or two pillars of SDGs.
Gambaran Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi Makanan di Kantin PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban, Jawa Timur Grace Bella K Nussy
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.245-250

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Pada usia yang produktif dan sanggup untuk bekerja memerlukan asupan makanan yang bergizi dan aman. Pentingnya penyediaan asupan gizi di lingkungan kerja, PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban menyediakan layanan makanan dan fasilitas kantin bagi pekerja maupun pengunjung yang datang. Berdasarkan laporan tahunan BPOM tahun 2016 dan 2017, dilihat dari lokasi terjadinya KLB keracunan pangan terbesar ketiga terjadi di area kantor/ pabrik. Mencegah kejadian serupa salah satunya dengan menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan pada kegiatan pengolahan makanan.Tujuan: Tujuan dari penulisan artikel adalah untuk mengetahui dan mempelajari penerapan higiene sanitasi makanan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai penyajian makanan yang telah dilaksanakan di kantin PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban.Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif berupa observasi dan wawancara.Hasil: Kegiatan pengolahan makanan terutama di lingkungan kerja penting untuk memperhatikan dan menerapkan higiene sanitasi makanan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan serta bahaya lainnya yang diakibatkan oleh makanan dan kerugian lainnya. Berdasarkan Permenkes Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga, higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari makanan, orang, tempat dan peralatan agar makanan aman untuk di konsumsi. Terdapat enam prinsip dalam penerapan higiene sanitasi makanan, yaitu 1) Pemilihan bahan makanan, 2) Penyimpanan bahan makanan, 3) Pengolahan makanan, 4) Penyimpanan makanan jadi/ masak, 5) Pengangkutan makanan dan 6) Penyajian makanan.Kesimpulan: Kegiatan pengolahan makanan sebagian besar telah memenuhi dan beberapa aspek ada yang belum memenuhi. Kegiatan pengolahan makanan yang belum memenuhi prinsip higiene sanitasi makanan adalah penyimpanan bahan baku, pengolahan makanan dan penyajian makanan. Kata Kunci: higiene sanitasi, pengolahan makanan, kantin pabrik
Hubungan antara Asupan Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda pada Ibu Menyusui, Kandungannya dalam ASI dan Lingkar Kepala Bayi: Studi pada Periode Awal Postpartum Muti'ah Mustaqimatusy Syahadah; Mira Dewi; Rimbawan Rimbawan
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.292-302

Abstract

Latar Belakang: Tercukupinya kebutuhan asupan asam lemak tidak jenuh ganda (polyunsaturated fatty acids, PUFA) ibu menyusui diketahui memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan otakbayi. Peran asupan PUFA ibu menyusui dalam mendukung tumbuh kembang bayi adalah melalui perantara ASI. ASI merupakan sumber utama zat gizi bayi baru lahir, salah satunya adalah PUFA. Studi menunjukkan bahwa asupan PUFA ibu menyusui di Kota Bogor masih sangat rendah terutama EPA dan DHA. Rendahnya asupan PUFA ibu menyusui  diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan otak bayi yang dalam penelitian ini diestimasi dengan ukuran lingkar kepala.Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan asupan PUFA ibu menyusui dengan kandungan PUFA ASI dan lingkar kepala bayi baru lahir.Metode: Analisis data sekunder menggunakan data hasil penelitian hibah BASF South East Asia yang telah dilakukan pada bulan April-Oktober tahun 2018 di Kota Bogor oleh tim SEAFAST CENTER IPB. Subyek merupakan ibu ibu menyusui berusia 18-45 tahun yang melahirkan bayi tunggal . Total terdapat 79 data ibu dan bayinya yang meliputi data asupan PUFA saat menyusui , kandungan PUFA ASI, lingkar kepala bayi, karakteristik ibu dan bayinya, kondisi sosial-ekonomi ibu, dan IMT pra-hamil. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman.Hasil: Rata-rata asupan PUFA ibu saat menyusui  tergolong rendah (< 80% tingkat kecukupan) serta belum memenuhi rekomendasi asupan PUFA. Asupan LA ibu berhubungan signifikan positif dengan kandungan LA ASI (p = 0,012), sedangkan asupan ALA ibu memiliki hubungan signifikan negatif dengan kandungan ALA ASI (p = 0,027). Lingkar kepala bayi tidak berhubungan signifikan dengan asupan ibu saat menyusui dan kandungan PUFA ASI (p > 0,05).Kesimpulan: Asupan PUFA ibu menyusui tidak berhubungan dengan kandungan PUFA ASI dan lingkar kepala bayi. 
Penerapan Sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada Produk Banana Cake di Aerofood ACS Surabaya Annisa Salsabila Setya Budi; Trias Mahmudiono
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.211-222

Abstract

ABSTRACTBackground: Aerofood ACS Surabaya as an international inflight catering service is required to have good food safety standards to ensure the quality of the products. The food safety system implemented by Aerofood ACS Surabaya on all its product is Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), including the banana cake. HACCP needs to be applied to prevent the possibility of physical, chemical, and biological contamination on food product that can cause foodborne disease.Objectives: The purpose of this research is to identify the application of HACCP system to banana cake in Aerofood ACS Surabaya.Methode: The method of this research is a qualitative descriptive method including field observation, interviews, and analyzes HACCP documents of aerofood ACS Surabaya.Result: There are 18 steps to produce banana cake until it can distributed to airlines and can be consumed by consumers: receiving of eggs, receiving of banana, receiving of dry goods (flour, sugar, baking soda, and oil), eggs storage, banana storage, dry goods storage, egg cracking, flour sifting, weighing, mixing, baking, chilling, shaping, packaging, storage of banana cake, setting in the tray, holding room, and delivery to plane. From 18 steps to produce banana cake, there are six critical control points: receiving of eggs, eggs storage, baking, cooling, storage of banana cake, and holding room.Conclusions: Physical, chemical, and biological contamination on banana cake can be prevented by paying attention to each steps, especially the critical control point. Aerofood ACS Surabaya has implemented the HACCP system properly and accordance with the established HACCP plan.Keywords: HACCP, food safety, airlines catering service, foodborne diseaseABSTRAKLatar Belakang: Aerofood ACS Surabaya sebagai perusahaan jasa boga penerbangan bertaraf internasional diharuskan memiliki standar keamanan pangan yang baik untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan. Sistem keamanan pangan yang diterapkan oleh Aerofood ACS Surabaya pada semua produknya adalah Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), termasuk pada banana cake. HACCP perlu diterapkan untuk mencegah kemungkinan kontaminasi fisik, kimia, dan biologi pada produk pangan yang dapat menyebabkan foodborne disease.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan sistem HACCP pada produk banana cake di Aerofood ACS Surabaya.Metode: Metode dari penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang meliputi observasi lapangan, wawancara, dan menganalisis dokumen HACCP Aerofood ACS Surabaya.Hasil: Terdapat 18 tahap produksi banana cake hingga produk dapat didistribusikan ke peswat dan dapat dinikmati oleh konsumen, yaitu penerimaan telur, penerimaan buah pisang, penerimaan bahan baku kering (tepung, gula, baking soda, dan minyak), penyimpanan telur, penyimpanan buah pisang, penyimpanan bahan baku kering, pemecahan telur, pengayakan tepung, penimbangan, mixing, baking, pendinginan, pembentukan, pengemasan, penyimpanan banana cake, penataan pada tray, penyimpanan pada holding room, dan delivery ke pesawat. Dari 18 tahap produksi banana cake, terdapat enam titik kritis yaitu penerimaan telur, penyimpanan telur, baking, pendinginan, penyimpanan banana cake, dan penyimpanan pada holding room.Kesimpulan: Kontaminasi fisik, kimia, dan biologi pada produk banana cake dapat dicegah dengan memerhatikan setiap langkah terutama titik kritis. Aerofood ACS Surabaya telah melaksanakan sistem HACCP dengan baik dan sesuai dengan HACCP plan yang telah ditetapkan.Kata Kunci: HACCP, keamanan pangan, jasa boga penerbangan, foodborne disease
Pantangan Makanan pada Suku Muyu di Papua Agung Dwi Laksono; Ratna Dwi Wulandari
Amerta Nutrition Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION
Publisher : Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v5i3.2021.251-259

Abstract

ABSTRACT Background: Food for the Muyu tribe was an actualization of daily life over the belief in the religious dimension that is adopted and lived. This study aims to explore the food taboo among the Muyu tribe in Indonesia.Methods: The authors conducted the case study in Mindiptana, Boven Digoel, Papua. The study carried out data collection by participatory observation, in-depth interviews, and document searches. The authors carried out the report using an ethnographic approach an emically perspective.Results: Belief in the lord of wild animals, the lord of fruits and plants, and the lord of sago, was so thick that many spells appear to hunt and search for food in the forest, which was a form of recognition of the power of these. The Muyu tribe had restrictions on several types of food. Food can be taboo based on its physical form; meanwhile, because of Muyu people's belief that there was a bad quality inherent in these food ingredients. It was especially closely related to ritual practice for men as a process of undergoing initiation as a big man. The Muyu intended women taboo for mothers who are pregnant and breastfeeding. Abstinence for pregnant Muyu women was often related to the fetus in the womb. For children, especially for boys, it was almost the same as abstinence for adult Muyu men. This abstinence applies to boys who were prepared to be tómkót, especially when undergoing the initiation process.Conclusions: The food taboo applies to all Muyu people, both men, women, and children.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 1 (2024): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 7 No. 4 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 3SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 7 No. 2 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1 (2023): AMERTA NUTRITION (Bilingual Edition) Vol. 7 No. 1SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Big Data Seminar Vol. 6 No. 1SP (2022): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 2nd Amerta Nutrition Conferenc Vol. 6 No. 4 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 3 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 2 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 6 No. 1 (2022): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 4 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 3 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 5 No. 2SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1SP (2021): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 5 No. 1 (2021): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 4 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 3 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 2 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 4 No. 1SP (2020): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Vol. 4 No. 1 (2020): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 4 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 3 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 2 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 3 No. 1 (2019): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 4 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 3 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 2 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 2 No. 1 (2018): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 4 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 3 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 2 (2017): AMERTA NUTRITION Vol. 1 No. 1 (2017): AMERTA NUTRITION More Issue