cover
Contact Name
Dani Saepuloh
Contact Email
danie_saepuloh@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
lydiadesmaniarirwan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Kelautan Nasional
ISSN : 1907767X     EISSN : 26154579     DOI : -
Core Subject : Science, Social,
Jurnal Kelautan Nasional (JKN) ISSN 1907-767X, e-ISSN 2615-4579 adalah jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Riset Kelautan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset Kelautan (Pusriskel) adalah nomenklatur baru, sejak tahun 2017, untuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir (P3SDLP). Jurnal Kelautan Nasional, sebelum dikelola oleh Pusriskel maupun P3SDLP, adalah dikelola oleh Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan (P3TKP). Pada tahun 2016, P3TKP kemudian merger ke P3SDLP.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS" : 6 Documents clear
Dampak Fluktuasi Suhu Permukaan Laut Terhadap Kematian Karang di Perairan Pulau Weh, Indonesia Ulung jantama wisha; try Al Tanto; Nia Naelul Hasanah Ridwan; Ruzana Dhiauddin
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.248 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.6979

Abstract

Pulau Weh merupakan salah satu pulau terluar yang menjadi wilayah yang sangat penting di Indonesia sebagai pusat kawasan maritim, dipengaruhi oleh kondisi dipole mode di Samudera Hindia dan beberapa lautan seperti Laut Andaman dan Selat Malaka. Pada waktu tertentu terjadi anomali suhu yang berubah drastis yang menyebabkan tingginya level kematian karang yang diawali dengan kejadian bleaching. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kematian karang disebabkan oleh anomali suhu yang dibangkitkan oleh Indian Ocean Dipole (IOD) dan faktor antropogenik. Suhu permukaan laut regional dianalisis secara spasial dan statistik dalam bentuk data deret waktu. Metode Line Intercept Transect (LIT) untuk menilai tutupan dan kondisi karang dalam bentuk persen tutupan, indeks mortalitas, dan juga dokumentasi pemutihan karang, yang dilakukan di tiga (3) stasiun observasi (Keunekai, Ie Meulee, dan Batee Glah). Selama 5 tahun, tren suhu meningkat sebesar ±3 0C karena kondisi dipole mode sepanjang tahun. Pada Tahun 2016, dipole mode menunjukkan nilai negatif yang menyebabkan suhu hangat melalui Laut Andaman dan berdampak pada perairan Pulau Weh. ENSO memiliki peran dalam mendukung sebaran suhu yang lebih tinggi di pesisir barat Sumatera. Persen tutupan karang pada tiga (3) stasiun observasi mencapai 9,1 %, 34,4 %, dan 14,7 % yang dikategorikan buruk hingga sedang. Berdasarkan perhitungan indeks mortalitas, dikategorikan tinggi hingga sangat tinggi. Dampak paling berbahaya adalah kejadian bleaching yang sangat mengkhawatirkan di perairan Keunekai dan Batee Glah, mengindikasikan bahwa karang telah terancam oleh degradasi suhu.
Model Ruang Wilayah Pendaratan Amfibi Pulau Batam Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Agus Iwan Santoso; Hartono Hartono; Sunarto Sunarto
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (632.583 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.7646

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 2/3 wilayahnya merupakan lautan. Posisi Pulau Batam sangat strategis karena selain berada pada Selat Malaka yang merupakan choke point, juga tepat berada pada jalur komunikasi dan perdagangan dunia. Hal ini merupakan potensi ancaman karena akan mendorong hadirnya kekuatan asing untuk mengamankan kepentingan negaranya. Perlu adanya sistem pertahanan negara yang dipersiapkan untuk operasi militer perang. Wilayah pendaratan amfibi merupakan bagian dari wilayah pertahanan dinamis yang digunakan untuk operasi militer perang. Teknologi penginderaan jauh mampu memberikan informasi berupa parameter-parameter yang berpengaruh terhadap penentuan model ruang wilayah pendaratan amfibi, yaitu : 1) Gradien pantai depan; (2) Jenis/bentuk garis pantai pendaratan; (3) Panjang garis pantai pendaratan; (4) Komposisi dasar laut; (5) Medan belakang pantai; (6) Rintangan pantai; (7) Jaringan jalan; (8) Penggunaan lahan. Sistem informasi geografi melalui pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang digunakan untuk menghasilkan model ruang wilayah pendaratan amfibi. Hasil dari penelitian ini adalah Pada Pulau Batam terdapat 5 (lima) lokasi yang dapat digunakan untuk pendaratan amfibi yaitu : (1) Pada kecamatan Nongsa, posisi 104° 7’ 34,100” BT - 1° 10’ 51,986” LU, (2) Pada kecamatan Sungaibedug, posisi 104° 3’ 52.505” BT - 0° 59’ 8.187” LU, (3) Pada kecamatan Sagulung, posisi 104⁰ 2’ 31.032” BT - 0⁰ 59’ 7.444” LU, (4) Pada kecamatan Sagulung, posisi 104° 1’ 53.793” BT - 0° 58’ 55.908” LU dan (5) Pada kecamatan Sekupang, posisi 103° 55’ 11.385” BT - 1° 8’ 10.207” LU.
Cadangan Karbon Ekosistem Mangrove di Sulawesi Utara dan Implikasinya Pada Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Terry Louise Kepel; Restu Nur Afi Ati; Agustin Rustam; Yusmiana Puspitaningsih Rahayu; Mariska Astrid Kusumaningtyas; August Daulat; Devi D. Suryono; Nasir Sudirman; Novi Susetyo Adi; Desy Maria Helena Mantiri; Andreas Albertino Hutahaean
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.705 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.7711

Abstract

Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang menerapkan kebijakan rencana aksi nasional/daerah (RAN/RAD) gas rumah kaca sebagai bagian dari usaha nasional dalam mitigasi perubahan iklim. Salah satu kegiatan mitigasi berbasis lahan di Sulawesi Utara adalah pengukuran dan monitoring biomas dan stok karbon di hutan termasuk hutan pantai yang luasan pengukuran masih terbatas. Pada tahun 2013-2015, Tim Penelitian Karbon Biru melakukan penelitian di empat lokasi di Sulawesi Utara yang bertujuan untuk menganalisis kondisi ekologis dan kemampuan ekosistem pesisir terutama mangrove dalam menyimpan karbon serta implikasi pada mitigasi gas rumah kaca. Lokasi penelitian terletak di Ratatotok – Kabupaten Minahasa Tenggara, Kema – Kabupaten Minahasa Utara, Pulau Lembeh – Kota Bitung dan  Pulau Sangihe – Kabupaten Sangihe. Jenis mangrove yang teridentifikasi adalah 17 spesies dan 3 spesies diantaranya yaitu B. gymnorrhiza, R. mucronata dan S. alba ditemukan di semua lokasi. Keanekaragaman spesies berkisar dari rendah sampai sedang dan penyebaran spesies tidak merata.  Kapasitas penyimpanan karbon adalah sebesar 343,85 Mg C ha-1 di Ratatotok, 254,35 Mg C ha-1 di Lembeh, 387,95 Mg C ha-1 di Kema, dan 594,83 Mg C ha-1 di Sangihe. Lebih dari 59% simpanan karbon berada pada sedimen. Nilai rata-rata simpanan karbon di keempat lokasi penelitian sebesar 456,86 M C ha-1 atau 5,70 Tg C setelah dikonversi dengan luas total ekosistem mangrove Sulawesi Utara. Nilai ini setara dengan penyerapan CO2 dari atmosfer sebesar 20,70 Tg CO2e. Potensi emisi akibat perubahan lahan mangrove mencapai 0,42 Tg CO2e. Upaya meningkatkan kontribusi penurunan emisi Sulawesi Utara dapat dicapai dengan melakukan intervensi pengurangan emisi melalui rehabilitasi dan konservasi ekosistem mangrove.
Metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System Pada Aplikasi Sistem Cerdas Pendugaan Produksi Garam Dani Saepuloh; Muhammad Ramdhan; Rikha Bramawanto; Sri Suryo Sukoraharjo
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.602 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.7910

Abstract

Garam merupakan salah satu komoditas strategis, karena selain merupakan kebutuhan pokok manusia, garam juga digunakan sebagai bahan baku industri. Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi garam, namun Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negerinya sendiri. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) setiap tahun menargetkan produksi garam, dan sering kali target dan realisasi produksi garam tidak tercapai. Untuk meminimalkan resiko kerugian petambak garam dan bahan pertimbangan untuk menjaga neraca garam dibuatlah Sistem Cerdas Pendugaan Produksi garam dengan menggunakan metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS). Sistem kerja dalam penelitian ini dengan tiga variable: curah hujan, nino 34 dan dipole mode, dataset tersebut akan dibagi menjadi data training dan data testing. Data training digunakan sebagai prediktor sistem ANFIS sedangkan data testing digunakan untuk mengukur akurasi prediksi yang dihasilkan oleh ANFIS. Pengukuran tingkat akurasi menggunakan metode Root Means Square Error (RMSE) yang menunjukkan keakurasinya cukup baik mendekati nilai produksi garam.
Analisis Kualitas Garam Hasil Produksi Prisma Rumah Kaca di Desa Sedayu Lawas, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur Andi Kurniawan; Farikh Assafri; M. Aris Munandar; Abdul Aziz Jaziri; Asep Awaludin Prihanto; Guntur Guntur
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.49 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.7073

Abstract

Desa Sedayu Lawas merupakan salah satu sentra produksi garam di Lamongan. Potensi tambak garam di desa ini cukup besar hanya saja produksi garam yang ada sebagian besar masih sangat tergantung kondisi cuaca. Salah satu inovasi dalam memproduksi garam rakyat untuk mengatasi masalah cuaca tersebut adalah dengan menggunakan teknologi Prisma Rumah Kaca.  Inovasi ini memanfaatkan rumah kaca dan plastik geomembran dalam proses kristalisasi garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas garam dari hasil produksi metode Prisma Rumah Kaca di desa Sedayu Lawas. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu, salinitas, kandungan Mg, kandungan Ca, kandungan NaCl dan kadar air. Hasil penelitian ini menunjukkan kalau kadar salinitas air pada kolam penampungan air muda adalah 23-24 ppt dan pada kolam penampungan air tua adalah 34-42 ppt. Nilai rata-rata NaCl, Mg dan Ca pada air muda secara berturut-turut adalah 115.000 mg/L, 313,6 mg/L dan 202,3 mg/L. Hasil pengujian air tua menunjukkan nilai rata-rata NaCl, Mg dan Ca secara berturut-turut adalah 129.333,3 mg/L, 313,6 mg/L dan 214,3 mg/L. Hasil uji kualitas garam menunjukkan kadar NaCl atas dasar berat basah (adbb) sebesar 87,56%, kadar Mg sebesar 2,15%, kadar Ca sebesar 3,45% dan kadar air sebesar 5,86%. Hasil penelitian ini mengindikasikan kalau kualitas garam yang dihasilkan melalui metode Prisma Rumah Kaca di desa Sedayu Lawas termasuk dalam kategori Kualitas K1 berdasarkan SNI 4435:2017.
Kelimpahan Ikan Karang Di Sekitar Atraktor Cumi-Cumi Berbahan Pipa PVC Sudrajat Danu; Mulyono S. Baskoro; Zulkarnain Zulkarnain; Roza Yusfidanayani
Jurnal Kelautan Nasional Vol 14, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1015.077 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v14i2.7234

Abstract

Atraktor cumi-cumi yang telah memberikan manfaat pada sektor perikanan, akan tetapi perlu dilakukan rekayasa teknologi sehingga memungkinkan manfaat yang diberikan dapat berlangsung lama dan memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap sektor perikanan. Tujuan penelitian ini adalah fungsi atraktor cumi-cumi berbahan pipa PVC sebagai artificial reef dan untuk mengetahui kelimpahan ikan karang pada atraktor cumi-cumi. Penelitian ini menggunakan 2 buah tipe atraktor yaitu Tipe 1 (T1) yaitu atraktor pada bagian atas dan sisi kiri dan kanannya diberi penutup jaring waring PE 40%,  dan Tipe 2 (T2) atraktor pada bagian atasnya saja yang diberikan penutup jaring PE 40%. Metode pengumpulan data ikan yang berada pada atraktor cumi-cumi menggunakan metode sensus visual (Visual Census Method) dengan menggunakan Underwater cam “SENU”, yang disimpan dalam Digital Video Recorder (DVR). Hasil di dalam DVR inilah yang selanjutnya akan dilakukan perhitungan jumlah ikan pada atraktor cumi-cumi. Individu yang diamati adalah yang berada di dalam dan di sekitar atraktor cumi-cumi dalam setiap jamnya, dengan jarak terluar yang diamati dari atraktor cumi-cumi sekitar 50 cm. Atraktor pipa VPC dapat menjadi terumbu karang buatan, dan masing-masing Atraktor T1 dan T2 mempunyai nilai indeks keanekaragaman (H') termasuk keanekaragaman tinggi dengan indeks H' 3,2908 dan 3,303, indeks keragaman (E) menunjukan komunitas stabil dengan indeks E 0,7943 dan 0,8029 dan indeks dominasi (C) termasuk dominasi rendah indeks C 0,4028 dan 0,3974.

Page 1 of 1 | Total Record : 6