cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuatika
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 90 Documents
POTENSI GENETIK INDUK BELUT SAWAH (Monopterus albus) BERDASAR UJI POLIMORFISME MENGGUNAKAN MARKER RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Ibnu Dwi Buwono; Roffi Grandiosa; Ujang Subhan
Jurnal Akuatika Vol 2, No 2 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Variasi genetik merupakan kunci untuk menentukan potensi genetik suatu spesies ikan dalam upaya seleksi induk. Uji polimorfisme berdasar marker RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) diaplikasikan untuk mendeteksi keragaman genetik belut sawah (Monopterus albus) asal Banjaran, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya. Sebanyak 12 sampel diambil dan variasi genetik dianalisis menggunakan NTSYS-pc (Numerical Taxonomy System Programe). Belut sawah asal Tasikmalaya menunjukkan adanya variasi gen (3 variasi fragmen DNA) yang teramplifikasi primer S28 (5’-GTGACGTAGG-3’) dan hubungan kekerabatan relatif jauh (Similarity Index / SI 48%) dengan belut Banjaran, Sumedang dan Garut. Sebaliknya berdasar primer S45 (5’-TGAGCGGACA-3’), belut asal Sumedang memiliki polimorfisme lebih tinggi (3 variasi fragmen DNA) dan hubungan kekerabatan relatif jauh (SI 54 %) dibanding lainnya. Berdasar variasi gen yang tercermin dalam fragmen DNA yang teramplifikasi primer RAPD, belut sawah asal Tasikmalaya dan Sumedang merupakan calon induk unggul.
PARTISIPASI MASYARAKAT PESISIR DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Iwang Gumilar
Jurnal Akuatika Vol 3, No 2 (2012): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.879 KB)

Abstract

Penelitian mengenai aspek sosial budaya masyarakat dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove ini bertujuan untuk menganalisis persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian ekosistem hutan mangrove yang ada di wilayah pesisir Indramayu karena akar masalah kerusakan ekosistem hutan mangrove berawal dari perilaku manusia itu sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Metode penelitian secara umum yang digunakan adalah metode studi kasus. Variabel yang diteliti meliputi persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian ekosistem hutan mangrove. Pengukuran derajat persepsi dan partisipasi diukur menggunakan metode skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap 10 kriteria pengelolaan hutan mangrove, 7 kriteria diantaranya, yaitu kerusakan wilayah pesisir karena faktor alam, kerusakan wilayah pesisir lebih karena perbuatan manusia, kerusakan hutan mangrove karena abrasi dan kepentingan ekonomi. Mangrove memiliki manfaat penting bagi lingkungan pesisir, pengelolan hutan mangrove tanggung jawab bersama, perusahaan lokal berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan, dan pemda sudah menjalankan tugas pengelolaan lingkungan dengan baik; menunjukkan  nilai skala Likert berada pada rentang positif. Sementara itu, untuk 3 kriteria lainnya, yaitu mangrove memiliki manfaat penting bagi kegiatan tambak, penegakan hukum lingkungan dinilai sudah cukup memadai, dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan meningkat; responden memiliki persepsi negatif terhadap kriteria tersebut. Indeks partisipasi masyarakat  berada pada rentang 0,50 – 0,60. Nilai rata-rata CRI sebesar 2.48 yang berada pada rentang cukup bertanggung jawab terhadap upaya pelestarian lingkungannya. Kata kunci: csr, partisipasi, persepsi, indeks, dan sosial budaya 
KOMPOSISI ASAM LEMAK IKAN TONGKOL, LAYUR, DAN TENGGIRI DARI PAMEUNGPEUK, GARUT Rusky I. Pratama; M. Yusuf Awaluddin; Safri Ishmayana
Jurnal Akuatika Vol 2, No 2 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.262 KB)

Abstract

Asam lemak ikan laut telah menarik banyak perhatian karena peranannya dalam mencegah berbagai penyakit. Sifat tersebut berkaitan dengan asam lemak tak jenuh majemuk ω-3. Sampai saat ini, belum ada data yang lengkap mengenai komposisi asam lemak dalam  ikan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan komposisi asam lemak dari ikan layur, tenggiri dan tongkol dari Pameungpeuk, Garut. Sampel ikan disimpan dalam kontak pendingin, kemudian dikeringkan pada suhu 50oC selama 48 jam. Kandungan lipid dari sampel yang sudah dikeringkan diekstraksi dengan  metode Soxhlet menggunakan n-heksan sebagai pengekstrak. Lipid yang diperoleh kemudian diderivatisasi menggunakan metanol dengan asam klorida sebagai katalis. Ester yang dihasilkan kemudian dianalsis menggunakan kromatografi gas-spektroskopi massa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komposisi asam lemak dari ketiga sampel ikan yang telah ditentukan berbeda-beda. Hal ini tergantung pada spesies, makanan yang tersedia, dan faktor lain.  Komposisi asam lemak tak jenuh paling tinggi terdapat pada ikan layur, sedangkan asam lemak jenuh paling banyak terdapat pada ikan tongkol.Kadar EPA tertinggi terdapat pada ikan layur, meskipun persentase asam lemak ini paling rendah jika dibandingkan persentase asam lemak yang sama pada ikan lain
DNA Barcoding untuk Autentikasi Produk Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp) Deden Yusman Maulid; Mala - Nurilmala
Jurnal Akuatika Vol 6, No 2 (2015): Jurnal Akuatika Vol. VI. No. 2/September 2015
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.836 KB)

Abstract

Abstrak Kebutuhan produk perikanan terus meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia. Keterbatasan bahan baku menyebabkan meningkatnya biaya produksi dan berpotensi menimbulkan kecurangan perdagangan untuk meningkatkan keuntungan sepihak. Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp) merupakan ikan perenang cepat dan sering digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk perikanan. Proses Pengolahan menyebabkan ikan ini sulit dikenali secara morfologi. Pendekatan molekuler melalui amplifikasi DNA menjadi jalan keluar untuk mengetahui keaslian produk yang telah mengalami perubahan bentuk. Sampel yang telah dikumpulkan terdiri dari baso (Sio), empek-empek (PLm), kerupuk pasar tradisional (KrPsa), dan kerupuk pasar modern (KrLM). dan. Produk tersebut berlabel ikan Tenggiri. Primer yang didesain adalah Cytochrome b dengan target 380bp, merupakan salah satu gene penyandi pada DNA mitokondria. Analisis kesejajaran digunakan untuk mengetahui kedekatan kekerabatan species. Berdasarkan hasil penelitian ini, tiga produk yaitu baso, kerupuk dari pasar modern (KrLM), dan empek-empek diketahui menggunakan bahan baku ikan tenggiri, akan tetapi kerupuk yang diperoleh dari pasar tradisional (KrPsa) tidak terlacak menggunakan bahan baku ikan tenggiri. Kata kunci : Autentikasi, Primer, Tenggiri
TINGKAH LAKU INDUK BETINA SELAMA PROSES PENGERAMAN TELUR DAN PERKEMBANGAN LARVA LOBSTER PASIR (Panulirus homarus Linneaus, 1785) M. Junaidi Junaidi; N. Cokrowati; Z. Abidin
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2530.765 KB)

Abstract

This study aims to determine the behavior of female brooodstock on sipny lobsters when incubating their eggs until they hatch and the larvaldevelopment. Reared of the female broodstock and hatch eggs made at the aquarium. Observation of broodstock behavior during egg incubation with visualization in the form of photos and video. Eggs that have hatched transferred to larval rearing container and given a feed Chaetocerossp, Tetraselmissp and Artemiasalina. Observation of larval development  by using a microscope and visualized in the form of photographs.Broodstock  behavior during lay eggs are always bent and telson body covering eggs, and when the eggs begin to hatch pereiopod always shaken. Filosoma larval growth stage I to the next level, marked by the addition of setae on the pereiopodThe 1st and 2nd pereiopod, where from 5 pairs at the level I to 6 pairs at level II. At level III, increased to 7 pairs of setae, and there are 3 pairs of setae on the pereiopod the 3rd and 4th pereiopod began to grow. Filosoma larval development is only to a level III, with a time of maintenance in the laboratory for 27 days.
Pemetaan Sebaran Dan Kelimpahan Ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) Di Teluk Maumere, Kepulauan Sembilan Dan Takabonerate Arip Rahman; Amran Ronny Syam
Jurnal Akuatika Vol 6, No 1 (2015): Jurnal Akuatika Vol. VI. No. 1/Maret 2015
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (956.035 KB)

Abstract

Kegiatan survey pemetaan ikan napoleon dilaksanakan pada tahun 2012 dan 2013 di tiga lokasi yaitu Kepulauan Sembilan Kab. Sinjai, Teluk Maumere Kab. Sikka dan Takabonerate Kab. Kepulauan Selayar. Penelitian bertujuan untuk memetakan sebaran dan kepadatan populasi ikan napoleon di setiap lokasi penelitian. Ikan napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu ikan yang terancam punah (endangered species) dan masuk dalam Appendiks II CITES. Penelitian dilakukan dengan metode survey yang menggabungkan citra satelit landsat sebagai peta dasar dengan hasil underwater visual census (UVC). Berdasarkan hasil UVC, kepadatan ikan napoleon di beberapa lokasi di Kepulauan Sembilan berkisar antara 0-6,3 ind/ha, di Takabonerate berkisar antara 0-4,17 ind/ha dan di Teluk Maumere tidak ditemukan ikan napoleon. Kondisi tutupan karang hidup di lokasi tempat diketemukannya ikan napoleon berkisar antara 15-60% dengan kedalaman berkisar antara 5-20. Gabungan antara hasil analisis peta dan hasil UVC menghasilkan peta lokasi sebaran ikan napoleon. Kata Kunci: Ikan napoleon, spesies terancam punah, kelimpahan, UVC, pemetaan.  
KOMPOSISI KIMIA DAN PROFIL POLISAKARIDA RUMPUT LAUT HIJAU Santi A. a; Sunarti V. v; Santoso D. d; Triwisari A. a
Jurnal Akuatika Vol 3, No 2 (2012): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.069 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan bentuk granula polisakarida pada dua spesies rumput laut hijau. U. lactuca mengandung 30.89 ± 1.87 % kadar abu, 2.24± 0.37% kadar lemak, 2.85±0.79 % kadar protein, 7.54±0.19 % serat kasar dan karbohidrat dengan perbedaan 20.86±2.29 %. C.crassa mengandung kadar abu 46.25 ± 0.33 %, kadar protein 2.32± 0.35 %, kadar lemak 0.97± 0.26 %, serat kasar 29.59±1.36 %, karbohidrat by difference 20.86±2.29 %. Secara rinci kandungan polisakarida sampel dianalisis dengan menggunakan metode Van Soest. U. lactuca mengandung hemiselulosa 16.42 %, selulosa 19.58 %, lignin 2.9 %. C. crassa mengandung 43.73 % hemiselulosa, 25.5 % selulosa dan 4 % lignin. Pengamatan mikroskopik polisakarida larut air dingin pada U. lactuca menunjukkan bentuk granula polisakarida berbentuk bulat sedangkan pada C.crassa berbentuk serat  serabut. Kata kunci : Ulva lactuca,Chaetomorpha crassa, Chlorophyta, hemiselulosa, lignin, and selulosa,
DINOFLAGELLATA EPIFITIK PADA LAMUN Enhalus acoroides DI RATAAN TERUMBU PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU Fitrian Anggraeni; Titi Soedjiarti; Riani Widiarti
Jurnal Akuatika Vol 4, No 1 (2013): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.668 KB)

Abstract

Penelitian tentang Dinoflagellata epifitik pada lamun Enhalus acoroides telah dilakukan di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada bulan April 2012. Penelitian dilakukan dengan mengoleksi daun lamun Enhalus acoroides dari rataan terumbu, kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik berisi air laut.  Setelah itu, dilakukan pengocokan dan penyaringan dengan saringan bertingkat (125µm dan 20µm). Dinoflagellata epifitik yang ditemukan berjumlah 8 jenis, yaitu Gambierdiscus toxicus Prorocentrum concavum, P. emarginatum, P.lima, P. rhathymum, Ostreopsis lenticularis, O. ovata, dan O. siamensis. Enam dari jenis tersebut termasuk Dinoflagellata epifitik yang berpotensi menyebabkan Ciguatera Fish Poisoning.Kelimpahan Dinoflagellata epifitik tertinggi dimiliki oleh Prorocentrum lima (903 sel/cm2), sedangkan kelimpahan terendah dimiliki oleh Gambierdiscus toxicus (1 sel/cm2).Berdasarkan uji korelasi Spearman, parameter lingkungan perairan yang memengaruhi kelimpahan Dinoflagellata epifitik saat penelitian adalah kecepatan arus. 
PENCEMARAN PERAIRAN AKIBAT KADAR AMONIAK YANG TINGGI DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE Sampe Harahap
Jurnal Akuatika Vol 4, No 2 (2013): Jurnal Akuatika Volume IV No 2 September 2013
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.921 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di tempat industri tempe Tuah Karya Pekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemakaian biofilter tempurung kelapa sawit dalam menurunkan kadar amoniak pada limbah cair tempe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksprimen, menggunakan dua unit reaktor biofilter bermedia tempurung kelapa sawit dan tanpa media tempurung kelapa sawit. Dengan menghitung efektifitas penurunan kadar amoniak. Hasil pengukuran kadar amoniak pada inlet berkisar 23,37 – 39,12 mg/L, rata-rata 33,67 mg/L dan pada outlet berkisar 19,7- 27,63 mg/L dengan rata-rata 24,91 mg/L. Pada kondisi reaktor stabil dan selama variasi waktu tinggal  1, 3, dan 5 hari, diperoleh kadar amoniak pada inlet berkisar 25,52 – 39, 48 mg/L dan kadar amoniak pada outlet berkisar 18,85 – 30, 64 mg/L dengan efektivitas penurunan kadar amoniak antara inlet dan outlet berkisar 6,73 – 46,16%. Sedangkan pada reaktor tanpa media diperoleh kadar amoniak pada inlet berkisar 33,12 – 41,35 mg/L dan pada outlet berkisar 28,17 – 34,69 mg/L.
KELIMPAHAN FORAMINIFERA BENTIK RESEN PADA SEDIMEN PERMUKAAN DI PERAIRAN TELUK JAKARTA Isni Nurruhwati; Richardus Kaswadji; Dietriech G. Bengen; Vijaya Isnaniawardhani
Jurnal Akuatika Vol 3, No 1 (2012): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.779 KB)

Abstract

Perairan Teluk Jakarta merupakan wilayah perairan dangkal dengan kedalaman perairan sangat bervariasi, umumnya memiliki kedalaman 30 meter meskipun di beberapa lokasi hingga 70 meter seperti di utara Pulau Pari dan di utara Pulau Semak Daun. Habitat  foraminifera terdiri dari semua kedalaman laut dari tepi pantai sampai pada laut dalam. Secara umum, spesies  bentik hidup pada kedalaman tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelimpahan dan jenis-jenis foraminifera bentik resen yang terdapat pada sedimen permukaan di perairan Teluk Jakarta. Sebanyak 25 sampel sedimen permukaan yang diambil dari  25 buah core milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan yang berada di dalam cold storage di Cirebon. Sampel yang diperoleh dianalisis jenis sedimennya dan kandungan foraminifera bentik resen didalamnya. Jumlah yang ditemukan 85  spesies yang termasuk dalam 42 genus. Spesies yang banyak melimpah ditemukan di perairan iniOperculina ammonoides (Gronovlus), Elphidium indicum (Cushman),Planulina  floridana (Cushman) dan Asterorotalia trispinosa (Thalmann). Jenis sedimen yang mendominasi perairan Teluk Jakarta adalah lempung ( 21 stasiun) dan lanau  (4 stasiun).