cover
Contact Name
Zuliati
Contact Email
zuliati@isi-ska.ac.id
Phone
+6281804209909
Journal Mail Official
texture@isi-ska.ac.id
Editorial Address
FSRD Institut Seni Indonesia Surakarta Jalan Ring Road Mojosongo Km. 5,5 Jebres, Surakarta, Jawa Tengah
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Texture : Art and Culture Journal
ISSN : 2655676     EISSN : 26556758     DOI : 10.33153
Texture art and culture journal, memuat artikel hasil penelitian ilmiah dalam spektrum penciptaan dan pengkajian seni rupa dan budaya. Lokus seni rupa berfokus pada praktik artistik dalam beragam medium ungkap, baik dua dimensi, tiga dimensi, hingga ragam praktik seni intermedia. Budaya dilihat dalam konteks praksis, berikut ragam produk budaya visual yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Kajian terkait seni rupa dan budaya dalam jurnal ini menggunakan pendekatan kritis dalam perspektif keilmuan interdisipliner.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2018)" : 8 Documents clear
DI BALIK CITRA IKLAN SHAMPOO PANTENE (Makna Bias Gender pada Iklan Pantene versi Labels Against Women di Televisi). Rahmi Dyah Pratiwi; Handriyotopo Handriyotopo
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1465.699 KB) | DOI: 10.33153/texture.v1i2.2434

Abstract

ABSTRACTThis papaer is research on Pantene Shampoo advertisement Labels Against Women which visualizes gender bias and sexism. The aims are to find out messages, to outlines images conveyed through audio-visual advertising by comparing gender culture in Indonesia. Using qualitative descriptive research methods through Julia Kristeva’s intertextual semiotic analysis. Analyze the frames of each scene to describe the ad as a whole, describing signs that contain elements of gender culture. As a result, this Pantene advertisement campaigned for gender equality, and determined working women as the targets. Keywords: advertisingPantene, gender, semiotics, and intertextuality.ABSTRAKPenelitian iklan Shampoo Pantene “Labels Against Women” memvisualkan bias gender dan seksisme untuk mengetahui pesan-pesan, menguraikan citra yang disampaikan melalui audio-visual iklan dengan mengkomparasikan sbudaya gender di Indonesia. Menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif melalui analisis semiotika intertekstualitas Julia Kristeva. Menganalisis frame tiap adegan untuk menggambarkan iklan secara keseluruhan, mendeskripsikan tanda yang mengandung unsur budaya gender. Hasilnya, iklan Pantene ini mengkampanyekan kesetaraan gender, dan menentukan wanita pekerja sebagai konsumen.Kata kunci: iklan Pantene, gender, semiotika, dan intertekstualitas.
TURONGGO YAKSO DALAM ETNOFOTOGRAFI Perkasa, Mandira Citra; Prasetyo, Andry
TEXTURE : Art & Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : TEXTURE : Art & Culture Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (19.28 KB)

Abstract

ABSTRACTThe idea of a photographic creation work en titled “TURONGGO YAKSO IN ETNOPHOTOGRAPHY” was a response to the case of the disappearance of the founder’s handwriting book, the art of Turonggo Yakso which contained important notes about the arts of the Dongkol Village community. The book is about the history of the art of Turonggo Yakso, the design of the movement, and all the rules of the Baritan ceremony (the ritual of the Dongko community after harvest as gratitude for the Almighty God because of the successful harvest).The purpose of this project is to attempt to reassemble the archives in the form of text data from interviews with Turonggo Yakso art actors, and visual data on the documentation of the shows which are packaged in ethnophotographic photographs. The process of creating this work uses ethnophotographic methods which were initiated by Dipti Desai, namely Pseudo-Ethnography. Photographers do not carry out ethnographic methods strictly, but rather rely on field data from interviews by informants and environmental observations.The final project of this work presents visual data and text data about the history of Turonggo Yakso folk art which is the original art of the Kecamantan Dongko community, Trenggalek Regency, East Java Province from preparation, during the show, to the end of the show in ethnophotographic form.Keywords: Ethnophotography, Turonggo Yakso, Art of Tradition, Jaranan.ABSTRAKIde karya penciptaan fotografi yang berjudul “TURONGGO YAKSO DALAM ETNOFOTOGRAFI” merupakan tindak lanjut dalam menyikapi kasus hilangnya buku tulisan tangan sesepuh pendiri kesenian Turonggo Yakso, yang berisi catatan penting tentang kesenian masyarakat Desa Dongkol. Buku tersebut berisi tentang sejarah kesenian turonggo yakso, rancangan gerak, dan segala aturan seputar upacara Baritan (Upacara yang dilakukan oleh masyarakat Dongko setelah panen sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa karena hasil panen yang sukses). Tujuan penciptaaan karya ini sebagai usaha untuk mengumpulkan kembali catatan-catatan yang berupa data teks hasil wawancara dari para pelaku kesenian turonggo yakso, dan data visual dari peristiwa pertunjukannya yang dikemas dalam foto etnofotografi. Proses penciptaan karya ini menggunakan metode etnofotografi yang dicetuskan oleh Dipti Desai yakni Pseudo-Ethnography atau etnografi “semu”, di mana pengkarya tidak mengikuti metode etnografi secara ketat, namun lebih mengandalkan data lapangan dari hasil wawancara oleh narasumber dan pengamatan lingkungan.Hasil tugas akhir karya ini menyajikan data-data visual dan data-data text tentang sejarah kesenian rakyat Turonggo Yakso yang merupakan kesenian asli masyarakat Kecamantan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur dari persiapan, saat pertunjukan, hingga akhir pertunjukan dalam bentuk etnofotografiKata kunci: Etnofotografi, Turonggo Yakso, Kesenian, Jaranan.
PENGAMBILAN GAMBAR HANDHELD SEBAGAI PEMBENTUK KETEGANGAN PADA FILM MODUS ANOMALI Zain Arifin Rochmat; Cito Yasuki Rahmad
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2510.055 KB) | DOI: 10.33153/texture.v1i2.2435

Abstract

ABSTRACT Shooting techniques in films are needed so that the storyline can be continuous between actors and audiences. The action in the Modus Anomali film is visualized through shots, scenes, and sequences in the structure of the film in harmony with causation. Through shooting techniques can create a tension that affects the anxiety of the audience awaiting the risk that befalls the protagonist. The shooting technique in this film is dominant by using handheld techniques in realizing an action. The emergence of interesting and important handheld movements is assessed to form tension. The analysis technique used is descriptive qualitative. While the sampling technique uses purposive sampling in several sequences that focus on the protagonist. The results showed that the appearance of the handheld was able to form tension with the support of camera angle technique, type shot, camera movement, long take and canted angle, which created a conflict that peaked as a form of tension.Keywords: Film Mode Anomaly, Handheld, TensionABSTRAK Teknik pengambilan gambar dalam film diperlukan agar alur cerita dapat berkesinambungan antar pemain dan penonton. Aksi dalam film Modus Anomali divisualisasikan melalui shot, scene, maupun sequence dalam struktur film selaras dengan sebab-akibat. Melalui teknik pengambilan gambar dapat mewujudkan suatu ketegangan yang berpengaruh terhadap rasa cemas penonton menanti risiko yang menimpa pada tokoh protagonis. Teknik pengambilan gambar dalam film ini dominan dengan menggunakan teknik handheld dalam mewujudkan suatu aksi. Kemunculan pergerakan yang dihasilkan handheld menarik dan penting dikaji untuk membentuk ketegangan. Teknik analisis yang digunakan berbentuk deskriptif kualitatif. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling pada beberapa sequence yang fokus pada tokoh protagonis. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kemunculan handheld mampu membentuk ketegangan dengan dukungan teknik camera angle, tipe shot, pergerakan kamera, long take maupun canted angle, yang menciptakan suatu konflik memuncak sebagai wujud ketegangan.Kata kunci: Film Modus Anomali, Handheld, Ketegangan
CERITA ARJUNA WIWAHA DIVISUALKAN DALAM BENTUK RELIEF WAYANG BEBER PADA MEDIUM SELONGSONG PELURU Yoga Pradana Aditya Putra; Basuki Teguh Yuwono
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2923.156 KB) | DOI: 10.33153/texture.v1i2.2440

Abstract

ABSTRACTThe story of Arjuna Wiwaha is visualized in the form of metal reliefs using the main material of bullet casings and supported by additional materials. Arjuna Wiwaha story is a story that tells the journey of Arjuna alienated to Cave Indrakila, to undergo tapa brata with the aim of asking for directions and ask the magic weapons to God. Until the crowning of Arjuna became King with the title of King Kariti and married to seven angels for seven days at Heaven.The character in Arjuna Wiwaha’s story on this work is the result of the transformation of the shadow puppet face shape with the Beber puppet, became the new character of the Beber puppet character and focused on the main character. The main materials used in the manufacture of this final project are bullet shell (brass metal), brass plate, copper plate, copper pipe and supported by additional material. In its embodiment, This final project works using several workmanship techniques and some finishing techniques.Keywords: Arjuna Wiwaha, Beber Puppet, Bullet Cartridges
DESAIN INTERIOR DALAM KAITANNYA DENGAN SISTEM PELAYANAN PADA RESTORAN GAMBIR SEKETHI DI KUSUMA SAHID PRINCE HOTEL SURAKARTA Intan Rizki Aprilya; Joko Budiwiyanto
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2581.647 KB) | DOI: 10.33153/texture.v1i2.2436

Abstract

ABSTRACTKusuma Sahid Prince Hotel is one of the hotels with Javanese-style interiors. Before becoming Kusuma Sahid Hotel, this place was the residence of Prince Kusumoyudo. There are rooms that are still preserved at this hotel, including pendapa functioned as a lobby, pringgitan functioned as the Pantiarjo Room, dalem and krobongan functioned as the Sriwedari Room, four main rooms next to the left and right of the krobongan function as Royal Suites (Presidential Suite ), and left Gandhok functioned as Gambir Sekethi Restaurant. The object of this research is Gambir Sekethi Restaurant which is inside Kusuma Sahid Prince Hotel. Before being used as a restaurant, this space is used for family rooms or dining rooms. The interior design of this restaurant is specially designed with Javanese nuances. This study aims to determine the restaurant service system in relation to spatial layout and interior design of Gambir Sekethi Restaurant in Kusuma Sahid Prince Hotel Surakarta. To achieve the goal, a qualitative descriptive method with an interior design approach is needed. Data sources are informants, literature and objects / artifacts. Data collection techniques using in-depth interviews, literature studies, and observations. The analytical model used is an interactive analysis model. The results of this study indicate that the Gambir Sekethi Restaurant service system can form a layout and circulation that is a unified interior design. This restaurant service system for American service is served by a waiter or waitress and self service. Restaurant layout is made in groups, with the aim of giving guests the freedom to choose the menu served and form regular circulation. The interior design of this restaurant is Javanese style which can be seen from some traditional elements.Keywords: Restaurant Service System, Interior Design of Gambir Sekethi Restaurant, Kusuma Sahid Prince HotelABSTRAKKusuma Sahid Prince Hotel merupakan salah satu hotel dengan interior bergaya Jawa. Sebelum menjadi Hotel Kusuma Sahid, tempat ini merupakan kediaman Pangeran Kusumoyudo. Terdapat ruangan-ruangan yang masih lestari pada hotel ini, di antaranya pendapa dialih fungsikan sebagai lobi, pringgitan difungsikan sebagai Ruang Pantiarjo, dalem dan krobongan difungsikan sebagai Ruang Sriwedari, empat kamar utama di sebelah dalem kiri dan kanan krobongan difungsikan sebagai Royal Suite (Presidential Suite), serta gandhok kiri difungsikan sebagai Restoran Gambir Sekethi. Objek penelitian ini adalah Restoran Gambir Sekethi yang berada di dalam Kusuma Sahid Prince Hotel. Sebelum diguankan sebagai restoran, ruang ini digunakan untuk ruang keluarga atau ruang makan. Desain interior pada restoran ini di desain khusus bernuansa Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pelayanan restoran dalam kaitannya dengan tata ruang dan desain interior Restoran Gambir Sekethi di Kusuma Sahid Prince Hotel Surakarta. Untuk mencapai tujuan dibutuhkan penelitian dengan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan desain interior. Sumber data berupa narasumber/informan, literature dan benda/artefak. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam, studi literature, dan observasi. Model analisis yang digunakan dengan menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem pelayanan Restoran Gambir Sekethi dapat membentuk suatu tata letak dan sirkulasi yang menjadi satu kesatuan desain interior. Sistem pelayanan restoran ini american service dilayani oleh waiter atau waitress dan self service. Layout restoran dibuat perkelompok, dengan tujuan untuk memberikan kebebasan pada tamu dalam memilih menu yang dihidangkan serta membentuk sirkulasi yang teratur. Desain interior restoran ini bergaya Jawa yang dapat dilihat dari beberapa elemen unsur tradisional.Kata Kunci: Sistem Pelayanan Restoran, Desain Interior Restoran Gambir Sekethi, Kusuma Sahid Prince Hotel
DAUN PISANG SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN DHAPUR TOMBAK Intan Anggun Pangestu; Basuki Teguh Yuwono
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3087.984 KB) | DOI: 10.33153/texture.v1i2.2437

Abstract

ABSTRAC Banana leaves are part of a banana tree that can be used as a decorative material in various religious activities, as well as being used as food wrappers. Banana leaves have a body structure consisting of wide and long leaves, fibrous leaf bones with compact leaf edges. Banana leaf was chosen as the idea of creating a final project which was visualized into the work of the Dhapur Tombak. It was hoped that it could give beauty value to each of its blades. The results are interpreted as the human life cycle. The method of creating the uses is the criteria for evaluating the keris bar formulated in the book “Javanese Keris between Mystic and Reason” by Haryono Haryoguritno, namely the criteria of physical, emotional criteria, and spiritual criteria. The results are three blades named Dhapur Tombak Godong Gedang Pupus, Dhapur Tombak Godong Gedang, Dhapur Tombak Godong Gedang Klara.KeyWords : Banana leaves, dhapur tombak.ABSTRAK Daun pisang adalah bagian dari pohon pisang yang dapat digunakan sebagai bahan dekoratif pada berbagai kegiatan keagamaan, serta digunakan sebagai pembungkus makanan. Daun pisang memiliki struktur tubuh yang terdiri dari daun yang lebar dan panjang, tulang daun yang berserat dengan bagian tepi daun yang kompak. Daun pisang dipilih sebagai ide penciptaan karya tugas akhir yang divisualkan menjadi karya Dhapur Tombak diharapkan dapat memberi nilai keindahan pada setiap bilahnya. Hasilnya dimaknai sebagai siklus hidup manusia. Metode penciptaan yang menggunakan adalah kriteria penilaian bilah keris yang dirumuskan pada buku “Keris Jawa antara Mistik dan Nalar” oleh Haryono Haryoguritno, yaitu kriteria lahiriah, kriteria emosional, dan kriteria spiritual. Hasilnya adalah tiga bilah yang diberi nama DhapurTombak Godong Gedang Pupus, Dhapur Tombak Godong Gedang, Dhapur Tombak Godong Gedang Klara.Kata kunci: daun pisang, dhapur tombak.
SURYA MAJAPAHIT SEBAGAI HIASAN JAKET DAN TAS Fitria Wahyunida; kUSMADI Kusmadi
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3087.984 KB) | DOI: 10.33153/texture.v1i2.2438

Abstract

ABSTRACTDescription This Final Project discusses about how to create jackets and bags of animal skin tanned and apply Surya Majapahit. Surya Majapahit is one of the hallmark of Majapahit kingdom artifacts that on the inside there are nine gods guard the direction of the wind called “Dewata Nawa Sanga”. Surya Majapahit is also called the sun as a symbol of life. Most Surya Majapahit can be found in the sky temple relics Majapahit kingdom, museum Trowulan, and on the graves of Islamic leaders in the tomb of Troloyo. The manifestation of the work through 3 stages of exploration, design, and embodiment. The purpose of the creation of the work is to create a design jacket and bag which then apply Surya Majapahit. Application of Majapahit Surya shape applied to sheep skin and cow skin by color. Both types of fashion that are worn together are expected to add value in appearance. Approach method used is approach of iconography of Ratnaesih Maulana theory and Metamorphosis approach of Cassirer theory. The Majapahit Solar form on jackets and bags is a stylization/development. Creation of bag and jacket work with the source of Surya Majapahit idea in addition to producing artwork then indirectly preserve the one of culture that remains of the Majapahit kingdom that still exists today. Keywords: Surya Majapahit, Leather, Bag, JacketABSTRAKDeskripsi Tugas Akhir ini membahas tentang bagaimana menciptakan jaket dan tas dari kulit hewan tersamak dan menerapkan Surya Majapahit. Surya Majapahit merupakan salah satu ciri khas kesenian peninggalan kerajaan Majapahit yang pada bagian dalamnya terdapat sembilan dewa penjaga arah mata angin yang disebut “Dewata Nawa Sanga”. Surya Majapahit juga disebut dengan sinar matahari sebagai simbol kehidupan. Kebanyakan Surya Majapahit bisa ditemui pada langit candi peninggalan kerajaan Majapahit, museum Trowulan, dan pada makam pemuka agama Islam di makam Troloyo. Perwujudan karya melalui 3 tahapan yaitu tahap eksplorasi, tahap perancangan, dan tahap perwujudan. Tujuan dari terciptanya karya adalah menciptakan desain jaket dan tas yang kemudian menerapkan Surya Majapahit. Penerapan bentuk Surya Majapahit diaplikasikan pada kulit domba dan kulit sapi dengan cara warna/sungging. Kedua jenis fashion yang dipakai secara bersama diharapkan menambah nilai dalam berpenampilan. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ikonografi teori Ratnaesih Maulana dan pendekatan Metamorfosis teori Cassirer. Bentuk Surya Majapahit pada jaket dan tas merupakan stilasi/pengembangan. Penciptaan karya tas dan jaket dengan sumber ide Surya Majapahit selain menghasilkan karya seni maka secara tidak langsung melestarian budaya salah satunya peninggalan kerajaan Majapahit yang masih ada hingga kini.Kata Kunci: Surya Majapahit, Kulit, Tas, Jaket
KISAH KELUARGA YANG TERPISAH AKIBAT PEMANASAN GLOBAL SEBAGAI IDE PENCIPTAAN DALAM PENULISAN NASKAH FILM FIKSI ILMIAH “ING KALA” Priyagung Nur Ariyanto; Titus Soepono Adji
TEXTURE : Art and Culture Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.659 KB) | DOI: 10.33153/texture.v1i2.2605

Abstract

ABSTRAC “Ing Kala” is a science fiction film script that presents the phenomenon of family separation and global warming. It tells about family separation due to drought caused by global warming. The science fiction film script is realized by describing the impact of global warming in the form of drought in the future. In addition, it features characters of science fiction such as cyborg (human robots) and mutants. The story begins with a village hit by a drought caused by global warming. The disaster then separated a father from his child and wife. The premise of this story is “a disaster can separate someone from his family”. The process of making this manuscript goes through two stages, namely the preparation stage and the cultivation stage. The target of this script story is for teens (13+) and adults (17+). This text has three concepts, namely global warming, a separate family, and science fiction. The result is a 100-minute film scenario with 106 scenesKeywords: global warming, drought, separate family, science fiction scenario, Ing KalaABSTRAK“Ing Kala” adalah naskah film fiksi ilmiah yang mengangkat fenomena perpisahan keluarga dan pemanasan global. Mengisahkan tentang perpisahan keluarga akibat bencana kekeringan yang disebabkan oleh pemanasan global. Naskah ini bergenre fiksi ilmiah yang diwujudkan dengan penggambaran dampak pemanasan global yang berupa kekeringan di masa depan. Selain itu, karakter-karakter fiksi ilmiah seperti cyborg (manusia robot) dan mutan juga akan diwujudkan dalam naskah ini. Kisah berawal dari sebuah desa yang dilanda bencana kekeringan akibat pemanasan global. Bencana tersebut kemudian memisahkan seorang ayah dengan anak dan istrinya. Premis dari cerita ini adalah “sebuah bencana dapat memisahkan seseorang dengan keluarganya”. Proses pembuatan naskah ini melewati dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap penggarapan. Sasaran cerita naskah ini ditujukan untuk remaja (13+) dan dewasa (17+). Naskah ini memiliki tiga konsep yaitu pemanasan global, keluarga yang terpisah, dan fiksi ilmiah. Hasil dari karya ini berupa naskah film berdurasi 100 menit dengan 106 scene.Kata kunci: pemanasan global, bencana kekeringan, keluarga yang terpisah, skenario fiksi ilmiah, Ing Kala

Page 1 of 1 | Total Record : 8