cover
Contact Name
Angga Kautsar
Contact Email
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Editorial Address
Gedung Laboratorium I Fakultas Farmasi, UNPAD Jl. Raya Jatinangor KM 21, Bandung-Sumedang, Indonesia 45363
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Farmaka
ISSN : 16931424     EISSN : 27163075     DOI : https://doi.org/10.24198/
Core Subject : Health, Science,
Farmaka is replacement for Pharmaceutical Bulletin, published since 1991, with a frequency of four times a year. Editors accept scholarly works of research results and literature review which was closely related to the science, pharmaceutical technology and practice.
Articles 710 Documents
REVIEW ARTIKEL : PERAN APOTEKER DALAM PENGOBATAN SKABIES DI APOTEK Carla Florencia; Keri Lestari
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.46293

Abstract

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau masuk ke dalam kulit yang menyebabkan rasa gatal. Penularan terjadi karena adanya perpindahan tungau betina yang hamil dengan adanya penularan secara kontak langsung dan tidak langsung. Diagnosis umunya menggunakan metode invasif yaitu mengkerok kulit yang terinfeksi. Terapi yang dapat diberikan antara lain adalah permetrin krim, sediaan krim yang mengandung lindane 1% dan asam usnat 1% dan ivermektin oral. Peran apoteker dalam terapi skabies di apotek adalah dengan memberikan pelayanan kefarmasian berupa dispensing, pelayanan informasi obat, konseling, pelayanan kefarmasian ke rumah, pemantauan terapi obat, dan monitoring efek samping yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Review Artikel: Spektrum Tanaman di Indonesia Sebagai Pengawer Pangan Alami Meira Dini Sukanda; Sri Agung Fitri Kusuma
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.46803

Abstract

Tanaman-tanaman yang memiliki potensi sebagai pengawet alami biasanya mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan, minyak atsiri yang memiliki mekanisme kerja sebagai antimikroba dan antioksidan. Pengawet alami lebih aman dan lebih ramah lingkungan dibandingkan pengawet sintetik yang banyak menimbulkan masalah kesehatan. Dari ke 23 tanaman yang telah diteliti oleh para ahli terdapat 4 tanaman yang memiliki potensi paling baik sebagai pengawet pangan alami.  Karena memiliki konsentrasi rendah dengan waktu simpan yang panjang, tidak toksik, dan memiliki spektrum antimikroba yang luas. Adapun ke 4 tanaman tersebut diantaranya adalah tanaman Nimba (Azadirachta indica A. Juss) sebagai pengawet buah tomat, tanaman Putri malu  (Mimosa pudica L) sebagai pengawet ikan dan daging, tanaman Dewandaru (Eugenia uniflora L) sebagai pengawet tahu, dan Sirih (Piper betle L) sebagai pengawet bakso.Kata kunci: Pengawet, Alami, Mikroorganisme
Review: Peran Antioksidan dalam Imunitas Tubuh Aida Roja Fadlilah; Keri Lestari
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.45929

Abstract

Antioksidan merupakan molekul yang mencegah kerusakan sel terhadap radikal bebas. Sel membutuhkan tingkat pertahanan antioksidan yang memadai untuk menghindari efek berbahaya dari produksi reactive oxygen species (ROS) yang berlebihan dan untuk mencegah kerusakan sel kekebalan. Selama proses inflamasi, aktivasi fagosit dan/atau aksi produk bakteri dengan reseptor spesifik mampu mendorong perakitan multikomponen flavoprotein NADPH oksidase, yang mengkatalisis produksi radikal anion superoksida (O2-) dalam jumlah tinggi. Dalam keadaan khusus ini, neutrofil dan makrofag menghasilakan radikal bebas superoksida dan H2O2, yang penting untuk pertahanan melawan mikroba. Untuk itu, antioksidan mutlak diperlukan untuk mengatur reaksi yang melepaskan radikal bebas. Antioksidan yang biasa disertakan dalam makanan seperti vitamin E, vitamin C, Vitamin A, selenium, zinc, cuprum dan iron menunjukkan peran yang penting dalam meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.Kata kunci: Antioksidan, Radikal Bebas, Sistem Imun
Potensi Kuersetin Nanoenkapsulasi Chitosan-Alginat Sebagai Kardioprotektor Melalui Modulasi Nrf-2: Review I Gede Bayu Somantara; Ameilia Ameilia; Sriwidodo Sriwidodo
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.46544

Abstract

Quercetin telah dilaporkan dapat berperan sebagai modulator Nrf2 untuk mengaktivasi antioksidan endogen. Sayangnya, quercetin memiliki stabilitas dan bioavailabilitas buruk. Nanoenkapsulasi digunakan untuk meningkatkan stabilitas dan bioavailabilitas bahan aktif. Penyalut yang dapat digunakan diantaranya kombinasi chitosan-alginate. Untuk mengetahui potensi quercetin dengan nanoenkapsulasi chitosan-alginate sebagai modulator Nrf2 untuk kandidat terapi penyakit kardiovaskular perlu dilakukan kajian lebih mendalam. Data dikumpulkan dari artikel ilmiah dengan rentang publikasi 2013-2023 pada Google Schoolar, PubMed, dan Science Direct. Kemudian dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif secara deduktif. Quersetin terenkapsulasi dalam skala nano dengan chitosan-alginate dapat meningkatkan stabilitas dan bioavailabilitas quersetin yang lebih baik tanpa sitotoksisitas. Aktivasi Nrf2 secara nyata dapat memperbaiki dan menurunkan keparahan hipertensi, hipertrofi jantung, serta cedera iskemia dan reperfusi. Aktivasi Nrf2 memiliki peran penting untuk penghambatan kerusakan jantung, regulator inflamasi sistemik, dan proteksi endothelial. Maka dapat disimpulkan bahwa quersetin nanoenkapsulasi chitosan-alginat berpotensi sebagai kardioprotektor melalui modulasi Nrf2 yang dapat menjadi kandidat kuat terapi penyakit kardiovaskular.
Review Artikel: Metode Analisis Kontaminasi Aflatoksin Dalam Produk Pangan Adinda Putri Lestari; Tina Rostinawati
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.46807

Abstract

Aflatoksin merupakan toksin bersifat karsinogenik yang dihasilkan dari spesies jamur Aspergillus. Toksisitas dari aflatoksin berbahaya bagi kesehatan, dan telah diklasifikasikan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) sebagai senyawa kelompok 1 yang bersifat karsinogenik. Analisis dan penentuan kadarnya dalam pangan menjadi hal yang sangat penting, namun jumlahnya yang sangat sedikit dalam produk pangan menjadi suatu tantangan. Oleh karena itu dibutuhkan metode analisis yang sangat sensitif, spesifik, dan mudah dalam penanganannya. Ulasan yang dibahas memuat beberapa metode yang digunakan untuk analisis aflatoksin. Metode yang digunakan dalam penulisan review artikel ini, yaitu dengan studi literatur dari jurnal ilmiah nasional dan internasional yang dilakukan secara online.  Metode yang sering digunakan dalam analisis aflatoksin diantaranya Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Mass Spectroscopy, dan yang berbasis immunoassay seperti Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Dari perbandingan masing-masing metode tersebut, terdapat kelebihan dan kekurangan dalam analisisnya. Untuk mengatasi masalah dari metode sebelumnya, dikembangkan metode pembaruan lain. Kata Kunci: Teknik analisis, aflatoksin, produk pangan
Tinjauan Pustaka : Efek Jangka Panjang Penggunaan Kortikosteroid Inhalasi Pada Pasien Asma Nabila Putri Azzahra; David Christianto Yohanes; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.45938

Abstract

Kortikosteroid inhalasi (ICS) direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk pasien dengan penyakit inflamasi saluran pernafasan persisten seperti asma. Penggunaan kortikosteroid inhalasi memiliki keuntungan lebih dibandingkan dengan kortikosteroid oral karena memungkinkan pengobatan dengan dosis lebih rendah, mengoptimalkan efek inflamasi lokal, serta penurunan yang signifikan dalam paparan sistemik terhadap obat. Namun, terdapat efek jangka panjang dari penggunaan kortikosteroid inhalasi, baik efek lokal maupun sistemik. Tujuan dari tinjauan literatur ini yaitu untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan studi yang melaporkan terkait risiko efek samping penggunaan kortikosteroid inhalasi (ICS) jangka panjang pada pasien asma. Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel ini yaitu dengan meninjau literatur melalui sumber-sumber pustaka elektronik dengan basis data Google Scholar dan Pubmed®, kata kunci yang digunakan yaitu “Inhaled Corticosteroid”, “Long-term effect” “Asthma”. Dari hasil tinjauan literatur diperoleh 33 artikel yang disertakan dalam penulisan terkait dengan efek samping jangka panjang penggunaan kortikosteroid inhalasi. Efek samping yang ditemukan diantaranya pneumonia, tuberkulosis, supresi adrenal, osteoporosis, gangguan optalmik, dan diabetes dengan masing-masing mekanisme yang mendasarinya.
Review Artikel: Pencemaran Bisphenol A (BPA) Dalam Kemasan Galon dan Dampaknya Bagi Kesehatan Hisa Faadhilah; Ami Tjitraresmi
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.46546

Abstract

Bisphenol A (BPA) merupakan suatu senyawa polimer dari polikarbonat yang biasa digunakan dalam kemasan makanan/minuman berbahan plastik dan galon air mineral. Kemasan atau galon yang mengandung bahan polikarbonat menghasilkan tekstur kaku dan transparansi yang disukai orang banyak. Kandungan BPA dalam kemasan makanan/minuman dan galon air mineral harus ada dalam batas tertentu. Hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, ditemukan BPA yang melebihi batas normal dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan seperti perubahan sistem hormon tubuh, menurunkan aktivitas hormon, penurunan jumlah dan kualitas sperma, gangguan libido dan kesulitan ejakulasi. Selain itu BPA juga dapat memicu penyakit seperti diabetes dan gangguan ginjal kronis.
StudiI Literatur: Indikasi Off-Label Tramadol Pada Penyakit Tertentu Kirka Dwi Apriali; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.44010

Abstract

Tramadol menjadi salah satu analgesik opioid sistem saraf pusat (SSP) yang paling sering diresepkan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat. Selain aksi opioidnya, tramadol juga dapat menghambat reuptake serotonin dan noradrenalin yang diresepkan secara off-label. Tujuan dari artikel review ini adalah membahas indikasi off-label dari obat tramadol untuk memberikan informasi mengenai penggunaan alternatif terhadap penyakit tertentu. Metode pencarian literatur yang dilakukan berasal dari database berupa PubMed, Sciencedirect, dan Google Scholar dengan kata kunci indication of tramadol, off-label of tramadol, reseptor opioid, serotonin, dan noradrenalin. Dari analisis studi literatur, tramadol terbukti dapat mengatasi kecemasan, depresi, sindrom kaki gelisah dan ejakulasi dini.
Review Artikel: Critical Quality Attributes dan Critical Process Parameter dari Tablet Kempa Langsung Gabriella Joan Caren
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.46808

Abstract

Quality by Design (QbD) merupakan pendekatan sistematis yang dapat mengidentifikasi karakteristik yang sangat penting untuk kualitas produk obat. Salah satu elemen kunci dari QbD antara lain Critical Quality Attribute (CQA) dan Critical Process Parameter (CPP), dimana CPP dapat mempengaruhi CQA produk obat. Tablet merupakan sediaan farmasi yang banyak digunakan oleh masyarakat, dimana salah satu jenisnya adalah tablet kempa langsung. Oleh karena itu tujuan dari review artikel ini adalah untuk mengetahui CQA produk dan CPP proses produksi obat tablet kempa langsung. Metode yang dilakukan adalah pencarian data primer dengan instrumen pencari secara online dan manual pada pustaka yang relevan. Dari hasil review artikel, didapat bahwa penting untuk mengetahui CQA dari campuran akhir (hasil tahap pencampuran akhir) dan tablet jadi (hasil pencetakan). Baik pada tahap pencampuran akhir dan pencetakan pun memiliki CPP masing-masing yang perlu dipantau karena dapat berdampak terhadap CQA produk.Kata kunci: quality by design, CQA, CPP, tablet
Artikel Tinjauan: Penerapan Pelatihan Personel di Industri Farmasi Rania Talinta Layyareza; Patihul Husni
Farmaka Vol 21, No 2 (2023): Farmaka (Juli)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v21i2.45966

Abstract

Personalia merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam pedoman GMP (Good Manufacturing Practice). Hal ini menunjukkan bahwa personel merupakan salah satu komponen penting dalam industri farmasi karena berpengaruh terhadap mutu produk. Industri farmasi bertanggung jawab dalam menyediakan personel yang terkualifikasi salah satunya melalui program pelatihan personel. Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait pelatihan personel yang dibahas pada pedoman GMP melalui studi pustaka dari pedoman GMP resmi dan artikel publikasi. Dalam tinjauan artikel ini dilakukan komparasi antara aspek pelatihan personel pada pedoman GMP yang berlaku di Indonesia, Eropa, dan Amerika. Tinjauan artikel ini dilakukan melalui studi pustaka dari 25 artikel yang meliputi 10 artikel utama dan 15 artikel pendukung dengan tahun publikasi 2010-2023. Berdasarkan tinjauan artikel yang dilakukan, ketiga pedoman GMP tidak memiliki perbedaan signifikan terkait pembahasan aspek pelatihan personel dan pedoman GMP milik Indonesia dan Eropa membahas lebih rinci dibandingkan dengan pedoman GMP milik Amerika.Kata Kunci: Kualifikasi personel, Pelatihan personel, GMP