cover
Contact Name
Teguh Pribadi
Contact Email
teguh@malahayati.ac.id
Phone
+6282282204653
Journal Mail Official
holistik@malahayati.ac.id
Editorial Address
Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia Jl Pramuka No. 27 Kemiling Bandar Lampung, Indonesia
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Holistik Jurnal Kesehatan
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 19783337     EISSN : 26207478     DOI : 10.33024/hjk
Core Subject : Health,
Berisi kumpulan karya ilmiah dari peneliti diberbagai perguruan tinggi di Indonesia, di bidang ilmu kesehatan khususnya bidang ilmu keperawatan yang berdasarkan kepada kebutuhan pasien secara total meliputi: kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual. Adapun penelitiannya mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Articles 624 Documents
Penggunaan perangkat pencitraan fluoresensi bakteri pada luka: A literature review Niswatul Imtinan Firstayude; La Ode Abdul Rahman
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 8 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i8.13026

Abstract

Background: The incidence of chronic infections in wounds of DFU patients is caused by several factors, one of which is the slow diagnosis of diagnosis. The gold standard currently used to identify bacterial infections in wounds is the culture method which takes 2-3 days. FL-Imaging Device is a new technology for detecting bacteria in wounds in a matter of minutes.Purpose: To determine the effectiveness of using the Bacterial Fluorescence Imaging Device in identifying infectious bacteria in diabetic foot wounds.Method: The design of this research is a literature review study with reference sources for articles from journals that have been indexed and can be accessed via Sciencedirect, SCOPUS, Clinical Key and EBSCO which were published in the last 5 years (2018-2023). Inclusion criteria are articles that can be accessed in full text, in Indonesian or English and in accordance with the research topic.Results: Based on the 10 articles reviewed, it is known that the FL-Imanging Device is effective and accurate in detecting infectious bacteria in diabetic foot wounds. It is also known that using the FL-Imanging Device can change treatment plans, reduce the use of AMD, reduce the use of antibiotics, reduce treatment costs and speed up wound healing.Conclusion: The FL-Imaging Device can help identify the bacterial burden early, monitor the extent to which treatment is effective during and after debridement (wound cleaning), and support reducing antibiotic prescriptions and the use of AMD. With this, it is hoped that it can improve wound healing results. Keywords: Bacterial Fluorescence Imaging Device; Infection; Wound. Pendahuluan: Kejadian infeksi kronis pada luka pasien DFU diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah lambatnya penegakkan diganosa. Standar emas yang saat ini digunakan dalam mengidentifikasi bakteri infeksi pada luka adalah metode kultur yang memakan waktu 2-3 hari. FL-Imaging Device merupakan tekhnologi baru untuk mendeteksi bakteri pada luka dalam hitungan menit.Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas penggunaaan Bacterial Fluorescence Imaging Device dalam mengidentifikasi bakteri infeksi pada luka kaki diabetik.Metode: Desain penelitian ini adalah studi literature review denan sumber referensi artikel dari jurnal yang telah terindeks dan dapat diakses melalui Sciencedirect, SCOPUS, Clinical Key dan EBSCO yang diterbitkan pada 5 tahun terakhir (2018-2023). Kriteria inklusi artikel yang dapat diaksses secara full text, berbahasa Indonesia atau Inggris dan sesuai dengan topik penelitian.Hasil: Berdasarkan 10 artikel yang ditelaah, diketahui bahwa FL-Imanging Device efektif serta akurat dalam mendektsi bakteri infeksi yang ada pada luka kaki diabetik. Diketahui juga, bahwa dengan menggunakan bahwa FL-Imanging Device dapat merubah rencana perawatan, mengurangi penggunaan AMD, pengurangi penggunaan antibiotic, mengurangi biata perawatan dan mempercepat penyembuhan luka.Simpulan: FL-Imaging Device dapat membantu dalam mengidentifikasi beban bakteri secara dini, memantau sejauh mana pengobatan efektif selama dan setelah debridemen (pembersihan luka), serta mendukung untuk mengurangi resep antibiotik dan penggunaan AMD. Dengan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan hasil penyembuhan luka. 
Faktor–faktor yang berhubungan dengan manajemen laktasi pada ibu menyusui yang bekerja di luar rumah Putri Puspita Sari; Wayan Aryawati; Christin Angelina Febriani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12025

Abstract

Background: The coverage of exclusive breastfeeding in Lampung Province is 67.06 percent, the prevalence in South Lampung is 50.14 percent and the Tanjungsari Natar Health Center is 41.09 percent. Lactation management is an effort that mothers can make to achieve success in breastfeeding their babies.Purpose: To find out the factors related to lactation management for working mothers at the Tanjung Sari Natar Health Center in South Lampung in 2022.Method: Type of quantitative research with a comparative descriptive design. The population in this study were all working mothers who had children aged 6-24 months and residing in the working area of the Tanjung Sari Natar Health Center, South Lampung, consisting of 108 working mothers. The sampling technique uses total sampling. Data were analyzed by chi-square and logistic regression.Results: The results showed that there was a relationship between knowledge of exclusive breastfeeding (p value: 0.025 OR: 3.0), breastfeeding technique (p value: 0.033 OR: 2.53), knowledge of milking techniques (p value: 0.020 OR: 2.57) , husband support (p value: 0.002 OR: 0.26), health workers support (p value: 0.009 OR: 0.24) and family support (p value: 0.001 OR: 0.22) with lactation management of working mothers. There is no relationship between technical knowledge of storing, using expressed breast milk (p value: 0.081 OR: 0.46) and the general environment (p value: 1.000 OR: 1.00) with lactation management of working mothers. The most dominant variable was breastfeeding technique (p-value 0.003; B: 2.939).Conclusion: The factor that has the most influence on the lactation management of working mothers is the breastfeeding technique.Suggestion: It is recommended for health agencies to provide a consultation corner with competent counselors in the field of breastfeeding techniques.Keywords: Breastfeeding; Breast Milk; Lactation Management; Working Mothers.Pendahuluan: Cakupan ASI eksklusif di Provinsi Lampung yaitu sebesar 67,06 persen, prevalensi di Lampung Selatan 50,14 persen dan Puskesmas Tanjungsari Natar sebesar 41,09 persen. Manajemen laktasi adalah upaya yang dapat dilakukan ibu untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen laktasi ibu pekerja di Puskesmas Tanjung Sari Natar Lampung Selatan Tahun 2022.Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptiif komparatif. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu pekerja yang memiliki anak 6-24 bulan dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari Natar Lampung Selatan sebanyak 108 ibu pekerja. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data dianalisis dengan chi-square dan regresi logistik.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan ASI ekslusif (p value: 0,025 OR: 3,0), teknik menyusui (p value: 0,033 OR: 2,53), pengetahuan teknik memerah (p value: 0,020 OR: 2,57), dukungan suami (p value: 0,002 OR: 0,26), dukungan nakes (p value: 0,009 OR: 0,24) dan dukungan keluarga (p value: 0,001 OR: 0,22) dengan manajemen laktasi ibu pekerja. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan teknik menyimpan, menggunakan ASI perah (p value: 0,081 OR: 0,46) dan lingkungan umum (p value: 1,000 OR: 1,00) dengan manajemen laktasi ibu pekerja. Variabel yang paling dominan adalah teknik menyusui (p-value 0,003; B: 2.939).Simpulan: Faktor yang paling berpengaruh terhadap manajemen laktasi ibu pekerja adalah teknik menyusui.Saran: Disarankan untuk instansi kesehatan agar disediakannya pojok konsultasi dengan konselor yang kompeten dibidang teknik menyusui. 
Analisis faktor kecenderungan perilaku mengakses situs porno pada pelajar Novita Putri; Mala Kurniati; Nurul Aryastuti
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 10 (2024)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i10.13280

Abstract

Background: Pornography has many negative impacts on teenagers, such as many teenagers engaging in deviant behavior. The results of the Health Research and Development survey in collaboration with UNESCO in 2018 showed that as many as 5.6% of Indonesian teenagers had engaged in free sex before marriage. A pornography addiction survey conducted in the capital city of Jakarta and Pandeglang showed that as many as 96.7% had been exposed to pornography and 3.7% had experienced pornography addiction.Purpose: To determine the factors that influence student behavior in accessing pornographic sites.Method: Quantitative research with a cross sectional approach, the population of this study was 148 students from SMA X, Bandar Lampung City, class X-XI, the total sample population. Bivariate analysis uses the chi square test and multivariate analysis uses logistic regression.Results: There is a relationship between knowledge (p = 0.004; OR=3.4), attitude (p = 0.004; OR = 4), friend influence (p = 0.000; OR= 6.8), parental influence (p = 0.000; OR 4.8), social media (p = 0.009; OR = 2.7) with student behavior in accessing pornographic sites.Conclusion: All variables influence students' behavioral tendencies in accessing pornographic sites, such as peers, parents, social media, knowledge, attitudes (p value <0.05. The influence of friends is the most dominant factor (p value 0.000).Suggestion: It is recommended that you do not access films or things related to pornography because it can have an impact on damaging your mindset and destroying your future. Keywords: Friends Of The Same Age; Porn Sites; Student Behavior. Pendahulaun: Pornografi memberikan banyak dampak negatif bagi remaja seperti banyaknya remaja yang melakukan perilaku menyimpang. Hasil survei Litbang Kesehatan bekerjasama dengan UNESCO tahun 2018, menunjukan sebanyak 5.6% remaja Indonesia sudah melakukan seks bebas pra nikah. Survei ketergantungan pornografi yang dilakukan di daerah ibu kota Jakarta dan Pandeglang menunjukan sebanyak 96.7% telah terpapar pornografi dan 3.7% mengalami adiksi pornografi.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pelajar dalam mengakses situs porno.Metode: Jenis penelitian kuantitatif dilaksanakan di SMA X Kota Bandar Lampung dengan periode penelitian Juni 2023. Rancangan survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Total sampel adalah seluruh populasi sejumlah 148 orang. Variabel bebas (independentI) yaitu pengetahuan, sikap, teman sebaya, peran orang tua, dan media massa. Variabel terikat (dependent) yaitu perilaku pelajar dalam mengakses situs porno. Analisis bivariat menggunakan uji chi square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.Hasil: Adanya hubungan pengetahuan (p = 0.004; OR=3.4), sikap (p = 0.004; OR = 4), pengaruh teman (p = 0.000; OR= 6.8), pengaruh orang tua (p = 0.000; OR 4.8), media sosial (p = 0.009; OR = 2.7) dengan perilaku pelajar dalam mengakses situs porno.Simpulan: Semua variabel berpengaruh terhadap kecenderungan perilaku pelajar dalam mengakses situs porno seperti teman sebaya, orang tua, media social, pengetahuan, sikap (nilai p value <0.05. Pengaruh teman merupakan faktor yang paling dominan (nilai p value 0.000).Saran: Diharapkan agar tidak mengakses film ataupun hal-hal yang berbau pornografi karena dapat berdampak pada rusaknya pola pikir dan menghancurkan masa depan. Kata kunci: Perilaku Pelajar; Situs Porno; Teman Sebaya.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan Covid-19 pada pengunjung Rumah Sakit Fakhri Rizki; Dessy Hermawan; Dhiny Easter Yanti
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 6 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i6.8344

Abstract

Background: Covid-19 data at the hospital Pertamina Bintang Amin has 115 cases of covid-19 in 2020 and 695 cases of covid-19 in 2021. Changes in behavior that are aware of health protocols are seen as the main key in fighting the corona virus.Purpose: To Know factors associated with covid-19 prevention behavior in visitors to Pertamina Bintang Amin hospital 2022Method: This type of research is quantitative with a cross sectional approach. The research population was Pertamina Bintang Amin hospital visitors using purposive sampling technique. The research sample is 106 respondents. The research instrument is a questionnaire. Data analysis used for univariate analysis of frequency distribution, bivariate analysis using chi square test and multivariate analysis using multiple logistic regression.Results: This study obtained a univariate analysis of variables for adult age (65.1%), high school (74,5%), work (63,2%), high income 2.440,486 (63,2%), good knowledge (55 ,7%), good attitude (61,3%), infrastructure not good (52,8%), the role of health workers is not good (56.6%), covid-19 prevention measures are not good (51.9%) and analysis bivariate p-value variable age (0.424), education (0.014), occupation (0.843), income (0.086), knowledge (0.001), attitude (0.000), facilities and infrastructure (0.012), the role of health workers (0.001) and multivariate factor analysis the most dominant influence is the attitude variable exp value (B) 7.584.Conclusion: There is a relationship between education, knowledge, attitude, facilities and infrastructure, the role of health workers and multivariate factor analysis the most dominant influence is the attitude to covid-19 prevention behavior in visitors to Pertamina Bintang Amin hospital 2022.Suggestions: Health workers are expected to communicate continuously in the form of providing information on covid-19, visitors are expected to build an intelligent attitude in dealing with covid-19 and further researchers are expected to be able to research with strategic communication approach intervention methods on the goal of changing attitudes to prevent covid-19.Keywords: Behavior; Covid-19 Prevention; Hospital; VisitorsPendahuluan: Data covid-19 di RS. Pertamina Bintang Amin terdapat 115 kasus covid-19 pada tahun 2020 dan 695 kasus covid-19 pada tahun 2021. Perubahan perilaku sadar akan protokol kesehatan dipandang sebagai kunci utama dalam memerangi virus corona.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pengunjung rumah sakit terhadap pencegahan covid-19.Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian pengunjung rumah sakit Pertamina Bintang Amin dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian 106 responden. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisa data yang digunakan untuk analisa univariat distribusi frekuensi, analisa bivariat menggunakan uji chi square dan analisa multivariat menggunakan regressi logistic ganda.Hasil: Penelitian ini didapatkan analisa univariat variable umur dewasa (65,1%), pendidikan tinggi >SMA (74,5%), pekerjaan bekerja (72,6%), pendapatan tinggi ≥2.440.486 (63,2%), pengetahuan baik (55,7%), sikap baik (61,3%), sarana prasarana kurang baik (52,8%), peran tenaga kesehatan kurang baik (56,6%), tindakan pencegahan covid-19 kurang baik (51,9%) dan analisa bivariat pvalue variabel umur (0,424), pendidikan (0,014), pekerjaan (0,843), pendapatan (0,086), pengetahuan (0,001), sikap (0,000), sarana dan prasarana (0,012), peran tenaga kesehatan (0,001) dan analisa multivariat faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah variabel sikap nilai exp (B) 7,584.Simpulan: Ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan, sikap, sarana prasarana, peran tenaga kesehatan dan faktor yang paling dominan adalah sikap terhadap prilaku pencegan covid-19 di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin.Saran: Diharapkan tenaga kesehatan berkomunikasi yang berkelanjutan berupa pemberian informasi covid-19, bagi pengunjung diharapkan membangun sikap cerdas menghadapi covid-19 dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan metode intervensi pendekatan komunikasi strategis pada tujuan perubahan sikap pencegahan covid-19.
Return of spontaneous circulation (ROSC) dengan menggunakan resusitasi jantung paru (RJP) mekanik dan manual: A literature review Joko Nugroho
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 9 (2024)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i9.13060

Abstract

Background: Cardiac arrest is a condition where a person's heartbeat stops suddenly due to damage to the heart's electrical system so that the heart cannot circulate blood throughout the body. If this is not treated immediately it can cause more severe brain damage. Of the 58 million people in the world, 31% of deaths are caused by heart disease. It is estimated that around 17.8 million deaths each year are caused by cardiovascular disease and of the total deaths in 1 year around 31% worldwide.Purpose: To provide an overview of the results of a literature review regarding the effectiveness of using mechanical compression and manual compression in cardiac arrest patients.Method: This research uses a literature review method, namely a method of selecting literature from various sources and then analyzing the literature to obtain a conclusion. The journals taken in conducting this literature review are journals that discuss topics with four types of keywords, namely effectiveness, manual resuscitation, mechanical resuscitation, and return of spontaneous circulation (ROSC).Results: Based on searches and reviews of 10 journals, it was found that mechanical compression was more effective than manual. Mechanical compression has not only been proven to help ROSC in cardiac arrest patients but the use of mechanical devices does not cause higher traumatic injuries when compared with manual compression.Conclusion: Mechanical devices do not cause a higher rate of traumatic injury when compared with manual compression. Keywords: Effectiveness; Manual Resuscitation; Mechanical Resuscitation; Return of Spontaneous Circulation (ROSC). Pendahuluan: Keadaan henti jantung (cardiac arrest) merupakan keadaan terhentinya detak jantung yang secara tiba-tiba terjadi pada seseorang disebabkan oleh kerusakan sistem kelistrikan jantung sehingga jantung tidak dapat memberikan aliran darah ke seluruh tubuh. Bila hal ini tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang lebih parah. Sebanyak 58 juta jiwa yang ada di dunia, 31% angka kematian disebabkan oleh penyakit jantung. Diperkirakan sekitar 17.8 juta kematian setiap tahunnya disebabkan dari penyakit kardiovaskuler dan dari total kematian dalam 1 tahun sekitar 31% di seluruh dunia.Tujuan: Untuk memberikan gambaran hasil   literature review tentang keefektifan penggunaan kompresi mekanik dan kompresi manual pada pasien henti jantung.Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review yaitu suatu metode memilih literatur dari berbagai sumber kemudian menganalisis literatur tersebut sehingga diperoleh sebuah kesimpulan. Jurnal yang diambil dalam pelaksanaan literature review ini adalah jurnal yang membahas mengenai topik dengan empat jenis kata   kunci yaitu, efektivitas, resusitasi manual, resusitasi mekanis, dan return of spontaneous circulation (ROSC).Hasil: Berdasarkan penelusuran dan review 10 jurnal didapatkan kompresi mekanik lebih efektif dibandingkan dengan manual. Kompresi mekanik tidak hanya terbukti membantu ROSC pada pasien henti jantung namun penggunaan perangkat mekanis tidak menyebabkan cedera traumatis lebih tinggi bila dibandingkan dengan kompresi manual.Simpulan: Perangkat mekanis tidak menyebabkan cedera traumatis lebih tinggi bila dibandingkan dengan kompresi manual. Kata kunci : Efektivitas; Resusitasi Manual; Resusitasi Mekanis; Return of Spontaneous Circulation (ROSC).
Metacognitive training pada pasien dengan skizofrenia: A literature review Iceu Amira; Hendrawati Hendrawati; Indra Maulana; Hesti Platini
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 8 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i8.12096

Abstract

Background: Schizophrenia is a psychotic disorder characterized by major disturbances in thoughts and emotions. Patients with schizophrenic disorders have disturbances in cognitive function characterized by disturbances in the cognitive system, so metacognitive training therapy is needed. Metacognitive Training Therapy is a combination of psychoeducation, cognitive remediation therapy and cognitive behavioral therapy aimed at reducing the overall severity of symptoms and improving several neurocognitive subdomains and social cognitive functions.Purpose: This study aims to identify metacognitive training interventions in patients with schizophrenia.Method: The databases used were EBSCOhost (Cinahl) and Pubmed and 159 articles were found.Results: Stage through the initial selection obtained 32 articles. Then, articles were selected based on inclusion criteria in the form of publications in the last 10 years (2013-2023), national and international journals in Indonesian and English, articles with full text, and 5 peer-reviewed articles. Next, articles were selected based on research title, country, research objectives, research methods, population and sample, and research results.Conclusion: This study found that participants who had quite severe symptoms at the start of training were greatly helped in reducing the overall severity of symptoms by the metacognitive therapy they underwent.Keywords: Metacognitive; Schizophrenia; Training.Pendahuluan: Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran dan emosi. Pada pasien dengan gangguan skizofrenia memiliki gangguan dalam fungsi kognitif ditandai dengan adanya gangguan sistem kognitif sehingga diperlukan terapi Metacognitive Training. Terapi Metakognitif Training merupakan gabungan dari psikoedukasi, terapi remediasi kognitif dan terapi kognitif perilaku bertujuan untuk menurunkan keparahan gejala secara keseluruhan serta memperbaiki beberapa subdomain neurokognitif dan fungsi kognitif sosial.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intevensi metacognitive training pada pasien dengan skizofrenia.Metode: Database yang dilakukan adalah EBSCOhost (Cinahl) dan Pubmed dan ditemukan sebanyak 159 artikel.Hasil: Tahap melalui seleksi awal diperoleh 32 artikel. Kemudian, artikel diseleksi berdasarkan kriteria inklusi berupa terbit 10 tahun terakhir (2013-2023), jurnal nasional maupun internasional yang berbahasa Indonesia dan Inggris, artikel dengan full text, dan artikel yang peer reviewed didapatkan sebanyak 5 artikel. Selanjutnya, artikel diseleksi berdasarkan judul penelitian, negara, tujuan penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, dan hasil penelitian.Simpulan: Penelitian ini menemukan bahwa peserta yang memiliki gejala-gejala yang cukup parah pada awal pelatihan sangat dibantu dalam menurunkan keparahan gejala secara keseluruhan oleh terapi metakognitif yang dijalani.
Korelasi stres subjektif dan strategi koping mahasiswa keperawatan di masa pandemi Covid-19 Ferdy Lainsamputty; Metty Wuisang
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 10 (2024)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i10.13772

Abstract

Background: Stress is common among nursing students, especially those in their final year. If it is not handled properly, in the long term it will disrupt physical health and the clinical learning process will be hampered. This condition is exacerbated by the pandemic situation which increases the risk of students contracting infectious diseases during clinical practice. Various factors are also potentially related to nursing students' coping strategies.Purpose: To examine the correlation between stress and nursing students' coping strategies during the Covid-19 pandemic, along with the factors related to it.Method: A descriptive analytical design with a cross-sectional approach was used in this study involving 104 nursing students. The measuring instruments used are Depression Anxiety Stress Scale-42 (DASS-42) and Coping Strategies Inventory-Short Form (CSI-SF). Statistical tests use Independent T-Test, One-way ANOVA, and Pearson Correlation.Results: There was a difference in the average score of the coping strategy component involvement (t=-3.01; p=0.01) and disinvolvement (t=-0.26; p=0.01) based on the use of personal protective equipment (PPE). There was a difference in scores for the components of engagement coping strategies based on knowledge and prevention about Covid-19 (t=-2.45; p=0.02). There was a significant correlation between age and disengagement (r=-0.32; p<0.01) and emotion-focused disengagement (r=-0.41; p<0.001). Stress was significantly correlated with the emotion-focused component of disengagement (r=0.33; p<0.01).Conclusion: Students who are older, who use PPE have sufficient knowledge and prevention regarding Covid-19, and who experience more severe stress tend to use better coping strategies.Suggestion: Students should be able to manage stress and use positive coping strategies. Assessment of the student's psychological condition can be considered to continue during the study. Future research can develop interventions for the use of appropriate coping strategies in nursing students. Keywords: Coping Strategy; Nursing Students; Subjective Stress. Pendahuluan: Stres umum didapati pada mahasiswa keperawatan, khususnya yang berada di tahun terakhir. Apabila tidak tertangani dengan baik, dalam jangka panjang maka akan mengganggu kesehatan fisik dan proses pembelajaran klinik menjadi terhambat. Kondisi ini diperparah dengan keadaan pandemi yang meningkatan resiko mahasiswa tertular penyakit infeksius selama praktik klinik. Berbagai faktor juga berpotensi berhubungan dengan strategi koping mahasiswa keperawatan.Tujuan: Untuk menguji korelasi antara stres dan strategi koping mahasiswa keperawatan di masa pandemi Covid-19, beserta faktor-faktor yang berhubungan dengannya.Metode: Desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional digunakan dalam penelitian ini yang melibatkan 104 mahasiswa keperawatan. Alat ukur yang digunakan yaitu Depression Anxiety Stres Scale-42 (DASS-42) dan Coping Strategies Inventory-Short Form (CSI-SF). Uji statistik menggunakan Independent T-Test, One-way ANOVA, serta Korelasi Pearson.Hasil: Terdapat perbedaan skor rata-rata komponen strategi koping keterlibatan (t=-3.01; p=0.01) dan ketidakterlibatan (t=-0.26; p=0.01) berdasarkan penggunaan alat pelindung diri (APD). Ada perbedaan skor komponen strategi koping keterlibatan berdasarkan pengetahuan dan pencegahan tentang Covid-19 (t=-2.45; p=0.02). Ada korelasi yang signifikan antara umur dengan ketidakterlibatan (r=-0.32; p<0.01) dan ketidakterlibatan berfokus emosi (r=-0.41; p<0.001). Stres berkorelasi signifikan dengan komponen ketidakterlibatan berfokus emosi (r=0.33; p<0.01).Simpulan: Mahasiswa yang berusia lebih tua, pengguna APD memiliki pengetahuan dan pencegahan terkait Covid-19 yang cukup, serta mengalami stres yang lebih parah cenderung menggunakan strategi koping yang lebih baik.Saran: Mahasiswa agar dapat mengelola stres dan menggunakan strategi koping yang positif. Pengkajian terhadap kondisi psikologis mahasiswa dapat dipertimbangkan untuk terus dilakukan selama studi. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan intervensi terhadap penggunaan strategi koping yang tepat pada mahasiswa keperawatan.Kata Kunci: Mahasiswa Keperawatan; Strategi Koping; Stres Subjektif.
Insulin-pump therapy pada anak dengan diabetes melitus tipe 1: Studi literatur Risna Ningsih; La Ode Abdul Rahman
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12869

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by an increase in blood glucose levels above normal values. This is caused by impaired glucose metabolism due to insulin deficiency, both relative and absolute. Diabetes that is often found in children is Diabetes Mellitus Type 1 (T1DM), this case is a disease that cannot be cured and requires lifelong treatment. It is estimated that every year 128,900 children and adolescents are diagnosed with Type 1 Diabetes Mellitus (T1DM). Globally in 2019 around 1,110,000 children and adolescents were diagnosed with T1DM. Nearly 80% of diabetes deaths occur in low- and middle-income countries. According to the World Health Organization (WHO), India is the country with the largest number in the world with more than 32 million diabetes mellitus patients and this number is predicted to increase to 79.4 million by 2030.Purpose: To reduce the risk of long-term complications, maintain HbA1C on target, and provide knowledge, education and skills to care for children with T1DM until adulthood independently.Method: This research uses a literature review design, namely collecting and summarizing various results from previous research to analyze literature that has been selected from various sources to form a conclusion on new ideas or ideas. The literature study selection process was adapted from Preferred Reporting Items for Systematic Reviews (PRISMA-ScR). The journals used in this study are journals that discuss topics with three keyword categories, namely, Insulin Pump, Diabetes Mellitus Type, and Pediatrics. Search for articles via online databases, including Scopus, ProQuest, Clinical Key Nursing, Sage, and Google Scholar, published in the last five years between 2019-2023.Results: The results of the study are based on a literature review that the author found that the use of insulin pumps is very effective in children and adolescents. In several developed countries, the use of insulin pumps is funded by the local government, but in several rural areas the use of this technology still faces many obstacles and Also, the price of an insulin pump is not cheap, which is an inhibiting factor for blood sugar instability for T1DM.Conclusion: Children with T1DM need insulin throughout their lives, the use of an insulin pump is very effective in controlling blood sugar. The use of an insulin pump can reduce punctures for daily blood sugar monitoring checks and is able to read the condition of glycemic levels in the blood equipped with a sensor. However, the high price of insulin pumps makes families think twice about buying insulin pumps. Insulin pumps can only be purchased by those with above average economic conditions. In developed countries such as Canada, the use of insulin pumps is funded by the local government. However, in developing countries, low ability and purchasing power combined with difficult access to technology mean that not all T1DM sufferers receive adequate treatment. In Indonesia, not many pediatric patients use insulin pumps, only patients from well-off families can use this technology. Apart from that, this insulin pump is not covered by insurance, either government insurance such as National Health Insurance (JKN) or private insurance. So this problem needs to be of concern to various elements, both health and government. Keywords: Child; Diabetes Mellitus Type 1 (T1DM); Insulin Pump; Therapy.Pendahuluan: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah diatas nilai normal. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara relatif maupun absolut. Diabetes yang sering ditemui pada anak-anak adalah Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1), kasus ini merupakan penyakit yang belum dapat disembuhkan dan memerlukan perawatan seumur hidup. Diperkirakan setiap tahun terdapat 128.900 anak-anak dan remaja di diagnosis Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1). Secara global pada tahun 2019 sekitar 1.110.000 anak-anak dan remaja didiagnosis DMT1. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut World Health Organization (WHO), India adalah negara yang mempunyai jumlah terbesar di dunia dengan lebih dari 32 juta pasien diabetes mellitus dan jumlah ini diprediksikan meningkat menjadi  79.4 juta pada tahun 2030.Tujuan: Untuk menurunkan risiko komplikasi jangka panjang, mempertahankan HbA1C sesuai target, dan memberikan pengetahuan, pendidikan, serta keterampilan untuk merawat anak penderita DMT1 hingga dewasa secara mandiri.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan literature review yaitu melakukan pengumpulan dan merangkum berbagai hasil dari penelitian sebelumnya untuk menganalisis literatur- literatur yang telah dipilih dari berbagai sumber hingga menjadi sebuah satu kesimpulan ide atau gagasan baru.  Proses pemilihan studi literatur diadaptasi dari Preferred Reporting Items for Systematic Reviews (PRISMA-ScR). Jurnal yang digunakan dalam studi ini adalah jurnal-jurnal yang membahas topik dengan tiga kategori kata kunci yakni, Insulin Pump, Diabetes Mellitus Type, dan child. Penelusuran artikel melalui online database antara lain, Scopus, ProQuest, Clinical Key Nursing, Sage, dan Google Scholar yang diterbitkan lima tahun terakhir antara 2019-2023.Hasil: Hasil telaah berdasarkan literatur review yang penulis dapatkan Bahwa penggunaan insulin pump sangat efektif digunakan pada anak-anak dan remaja, di beberapa negara maju penggunaan insulin pump di biayai oleh pemerintah setempat, tetapi di beberapa daerah pedesaan penggunaan teknologi ini masih banyak mengalami kendala dan juga harga insulin pump yang tidak murah menjadi faktor penghambat ketidakstabilan gula darah untuk DMT1.Simpulan: Anak-anak dengan DMT1 membutuhkan insulin sepanjang hidup mereka, penggunaan insulin pump sangat efektif di dalam mengontrol gula darah. Penggunaan insulin pump mampu mengurangi tusukan untuk pemeriksaan monitoring gula darah harian dan mampu membaca kondisi kadar glikemik dalam darah dilengkapi dengan sensor. Tetapi harga insulin pump yang mahal membuat keluarga berpikir ulang membeli alat insulin pump, insulin pump hanya mampu dibeli oleh mereka yang mempunyai ekonomi diatas rata-rata. Di negara maju seperti Kanada penggunaan insulin pump didanai oleh pemerintah setempat. Namun di negara berkembang, kemampuan dan daya beli yang rendah ditambah sulitnya akses teknologi sehingga tidak semua penderita DMT1 mendapatkan perawatan yang memadai. Di Indonesia sendiri belum banyak pasien anak yang menggunakan insulin pump, hanya pasien yang berasal dari keluarga mampu yang dapat menggunakan teknologi tersebut. Selain itu, insulin pump ini tidak ditanggung oleh asuransi baik asuransi pemerintah seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maupun asuransi swasta. Sehingga permasalahan ini perlu menjadi perhatian dari berbagai elemen baik kesehatan maupun pemerintahan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak prasekolah di Kabupaten Ende Khrispina Owa; Pius Kopong Tokan; Martina Bedho
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 9 (2024)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i9.12810

Abstract

Background: Indonesia is one of the endemic countries for soil transmitted helminths (STH) with the third highest number of children aged 1-14 years in the world after India and Nigeria, namely around 7% in 2012 and is estimated to be more than 1.5 billion people or 24% of the world's population. Infected with soil-borne worms it is estimated that more than two billion people with STH infections worldwide experience severe morbidity. These infections cause 9-135 thousand deaths per year. The prevalence of worm infections in Indonesia, especially in low socio-economic populations, is still relatively high, namely 45-65%. This group has a high risk of contracting worms because they do not maintain the cleanliness and sanitation of the environment where they live.Purpose: To determine the factors associated with the incidence of stunting in preschool children in Ende Regency.Method: This type of research is a mixed method design that uses non-experiment, namely analytical descriptive research with a cross sectional approach. The population in this study were children aged 12-72 months in Gheoghoma village, Ende Regency, with simple random sampling carried out randomly. The number of respondents with consideration of a representative sample was carried out within 3 months according to the inclusion criteria so that a sample of 82 respondents was obtained.Results: Showed that the majority of mothers' knowledge of worms was in the good category, with no stunting occurring as many as 55 (69.6%) and none experienced stunting, while mothers with a poor level of knowledge as many as 24 (30.4%) did not experience stunting but also experienced stunting as many as 3 (100%). The results of the Chi-Square test showed that poor maternal knowledge regarding the causes, prevention and management of worms has an influence on stunting in children with OR 1.125 (95% CI: 0.985-1.285 p-value = 0.01 (p<0.05).Conclusion: Factors that influence stunting are parents' low knowledge about the benefits of giving worm medicine to children. Although the worm infection in this study had little effect on the nutritional status of children, it could have an impact in the future if there is no immediate prevention and treatment.Suggestion: For health workers to always provide support for the implementation of worm and stunting prevention programs by increasing the role of the community in implementing clean and healthy living behavior. For future researchers, they should add risk factors for stunting with different variables and a larger number of samples. Keywords: Pre-School Children; Worms; Stunting. Pendahuluan: Indonesia merupakan salah satu negara endemik soil transmitted helminths (STH) dengan jumlah anak usia 1-14 tahun terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Nigeria yaitu sekitar 7% di tahun 2012 dan diperkirakan lebih dari 1.5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi cacing  yang ditularkan melalui tanah. Diperkirakan lebih dari dua miliar orang dengan infeksi STH di dunia mengalami morbiditas berat. Infeksi tersebut menyebabkan 9-135 ribu kematian per tahun.  Prevalensi infeksi cacingan di Indonesia terutama pada penduduk dengan sosio-ekonomi rendah, masih relatif tinggi yaitu sebesar 45-65%. Kelompok ini mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat tinggalnya.  Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak prasekolah di Kabupaten Ende.Metode: Jenis penelitian dengan rancangan mixed metode yang menggunakan non experiment yaitu penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak berusia 12-72 bulan yang berada di desa Gheoghoma Kabupaten Ende dengan pengambilan simple random sampling dilakukan secara acak. Jumlah responden dengan pertimbangan sampel yang representatif dilakukan dalam waktu 3 bulan sesuai kriteria inklusi sehingga didapatkan sampel sebanyak 82 responden.Hasil: menunjukkan bahwa pengetahuan ibu terhadap kecacingan mayoritas berada pada kategori baik tidak terjadi stunting sebanyak 55 (69.6%) dan tidak ada yang mengalami stunting, sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan buruk sebanyak 24 (30.4%) tidak mengalami stunting namun juga mengalami stunting sebanyak 3 (100%). Hasil uji Chi-Square diketahui bahwa pengetahuan ibu yang buruk mengenai penyebab, pencegahan dan penanggulangan kecacingan mempunyai pengaruh terhadap stunting pada anak dengan OR 1.125 (95% CI: 0.985-1.285 p-value = 0.01 (p<0.05).Simpulan: Faktor yang berpengaruh terhadap stunting yakni rendahnya pengetahuan orangtua tentang manfaat pemberian obat cacing pada anak. Meskipun Infeksi cacing dalam penelitian ini kurang berpengaruh terhadap status gizi pada anak, tetapi kemungkinan bisa memberi dampak di masa depan jika tidak ada pencegahan dan penanganan segera.Saran: Bagi tenaga kesehatan agar senantiasa memberikan dukungan pelaksanaan program pencegahan kecacingan dan stunting dengan meningkatkan peran masyarakat dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Bagi peneliti selanjutnya agar menambahkan faktor risiko terjadinya stunting dengan variabel berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak. Kata kunci: Anak Pra Sekolah; Kecacingan; Stunting.
Hubungan religiusitas terhadap kualitas hidup (quality of life) pada pelajar di SMA Lampung Alisah Rahmah Hidayah; Teguh Pribadi; Prima Dian Furqoni
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 6 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i6.12024

Abstract

Background: The many phenomena that occur in adolescence both in the world and in Indonesia, especially in Lampung, in previous research, stated that this case was due to the lack of good religious education. Because religiosity can influence individual feelings to form an optimistic quality of life for adolescents.Purpose: To find out whether there is a significant relationship between religiosity and quality of life for students at Bahrul Ulum Natar High School, South Lampung and public high school 1 Lemong Pesisir Barat, totaling 538 students.Method: Researchers used a descriptive correlation study with a proportional stratific random sampling technique, a research instrument CFA (Confirmatory factor analysis) and WHOQOL-BREF quality of life.Results: The level of religiosity obtained an average value of (2.7742) at Bahrul Ulum High School and (3.1545) at Public high school 1 Lemong. The level of religiosity in the two institutions related to the acquisition of high religiosity results was 9 (5.8%) at Bahrul Ulum High School and 46 (29.9%) at public high school 1 Lemong. The level of good quality of life in both institutions is related to the number of 10 (6.5%) at Bahrul Ulum High School, 50 (32.5%) at Public High School 1 Lemong. Based on the research results, it is known that there is a relationship between religiosity and quality of life for students at High School Lampung (p-value <0.05).Conclusion: The value of religiosity in both institutions has a high value with a good quality of life and there is a relationship between Religiosity and the Quality of Life of Students in High school Lampung with a p-value (<0.05).Keywords: Adolescents (Students); Quality of Life; ReligiosityPendahuluan: Banyaknya fenomena- fenomena yang terjadi pada usia remaja baik didunia maupun di Indonesia khususnya di Lampung, pada penelitian yang di lakukan sebelumnya, menyatakan adanya kasus tersebut dikarenakan belum tercapainya pendidikan religius yang baik. Karena religiusitas dapat mempengaruhi perasaan individu untuk membentuk kualitas hidup yang optimis bagi remaja. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dan kualitas hidup (Quality of life) pada pelajar di SMA Bahrul Ulum Natar Lampung Selatan dan SMAN 1 Lemong Pesisir Barat yang berjumlah 538 siswa.Metode: Penelitian deskriptif korelasi dengan teknik pengambilan sampel proportionate stratific random sampling, instrument penelitian CFA (Confirmatory factor analysis) dan quality of life WHOQOL-BREF.Hasil: Tingkat religiusitas didapatkan nilai rata-rata (2.7742) pada SMA Bahrul Ulum dan (3.1545) di SMAN 1 Lemong. Tingkat religiusitas dikedua institusi terkait didapatkan hasil religiusitas tinggi sebanyak 9 (5.8%) di SMA Bahrul Ulum dan 46 (29.9%) pada SMAN1 Lemong. Tingkat kualitas hidup baik pada kedua institusi terkait dengan jumlah 10 (6.5%) di SMA bahrul ulum, 50 (32.5%) pada SMAN 1 Lemong. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara religiusita dan kualitas hidup (Quality Of Life) pada pelajar di SMA Lampung (p-value < 0,05).Simpulan: Nilai religiusitas di kedua institusi bernilai tinggi dengan kualitas hidup baik serta terdapat hubungan antara religiusitas Terhadap Kualitas Hidup Terhadap Pelajar di SMA Lampung dengan P-value (<0.05).