cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Jurnal KATA : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
ISSN : -     EISSN : 25020706     DOI : -
Core Subject : Education,
JURNAL KATA : Penelitian tentang ilmu bahasa dan sastra, by ISSN 2502-0706 (Online) Research on linguistics, literature and art. Is a scientific journal that publishes the results of research and thinking in two languages, namely: Indonesian and English. KATA is published twice a year in May and October.
Arjuna Subject : -
Articles 66 Documents
SIKAP HIDUP MASYARAKAT JAWA DALAM CERPEN-CERPEN KARYA KUNTOWIJOYO Astuti, Cutiana Windri
Jurnal KATA Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.498 KB) | DOI: 10.22216/jk.v1i1.1945

Abstract

Cerpen yang dikarang oleh Kuntowijoyo sarat akan pesan-pesan moral dan juga kental dengan tradisi dan budaya Jawa. Melalui kumpulan cerpen tersebut peneliti bermaksud untuk menggali tradisi dan kebudayaan Jawa sehingga dapat menemukan sikap hidup masyarakat Jawa yang dapat diteladani. Pada penelitian  ini peneliti menggunakan desain deskriptif kualitatif. Sumber data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data yang terkandung dalam cerpen-cerpen karya Kuntowijoyo. Teknik analisis data menggunakan teknik simak dan catat. Hasil analisis data berupa temuan representasi sikap hidup masyarakat Jawa yaitu: (1) sikap hormat, (2) sikap tanggung jawab, (3) sikap patuh, (4) sikap kerjasama/gotongroyong, dan (5) sikap bermusyawarah.
Rekonstruksionisme: Metode Komunikatif Dalam Pemerolehan Dan Pembelajaran Bahasa Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Cahyani, Isah; Hadianto, Daris
Jurnal KATA Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.737 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i1.3065

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena berbahasa Indonesia pada peserta didik, bagaimana pandangan rekonstruksionisme dan peran metode komunikatif dalam mengembangkan kemampuan berbahasa pada peserta didik. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dilakukan dengan teknik. Adapun hasil dari penelitian ini, yaitu peserta didik masih kesulitan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada situasi formal. Hal ini tidak terlepas dari pemerolehan dan pembelajaran bahasa yang diperoleh peserta didik sebelumnya. Dengan berpijak pada teori rekonstruksionisme dan metode komunikatif, peserta didik dapat memperoleh dan menggunakan suatu bahasa dengan baik jika bahasa itu sering digunakan atau bersifat komunikatif. Hal ini mengimplikasikasikan bahwa seseorang dapat membangun kemampuan berbahasa dari pengalaman-pengalaman yang diperolehnya, artinya peserta didik harus sering mengalami atau menggunakan bahasa tersebut. Adapun peran dari metode komunikatif itu sendiri, yaitu meningkatkan atau mengembangkan kemampuan berbahasa peserta didik. Peran sekolah dan guru adalah mendorong anak untuk menggunakan bahasa-bahasa tersebut dengan mencipatakan situasi-situasi tertentu (situasi komunikatif) agar kemampuan berbahasa peserta didik berkembang dengan baik, baik itu berbahasa Indonesia maupun berbahasa Asing.This study aims to find out the phenomenon of Indonesian language in learners, how the views of reconstructionism and the role of communicative methods in developing language skills in learners. The research method that I use is qualitative research method. Descriptive qualitative research method is done by technique. The results of this study, namely learners are still difficult to use the Indonesian language is good and true in the formal situation. This can not be separated from the acquisition and learning of language obtained by previous learners. Based on the theory of reconstructionism and communicative methods, learners can acquire and use a language well if the language is often used or communicative. This implies that a person can build the language skills of the experiences he / she obtains, meaning that learners should often experience or use the language. The role of the communicative method itself, which is to improve or develop the language skills of learners. The role of schools and teachers is to encourage children to use these languages by creating specific situations (communicative situations) so that the language skills of learners develop well, be it Indonesian-speaking or foreign languages. 
NILAI LUHUR DALAM LAGU-LAGU DAYAK: KAJIAN IMPLIKATUR Yuni, Brigita
Jurnal KATA Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.515 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i1.2532

Abstract

This study aims to describe the form and meaning of the noble value in the tribal pop tribe Dayak. Sources of data in this study poetry song pop area Dayak tribe. The data in the study is the lyrics of regional pop songs that allegedly contain noble value implicatures. Techniques of collecting data using references, notes, and interviews. Methods of data analysis using the method padan with basic techniques select the determinants and advanced techniques of appeal. Based on the results of research, the forms and meanings of the noble values are classified into (1) self-related values including (a) responsibility, (b) courage, (c) thinking ahead, and (d) hard work. (2) The values associated with each other include values (a) respect, (b) caring, (c) love of the homeland, and (d) courtesy. (3) The values associated with nature include the value of (a) appreciating natural health, and (b) preserving culture. (4) God-related values include (a) being grateful.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud dan maksud nilai luhur dalam lagu pop daerah suku Dayak. Sumber data dalam penelitian ini syair lagu pop daerah Suku Dayak. Data dalam penelitian adalah lirik lagu pop daerah yang diduga mengandung implikatur nilai luhur. Teknik pengumpulan data menggunakan simak, catat, dan wawancara. Metode analisis data menggunakan metode padan dengan teknik dasar pilih unsur penentu dan teknik lanjutan hubung banding. Berdasarkan hasil penelitian wujud dan maksud nilai luhur diklasifikasikan menjadi (1) nilai yang berhubungan dengan diri sendiri meliputi (a) tanggung jawab, (b) keberanian, (c) berpikir jauh ke depan, dan (d) kerja keras. (2) Nilai yang berhubungan dengan sesama meliputi nilai (a) hormat, (b) peduli, (c) cinta tanah air, dan (d) sopan santun. (3) Nilai yang berhubungan dengan alam meliputi nilai (a) menghargai kesehatan alam, dan (b) melestarikan budaya. (4) Nilai yang berhubungan Tuhan meliputi nilai (a) bersyukur.
PERGESERAN NILAI BUDAYA JAWA DALAM NOVEL CANTING KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO: SUATU KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA Wahyuningsi, Endang
Jurnal KATA Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.724 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i2.3618

Abstract

This reseacrh to interpreting the shifting forms of Javanese culture in Canting novel by Arswendo Atmowiloto: literary anthropological studies. This research is a literary research with hermeneutical method. The data in this study are words and sentences relating to the shift of Javanese culture in Canting novels. The data collection technique is the documentation which further read, understand, and record, and classify the data. Data analysis techniques by reviewing data and interpreting research data and drawing conclusions. The results show that in the novel Canting by Arswendo Atmowiloto there is a shift in Javanese culture in terms of knowledge, belief, art, and morals, as well as laws and customs. Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan bentuk-bentuk pergeseran budaya Jawa dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto:kajian antropologi sastra. Penelitian ini merupakan penelitian sastra dengan metode hermeneutika. Data dalam penelitian ini adalah kata dan kalimat yang berkaitan dengan pergeseran budaya Jawa dalam novel Canting. Adapun teknik pengumpulan data adalah dokumentasi yang selanjutnya membaca, memahami, dan mencatat, serta mengklasifikasikan data. Teknik analisis data dengan meninjau kembali data dan menginterpretasikan data penelitian dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto terdapat pergeseran budaya Jawa ditinjau dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, dan moral, serta hukum dan adat istiadat.
KESALAHAN LEKSIKOGRAMATIKAL PADA TEKS RECOUNT Arifin, Adip; Rois, Syamsudin
Jurnal KATA Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.551 KB) | DOI: 10.22216/jk.v1i2.2130

Abstract

Language learning is basically a process of trial and error. It means that in every language learning activity, both in oral and written, errors in language are made. It also happens to Indonesian learners of English. This study is aimed at investigating the organization of lexicogrammatical feature in recount texts, written by sixth semester students of English Language Education Department, STKIP PGRI Ponorogo, in the academic year 215/2016. The study used descriptive qualitative method and designed as error analysis. The data were collected through written test composition. The result of study showed that the organization of lexicogrammatical feature was less satisfying. It could be seen from a number of mistakes produced by the students. In detail, there were 32 mistakes in using wrong word (misuse), 30 mistakes of wrong tense, 25 mistakes in using action verb, 21 mistakes in using finite, 17 mistakes in adverbial use, 17 mistakes of misspelling, 3 mistakes of using conjunction, 2 mistakes of using srticle, and 2 mistakes of using adjective. Pembelajaran bahasa pada prinsipnya merupakan proses mencoba dan gagal. Hal ini berarti bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, baik lisan maupun tulisan, tidak terlepas dari berbagai kesalahan berbahasa. Bagi pembelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia tentu juga tidak bisa terlepas dari kesalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana unsur-unsur pembentuk teks dalam teks recount yang ditulis oleh partisipan, yang berasal dari mahasiswa semester VI program studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP PGRI Ponorogo pada semester genap tahun akademik 2015/2016. Fokus penelitian ini adalah pengorganisasian fitur leksikogramatikal. Penelitian ini menggunakan desain error analysis. Data diperoleh dari written test composition, dan kemudian dianalisis berdasarkan prosedur error analysis. Dari hasil analisis data diketahui bahwa; pertama,  pengorganisasian teks khususnya pada fitur leksikogramatikal belum sepenuhnya memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari statistik kesalahan yang telah teridentifikasi. Secara detail ditemukan kesalahan terbanyak pada penggunaan kata (misuse) yakni 32 kesalahan(22%), wrong tenses 30 kesalahan (20%), wrong action verb 25 kesalahan (17%), absence of finite 21 kesalahan (14%), adverbial mistake 17 kesalahan (11%), misspelling 17 kesalahan (9%), cnjunctionmistake 3 kesalahan (2%), articlemistake 2 kesalahan (1%), dan wrong adjective 2 kesalahan (1%). 
PERILAKU NONVERBAL JESSICA DALAM SIDANG PERADILAN Fitri, Nidya
Jurnal KATA Vol 2, No 2 (2018): KATA
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.936 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i2.3049

Abstract

Jessica’s nonverbal behavior has been phenomenal in recent years. Media coverage of court room hearing Live and watched by the audience. The role of language is very important in deciding a judge decision. Nonverbal behavior is a part of language evidence in the court room. This research is aimed at describing and explaining function and meaning of Jessica’s nonverbal behavior. This research used qualitative descriptive method by using observational method and pragmatic approach. The object of this research was court room taken from KPI (Indonesia Broadcasting Commission.). The result of this research showed that two from the five language functions, i.e. representative function and directive function. Based on Jessica’s nonverbal behavior meaning found on from five nonverbal behavior, i.e, the meaning of hand gesture. The function and the meaning of Jessica’s nonverbal behavior was committed Jessica to prove her innocence action.
PERBANDINGAN VERBATRANSITIF DAN INTRANSITIFBAHASA INDONESIA DAN BAHASAJEPANG: TINJAUAN ANALISIS KONTRASTIF kartika, diana
Jurnal KATA Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.954 KB) | DOI: 10.22216/jk.v1i1.1721

Abstract

Penelitian ini berfokus terhadap perbedaan gramatikal bentuk verba transitif dan intransitif bahasa Indonesia dan bahasa Jepang yang dianalisis dengan cara membandingkan bentuk verba transitif dan intransitif bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan metode analisis kontrastif, dari semua unsur lingual kajian linguistic dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah morfologi bentuk verba transitif dan intransitif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Setelah dikontrastifkan bagaimana bentuk verba transitif dan verba intransitif dari kedua bahasa tersebut kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa, (1) verba transitif dalam bahasa Jepang memerlukan objek penderita pada kalimat tersebut dan verba intransitif dalam bahasa Jepang tidak perlu objek penderita dalam sebuah kalimat. Sedangkan verba transitif dalam bahasa Indonesia adalah verba  yang membutuhkan objek. (2) Verba transitif dalam bahasa Jepang ini berpola (subjek) wa/ga (objek) o (kata kerja transitif-tadoushi). Sedangkan verba intransitif dalam bahasa Jepang berpola (subyek) ga (kata kerja intransitif-jidoushi). Sedangkan dalam bahasa Indonesia pola kalimat verba transitif dan intransitif S+P, yang membedakan dari kedua verba tersebut hanyalah pada objek masing-masing. (3) dalam bahasa Jepang verba transitif dan intransitif memiliki akhiran sebagai penanda masing-masing verba. Yaitu:a)  -aru (tran), -eru (intran), b) –aru (intran), -u (tran), c) –reru (intra), -su (tran), d) –reru (intra), -ru (tran), e) – arareru (intran), -u (trans), f) –ru (intran), -su (tran), g) –eru (intran), -asu (tran), h) –u (intran), -asu (tran), i) –iru (intra), -osu (tran), dan j) –u (intran), -eru (tran). Sedangkan dalam bahasa Indonesia untuk verba transitif ditandai dengan imbuhan Me-, memper-, memper-kan,  me-i, memper-I, me-kan dan verba intransitif ditandai dengan Verba dasar, dan imbuhan  ber-, ber-kan, ter-, ke-an. 
PERUBAHAN KATA “TIADA” DALAM TIGA KARYA SASTRA: BUSTAN AS-SALATIN (1640), HIKAYAT SIAK (1855), DAN KETIKA CINTA BERTASBIH 2 (2009) Suswandi, Irwan
Jurnal KATA Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.854 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i1.2954

Abstract

In the reality, language will always change. One of examples is the change of language that used in Malay literature manuscripts. In this research, researcher analyzed the language change of “tiada” word that occured in three different periods of manuscript. The approaches used in this research were semantic, morphologic, and syntactic approach. In analyzing those approaches, researcher used semantic restrictions from Verhaar (1992), morphologic restriction from Chaer (1994), and syntactic restriction from Kridalaksana (1999). The researcher used descriptive analysis method. The data used in this research were three literary manuscripts with a span of two centuries, Bustan as-Salatin (1640), Hikayat Siak (1855), and Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009).  The analysis of this research resulted information that containing “tiada” which covered all of the language aspects; semantic, morphologic, and syntactic. From the analysis, the researcher got the conclusions that “tiada” in the manuscript at the beginning period had more varied form than the manuscript in the two periods thereafter. Then, in the final period, there were changes of “tiada” that undergoes semantic and morphologic changes from the text of the two previous periods.Dalam kenyataannya, bahasa akan selalu berubah. Salah satu contohnya adalah perubahan bahasa yang digunakan dalam naskah sastra Melayu. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis perubahan bahasa kata "tiada" yang terjadi dalam tiga periode naskah yang berbeda. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semantik, morfologi, dan sintaksis. Dalam menganalisis pendekatan tersebut, peneliti menggunakan batasan semantik dari Verhaar (1992), pembatasan morfologis dari Chaer (1994), dan pembatasan sintaksis dari Kridalaksana (1999). Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga naskah sastra dengan rentang waktu dua abad, Bustan as-Salatin (1640), Hikayat Siak (1855), dan Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009). Analisis penelitian ini menghasilkan informasi yang mengandung "tiada" yang mencakup semua aspek bahasa; semantik, morfologis, dan sintaksis. Dari hasil analisis, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa "tiada" dalam naskah pada periode awal memiliki bentuk yang lebih bervariasi daripada manuskrip dalam dua periode sesudahnya. Kemudian, pada periode akhir, terjadi perubahan "tiada" yang mengalami perubahan semantik dan morfologis dari teks dua periode sebelumnya.
STRUKTUR PERCAKAPAN DALAM TEKS DRAMA ANGGUN NAN TONGGA KARYA WISRAN HADI Yusandra, Titiek Fujita
Jurnal KATA Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.57 KB) | DOI: 10.22216/jk.v1i2.2112

Abstract

The research was motivated by the importance of the position of dialogue because dialogue is a principal part in the drama. Therefore, the elements that make a dialogue needs to be considered as good or bad qualities of a play is determined by the dialogue. As a form of literature, there is no reason for us, both practitioners, researchers, or connoisseurs of drama not to study and analyze the text of the drama as long as we do not forget that writing is to be staged. Based on the findings of the study found four conclusions. First, the speech contained on the text of ANT play by Wisran Hadi, besides the observance of the principles of cooperation of participants is also a violation of the principles of cooperation participants. Second, in a couple snippets of conversations, snippets of the most widely used demand an explanation because between figures always requires an action that met with the reaction. Third, the nature of the speech series, in addition to the three types of speech that is the nature of the series, the series pattern found continue conversation. Fourth, in terms of turn taking, in addition to the pattern of cultivation is set, turn patterns are found automatically, and turn seized. It shows that the text of ANT has its own strengths as a text.Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kedudukan dialog karena dialog merupakan bagian utama dalam drama. Oleh sebab itu, unsur-unsur yang membentuk sebuah dialog tersebut perlu diperhatikan karena baik maupun tidaknya kualitas sebuah drama ditentukan oleh dialog. Sebagai bentuk kesusastraan, tidak ada alasan bagi kita, baik praktisi, peneliti, ataupun penikmat drama untuk tidak mempelajari dan menganalisis teks drama sepanjang kita tidak melupakan bahwa tulisan tersebut untuk dipentaskan. Berdasarkan temuan penelitian didapatkan empat simpulan. Pertama, tuturan yang terdapat pada teks drama ANT karya Wisran Hadi, selain adanya pematuhan prinsip kerja sama partisipan juga adanya pelanggaran prinsip kerja sama partisipan. Kedua, dalam penggalan pasangan percakapan, penggalan meminta penjelasan paling banyak digunakan karena antartokoh selalu menuntut adanya suatu aksi yang dibalas dengan reaksi. Ketiga, dari sifat rangkaian tuturan, selain ketiga jenis sifat rangkaian tuturan yang ada, ditemukan pola rangkaian percakapan berkelanjutan. Keempat, dari segi pola kesempatan berbicara, selain pola gilir diatur, ditemukan pola giliran otomatis, dan giliran direbut. Hal tersebut memperlihatkan bahwa teks ANT ini memiliki kekuatan sebagai sebuah teks. 
YANG TERSEMBUNYI DARI PIDATO POLITIK PERTAMA ANIES BASWEDAN SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA: SEBUAH ANALISIS WACANA KRITIS Sofa, Gagar Asmara
Jurnal KATA Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Kata : Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.972 KB) | DOI: 10.22216/jk.v2i2.3198

Abstract

van Dijk (2009) stated that we need to understand the whole context before understanding a discourse. First context is the internal aspects, which is based on what the speaker said or what was written in the text - from diction and sentence study, to the paragraph's continuity, in creating context of the discourse. Second, based on its social context, which perceived the social situations as part of the discourse. Understanding of the first political speech of the elected governor of DKI Jakarta 2017, Anies Baswedan, is one of the incomprehensive practice of discourse. In addition to causing an incomprehensive understanding, the speech also reaps a controversy driven by mass media toward Anies Baswedan for the misleading meaning of the word 'pribumi'. Therefore, the researcher would like to understand Anies Baswedan political speech using van Dijk critical discourse analysis. The frame and analytical units used in this speech will be based on analysis on the social, social-politics, and social-culture contexts. The analysis result shows that the polarized social situation post-election created a social identity among community, proponent of Anies-Sandi and the political opponent, Ahok-Djarot. Moreover, we can infer that Anies Baswedan is a prominent orator, has the faith to harmony in politics, has affiliation motives, and proper knowledge about the history and culture of Jakarta and its peopleVan Dijk (2009) menyatakan bahwa untuk memahami sebuah praktik wacana perlu dilihat konteks secara keseluruhan. Pertama, dilihat dari konteks internal berupa tuturan penutur wacana atau dari apa yang tertulis di dalam sebuah teks—termasuk studi kata, kalimat, hingga kesinambungan paragraf yang saling mendukung dalam pembentukan konteks suatu wacana. Kedua, konteks sosialnya yang menganggap bahwa situasi sosial adalah bagian dari pewacanaan. Pemahaman terhadap pidato politik pertama Gubernur terpilih DKI Jakarta 2017, Anies Baswedan, merupakan salah satu praktik wacana yang tidak menyeluruh. Selain menyebabkan pemahaman yang tidak komprehensif, pidato tersebut juga menuai banyak kontroversi. Hal itu disebabkan adanya penyempitan makna oleh media massa terkait kata ‘pribumi’ yang terdapat pada pidato Anies Baswedan. Oleh karenanya, peneliti terpicu untuk memahami pidato politik Anies Baswedan dengan menggunakan analisis wacana kritis van Dijk. Kerangka dan unit-unit analisis yang digunakan adalah analisis praktik wacana dalam konteks sosial, sosial-politik, dan sosial-budaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa situasi sosial yang masih terpolarisasi pascapemilukada, membentuk identitas sosial masyarakat, yaitu pendukung Anies-Sandi dan pendukung lawan politiknya, Ahok-Djarot. Selain itu, dapat diketahui bahwa Anies Baswedan memiliki keterampilan sebagai orator, memiliki keyakinan terhadap pentingnya harmoni dalam politik, memiliki motif afiliasi, serta memiliki pengetahuan sejarah dan budaya yang cukup mengenai masyarakat dan kota Jakarta.