Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Kualitas diet, kurang energi kronis (KEK), dan anemia pada pengantin wanita di Kabupaten Semarang Dieny, Fillah Fithra; Jauharany, Firdananda Fikri; Fitranti, Deny Yudi; Tsani, A Fahmy Arif; Rahadiyanti, Ayu; Kurniawati, Dewi Marfu’ah; Wijayanti, Hartanti Sandi
Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition) Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Department of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.179 KB) | DOI: 10.14710/jgi.8.1.1-10

Abstract

Introduction: Pre-conception women are potential mothers or vulnerable groups who need special attention. The less of nutrients Intake than necessary can lead to nutritional problems such as Chronic Energy Deficiencyand nutritional anemia that have an impact on the next phase of life such as the risk of giving birth to babies with low birth weight (LBW), babies stunting, and growth disruption and development of the fetus / baby during pregnancy or after that. Objective: To analyze the relationship between diet quality, chronic energy malnutrition status with anemia in the bride.Methods: A cross-sectional study with 70 subjects who were brides aged 16-30 years. Selection of subjects with consecutive sampling method. Dietary quality data was measured through the Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) and Diet Quality Index - International (DQI-I) forms, SEZ status assessed from body mass index (BMI) and upper arm circumference (LiLA). Anemia status was measured from hemoglobin levels, MCV, MCH, and MCHC. To examine the relationship between diet quality, chronic energy malnutrition, and anemia using a linear regression test.Results: The subject aged 16-30 years, and 41.4% are still <20 years old. A total of 10 subjects (14.3%) belonged to Chronic Energy Deficiency. Haemoglobin level measurements showed there were 8 subjects (11.4%) who had low Hb levels, and 4 of them had anemia with microcytic hypychromic type which was characterized by low MCV, MCH and MCHC values. Based on the calculation of intake was known that 55 subjects (78.6%) had a low quality diet. This study showed no relationship between diet quality and anemia, but the sub-components of diet quality were adequacy of protein intake (p = 0.007), iron intake (p = 0.009) and upper arm circumference (p = 0.018) indicating a significant relationship with anemia (hemoglobin level) in the bride. Conclusion: the less protein and iron intake and lower upper arm circumference associated with a decrease in the bride's hemoglobin level
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI DENGAN PERILAKU MAKAN DARI LUAR RUMAH PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA Setyawan, Fajar; Panunggal, Binar; Nuryanto, Nuryanto; Syauqy, Ahmad; Rahadiyanti, Ayu
Journal of Nutrition College Vol 8, No 4 (2019): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.895 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v8i4.25832

Abstract

Latar Belakang: Perilaku makan dari luar rumah meningkat pada periode remaja dan perilaku ini sering dikaitkan dengan obesitas. Pada derajat tertentu pengetahuan dan sikap merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku makan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengetahuan, sikap, dengan perilaku makan dari luar rumah pada remaja.Metode: Penelitian ­cross-sectional dilakukan pada 262 subjek remaja berusia 15-17 tahun di SMAN 3 Surakarta yang dipilih secara acak. Data pengetahuan, sikap, dan perilaku makan remaja diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji Rank Spearman dan Uji U Mann-Whitney.Hasil: Sebanyak 61% subjek memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dan 13% subjek tergolong memiliki tingkat pengetahuan gizi tinggi. Subjek memiliki nilai median 5,3 dari 7 skala likert untuk motivasi makan sehat. Median frekuensi makan dari luar rumah subjek sebanyak 8 kali dalam seminggu terakhir. Ada hubungan antara sikap motivasi makan sehat (= -0,131, p=0,034), uang jajan (=0,166, p=0,007), dan lama di luar rumah ketika hari libur (=-0,215, p=0,000) dengan frekuensi makan dari luar rumah. Ada beda signifikan (p=0,016) frekuensi makan dari luar rumah antara laki-laki dan perempuan.Simpulan: Terdapat korelasi negatif antara sikap motivasi makan sehat dengan frekuensi makan dari luar rumah. Ada korelasi positif lama di luar rumah ketika hari libur dan uang jajan dengan frekuensi makan dari luar rumah. Ada beda frekuensi makan dari luar rumah antara laki-laki dan perempuan.
KUALITAS DIET, AKTIVITAS FISIK, DAN STATUS GIZI PADA PEROKOK DEWASA AWAL Restutiwati, Fidi; Murbawani, Etisa Adi; Rahadiyanti, Ayu
Journal of Nutrition College Vol 8, No 3 (2019): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.806 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v8i3.25805

Abstract

Latar Belakang: Kebiasaan merokok berdampak pada kualitas diet, aktivitas fisik dan status gizi. Rokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan nafsu makan dan mengakibatkan penurunan kemampuan kardiorespirasi sehingga mengganggu aktivitas fisik seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas diet dan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal.Metode: Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 59 subjek yang berusia 20-24 tahun. Data meliputi karakteristik subjek, kualitas diet diperoleh dengan metode Semi Quantitative-Food Frequency Questionniare (SQ-FFQ), aktivitas fisik diperoleh dengan metode International Physical Activity Questionnaire-Short Form (IPAQ-SF), dan status gizi diukur menggunakan lingkar pinggang dan/atau Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP). Analisis data dengan uji chi-square, fisher exact.Hasil: Rerata skor kualitas diet subjek yaitu 40,4±8,7 tergolong kualitas diet rendah. Kualitas diet rendah pada subjek digambarkan dengan rendahnya asupan sayur dan buah, tingginya asupan total lemak, lemak jenuh, kolesterol, natrium, rendahnya skor rasio makronutrien dan rasio asam lemak. Rerata aktivitas fisik subjek yaitu 2569,5±1806,5 METs/min/minggu termasuk dalam aktivitas fisik sedang. Hasil uji perbedaan diperoleh kualitas diet menurut status gizi (p=0,564), aktivitas fisik menurut status gizi (p=0,019). Simpulan: Tidak ada perbedaan signifikan kualitas diet menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p>0,05). Ada perbedaan signifikan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p<0,05).
Pengaruh Pemberian Nasi Beras Merah (Oryza nivara) dan Nasi Beras Hitam (Oryza sativa L.indica) Terhadap Kadar hsCRP Tikus Wistar (Rattus norvegicus) Diabetes Melitus Tipe 2 Sitanggang, Golda Sharon; Ardiaria, Martha; Rahadiyanti, Ayu
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.395 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22276

Abstract

Latar belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang disebabkan defisiensi atau resistensi insulin, yang ditandai tingginya konsentrasi glukosa dalam darah. Kadar hsCRP dapat digunakan untuk melihat marker inflamasi yang paling sensitif pada diabetesi. Beras merah dan beras hitam diketahui kaya akan antosianin dan serat yang berpotensi meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi inflamasi.Tujuan: Mengetahui perbedaan pemberian nasi beras merah dan nasi beras hitam terhadap kadar hsCRP pada tikus wistar DM Tipe 2Metode: Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan post test control group design. Besar sampel penelitian 24 ekor tikus wistar jantan, 6 ekor dikondisikan sehat yaitu kelompok K(-) dan 18 ekor tikus dikondisikan DM dengan injeksi STZ 50 mg/kg BB dan 110 NA mg/kg BB. Kemudian tikus DM dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok K(+), kelompok perlakuan nasi beras merah (P1) dan kelompok perlakuan nasi beras hitam (P2). Intervensi dilakukan selama 28 hari, kadar hsCRP diukur menggunakan metode ELISA. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji post hoc Duncan.Hasil: Terdapat perbedaan signifikan kadar hsCRP antar kelompok (p=0,000). Kelompok P1 memiliki kadar hsCRP dengan nilai 18,8±0,50 ng/ml. Kelompok P2 memiliki kadar hsCRP dengan nilai 16,3±0,72 ng/ml.Simpulan: Pemberian nasi beras merah dan nasi beras hitam menunjukkan adanya perbedaan kadar hsCRP secara signifikan. Kadar hsCRP lebih rendah pada kelompok tikus dengan pemberian nasi beras hitam.
HUBUNGAN ANTARA DURASI PENGGUNAAN ALAT ELEKTRONIK (GADGET), AKTIVITAS FISIK DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA USIA 13-15 TAHUN Kumala, Anandita Mega; Margawati, Ani; Rahadiyanti, Ayu
Journal of Nutrition College Vol 8, No 2 (2019): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.21 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v8i2.23816

Abstract

Latar belakang: Beberapa studi menunjukkan terdapat hubungan antara screen-time viewing, aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada remaja. Penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi. Screen-time yang tinggi, tingkat aktivitas fisik rendah, dan pola makan menjadi tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi.Metode: Desain studi observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan remaja usia 13-15 tahun di Kendal. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 61 responden. Status gizi ditentukan berdasarkan z-score indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Data durasi penggunaan alat elektronik (gadget) diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah divalidasi, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data pola makan diperoleh melalui wawancara dan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ) yang ditentukan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Analisis data menggunakan uji Chi-Square serta Fisher Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 72,1% responden memiliki durasi penggunaan alat elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu, ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas fisik rendah. Pola makan pada 80,3% responden sudah sesuai dengan anjuran PGS, tetapi 96,7% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada responden berdasarkan Z-score IMT/U ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi (p<0,05).Simpulan: Terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status Gizi pada remaja usia 13-15 tahun (p<0,05).
PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KUALITAS ASUPAN MAKANAN PADA LANSIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI PROLANIS Astiti, Rosiana Dwi; Margawati, Ani; Rahadiyanti, Ayu; Tsani, A Fahmy Arif
Journal of Nutrition College Vol 8, No 3 (2019): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.554 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v8i3.25808

Abstract

Latar Belakang: Populasi lansia terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini harus diikuti dengan perbaikan fasilitas kesehatan sehingga derajat kesehatan dan kualitas asupan makanan lansia meningkat. Salah satu strategi yang dilaksanakan pemerintah yaitu Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi dan kualitas asupan makanan pada lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis.Metode: Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Subjek merupakan lansia yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis. Data meliputi karakteristik subjek, tingkat pendapatan, status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), kualitas asupan makanan menggunakan formulir Diet Quality Index-International (DQI-I), dan aktivitas fisik dengan metode International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis data menggunakan uji independent t-test dan Mann-Whitney.Hasil: Rerata skor kualitas asupan makanan subjek yaitu 48,5±6,7 yang tergolong rendah. Rerata status gizi subjek yaitu 24,5±4,2 kg/m2. Kualitas asupan makanan subjek yang mengikuti prolanis (49,0±7,5) lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak mengikuti prolanis (47,6±6,1). Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan pada status gizi antara subjek yang mengikuti dan tidak mengikuti prolanis (p=0,029), tetapi tidak terdapat perbedaan pada kualitas asupan makanan (p=0,538).Simpulan: Ada perbedaan signifikan status gizi berdasarkan keikutsertaan prolanis (p=0,029). Tidak ada perbedaan signifikan kualitas asupan makanan berdasarkan keikutsertaan prolanis (p=0,538).
HUBUNGAN ASUPAN SENG DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN TONSILITIS PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI KELURAHAN JOMBLANG KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG Furi, Agnes Kalpita; Candra, Aryu; Rahadiyanti, Ayu
Journal of Nutrition College Vol 8, No 3 (2019): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.057 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v8i3.25799

Abstract

Latar Belakang : Tonsilitis adalah salah satu penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas (ISPA) yang sering terjadi pada balita. Defisiensi seng dan vitamin C mempengaruhi kejadian tonsilitis terkait fungsi dalam sistem imun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan seng dan vitamin C dengan kejadian tonsilitis pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian case control. Subjek balita usia 2-5 tahun sebanyak 50 subjek terdiri dari 25 subjek kasus dan 25 subjek kontrol diambil dengan teknik consecutive sampling. Penentuan subjek mengalami tonsilitis atau tidak dilakukan dengan diagnosis dokter melalui pemeriksaan tonsil. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat asupan seng dan vitamin C diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ), identitas subjek dan orangtua/pengasuh, data hygiene mulut, dan data kebiasaan makan dengan wawancara langsung. Analisis data dengan uji Chi-square, Fisher’s Exact, Mann Whitney, dan Independent T.Hasil : Status gizi subjek sebagian besar tergolong normal berdasarkan BB/TB, BB/U, maupun TB/U. Sebanyak 56% subjek kelompok kasus memiliki kebiasaan makan yang berisiko dan 100% subjek pada kelompok kasus memiliki hygiene mulut yang kurang baik. Subjek kasus memiliki riwayat asupan seng yang kurang sebanyak 52% dan riwayat asupan vitamin C yang kurang sebanyak 80%. Riwayat asupan seng memiliki hubungan dengan kejadian tonsilitis (p<0,05), sedangkan riwayat asupan vitamin C tidak terdapat hubungan dengan kejadian tonsilitis (p>0,05).Kesimpulan : Risiko tonsilitis pada subjek dengan riwayat asupan seng kurang dari kebutuhan 4,3 kali lebih besar dibandingkan subjek dengan riwayat asupan seng cukup. 
Hubungan komposisi tubuh dengan kesegaran jasmani pada atlet hockey Latifah, Nandita Nury; Margawati, Ani; Rahadiyanti, Ayu
Jurnal Keolahragaan Vol 7, No 2: September 2019
Publisher : Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.927 KB) | DOI: 10.21831/jk.v7i2.28085

Abstract

Komposisi tubuh yang tidak optimal dapat menurunkan kesegaran jasmani atlet sehingga dapat terjadi penurunan performa ketika bertanding. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan persen lemak tubuh, persen massa otot, dan somatotype dengan kesegaran jasmani pada atlet hockey. Desain penelitian yaitu cross-sectional dengan jumlah subjek 35 atlet di Pelatihan Hockey Universitas Negeri Semarang dan Universitas Negeri Yogyakarta yang dipilih dengan purposive sampling. Data persen lemak tubuh dan persen massa otot diukur menggunakan bioelectrical impedence analysis (BIA). Data somatotype menggunakan metode antropometri Heath-Carter dan data kesegaran jasmani berupa nilai VO2max diambil menggunakan metode Balke. Analisis data menggunakan uji Pearson, Rank Spearman dan uji regresi linier. Sebagian besar atlet hockey (54,3%) memiliki nilai VO2max dengan kategori baik. Nilai persen lemak tubuh terendah 6,8% dan nilai tertinggi 35%. Nilai persen massa otot terendah 23,9% dan nilai tertinggi 40,9%. Nilai rata-rata dari nilai endomorph, mesomorph, dan ectomorph adalah (-0,04)±0,3; 4,2±0,9; dan 2,3±1,2. Ada hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh (p<0,001), persen massa otot (p<0,001), nilai endomorph (p<0,001), dan nilai ectomorph (p=0,016) dengan nilai VO2max. Variabel yang paling berkaitan dengan nilai VO2max adalah persen lemak (p<0,001). Correlation of body composition with physical fitness of hockey athletes AbstractSuboptimal body composition could reduce the physical fitness and performance of athletes. This study analyzed the relationship of percent body fat, percent muscle mass and somatotype on physical fitness in hockey athletes. This study was a cross-sectional study with 35 athletes in Pelatihan Hockey Universitas Negeri Semarang and Universitas Negeri Yogyakarta which selected by purposive sampling. Percent body fat and percent muscle mass were measured using bioelectrical impedance analysis (BIA). Somatotype measurement used the anthropometric Heath-Carter method and physical fitness (VO2max) measurement by the Balke method. Data were analyzed using the Pearson test, Rank-Spearman test, and Linear Regression test. Most hockey athletes (54.3%) had good VO2max value. The lowest percentage of body fat was 6.8%. The highest percentage of muscle mass was 40.9%. The average value of the endomorph, mesomorph, and ectomorph values were (-0.04) ± 0.3; 4.2 ± 0,9; and 2.3 ± 1.2.  There were a significant relationship between percent body fat (p <0.001), percent muscle mass (p <0.001), endomorph value (p <0.001), and ectomorph value (p = 0.016) with VO2max value. Percent of body fat was the most related variable to VO2max (p<0.001).
Profil antropometri, ketersediaan energi dan kepadatan tulang pada atlet remaja putri berbagai cabang olahraga Setyawati, Novi; Dieny, Fillah Fithra; Rahadiyanti, Ayu; Fitranti, Deny Yudi; Tsani, A. Fahmy Arif
Jurnal Keolahragaan Vol 8, No 1: April 2020
Publisher : Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.609 KB) | DOI: 10.21831/jk.v8i1.30367

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan profil antropometri, ketersediaan energi, dan kepadatan tulang pada atlet remaja putri berbagai cabang olahraga. Desain penelitian cross-sectional metode consecutive sampling dengan jumlah 54 atlet usia 13-21 tahun dilaksanakan di BPPLOP Jawa Tengah, Klub Atletik Salatiga, Klub Atletik dan Renang Universitas Negeri Semarang. Persen lemak tubuh, IMT, fat free mass diukur dengan Total Body Composition Analyzer. Form 24 hour-food recall, 24-hour physical activity record dan fat free mass untuk mengukur ketersedian energi. Bone densitometer Osteosys SONOST 3000 untuk mengukur kepadatan tulang. Analisis menggunakan uji One-way ANOVA dan uji Kruskal Wallis. Persen lemak tubuh dan IMT cabang olahraga endurance lebih rendah dibandingkan cabang olahraga kekuatan dan beregu. Terdapat perbedaan ketersediaan energi antara cabang olahraga endurance dan kekuatan (p<0.05). T-score kepadatan tulang cabang olahraga kekuatan lebih rendah dibandingkan cabang olahraga endurance dan beregu. Mayoritas atlet memiliki persen lemak tubuh, IMT, kepadatan tulang tergolong normal, dan ketersediaan energi tergolong rendah. Anthropometric profile, energy availability and bone density in adolescent female athletes in various sports AbstractThis study analyzed the differences anthropometric profile, energy availability and bone density of adolescent female athletes in various sports. A cross-sectional study design consecutive sampling method with 54 athletes aged 13 -21 years conducted in the BPPLOP Central Java, Salatiga Athletics Club, Athletics and Swimming Club Semarang State University. Per cent body fat, BMI, fat-free mass was measured by Total Body Composition Analyzer. The 24 hour-food recall form, 24-hour physical activity record, and fat-free mass were used for measuring energy availability. Bone densitometer Osteosys SONOST 3000 was used to measure bone density. Data were analyzed by One-way ANOVA and Kruskal Wallis test. Percent body fat and BMI of endurance sports were lower than strength and team sports. There were differences in the energy availability between endurance and strength sports (p < 0.05). Bone density t-score of strength sports was lower than endurance and team sports. The most of athletes classified normal on percent body fat, BMI and bone density, while energy availability was classified low.
DIETARY PATTERNS WERE ASSOCIATED WITH OBESITY PARAMETERS AMONG HEALTHY WOMEN Syauqy, Ahmad; Noer, Etika Ratna; Fajrani, Alifia Mukti; Kurniawati, Dewi Marfu’ah; Purwanti, Rachma; Rahadiyanti, Ayu; Rahma, Devi Elvina
Journal of Nutrition College Vol 9, No 4 (2020): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v9i4.28674

Abstract

Background: Obesity is a growing major health problem in some developing countries including Indonesia. Study examined the association between dietary patterns and obesity parameters using both body mass index (BMI) and waist circumference (WC) among healthy women in Indonesia was still rare.  Objectives: The objective of this study was to evaluate the correlation between dietary patterns and obesity parameters using BMI and WC among healthy women.Methods: This study used a cross-sectional design with consecutive sampling. Healthy women aged 20 and above were selected in this study. Dietary data were collected using a food frequency questionnaire (FFQ). For categorical data, chi-squared test was done to compare the differences in the characteristics of the subjects among tertiles of dietary patterns. For continuous variables, a general linear model test was used for comparison. To evaluate the association between dietary patterns and obesity parameters (BMI and WC), we used multiple linear regression analysis adjusting for multiple confounding variables (age, current smoking, current drinking, and physical activity). Results: Dietary pattern 1 consisted of 12 food items: snack cooked with oil, fish and seafood, processed food, organ meats, meat, poultry, rice- or flour-based products, staples cooked with oil, sugary drinks, refined dessert, and tea and coffee. Dietary pattern 2 consisted of 5 food items: eggs, light-colored vegetables, dark-colored vegetables, fruits, and soybeans. Dietary pattern 3 consisted of 7 food items: milk products, legumes, processed fruits, wholegrain, snacks cooked without oil, root crops, and jam/honey. Dietary pattern 1 was positively associated with obesity parameters including BMI and WC (P < 0.05); whereas, dietary pattern 2 and dietary pattern 3 were inversely correlated (P < 0.05).Conclusions: Our study find that dietary patterns were associated with BMI and WC among healthy women.