cover
Contact Name
Jurnal Arsitektur Zonasi
Contact Email
jurnal_zonasi@upi.edu
Phone
-
Journal Mail Official
yudi.permana@upi.edu
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur ZONASI
ISSN : 26211610     EISSN : 26209934     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Journal of Architectural ZONASI is an online open access journal. It features articles on a wide range of issues in architecture, including architectural history and theory, dwelling culture, building technology and material science, architectural design, interior design, landscape architecture, heritage and conservation, and urbanism. Published three annually, in February, June, and October, the journal welcomes contributions from all over the world
Arjuna Subject : -
Articles 188 Documents
Tatanan Teritorial dalam Proses Transformasi Hunian Susanti, Indah Susanti; Komala Dewi, Nitih Indra; Permana, Asep Yudi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Arsitektur Zonasi Juni 2018
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v1i1.11542

Abstract

Abstrak: Fenomena transformasi pada suatu lingkungan binaan baik dalam skala perkotaan maupun pedesaan merupakan suatu proses dinamis yang perubahannya terjadi secara alami. Transformasi dapat dilihat dari aspek fisik, teritorial, dan budaya, dimana ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat yang mempengaruhi satu sama lain. Aspek territorial dalam proses transformasi menjadi bahasan dalam tulisan ini. Tatanan Teritori hunian pada suatu permukiman sangat bergantung pada aktivitas penghuninya. Penghuni rumah disini menjadi suatu agen yang dapat mengontrol ruangnya. Kontrol ruang berupa keputusan bagi siapa saja yang dapat masuk atau keluar ruang dalam suatu teritori dan keputusan yang dapat merubah atau menggeser fungsi ruang yang ada menjadi fungsi lainnya. Transformasi hunian terjadi secara berangsur-angsur ketika suatu kepentingan dan kebutuhan harus dipenuhi. Kegiatan usaha rumah tangga / Home Base Enterprises (HBEs) yang bertumpu pada rumah tangga menjadi salah satu penyebab dari adanya proses transformasi hunian. Kebutuhan akan peningkatan dan keberlanjutan ekonomi mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan HBEs yang sebagian besar menggunakan ruang tempat tinggal untuk kegiatan usaha. Hunian pada permukiman di Kampung Mahmud menjadi studi kasus dalam tulisan ini, yang sebagian besar huniannya digunakan untuk kegiatan usaha pengrajin mebel dan warung kecil (HBEs). Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan mengamati struktur teritori dalam proses transformasi hunian pada kegiatan Home Base Enterprises (HBEs), dimana dalam proses transformasinya menyebabkan perubahan penggunaan ruang dan pergeseran wilayah teritori untuk fungsi rumah tinggal dengan fungsi kegiatan usaha.
Ruang Andangan Arsitektur Limasan Sebagai Wadah Tradisi Kalang (Etnografi Demang Kalang (sub etnis Jawa) Budi, Prabani Setiohastorahmanto
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 1, No 2 (2018): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2018
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v1i2.12216

Abstract

Kelompok sub etnis Jawa,  hingga saat ini masih terus melaksanakan tradisi yang diwarisi oleh leluhur. Meskipun dianggap tradisi yang aneh oleh sebagian orang Jawa, namun masih terus dilaksanakan. Pelaksanaan tradisi tersebut merupakan implementasi dari filosofi tata ruang Jawa ruang gelap dan ruang terang. Tradisi tersebut dilaksanakan dalam wadah arsitektur tradisional Jawa Limasan. Sub etnis Jawa tersebut dikenal dengan nama Kalang, dalam penelitian ini disebut sebagai wong Kalang. Tradisi obong begitulah mereka menyebutnya, merupakan tanggung jawab keluarga terhadap anggota keluarga yang telah meninggal. Pertanyaan penelitian: 1) Apakah arsitektur Limasan memiliki hubungan dengan tradisi obong yang dilaksanakan wong Kalang?; 2) Apa makna arsitektur Limasan bagi kelompok wong Kalang? Penelitian ini akan mengungkap makna arsitektur Limasan bagi wong Kalang. Melalui teknik etnografi dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, akan ditemukan beberapa hubungan dan makna dari pelaksanaan tradisi Kalang dalam ruang arsitektur Limasan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Setting ruang arsitektur Limasan memiliki hubungan dengan tradisi Kalang; 2) Arsitektur Limasan, memiliki makna yang penting dalam terlaksananya tradisi Kalang secara keseluruhan bukan hanya tradisi obong.Kata kunci: Kalang, Limasan, obong.
Kerentanan Bahaya Kebakaran di Kawasan Kampung Kota. Kasus: Kawasan Balubur Tamansari Kota Bandung Permana, Asep Yudi; Susanti, Indah; Wijaya, Karto
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i1.15208

Abstract

Abstract: Fire hazards as one of the disasters that often occur in densely populated areas. The Balubur Tamansari area is one of the urban villages in the city of Bandung, which is a region that has high buildings, population, and activities so that in the event of a fire there will be casualties and material losses. The purpose of this study was to identify the vulnerability of fires in the Balubur Tamansari area of Bandung City. The analysis used uses spatial analysis and fire risk by taking into account the parameters of danger, vulnerability and capacity. The results show that the Balubur Tamansari Kota area..Keywords: fire, danger, vulnerability, capacity.Abstrak: Bahaya kebakaran sebagai salahsatu bencana yang sering terjadi di kawasan padat penduduk. Kawasan Balubur Tamansari merupakan salah satu kampung kota di kota Bandung merupakan kawasan yang mempunyai kepadataan banguna, penduduk, dan aktivitas yang tinggi sehingga jika terjadi kebakaran akan menelan korban jiwa dan kerugian materi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kerentanan kebakaran di kawasan Balubur Tamansari Kota Bandung. Analisis yang digunakan menggunakan analisis keruangan dan risiko kebakaran  dengan memperhitungkan parameter bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Hasilnya menunjukan bahwa kawasan Balubur Tamansari Kota.Kata Kunci: kebakaran, bahaya, kerentana, kapasitas. 
Mitigasi Spasial terhadap Bencana Sosial di Permukiman Johar Baru, Jakarta Pusat Prabawa, Made Suryanatha; Indriani, Wita; Dewiyanti, Heni
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i1.15062

Abstract

Abstract: Sosial disasters is a disaster caused by event involving humans such as sosial conflicts between groups or between communities, and terror. Johar Baru Sub-District is famous as a sub-district with an average population density of 60.433person/km2. These conditions make it included as the most densely populated residential area in Southeast Asia. The population density in it’s settlements was exacerbated by riot action through brawls between youngsters/teenagers gank in Johar Baru Sub-District. This research try to explore and find the actual cause of the brawls that can occur with related studies to it’s surrounding densely urban residential environment. Several literatures were used such as (1) personal space and crowdings; (2)environmental stress, stress, and coping strategy; (3)sosial exclusion; and (4) Causes of Conflicts Theory. The Research is descriptive-qualitative with primary and secondary data analysis. Research shows that the conditions of spatial density in the Johar Baru Settlement is quite dense especially in the Kampung Rawa and Galur Village (Kelurahan). Examples of homes in slums area also indicate the cause of brawl can occur. Identification of hangouts and brawls also shows brawls as sosial disasters that need to be followed up. Spatial mitigation as a solution is carried out with the principle of mobile and flexible. The principle was formulated in the form of a mobile architecture and vertical garden as a solution of spatial utilization in the homes of residents who can reduce the intensity of brawls by presenting useful new activities.  Keywords: Population Density; Brawl; Spatial Mitigation Abstrak: Bencana tidak hanya sebatas bencana alam, namun juga terdapat bencana yang disebabkan oleh manusia. Salah satu bencana yang disebabkan oleh manusia adalah bencana sosial. Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa yang melibatkan manusia seperti konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan terror. Kecamatan Johar Baru terkenal sebagai kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 60.433Jiwa/Km2. Kondisi tersebut membuatnya termasuk sebagai wilayah permukiman terpadat se-Asia Tenggara. Kepadatan penduduk dalam permukimannya tersebut diperparah dengan terkenalnya Johar Baru sebagai wilayah Tawuran antar geng Remaja. Penelitian ini mencoba menggali penyebab tawuran tersebut dapat terjadi terkait dengan kondisi densitas spasial yang tinggi, disusul dengan memberi solusi mitigasi dalam bentuk mitigasi spasial berbasis ilmu arsitektur. Didalam menggali isu penelitian ini, terdapat beberapa literatur yang dipergunakan seperti (1) personal space crowding; (2) tekanan lingkungan, stress dan coping strategy; (3)eksklusi sosial,; dan (4)teori penyebab konflik. Penelitian bersifat deskriptif-kualitatif dengan metode analisa data primer dan sekunder. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi densitas spasial di Permukiman Johar Baru cukup padat khususnya pada Kelurahan Kampung Rawa dan Galur. Contoh rumah tinggal pada kawasan kumuh juga mengindikasikan sebab dari tawuran dapat terjadi. Identifikasi titik-titik nongkrong serta tawuran juga memperlihatkan tawuran sebagai bencana sosial yang perlu untuk ditindaklanjuti. Mitigasi spasial sebagai solusi dilakukan dengan prinsip mobile dan fleksibel. Prinsip tersebut digubah dalam bentuk mobile architecture dan vertical garden sebagai solusi pemanfaatan spasial didalam lingkungan rumah warga yang dapat mengurangi itensitas tawuran dengan menghadirkan kegiatan baru bermanfaatKata Kunci: Kepadatan Penduduk; Tawuran; Mitigasi Spasial
Proteksi Risiko Kebakaran di Perumahan. Studi Kasus Perumahan Baru di Kelurahan Cigadung, Bandung Haristianti, Vika; Linggasani, Made Anggita Wahyudi; Natali, Stefani; Hartabela, Dadang
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i1.15061

Abstract

Abstract: The city of Bandung is one city that often experiences fire risk. Based on data from the Bandung Fire Prevention and Management Office, in 2000-2010, there were 1,624 fires with around 773 cases (48%) occurring in residential areas. Even though ideally, planned housing complexes should have been designed to be able to reduce losses to a minimum due to the risk of fire. This research is a comparison between the real conditions in the field and the application of government regulations or rules and other standards regarding building safety, especially regarding the planning or anticipation of fire disasters in housing in the Bandung area. The method of data collection is done in two stages. In the first stage the literature review was carried out on the risks and protection of fires, especially in residential buildings. After that, interviews were also conducted with the Bandung Fire Department. Then, the results of the literature review and interviews are formulated into variables for reference in the field survey assessment. This study used a purposive random sampling method in new housing in the Cigadung sub-district, North Bandung with consideration of the density of settlements, the number of new housing growing in the area and the fact that Cigadung is one of the 40 areas prone to fire disasters in Bandung. The analysis was carried out with a comparison between theory and field conditions. The survey results were concluded descriptively. The assessment will be carried out by looking at the rule application points with a range of numbers 1 to 6. This number is obtained from six matters regulated in regulations relating to fire protection, namely access points, environmental arrangements, brand, green open space, fire water source, and extinguishing equipment. Based on the results of the analysis, it can be concluded as follows. The eligibility category is divided into 3, namely not fulfilling the requirements (1-2 points), sufficiently fulfilling the requirements (3-4 points) and already fulfilling the requirements (5-6 points).Keywords: Protection; Fire Risk; New Development Housing Abstrak: Kota Bandung merupakan salah satu kota yang sering mengalami risiko kebakaran. Berdasarkan data Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Kota Bandung, pada tahun 2000-2010, terjadi sebanyak 1.624 kebakaran dengan sekitar 773 kasus (48%) terjadi di daerah perumahan. Padahal idealnya, kompleks perumahan terencana seharusnya telah didesain untuk mampu mengurangi seminimal mungkin kerugian akibat risiko kebakaran. Penelitian ini merupakan komparasi antara kondisi nyata di lapangan dan penerapan regulasi atau aturan pemerintah dan standar lainnya mengenai keselamatan bangunan, terutama mengenai perencanaan atau antisipasi bencana kebakaran pada perumahan di daerah Bandung. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap pertama kajian literatur dilakukan terhadap risiko dan proteksi kebakaran khususnya pada bangunan perumahan. Setelah itu dilakukan juga wawancara kepada pihak Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung. Lalu, hasil dari kajian literatur dan wawancara dirumuskan menjadi variabel untuk acuan penilaian survei lapangan. Penelitian ini menggunakan metode sampling purposive random sampling pada perumahan baru di kelurahan Cigadung, Bandung Utara dengan pertimbangan padatnya permukiman, banyaknya perumahan baru yang tumbuh di daerah tersebut  serta fakta bahwa Cigadung merupakan salah satu dari 40 area rawan bencana kebakaran di Kota Bandung. Analisis dilakukan dengan cara komparasi antara teori dan kondisi lapangan. Hasil survei disimpulkan secara deskriptif. Penilaian akan dilakukan dengan melihat poin aplikasi aturan dengan kisaran angka 1 hingga 6. Angka ini diperoleh dari enam hal yang diatur dalam peraturan terkait proteksi kebakaran, yaitu jalur akses, penataan lingkungan, brandgang, ruang terbuka hijau, sumber air pemadam, dan alat pemadam. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Kategori pemenuhan syarat dibagi menjadi 3, yaitu belum memenuhi syarat (1-2 poin), cukup memenuhi syarat (3-4 poin) dan sudah memenuhi syarat (5-6 poin). Kata Kunci: Proteksi; Risiko Kebakaran; Perumahan Baru
Kajian Adaptive Reuse Bangunan dalam Konteks Mitigasi Bencana di Kota Denpasar Putra, Ida Bagus Gede Parama
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i1.15064

Abstract

Abstract: Adaptive reuse in general is modifying a place for the function proposed or adapted to the existing function. Studies on the benefits of Adaptive Reuse are considered capable of providing three benefits such as, environmental aspects, social aspects and economic aspects and if associated with the context of disaster mitigation, the application of Adaptive Reuse is an alternative strategy in providing temporary shelter. The selection of Denpasar City as a research location is based on several considerations such as, the high number of unused buildings, strategic locations and infrastructure in accommodating refugees from outside the region and challenges to the lack of green land as a place of refuge. This study examines old buildings that begin with an understanding of evaluation criteria, the second stage is mapping and measuring old buildings which will be categorized based on the type of building, the third stage is building valuation. The results of the study obtained four buildings that were feasible to be used as temporary dwellings, namely, hotel lodging facilities on Jalan Puputan, Renon; sports facilities and parks namely Gor Kompyang Sujana on the road of Mt. Agung No.160 Pemecutan Kaja ; commercial facility building, namely the Shopping Block at Dewi Sartika Street, Dauh Puri Klod ; and cultural and entertainment facilities, namely Ardha Candra open stage at Nusa Indah No.1 street, Panjer.Keywords: Adaptive Reuse; Natural Disaster; Temporary Shelter, Denpasar City.Abstrak: Adaptive reuse secara umum yaitu memodifikasi sebuah tempat untuk fungsi yang diusulkan atau disesuaikan dengan fungsi eksisting. Kajian-kajian megenai manfaat Adaptive reuse dinilai mampu memberikan tiga manfaat yaitu, aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi dan jika dikaitkan dengan konteks mitigasi bencana, penerapan Adaptive reuse adalah strategi alternatif dalam penyediaan hunian sementara. Pemilihan Kota Denpasar sebagai lokasi penelitian yang didasari oleh beberapa pertimbangan seperti, tingginya jumlah bangunan yang tak terpakai, lokasi dan infrastruktur yang strategis dalam mengakomodasi pengungsi dari luar daerah dan tantangan terhadap minimnya lahan hijau sebagai tempat pengungsian.  Penelitian ini mengkaji bangunan tua yang dimulai dengan pemahaman kriteria evaluasi, tahap kedua yaitu pemetaan dan pengukuran bangunan tua yang akan di kategorikan berdasarkan tipe bangunan, tahap ketiga yaitu penilaian bangunan. Hasil penelitian memperoleh empat bangunan yang layak untuk digunakan sebagai tempat tinggal sementara yaitu, bangunan dan fasilitas penginapan hotel di jalan Raya Puputan, Renon, Denpasar; bangunan fasilitas olahraga dan taman yaitu Gor Kompyang Sujana di jalan Gn. Agung No.160 Pemecutan Kaja, Denpasar; bangunan fasilitas komersial yaitu Blok Pertokoan di jalan Dewi Sartika, Dauh Puri Klod, Denpasar; dan bangunan fasilitas budaya dan hiburan yaitu panggung terbuka Ardha Candra di jalan Nusa Indah No.1, Panjer, Denpasar.Kata Kunci: Penggunaan Kembali, Bencana Alam, Hunian Sementara, Kota Denpasar.
Tingkat Kerentanan Bencana pada Sekolah Kasus: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Bandung Rinaldi, Irfan Reihandhiya; Permana, Asep Yudi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i1.14744

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya mengetahui kerentanan suatu bencana pada bangunan sekolah. Faktor geologi, topografi, lingkungan, dan perencanaan bangunan mempengaruhi terhadap kerentanan bencana. Penyesuaian arah pembangunan maupun penguatan pada bangunan sekolah merupakan upaya pemerintah dalam melindungi sektor pendidikan. Hal ini dituangkan dalam program sekolah aman bencana yang di dalamnya terdapat 3 (tiga) pilar, salah satunya adalah fasilitas sekolah. Fasilitas sekolah ini menjadi faktor penting karena mewadahi pilar yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan suatu bencana pada SMK Negeri di Kota Bandung. Keberagaman dan kompleksitas kondisi lingkungan SMK dapat menjadi contoh oleh tingkatan sekolah yang lain. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, dengan subjek penelitian adalah 16 SMK Negeri di Kota Bandung.Hasil penelitian diperoleh bahwa kerentanan bencana yang tertinggi terhadap SMK Negeri di Kota Bandung adalah bencana kebakaran, selanjutnya diikuti secara berturut-turut gempa bumi, banjir, angin putting beliung, dan bencana tanah longsor. This research is motivated by the importance of knowing the vulnerability of a disaster in school buildings. Geological, topographic, environmental, and building planning factors affect the vulnerability of disasters. Adjustment of the direction of development and strengthening in school buildings is the government's efforts in protecting the education sector. This is stated in a disaster-safe school program in which there are 3 (three) pillars, one of which is a school facility. This school facility becomes an important factor because it accommodates the other pillars. This study aims to identify the vulnerability level of a disaster at Public Vocational High School in Bandung. The diversity and complexity of Vocational High School environment conditions can be an example by other school levels. This research type is descriptive qualitative, with subject of research is 16 Public Vocational High School in Bandung City. The results of research shows that the highest disaster vulnerability to Public Vocational High School in Bandung is a fire disaster, followed by successive earthquake, flood, tornado, and landslide.
Strategi Konservasi Guna Mempertahankan Identitas Arsitektur Pura Situs di Desa Sibang (Pengurangan Resiko Sosial, Ekonomi, dan Arsitektural) Putri, Ni Putu Ratih Pradnyaswari Anasta; Widiantara, I Putu Adi
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i1.15063

Abstract

Abstract: Pura is one of Balinese architectural works that serves as a place of worship for Hindus. Pura as one of the local wisdom of the Balinese people is often associated with the identity of a region and cultural heritage. Pura is considered as one of the real proofs of the history of history from the past until now. The rolling of time and time, and the absence of adequate historical documentation regarding temples in Bali caused changes and developments that often did not match the standard. Many factors can be said to be the cause of changes or developments in a temple, including: (1) lack of documentation; (2) understanding of local people who are still minimal in the process of building a temple; (3) the absence of rules, awig-awig, or guidelines regarding the process of building a temple; (4) the people's desire to carry out practical and inexpensive temple renovation processes; and (5) people's insensitivity to the identity of their territory. Sites that have historical value are instead replaced with new or current models that are not necessarily based on original literature from previous ancestral orders. Seeing this phenomenon, researchers believe that there needs to be a preservation effort, namely a conservation strategy so that changes and developments can be overcome and controlled according to their portion. This research was carried out in an exploratory manner with qualitative data analysis, which explores data in depth through in-depth interviews.                                     Keywords : Pura, Site, Conservation, IdentityAbstrak: Pura merupakan salah satu karya arsitektur Bali yang berfungsi sebagai tempat ibadah bagi umat Hindu. Pura sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat Bali seringkali dikaitkan dengan identitas suatu wilayah dan warisan budaya. Pura dianggap sebagai salah satu bukti nyata perjalanan sejarah dari masa lampau hingga sekarang. Bergulirnya waktu dan jaman, serta tidak adanya dokumentasi sejarah yang memadai mengenai pura-pura di Bali menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan yang seringkali tidak sesuai pakemnya. Banyak faktor yang dapat dikatakan sebagai penyebab dalam perubahan ataupun perkembangan sebuah pura, antara lain : (1) tidak adanya dokumentasi; (2) pemahaman masyarakat setempat yang masih minim terhadap proses pembangunan sebuah pura; (3) tidak adanya aturan, awig-awig, ataupun guidelines mengenai proses pembangunan sebuah pura; (4) keinginan masyarakat untuk melakukan proses renovasi pura dengan praktis dan murah; dan (5) ketidakpekaan masyarakat akan identitas wilayahnya. Situs-situs yang memiliki nilai historis malah diganti dengan model kebaruan atau kekinian yang belum tentu berdasarkan sastra asli dari tatanan leluhur sebelumnya. Melihat fenomena tersebut, peneliti meyakini perlu adanya sebuah upaya pelestarian yaitu strategi konservasi sehingga perubahan dan perkembangan dapat diatasi dan dikendalikan sesuai dengan porsinya. Penelitian ini dilakukan secara eksploratif dengan analisis data kualitatif, dimana menggali data sedalam-dalamnya melalui wawancara mendalam (in depth interview).Kata Kunci: Pura, Situs, Konservasi, Identitas
KONSEP DESAIN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN PADA BANGUNAN PURA BERATAP IJUK Gunawarman, Anak Agung Gede Raka; Putra, I Gusti Ngurah Bayu
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 1 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i1.15058

Abstract

Abstract: The use of Palm-Fiber roof on sacred buildings in Balinese Temples still preserved well, however case of fire disasters  becoming a threat in temple existence nowadays. Fire disasters could start with some sparks on roof section. Palm fiber and thatched roof are building materials that very vulnerable to fire disasters and when fire disaster happens because of this materials,it could easily spread out the fire on other building next to it. This article was an article created by purposed to give an idea or innovation in fire disasters mitigation especially in temples or “palinggih” with palm-fiber roof. Content explanation using concept design model and system scenarios related to extinguished fire with conventional fire extinguisher tool. Automatic fire extinguisher concept design which installed on roof section of building or “palinggih” with palm fiber roof only had two alternative models. First model for building with roof sized not more than 3x3m, and second model for roof sized more than 3x3m. The Consideration is head sprinkler that only could  served on 3 m maximum radius. This article still a concept design and still need some testing on the field on next research. Keywords: mitigations, fire disasters, palm-fiber roof Abstrak: Penggunaan atap ijuk pada bangunan-bangunan suci di pura-pura di Bali masih tetap terjaga dengan baik. Namun, beberapa permasalahan yang terjadi belakangan ini adalah banyaknya kebakaran yang terjadi di pura-pura dan diawali dari percikan api pada bagian atap. Atap ijuk dan atap alang-alang adalah material yang sangat mudah terbakar dan mudah menjalar ke bangunan lain. Hal itu juga terjadi disaat terjadi kebakaran di atap ijuk bangunan pura yang memiliki lebih dari satu bangunan beratap ijuk dengan posisi yang berdekatan. Tulisan ini merupakan sebuah tulisan yang bertujuan untuk memberikan gagasan dan inovasi dalam mitigasi bencana kebakaran khususya di pura atau palinggih dengan atap ijuk. Penjelasan materi dengan menggunakan model desain konsep dan skenario sistem-sistem pemadam kebakaran dengan perlengkapan yang digunakan pada sistem pemadam pada umumnya. Konsep desain pemadam kebakaran otomatis yang dipasang pada bagian atap dari bangunan atau palinggih dengan atap ijuk untuk saat ini hanya mempunyai dua alternatif model. Model pertama diperuntukkan untuk bangunan dengan atap berukuran tidak lebih dari 3x3m, dan model kedua untuk atap yang berukuran lebih dari 3x3 m. Pertimbangannya adalah head sprinkler yang hanya mampu melayani radius maksimum 3 m.Tulisan ini masih berupa desain konsep dan masih perlu uji coba di tahap berikutnya.Kata Kunci: mitigasi, kebakaran, atap ijuk
KONSEPSI NATAH DAN LEBUH SEBAGAI “RUANG KESEIMBANGAN” DALAM ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI Wijaya, I Kadek Merta
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 2, No 2 (2019): Jurnal Arsitektur Zonasi Juni 2019
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v2i2.14677

Abstract

Natah and lebuh are interpreted as empty outer space in spatial planning of traditional Balinese settlements. In traditional Bali settlements in mountain areas, natah in the form of elongated empty space that binds or becomes the orientation of the times buildings, while traditional Bali settlements in lowland areas in the form of empty space as a center centered orientation of the building configuration. Lebuh is a space that is is in the outermost part of a residential yard or on a scale the settlements are in the village border in the direction of the teben orientation. Natah space and lebuh usually used as a ceremonial space for renewal (a ritual to neutralize power negative), a wide ritual of banten (giving the ceremony facilities that have been used in front under the entrance), downstreaming the process of ritual activities in a home yard and the village environment, as a space for social activities and local customs. Aim this study is an interpretation of the conception of the balance of the natah space and lebuh on traditional Balinese settlements of residential and residential scale using qualitative interpretative exploratory methods through a system of social activity approaches, rituals and safety evacuation and local and general concepts about the dichotomy of space. The results of the research obtained are the natah space and the lebuh as a empty space outside and being in the orientation of nista or teben containing ritual, social and conception safety seen from the spatial layout and function of the two spaces.

Page 2 of 19 | Total Record : 188