Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Santon Dari Kulit Batang Tumbuhan Asam Kandis (Garcinia cowa) Darwati, Darwati; Anggraeni, Anni; Adisumiwi, Sri
CHEMPUBLISH JOURNAL Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Program Studi Kimia FST Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.269 KB)

Abstract

Genus Garcinia diketahui kaya dengan senyawa santon teroksigenasi, santon terprenilasi dan benzofenon poliisoprenilasi.  Beberapa dari golongan senyawa ini memiliki aktivitas biologi yang bervariasi antara lain sebagai antibakteri, antioksidan, sitotoksik, dan antimalaria.  Garcinia cowa termasuk famili Guttiferae dan di Indonesia dikenal dengan nama asam kandis.  Dalam rangka investigasi berkelanjutan dari tumbuhan genus Garcinia asal Indonesia suatu senyawa santon kowanin telah berhasil diisolasi dari bagian   kulit batang Garcinia cowa.  Struktur molekul dari senyawa ini telah ditetapkan berdasarkan data spektroskopi meliputi UV, IR, dan NMR 1-D serta data yang diperoleh  dibandingkan  dengan data  literatur. Kata kunci:  G. cowa,  santon, kowanin
MODE IKATAN METABOLIT SEKUNDER DI TANAMAN AKAR KUNING (Arcangelisia flava L.) DENGAN NITRAT OKSIDA SINTASE Kolina, Jennifer; Sumiwi, Sri Adi; Levita, Jutti
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAKInflamasi dapat menginduksi NOS (nitrat oksida sintase), yaitu enzim pengkatalisispembentukan NO (nitrat oksida) berlebih sebagai pro-inflamasi. Akar kuning (Arcangelisia flava. L) banyak digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat Asia Tenggara, baik sebagai obat luar maupun obat dalam. Senyawa kimia yang terkandung di dalam A. flava antara lain saponin, flavonoid dan tanin.   Akar tanaman ini juga mengandung glikosida dan alkaloid, terutama golongan isokuinolin, yaitu berberin, jatrorizin dan palmatin. Terdapat juga beberapa alkaloid minor seperti kolumbamin, dehidrokoridalmin, homoaromolin dan talifendin, serta diterpen fibraleusin. Fibraurin berpontensi sebagai anti-bakteri, anti-tumor, dan anti-inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah mode ikatan senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam A. flava terhadap enzim NOS dengan metode penambatan molekuler menggunakan perangkat lunak AutoDock. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berberin, daidzein, dehidrokorildamin, epikatekhin, hidroksiekdison, jatrorizin, kaempferol, piknarin, kuersetin,  dan  talifendin  dapat  berinteraksi dengan  enzim NOS  pada  kantung  aktif melalui pembentukan ikatan hidrogen dengan residu asam amino  Glu377. Senyawa lainnya berinteraksi dengan residu asam amino tidak spesifik. Tidak ditemukan interaksi dengan Tyr347 pada semua senyawa. Hanya satu senyawa yang tidak membentuk interaksi dengan enzim NOS yaitu fibraurin.Kata kunci: antiinflamasi, AINS, alkaloid, iNOS, metabolit sekunder,   MODE OF BONDING COMPUNDS IN YELLOW ROOTS (Arcangelisia flava L.) WITH NOS ENZUMES F0R ANTIINFLAMMATORY ABSTRACTInflammation can induce NOS (nitric oxide synthase), the enzyme catalyzing the formation of NO (nitric oxide) excess as pro-inflammatory. The yellow root (Arcangelisia flava. L) is widely used as a traditional medicine by the people of Southeast Asia as medicine for external and internal use. Chemical compounds contained in A. flava include saponins, flavonoids and tannins. The root of this plant also contains glycosides and alkaloids, especially groups of isokuinolin, i.e berberine, jatrorizin and palmatin. There are also some minor alkaloids such as kolumbamin, dehidrokoridalmin, homoaromolin and talifendin, as well as fibraleucin. Fibraurin has the potential to be anti-bacterial, anti- tumor, and anti-inflammatory. The purpose of this study was to examine the bonding mode  of chemical  compounds  contained  in  A.  flava  towards  NOS  enzymes  using molecular docking method with AutoDock software. The results showed that berberine, daidzein, dehydrocorilineamine, epicatechin, hydroxyecdison, jatrorizine, kaempferol, piknarin, quercetin, and talifendin interact  with NOS enzymes in the active site by forming hydrogen bonds with Glu377 amino acid residues. Other compounds interact   with non-specific amino acid residues. No interactions with Tyr347 were found in all compounds. Only one compound that does not form an interaction with the NOS enzyme is fibraurin.Keywords : antiinflamation, AINS, alkaloid, iNOS, metabolite
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI FRAKSI-FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT, BUTANOL, DAN AIR KULIT BATANG SINTOK (Cinnamomun sintoc BL.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Sumiwi, Sri Adi; Sunardi, Clara; Kusuma, Winny
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6, No 1 (2016): Vol.6, No.1, Juni 2016
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.034 KB)

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi fraksi-fraksi n- heksana, etil asetat, butanol dan air dari kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) pada telapak kaki tikus putih jantan yang telah induksi edema dengan karagenan. Fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair. Penapisan fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia kulit batang sintok. Pada uji aktivitas antiinflamasi, bahan uji diberikan pada tikus secara oral dengan dosis 1000 mg/kg berat badan (BB), indometasin10 mg/kgBB digunakan sebagai kontrol positif. Hasil penapisan fitokimia menunjukkanbahwa serbuk simplisia kulit batang sintok mengandung golongan senyawa polifenol, mono-seskuiterpen dan steroid. Hasil uji aktifitas antiinflamasi menunjukan bahwa fraksi air, fraksi butanol dan fraksi n-heksana memiliki aktifitas antiinflamasi dengan persentase inhibisi radang berturut-turut sebesar 64,36%, 53,67% dan 35,74% pada tingkat kepercayaan 95%  dan 99% sementara indometasin sebagai kontrol positif memiliki persentase inhibisi radang sebesar 67,75%. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi air ekstrak kulit batang sintok memiliki potensi sebagai agen antiinflamasi alami. Kata kunci : Aktivitas antiinflamasi, Sintok, tikus putih jantan
FORMULASI EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) DENGAN BASIS GEL SEBAGAI ANTIINFLAMASI Abdassah, Marline; Sumiwi, Sri Adi; Hendrayana, Jemmy
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 4, No 4 (2009)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Formulation anti-inflammatory gel  from sukun leaves extract (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) by various sukun leaves extract concentrate 4%, 8%, 12%, and 16% has been carried out. The purpose is  to find a stable formula of extract, efective and safe as gel anti-inflammatory. The evaluation included  stability,  organoleptic, pH , viscosity, consistency, safety test after 56 days storage, and anti-inflammatory activity has been investigated on male white rats of Wistar strain. The activity test using the carrageenan inducement method of the right paw of the rats and the  materials test were given topically. The result showed after  physical and chemical stability observation  , no changes occurred. In  safety test, every forms has been guaranteedly safety since no skin irritation occur. Effectivity test showed that every formula can produces anti-inflammatory activity. The best formula  was given anti-inflamatory, is gel with concentrate sukun leaves extract (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg)of  16%, inflammation inhibition of 6.96%. ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi gel antiinflamasi dari ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) dengan menggunakan variasi konsentrasi ekstrak 4%, 8%, 12%, dan 16%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula gel yang stabil, efektif dan aman dalam penggunaannya  sebagai  sediaan gel antiinflamasi. Pengujian meliputi uji stabilitas, yaitu pemeriksaan secara organoleptis, perubahan pH, viskositas, konsistensi, uji keamanan selama 56 hari penyimpanan, dan uji aktivitas antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur Wistar. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan metode penginduksian karagenan pada telapak kaki kanan tikus dan bahan uji diberikan secara topikal. Hasil pengamatan stabilitas fisik dan kimia sediaan meliputi konsistensi, warna, dan bau menunjukkan bahwa selama 56 hari penyimpanan tidak terjadi perubahan. Sedangkan untuk nilai viskositas dan pH mengalami penurunan. Berdasarkan uji keamanan, setiap formula dinyatakan aman untuk digunakan karena tidak mengiritasi kulit. Hasil pengujian efektivitas menunjukkan bahwa semua formula dapat memberikan aktivitas antiinflamasi.  Formula yang memberikan aktivitas antiinflamasi paling baik adalah formula dengan konsentrasi ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) 16%,  dengan memberikan efek inhibisi radang 6,96%.
Aktivitas Antioksidan Daun Iler Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. Moelyono, M W; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Diantini, Ajeng; Musfiroh, Ida; Sumiwi, Sri Adi; Iskandar, Yoppi; Susilawati, Yasmiwar
JFIOnline | Print ISSN 1412-1107 | e-ISSN 2355-696X Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT : Antioxidants are the compounds capable to inhibit free radical reactions in the human body. This research was aimed to identify the antioxidant potency of ethanolic extract of Plectranthus scutellaroides leaves in vitro by using spectrophotometric methods with DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) using vitamin C as reference. Concentrations of samples used were 75, 100, 115, 125 and 135 ppm. The antioxidant activity was measured by visible spectrophotometry at three wavelengths of 498, 518 and 538 nm. The result showed that the n-hexane fraction gave the highest antioxidant activity with IC50 of 52.5 ppm, 15 times lower than that of vitamin C (IC50 of 3.33 ppm). Phytochemical screening of the Plectranthus scutellaroides leaves indicated the presence of flavonoids, polyphenolic, monoterpenoids, sesquiterpenoids, steroids and triterpenoids. Keywords: antioxidant, Plectranthus scutellaroides, leaves, DPPH ABSTRAK Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antioksidan dari daun Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br., secara in vitro dengan metode spektrofotometri menggunakan pereaksi 1,1-difenil 2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan vitamin C sebagai pembanding. Daun diekstrak menggunakan etanol lalu difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat dan air. Variasi konsentrasi sampel uji yang digunakan pada pengujian ini adalah 75, 100, 115, 125 dan 135 ppm. Aktivitas antioksidan diukur secara spektrofotometri pada tiga panjang gelombang yaitu 498, 518 dan 538 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana pada konsentrasi tersebut memberikan aktivitas antioksidan paling kuat dengan nilai IC sebesar 52.5 ppm, 15 kali lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (IC50 = 3.33 ppm). Hasil penapisan fitokimia terhadap daun Plectranthus scutellaroides menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, polifenolat, monoterpenoid, sesquiterpenoid, steroid dan tritertenoid. Kata kunci: antioksidan, Plectranthus scutellaroides, daun, DPPH
Aktivitas Antioksidan Daun Iler Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. Moelyono, M W; Rochjana, Anna Uswatun Hasanah; Diantini, Ajeng; Musfiroh, Ida; Sumiwi, Sri Adi; Iskandar, Yoppi; Susilawati, Yasmiwar
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.122 KB) | DOI: 10.35617/jfi.v8i1.416

Abstract

ABSTRACT : Antioxidants are the compounds capable to inhibit free radical reactions in the human body. This research was aimed to identify the antioxidant potency of ethanolic extract of Plectranthus scutellaroides leaves in vitro by using spectrophotometric methods with DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl hydrazyl) using vitamin C as reference. Concentrations of samples used were 75, 100, 115, 125 and 135 ppm. The antioxidant activity was measured by visible spectrophotometry at three wavelengths of 498, 518 and 538 nm. The result showed that the n-hexane fraction gave the highest antioxidant activity with IC50 of 52.5 ppm, 15 times lower than that of vitamin C (IC50 of 3.33 ppm). Phytochemical screening of the Plectranthus scutellaroides leaves indicated the presence of flavonoids, polyphenolic, monoterpenoids, sesquiterpenoids, steroids and triterpenoids. Keywords: antioxidant, Plectranthus scutellaroides, leaves, DPPH ABSTRAK Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antioksidan dari daun Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br., secara in vitro dengan metode spektrofotometri menggunakan pereaksi 1,1-difenil 2-pikrilhidrazil (DPPH) dengan vitamin C sebagai pembanding. Daun diekstrak menggunakan etanol lalu difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat dan air. Variasi konsentrasi sampel uji yang digunakan pada pengujian ini adalah 75, 100, 115, 125 dan 135 ppm. Aktivitas antioksidan diukur secara spektrofotometri pada tiga panjang gelombang yaitu 498, 518 dan 538 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi n-heksana pada konsentrasi tersebut memberikan aktivitas antioksidan paling kuat dengan nilai IC sebesar 52.5 ppm, 15 kali lebih lemah dibandingkan dengan vitamin C (IC50 = 3.33 ppm). Hasil penapisan fitokimia terhadap daun Plectranthus scutellaroides menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, polifenolat, monoterpenoid, sesquiterpenoid, steroid dan tritertenoid. Kata kunci: antioksidan, Plectranthus scutellaroides, daun, DPPH
FORMULASI EKSTRAK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) DENGAN BASIS GEL SEBAGAI ANTIINFLAMASI Abdassah, Marline; Sumiwi, Sri Adi; Hendrayana, Jemmy
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 4, No 4 (2009)
Publisher : Jurnal Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35617/jfi.v4i4.29

Abstract

Formulation anti-inflammatory gel  from sukun leaves extract (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) by various sukun leaves extract concentrate 4%, 8%, 12%, and 16% has been carried out. The purpose is  to find a stable formula of extract, efective and safe as gel anti-inflammatory. The evaluation included  stability,  organoleptic, pH , viscosity, consistency, safety test after 56 days storage, and anti-inflammatory activity has been investigated on male white rats of Wistar strain. The activity test using the carrageenan inducement method of the right paw of the rats and the  materials test were given topically. The result showed after  physical and chemical stability observation  , no changes occurred. In  safety test, every forms has been guaranteedly safety since no skin irritation occur. Effectivity test showed that every formula can produces anti-inflammatory activity. The best formula  was given anti-inflamatory, is gel with concentrate sukun leaves extract (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg)of  16%, inflammation inhibition of 6.96%. ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi gel antiinflamasi dari ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) dengan menggunakan variasi konsentrasi ekstrak 4%, 8%, 12%, dan 16%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula gel yang stabil, efektif dan aman dalam penggunaannya  sebagai  sediaan gel antiinflamasi. Pengujian meliputi uji stabilitas, yaitu pemeriksaan secara organoleptis, perubahan pH, viskositas, konsistensi, uji keamanan selama 56 hari penyimpanan, dan uji aktivitas antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur Wistar. Pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan metode penginduksian karagenan pada telapak kaki kanan tikus dan bahan uji diberikan secara topikal. Hasil pengamatan stabilitas fisik dan kimia sediaan meliputi konsistensi, warna, dan bau menunjukkan bahwa selama 56 hari penyimpanan tidak terjadi perubahan. Sedangkan untuk nilai viskositas dan pH mengalami penurunan. Berdasarkan uji keamanan, setiap formula dinyatakan aman untuk digunakan karena tidak mengiritasi kulit. Hasil pengujian efektivitas menunjukkan bahwa semua formula dapat memberikan aktivitas antiinflamasi.  Formula yang memberikan aktivitas antiinflamasi paling baik adalah formula dengan konsentrasi ekstrak daun sukun (Artocarpus altilis (Parkins.) Fosberg) 16%,  dengan memberikan efek inhibisi radang 6,96%.
REVIEW ARTIKEL: TANAMAN DENGAN AKTIVITAS ANTITUKAK MANUELA GLENATALIE PAKPAHAN; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27920

Abstract

ABSTRAKTukak peptik merupakan salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami oleh manusia. Tukak peptik dapat terjadi pada mukosa esofagus, lambung maupun usus halus. Saat ini, terdapat berbagai obat sintetik yang digunakan sebagai terapi tukak peptik. Namun, obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang cukup berat. Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman dapat berpotensi sebagai antitukak yang diinduksi oleh berbagai model. Berdasarkan aktivitas yang dimiliki, tanaman yang memiliki kandungan kimia alkaloid, terpen, terpenoid, flavonoid, saponin, asam fenolik dan tanin terbukti memiliki efek sebagai antitukak.Kata kunci: tukak peptik, herbal medisinal, fitokimiaABSTRACTPeptic ulcer is one of the most common digestive disorders in clinical practice. Peptic ulcers can occur in the esophageal mucosa, stomach and small intestine. There are various synthetic drugs that have been used as peptic ulcer therapy nowadays. However, these drugs have quite severe side effects. There are various studies that show that plants can be potential as anti-ulcers induced by various models. Plants that have phytochemical contents of alkaloids, terpenes and terpenoids, flavonoids, saponins, phenolic acids and tannins have been proven to have an anti-ulcers effect.Keywords: peptic ulcer, herbal medicines, phytochemicals
SELENIUM DAN MANFAATNYA UNTUK KESEHATAN : REVIEW JURNAL Yunita .; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.317 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17572

Abstract

Selenium merupakan mineral essensial dan elemen gizi mikro yang penting bagi tubuh. Mineral ini penting dalam sebagain besar fungsi tubuh seperti kesehatan sistem imun, fungsi sistem tiroid, kardiovaskular dan dalam melawan stress oksidatif. Ada dua bentuk selenium yaitu bentuk organik dan anorganik. Asupan selenium dapat diperoleh dari makanan seperti daging, makanan laut dan tanaman yang kadarnya dipengaruhi oleh kadar selenium dalam tanah dan air yang digunakan. Kebutuhan selenium individu per harinya berkisar antara 30-85 µg/ hari. Defisiensi asupan selenium dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular, tiroiditis dan inflamasi. Sehingga banyak penelitian untuk membuktikan penggunaan suplementasi selenium dapat mengatasi penyakit tersebut. Dan hasilnya  suplementasi selenium terutama selenometionin menurunkan kadar TPOAb dan TgAb pada pasien tiroiditis serta menurunkan CPR dan meningkatkan GPx pada penyakit kardiovaskular yang menurunkan stres oksidatif dan inflamasi.Kata Kunci: Selenium, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Autoimun Tiroiditis, Antiinflamasi
Kajian Metode Isolasi Jantung Hewan dalam Pengujian Aktivitas Kardiotonik suatu Senyawa Nurike Susendi; Sri Adi Sumiwi; Aliya Nur Hasanah
Farmaka Vol 17, No 3 (2019): Farmaka (Desember)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2575.986 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i3.22093

Abstract

Agen kardiotonik yang digunakan dalam terapi utama ialah glikosida jantung dan katekolamin tetapi kedua obat tersebut memiliki efek samping yang bahaya. Maka perlu dilakukan pengembangan obat baru yang memiliki efektivitas obat yang baik dan efek samping yang kecil. Dalam metode pengujian kardiotonik seringkali menggunakan metode Isolated Heart Perfussion dengan hewan percobaan yang berbeda. Artikel review ini akan membahas terkait pengujian aktivitas kardiotonik dan hewan uji yang sering digunakan. Metode isolasi jantung yang saat ini digunakan adalah Langendroff method, dan modifikasinya dalam hal larutan serta kondisi pengujian. Dalam metode Langendroff berbagai kondisi harus dijaga diantaranya pemberian oksigen, nutrisi, suhu, serta tekanan perfusi Hewan uji yang efektif dalam pengujian aktivitas kardiotonik ialah katak karena model jantungnya dapat menjelaskan banyak prinsip penting fungsi kardiovaskular. Kata Kunci : Kardiotonik, Isolasi Perfusi Jantung, Langendroff method