cover
Contact Name
Suryani
Contact Email
katalisator.kopertis10@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
katalisator.kopertis10@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Jurnal Katalisator
ISSN : 25020943     EISSN : -     DOI : -
Jurnal Katalisator (ISSN Online : 2502-0943) is a journal containing scientific articles through a review by peer reviewers in chemistry. Jurnal Katalisator publishes original manuscripts, short review reviews on the branches of chemistry including: organic chemistry, inorganic chemistry, physical chemistry, analytical chemistry, biochemistry and applied chemistry. The Catalyst Journal is published 2 (two) times a year, April and October.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR" : 12 Documents clear
Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Peralatan Lapisan Multi Media (LMM) yang telah didiam kan selama 2 tahun
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5363

Abstract

Limbah cair Industri tahu masih menjadi masalah bagi lingkungan karena secara umum industri tahu ini berada dalam skala kecil (skala rumah tangga) dan belum memiliki sistem pengolahan. Pada penelitian ini  limbah cair industri tahu diolah dengan menggunakan kembali peralatan Lapisan Multi Media (LMM) yang pernah digunakan untuk pengolahan limbah cair industri tahu juga kemudian peralatan didiamkan selama dua (2) tahun. Peralatan  LMM didisain  menggunakan kotak akrilik dengan dimensi 50 cm (lebar) x 15 cm (panjang) × 50 cm (tinggi) yang terdiri atas blok tanah dari campuran tanah vulkanik, arang, serbuk besi, jerami padi dibungkus dengan kain strimin yang dibuat seperti pola  batu bata, dengan ukuran tinggi 4 cm,lebar 15 cm dan panjang 9 cm total volume 400 g dengan perbandingan masing-masing 7,5 : 1 : 0,5 : 1  disusun diantara Lapisan Permeable (PL) material zeolit dengan diameter 3-5 mm. Tujuan penelitian ini mempelajari apakah material tanah yang mengandung mikro organisme dan perlit yg digunakan pada peralatan LMM ini masih dapat berfungsi atau tidak selama 2 tahun didiamkan dan didapatkan hasil. Efisiensi penurunan parameter pencemaran limbah cair industri tahu tertinggi diperoleh pada laju alir 15 mL/menit baik pada kondisi aerasi maupun non aerasi. Pada kondisi aerasi diperoleh efisiensi yaitu TSS 95,13 %,  BOD 93.85 %, COD 96.20 %, amonia 65,85%, nitrit 93,60 % , nitrat 73,49 %, fosfat 98,12 % dan kenaikan pH dengan nilai 7,2 dari pH awal 4,34. Pada Kondisi Non aerasi diperoleh efisiensi penurunan yaitu TSS 80,04 %,  BOD 86,15 %, COD 80,39 %, amonia 59,74 %, nitrit 91,60 % , nitrat 72,59 %, fosfat 63,10 % dan kenaikan pH dengan nilai 6,02 dari pH awal 4,34. Dari hasil dapat dilihat bahwa peralatan LMM yg sdh didiamkan selama 2 tahun masih berfungsi dan dapat digunakan lagi untuk pengolahan limbah cair  indutri tahu. Tofu Industry Wastewater Treatment using Multi Soil Layering (MSL) Equipment that has been Inactive for Two YearsTofu industry wastewater is a problem for the environment because in general the tofu industry is a home industry (small scale industry) and does not treat it waste properly. This research was aimed to treat tofu industry wastewater by reusing Multi Soil Layering (MSL) equipment which was left alone for two years.  MSL equipment was designed using an acrylic box with dimensions of 50 cm (width) x 15 cm (length) × 50 cm (height) consisting of a block of soil from a mixture of volcanic soil, charcoal, iron powder, rice straw wrapped in a strimin cloth made like a pattern bricks, with a height of 4 cm, width 15 cm and a length of 9 cm, a total volume of 400 g with a ratio of 7.5: 1: 0.5: 1 each arranged between layers of Permeable (PL) zeolite material with a diameter 3-5 mm.The purpose of this study was to observe whether soil material containing micro-organisms and pearlite used in MSL equipment can still function or not after 2 years. It has been found that the highest efficiency was obtained at a flow rate of 15 mL/min in both aeration and non-aeration conditions. In the aeration condition, the result showed that TSS 95.13%, BOD 93.85%, COD 96.20%, ammonia 65.85%, nitrite 93.60%, nitrate 73.49%, phosphate 98.12% and pH increase from 7.2 to 4.34. In the Non-aeration Condition, the efficiency was decreased, indicated by the value of TSS 80.04%, BOD 86.15%, COD 80.39%, ammonia 59.74%, nitrite 91.60%, nitrate 72.59%, phosphate 63.10% and pH increase from 6.02 to 4.34. From the results it can be seen that the MSL equipment which has been left alone for 2 years was still properly functioning and can be used again for the processing of tofu industry wastewater.
PENAPISAN FITOKIMIA DAN UJI EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK DAUN CERI TERHADAP TOKSISITAS GENTAMISIN PADA TIKUS
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5756

Abstract

AbstrakGentamisin merupakan salah satu antibiotika dengan gejala toksisitas berupa kerusakan pada sel-sel ginjal atau bersifat nefrotoksik. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki komponen metabolit sekunder yang ada pada ekstrak daun Ceri (Muntingia calabura L.) serta kemampuannya dalam memproteksi organ ginjal dari nefrotoksisitas gentamisin. Penapisan fitokimia dilakukan dengan menggunakan metoda standar penetapan kualitatif kelompok alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, fenolik dan saponin. Sementara uji aktivitas nefroprotektif dilakukan dengan mengelompokkan hewan uji  menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor hewan. Seluruh hewan uji pada kelompok II-V diinduksi dengan injeksi  subkutan gentamisin pada dosis 40 mg/KgBB selama 8 hari, sementara hewan pada kelompok I sebagai kontrol normal diinjeksi dengan NaCl fisiologis. Satu jam sebelum penginduksian, kelompok I dan II diberikan NaCMC sebagai control pembawa, sementara kelompok III, IV dan V diberi ekstrak dengan dosis masing-masing 75,150, dan 300 mg/kgBB secara peroral. Pada hari ke-9 sampel darah dari seluruh hewan diambil untuk diukur kadar kreatininnya. Selanjutnya hewan dikorbankan dan diambil organ ginjalnya untuk ditimbang dan dilakukan pemeriksaan histopatologinya. Kadar kreatinin serum diukur dengan metode Jaffe menggunakan alat fotometer analyzer DIRUI DR-7000 D pada panjang gelombang 492 nm. Uji penapisan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun ceri mengandung kelompok senyawa flavonoid, fenolik dan saponin. Sementara itu, hasil rata-rata kadar kreatinin pada kelompok I-V berturut-turut adalah: 0,394, 3,074, 1,394, 1,436, 1,374 mg/dl, dan berat relatif ginjal pada masing-masing kelompok 1,061%, 0,66%, 0,6%, 0,704 %, 0,794 %. Uji statistik ANOVA satu arah menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun ceri mempengaruhi kadar kreatinin serum dan rasio berat ginjal secara signifikan (p<0,05). Selain itu, hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan infiltrasi sel radang yang ringan, kongesti menurun, regenerasi sel terbaik terlihat pada kelompok dosis 300 mg/kgBB. Dengan demikian disimpulkan bahwa ekstrak daun ceri mengandung flavonoid, fenolik dan saponin dan memiliki efek nefroprotektif terbaik terhadap toksisitas gentamisin pada dosis 300 mg/KgBB.Abstract Gentamicin is an antibiotic with symptoms of toxicity in the form of kidney cells damage, known as nephrotoxicity. This study aims to investigate the secondary metabolite components present in the extract of cherries (Muntingia calabura L.) and its ability to protect kidney organs from gentamicin nephrotoxicity. Phytochemical screening was carried out using a standard qualitative method for determining the groups of secondary metabolites. Meanwhile, the nephroprotective activity test was carried out by grouping male albino mouse as the experimental animals into 5 groups, each consisting of 5 animals. All animals in group II-V were induced by subcutaneous injection of gentamicin at a dose of 40 mg/kg for 8 days, while animals in group I as normal controls were injected with physiological NaCl. One hour before induction, groups I and II were administered with NaCMC as control carriers, while groups III, IV and V were administered with the extract at a dose of 75, 150 and 300 mg/kg respectively. On the 9th day, blood samples from all animals were taken to measure their creatinine levels. Furthermore, the animal were sacrificed and the kidneys were taken to be weighed and histopathological examination is carried out. Serum creatinine levels were measured by the Jaffe method using a photometer analyzer DIRUI DR-7000 D at a wavelength of 492 nm. Phytochemical screening test showed that the cherry leaf extract contained flavonoid, phenolic and saponin compounds. Meanwhile, the results of the average creatinine levels in group I-V were: 0.394, 3.074, 1.394, 1.436, 1.374 mg / dl, and the relative weight of the kidneys in each group was 1.061%, 0.66%, 0.6 %, 0.704%, 0.794%. One-way ANOVA statistical analysis showed that the administration of cherry leaf extract significantly affected serum creatinine levels and kidney weight ratio (p <0.05). Meanwhile, the results of histopathological examination showed mild inflammatory cell infiltration, decreased congestion, and the best cell regeneration was seen in the 300 mg/kg dose group. Thus it is concluded that cherry leaf extract contains flavonoids, phenolics and saponins and has the best nephroprotective effect against gentamicin toxicity at a dose of 300 mg / KgBW.
UJI PERBANDINGAN METODE ANALISA VITAMIN C PADA KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis (L.) Osbeck) DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE Yulianis .; Hairani Hairani; Deny Sutrisno
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.4952

Abstract

Kulit jeruk manis seringkali dibuang sebagai limbah padahal didalamnya terkandung vitamin C yang mempunyai aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar vitamin C dalam ekstrak kulit jeruk manis menggunakan Spektrofotometri UV-Vis pada metode oksidasi dengan bromin, metode oksidasi dengan KMnO4 dan metode ekstraksi dengan pelarut air serta membandingkan hasil dari ketiga metode tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengekstraksi kulit jeruk manis dengan pelarut etanol 70% dengan cara maserasi. Uji kadar vitamin C dilakukan dengan tiga cara yaitu metode oksidasi dengan bromine dan KMnO4 serta uji kadar langsung dengan pelarut air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin C pada ekstrak kulit jeruk manis yang diperoleh pada metode oksidasi dengan bromin, metode oksidasi dengan KMnO4 dan metode ekstraksi dengan pelarut polar secara berturut-turut adalah 0,4817 ± 0,0451 %, 0,495 ± 0,1371 %, 1,1350 ± 0,2301 %. Kadar vitamin C yang diperoleh  pada metode oksidasi dengan bromin dan metode oksidasi dengan KMnO4 tidak jauh berbeda. Kadar vitamin C pada metode ekstraksi dengan pelarut polar lebih besar dari kedua metode lainnya dikarenakan pengaruh kandungan metabolit sekunder lain di dalam kulit jeruk manis.Kata kunci : Vitamin C, Kulit jeruk manis, Spektrofotometri UV-Visible, Metoda oksidasi, Ekstraksi Abstract The sweet orange peel is often thrown away as waste even though it contains vitamin C which has antioxidant activity. This study aims to determine levels of vitamin C in sweet orange peel extract using UV-Vis spectrophotometry in the oxidation method with bromine, oxidation method with KMnO4 and extraction method with polar solvents and compare the results of the three methods. This research was conducted by extracting sweet orange peel with 70% ethanol by maceration. Vitamin C levels were tested in three ways, namely the oxidation method with bromine and KMnO4 and direct levels of testing with polar solvents. The results showed that vitamin C levels in sweet orange peel extract obtained by the oxidation method with bromine, the oxidation method with KMnO4 and the extraction method with polar solvents were 0.4817 ± 0.0451%, 0.495 ± 0.1371%, 1.1350 ± 0.2301%. Vitamin C levels obtained in the oxidation method with bromine and the oxidation method with KMnO4 are not much different. Vitamin C levels in the extraction method with polar solvents are greater than the other two methods due to the effect of the content of other secondary metabolites in sweet orange peel.Keywords : Vitamin C, Sweet orange peel, UV-Vis spectrophotometry, Oxidation method, Extraction 
IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH CANGKANG SIPUT GONG-GONG (Strombus turturella) DENGAN METODE WD-XRF FUSSION Suci Fitriani Sammulia; Suhaera Suhaera; Merry Ardhini
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5359

Abstract

 Provinsi Kepulauan Riau memiliki hasil laut yang berlimpah, termasuk hewan lautnya. Siput gong-gong merupakan wisata kuliner yang khas Kepulauan Riau. Banyaknya peminat siput gong-gong menyebabkan meningkatnya limbah cangkang siput gong-gong. Berdasarkan penelitian sebelumnya, limbah cangkang kerang, telur dan bekicot mengandung kalsium karbonat yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengedintifikasi kandungan kimia kalsium karbonat yang terkandung di dalam limbah cangkang siput gong-gong (Strombus turturella). Metode yang digunakan adalah metode X-Ray Fluorescence (XRF). Hasil identifikasi sampel cangkang siput gong-gong menunjukkan bahwa sebagian besar komposisi yang terkandung dalam cangkang siput gong-gong adalah CaO sebesar 55,51% dan SiO2 sebesar 0,21%, sedangkan sisanya adalah besi, aluminium, potassium dan elemen-elemen lainnya. Berdasarkan hasil identifikasi kandungan kimia dengan metode WD-XRF Fussion yang diperoleh, menunjukkan bahwa cangkang siput gong-gong memiliki kandungan tertinggi yakni Ca sebagai elemen penyusun utama CaCO3 yang dapat dijadikan sebagai bahan baku sediaan farmasi.Tepung cangkang gong-gong, kalsium karbonat, WD-XRF Fussion 
FEKTIFITAS LAJU ALIR SISTEM MULTI SOIL LAYERING (MSL) TERHADAP REDUKSI KADAR COD, BOD DAN KESADAHAN PADA AIR TANAH DI DESA TELUK NILAP, KECAMATAN BABUSSALAM, ROKAN HILIR Arief Yandra Putra; Fitri Mairizki; OKTARIANI OKTARIANI
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5724

Abstract

Air merupakan kebutuhan pokok dimana kualitas dan kuantitasnya harus dijaga, baik secara fisik, biologis serta kimia. Sumber daya air yang banyak mendapatkan perhatian dan paling banyak dibutuhkan adalah air tanah. Kualitas dan potensi air tanah pada suatu wilayah mencakup komponen fisika, kimia dan biologi. Air tanah perlu mendapatkan perhatian khusus apalagi air tanah banyak tercemar oleh berbagai macam limbah yang mengandung COD dan  BOD. Kesadahan merupakan salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Air dikatakan sadah jika mengandung ion Ca dan Mg. Ada beberapa alternatif pengolahan air limbah/tercemar yang dapat diterapkan. Salah satu sistem pengolahan air limbah yang menggabungkan kinerja tangki septik dan pertumbuhan lekat yang dikenal dengan sistem MSL. Metode ini dikenal murah dari segi biaya, sederhana, mudah dari segi pengoperasian dan pengontrolan, dan juga bersifat ramah lingkungan. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengamatan yang mengacu pada hasil penelitian sebelumnya. Variasi laju alir yang digunakan dalam sistem MSL untuk mereduksi kadar BOD, COD dan kesadahan yaitu 10, 15, 30, 60, 120 dan 180 ml/min. Dari hasil diperoleh efisiensi reduksi BOD, COD dan kesadahan yaitu 98,02%, 50,62% dan 78,50% dengan variasi laju alir 10 ml/min. Hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat baku mutu air menurut PP RI NO.82 Tahun 2001 dan Permenkes No.416 Tahun 1990. Semakin kecil laju alir yang digunakan maka efisiensi reduksi akan semakin tinggi karena waktu kontak antara sampel dengan lapisan pada MSL akan semakin lama. 
PEMBUATAN MEMBRAN PEMBALUT LUKA YANG MENGANDUNG ALFA MANGOSTIN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis B A Martinus
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.4961

Abstract

A research has been done on the antibacterial activity test alpha mangostin with a concentration of 0.5 %, 1 % and 2% of the wound dressings membrane. Wound dressings membrane is used to cover and protect new system or wounds from bacteria. One of xantone compounds which possess antibacterial activity, namely alpha mangostin were isolated from the skin of the mangosteen. Wound dressings membrane contains of alpha mangostin, starch yam, polyvinyl alcohol, propylene glycol, nipagin, nipasol and aquadest. The membrane evaluation of wound dressings include organoleptic examination, the membrane thickness, the pH test, moisture proofing, water vapor transmission rate test, elongation percent test and tensile strength, swelling test and test activity against Staphylococcus aureusand Staphylococcus epidermidis. The wound dressings membrane suitable alpha mangostin characterization that is F1. Antibacterial activity test was performed using the diffusion method on Muller Hilton Agar media. The test results of antibacterial activity of alpha-mangostin in the membrane of the best wound dressing is F3 the diameter of inhibition zone against S. aureus is 10,67 mm and against S. epidermidis is 11.33 mm. Based on analysis of one-way ANOVA using SPSS 20.0 obtained significant value that is P <0.05. Duncant test of S. aureus results showed that F2 and F3 with Comparative (Daryant Tulle®) does not have significant differences and against of S. epidermidis results showed that F3 with Comparative (Daryant Tulle ®) does not have significant differences.
AKTIFITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK SIRIH MERAH DAN LIDAH MERTUA TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI Irene Puspa Dewi; Verawaty Verawaty; Tuty Taslim; Rusvaira Khairunnisa
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5346

Abstract

Based on previous studies note that the red betel leaf and lidah mertua leaf has a pharmacological activity as an antibacterial against Escherichia coli. This research aims to compare the antibacterial activity between ethanol extract of red betel leaf and lidah mertua leaf  againts bacterium Escherichia coli. The research used the agar diffusion method to measure the diameter of the inhibition area formed around the paper disc. Each extract ethanol is prepared with a concentration of 10% and 20%. As a positive control used ciprofloxacin. The result shown that inhibition area diameter of ethanol extract of red betel leaf with a concentration 10% is 0,97cm and 20% is 1.23 cm. Inhibition area diameter of ethanol extract of lidah mertua leaf with a concentration 10% is 1.20 cm and 20% is 1.53 cm. One Way Anova statistical analysis concluded that the average of inhibition area diameter between the ethanol extract of red betel leaf and lidah mertua leaf did not differ significantly both at concentrations of 10% and 20%. From these results we concluded that there was no significant difference in antibacterial activity of ethanol extract of red betel leaf and lidah mertua leaf againts the bacterium Escherichia coli.
STUDI KEBERADAAN BORAKS PADA BEBERAPA WARUNG PEMPEK IKAN DI KOTA PADANG Yusra Yusra; Dyo Sept Ikhtriman; Yempita . Efendi
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5768

Abstract

Pempek ikan merupakan produk olahan hasil perikanan yang memiliki gizi yang baik bagi tubuh manusia, tetapi dikhawatirkan para pengolah pempek ikan menggunakan bahan tambahan non-pangan berbahaya seperti boraks untuk meraup keuntungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya keberadaan boraks pada olahan pempek ikan di beberapa warung di Kota Padang. Metode yang dipakai adalah metode deskriptif dengan populasinya adalah beberapa warung pempek ikan yang berada di Kota Padang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel diuji dengan menggunakan test kit boraks dan selanjutnya di uji secara organoleptik. Hasil penelitian pada uji test kit boraks tidak ditemukannya kandungan boraks pada sampel A, B, C, D dan E yang berarti pada semua warung yang diuji negatif menggunakan boraks. Pada uji organoleptik nilai rata-rata kenampakan 3,77, aroma 3,66, rasa 3,78, warna 3,69 dan tekstur 3,78. Faktor yang mempengaruhi perbedaan dari setiap parameter adalah komposisi, bahan, bumbu, dan keterampilan pengolah setiap warung berbeda.
Penentuan Kadar Fenolat Total Ekstrak Kulit Buah Nyireh (Xylocarpus Granatum J.Koenig) Dengan Spektrofotometri Uv-Visibel hesti marliza
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5324

Abstract

Senyawa fenolik merupakan salah satu katagori terbesar dari fitokimia.Beberapa senyawa fenolik berperan sebagai antioksidan. Kulit Buah Nyireh (xylocarpus granatum J.Koenig) merupakan salah satu tanaman yang dimaanfaatkan sebagai sebagai obat tradisional terutama memiliki potensi sebagai inhibitor enzim tirosinase sedangkan biji tumbuhan ini ditemui pesisir pantai untuk perawatan kulit (skincare) bagian kulit buahnya banyak mengandung senyawa fenolik, tanin, saponin, hidrokuinon dan steroid. Adanya senyawa fenolik yang terkandung pada kulit buah nyireh (Xylocarpus granatum J.Koenig) memungkinkan adanya efek antioksidan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar fenolat total ekstrak kulit buah nyireh (Xylocarpus granatum J.Koenig). Metode yang dilakukan untuk mendapatkan ektrak kulit buah nyireh dengan maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan etanol. Penetapan kadar fenolat total ditentukan dengan metode Folin-Ciocalteau menggunakan spektrofotometri UV, Hasil yang didapat pada penetapan kadar fenolat pada ekstrak kulit buah nyireh yaitu ekstrak etanol 264,07 mg/g, ekstrak etil asetat 289,54 mg/g dan ekstrak n-heksan 58,50 mg/g.
ANALISIS KALIUM PADA BUAH SEMANGKA (Citrullus lanatus (Thunb.) DENGAN SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM Tuty Taslim; suryani suryani; Shinta Fardani; Reny Salim
Jurnal Katalisator Vol 5, No 2 (2020): KATALISATOR
Publisher : LLDIKTI Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22216/jk.v5i2.5717

Abstract

Abstract Kalium adalah salah satu mineral makro yang diperlukan tubuh dalam mengatur keseimbangan muatan elektrolit cairan tubuh. Gangguan terhadap keseimbangan elektrolit akan berpengaruh terhadap metabolisme tubuh. Salah satu sumber Kalium yang paling mudah didapat adalah dari buah semangka Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai yang sangat banyak ditemukan di daerah Sumatera Barat. Kebiasaan masyarakat untuk menikmati manisnya buah semangka adalah dengan memakan bagian merah daging buah, sedangkan bagian putih di bawah kulit (perikarp) yang berasa tawar cenderung dibuang bersama kulitnya yang menurut studi Agricultural Research Services, mengandung lebih banyak Kalium dan citrulline. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan perikarp buah semangka dan limbah kulit semangka sebagai pembuatan nata, selai dan minuman. Juga penelitian efek kulit semangka pada jumlah neutrofil pada radangakibat luka gores yang diperlakukan pada mencit jantan, tetapi analisis kandungan antara perikarp dan daging buah belum dilakukan. Berdasarkan hal demikian, peneliti mencoba untuk melakukan analisis kadar kalium dalam perikarp (kulit putih) dan daging buah semangka merah (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai) secara spektrofotometri serapan atom dari buah semangka yang tumbuh di daerah Kambang Utara, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalium perikarp lebih tinggi yaitu 286,47mg/100g dibanding daging buah 92,76 mg/100g. Hasil uji statistik menggunakan Independent Sample T-Test, dengan sig < 0,025 terdapat perbedaan bermakna kadar kalium pada perikarp dan daging buah semangka.  Abstract Potassium is one of the macro minerals needed by the body in regulating the body's electrolyte charge. Disruption of electrolyte balance will affect the body's metabolism. One of the easiest sources of potassium is from the watermelon fruit Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai which found in West Sumatra. The habit of people to enjoy the sweetness of watermelon fruit is by eating the red part of the flesh of the fruit, while the white part under the skin (pericarp) which tasteless tends to be removed with the skin which, according to Agricultural Research Services studies, contains more potassium and citrulline. Several studies have been carried out to utilize watermelon pericarp and watermelon rind waste as food and drink production, as well as the effect of watermelon skin on the number of neutrophils in scar inflammation of male mice, but analysis of the different content between pericarp and pulp has not been carried out. Based on this case an analysis of potassium is carried out using atomic absorption spectrophotometry from watermelon that grows at Kambang Utara area, Lengayang District, Pesisir Selatan. The results showed that the level of potassium pericarp was higher at 286,47 mg / 100g compared to 92,76 mg / 100g fruit flesh. Statistical test results using Independent Sample T-Test, with sig <0,025 there is a significant difference in potassium levels in pericarp and watermelon flesh.

Page 1 of 2 | Total Record : 12