cover
Contact Name
Restuning Widiasih, Ph.D
Contact Email
restuning.widiasih@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jnc.fkep@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Journal of Nursing Care
ISSN : -     EISSN : 26141698     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Journal of Nursing Care (JNC) is a journal of scientific publications that publish every four months (quarterly) using a peer review system for article selection. JNC intended for practitioners, academics, professionals, students or among the general public who are involved and interested in the development of Health and Nursing Science. It can receive relevant articles in the field of health and nursing, which includes research articles.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care" : 13 Documents clear
Tingkat Kecemasan pada Andikpas Usia 14-18 Tahun Menjelang Bebas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Maya Atikasuri; Henny Suzana Mediani; Nita Fitria
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15773

Abstract

Masalah kenakalan remaja telah menjadi salah satu masalah pokok yang dihadapi oleh Indonesia. Kejadian dan kualitas kenakalannya terus meningkat hingga menjurus pada tindak kriminalitas yang menyebabkan remaja terjerat di ranah hukum. Stigma negatif di masyarakat yang diberikan kepada mantan tahanan membuat Andikpas enggan keluar dari LPKA dan cenderung merasakan kecemasan menjelang masa kebebasannya, terlebih lagi usia remaja merupakan usia dimana keadaan emosional dan psikologis yang belum stabil membuat remaja mudah mengalami kecemasan dan berdampak tidak baik jika terus dibiarkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada Andikpas menjelang bebas di LPKA Kelas II Bandung.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kuantitatif dan teknik consecutive sampling dengan populasi Andikpas menjelang bebas sebanyak 56 orang. Instrumen yang digunakan adalah Zung’s Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) dengan skala likert.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 56 Andikpas yang diteliti hampir setengahnya yaitu 25 Andikpas (44,64%) tidak mengalami kecemasan, sementara sebagian besar Andikpas yang mengalami kecemasan yaitu 19 Andikpas (33,93%) mengalami kecemasan ringan-sedang, dan sebagian kecil yaitu sebanyak 9 Andikpas (16,07%) mengalami kecemasan berat, serta yang paling sedikit yaitu sebanyak 3 Andikpas (5,35%) mengalami panik.Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa hampir setengahnya dari Andikpas yang diteliti tidak mengalami kecemasan, namun lebih dari setengahnya juga Andikpas pada penelitian ini mengalami kecemasan baik dari tingkatan ringan sampai dengan panik. Peningkatan program pembinaan dan konseling serta pemberdayaan tenaga kesehatan di LPKA sangat dibutuhkan agar dapat menurunkan tingkat kecemasan pada Andikpas.Kata kunci : Andikpas, kenakalan remaja, menjelang bebas, tahanan. Description of Anxiety Disorder among Inmate 14–18 Years Old Pre Release at Lembaga Pembinaan Khusus Anak Class IIAbstractJuvenile delinquency has become one of the main problems in Indonesia. The incidence and mischievousness quality increase which is lead to crime action. This situation may cause adolescent entangled in the realm of law. The negative stigma in society given to inmates former make inmate reluctant to get out of LPKA and tends to feel anxiety ahead of their pre-release. Adolescent is a phase of a transitional period from children into adulthood where emotional and psychological states are not stable, and anxiety is need to be noticed. Moreover, psychological burden that experienced by adolescent was harder when they lived in LPKA. This study aims to identify anxiety scale of pre-release juvenile inmates at LPKA Class II Bandung.This study use quantitative descriptive research with cross-sectional approach and consecutive sampling technique with 56 pre-release juvenile inmates as population and used Zung’s Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) with Likert Scale as data analyze. The result showed that 25 Andikpas (44.64%) did not experience anxiety, then most of them experienced anxiety with the explenation: 19 Andikpas (33,93%) experience mild-moderate anxiety, 9 Andikpas (16.07%) experiencing severe anxiety, and 3 Andikpas (5.35%) experiencing panic.The conclusion of this study is the level of anxiety experienced by Andikpas is nearly half of Andikpas did not experience anxiety, but more than half of Andikpas in this study experienced anxiety either from mild to panic levels. Improvement of coaching and counseling programs and the empowerment of health workers in LPKA is needed to reduce the level of anxiety in Andikpas.Keyword: Andikpas, inmates, juvenile delinquency, pre-release.
Kajian Kebutuhan Belajar Klien dengan Penyakit Jantung Koroner Rega Dwi Putri; Aan Nur’aeni; Valentina Belinda
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15771

Abstract

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang harus dikontrol seumur hidup. Hal ini membutuhkan kepatuhan dari penderitanya, salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan adalah melalui pendidikan kesehatan, namun demikian pendidikan kesehatan seringkali kurang efektif karena tidak melalui hasil kajian kebutuhan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kebutuhan belajar klien dengan PJK di salah satu rumah sakit di Kota Bandung. Metode dalam penelitian ini deskriptif kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah klien PJK yang menjalani rawat inap dan rawat jalan. Teknik sampling dilakukan dengan consecutive sampling, pengambilan data dilakukan selama 30 hari dan didapatkan sebanyak 105 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen A Turkish Version of the Cardiac Patients Learning Needs Inventory (TR-CPLNI). Analisis data menggunakan mean dan distribusi frekuensi dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima kebutuhan belajar dengan mean tertinggi, yaitu kebutuhan tentang anatomi dan fisiologi jantung (4,41±0,71); kebutuhan tentang informasi obat (4,34±0,76); kebutuhan informasi tentang gaya hidup (4,30±0,77); kebutuhan tentang informasi diet (4,19±0,82); serta kebutuhan tentang manajemen gejala (4,08±0,93), dan kelima kebutuhan ini masuk kedalam kategori kebutuhan belajar yang penting bagi pasien PJK. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seluruh kebutuhan belajar pasien PJK berdasarkan persepsi pasien adalah penting, termasuk didalamnya kebutuhan tentang informasi anatomi dan fisiologi jantung yang menjadi kebutuhan belajar yang paling penting dirasakan oleh pasien PJK. Tenaga kesehatan perlu memenuhi dan menyusun program pendidikan kesehatan bagi pasien PJK, meliputi seluruh kebutuhan belajar pasien ini.Kata kunci: Kajian, kebutuhan belajar, penyakit jantung koroner. Study of The Learning Needs for Clients with Coronary Heart DiseaseAbstractCoronary Heart Disease (CHD) is a disease that must be controlled. This requires adherence from the sufferer, and one of efforts improving adherence can be done through health education. However, health education is often less effective because it is not based on the needs assessment. The purpose of the study was identified the learning needs of clients with CHD in one hospital in Bandung. The method of the research used quantitative descriptive method. The samples was patients with CAD who undergone inpatient and outpatient. The sampling technique used consecutive sampling, data retrieval for 30 days and obtained of 105 respondents. The data was collected by A Turkish Version of the Cardiac Patients Learning Needs Inventory (TR-CPLNI) instrument. Data was analized using mean and frequency distribution with percentage. The results showed that there were five learning needs with the highest mean, namely the need for anatomy and cardiac physiology (4.41±0.71); the need for drug information (4.34±0.76); need for information about lifestyle (4.30±0.77); the need for dietary information (4.19±0.82); and the need for symptom management (4.08±0.93), and these needs were in important category according to patients perception. Based on the results of the study it can be concluded that all the learning needs of CHD patients based on patient perception was important and the need for information on cardiac anatomy and physiology became the most important learning need felt by CHD patients. Health workers need to meet and develop health education programs for CHD patients covering all the learning needs of these patients.Keywords: Coronary heart disease, learning needs.
Mobile Health Application in Implementation of Maternity Nursing Care: Literature Review Lina Anisa Nasution; Rr. Tutik Sri Hariyati
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15762

Abstract

Indonesia is a developing country with relatively high maternal mortality number. One of the influencing factors for that condition is health services at antenatal, intranatal and postnatal period has not been optimized yet. The optimization effort has been done in several countries through health service based on utilization of mobile phone technology called mobile health. The literature study aimed to present information from previous studies about implementation and benefits of mobile health in the maternity nursing care. The literature sources divided into three country categories including Western, non Western and Indonesia and consist of 30 online literatures. The implementation of mobile health in maternity nursing care showed positive impact in knowledge, motivation, and health behavior of the mother. Indonesia as developing country which can be strategic country in utilizing mobile health because of mostly Indonesian is mobile phone users. Nurse in corporation with cross sectors is supposed to develop mobile health in many strategic topics specifically in the effort of reducing the Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia.Keywords : Information technology, maternity, mobile-health, nursing care. Studi Literatur: tentang Implementasi Aplikasi “Mobile Health” di Pelayanan Keperawatan MaternitasAbstrakIndonesia adalah salah satu negara berkembang dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang relatif tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tinnginya AKI di Indonesia adalah belum optimalnya pelayanan kesehatan pada masa kehamilan, bersalin, dan postpartum. Upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibeberapa negara dilakukan dengan menggunakan teknologi berbasis telepon genggam atau disebut dengan “mobile health”. Study literatur ini bertujuan untuk menginformasikan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan berkaitan dengan aplikasi dan keuntungan “mobile health” dalam keperawatan maternitas. 30 penelitian berasal dari media online, dibagi menjadi tiga kategori yaitu artikel dari negara Barat, negara non-Barat, dan Indonesia. Implementasi penggunaan “mobile health” pada pelayanan keperawatan maternitas menunjukkan dampak yang positif terhadap pengetahuan, motivasi, dan perilaku kesehatan ibu. Indonesia sebagai negara berkembang sangat strategis untuk pengembangan “mobile health” dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia adalah pengguna telepon genggam. Perawat dapat bekerjasama dengan sektor lain untuk mengembangkan program “mobile health” dengan berbagai topik khususnya berkaitan dengan upaya untuk menurunkan AKI di Indonesia.Kata kunci: Teknologi informasi, maternitas, mobile health, pelayanan keperawatan.
Death Anxiety Level among Patients with Chronic Renal Failure Undergoing Hemodialysis Anneke Dewina; Etika Emaliyawati; Atlastika Praptiwi
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1171.384 KB) | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15757

Abstract

Chronic renal failure (CRF) is one of chronic diseases that can decrease the quality of life and trigger anxiety that is formed by negative thinking, including thought of death. The excessive thought of death will cause stress. This situation will have an impact on care planning, preparation for facing death and difficulties in achieving a dignified quality of death. This study aimed to identify the level of death anxiety among CRF patients undergoing haemodialysis. This study used a quantitative descriptive method involving 73 patients recruited by using a consecutive sampling technique. Data were collected by using a Death Anxiety Scale (DAS) Templer instrument that was adapted for haemodialysis patient. Data were analyzed using descriptive statistics (mean, frequency, and percentage).The results of this study showed that nearly half of the patients had moderate death anxiety (n=35), 27.4% respondents (n=20) experienced low death anxiety, and 24.7% respondents (n=18) experienced high death anxiety. Based on the results, it is necessary to manage the death anxiety of CRF patients undergoing haemodialysis. Some potential approaches may include spiritual therapy, group counselling during haemodialysis, cognitive therapy (positive perception strengthening), and health education related to haemodialysis procedures and chronic renal failure.Keyword : Chronic renal failure, death anxiety, haemodialysis. Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis dalam Menghadapi KematianAbstrakPenyakit gagal ginjal kronik dapat menurunkan kualitas hidup sehingga memicu kecemasan akibat dari pemikiran negatif termasuk pemikiran akan kematian. Pemikiran kematian yang berlebihan menimbulkan stres tersendiri sehingga berdampak pada perencanaan perawatan, persiapan menghadapi kematian dan sulitnya mencapai kualitas kematian yang bermartabat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dalam menghadapi kematian. Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 73 pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis diambil dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen Death Anxiety Scale (DAS) Templer yang diadaptasi untuk pasien hemodialisis. Data dianalisis dengan statistik deskriptif (frekuensi dan persentasi). Hasil penelitian menunjukkan separuh dari jumlah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami kecemasan kematian tingkat sedang (n=35), 27.4% responden (n=20) mengalami kecemasan rendah, dan 24.7% responden (n=18) mengalami kecemasan kematian tinggi. Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukan pengelolaan terhadap kecemasan menghadapi kematian pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Bentuk pengelolaan kecemasan menghadapi kematian diantaranya dengan terapi spiritualitas, konseling kelompok, terapi kognitif (penguatan persepsi positif), dan pemberian pendidikan kesehatan terkait dengan prosedur hemodialisis dan penyakit gagal ginjal kronik.Kata kunci : Gagal ginjal kronik, hemodialisis, kecemasan menghadapi kematian.
Illness Cognition pada Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Putri Puspa Delima; Aat Sriati; Aan Nur’aeni
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15763

Abstract

Partisipasi pasien PJK dalam program rehabilitasi jantung fase II di salah satu rumah sakit di Kota Bandung masih rendah. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Illness cognition diyakini sebagai predictor partisipasi pasien PJK dalam mengikuti rehabilitasi jantung. Illness cognition dapat memengaruhi strategi koping pasien PJK untuk memilih tindakan yang akan dilakukan, baik itu berpartisipasi aktif ataupun pasif dalam mengikuti rehabilitasi jantung. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran illness cognition pasien PJK. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan teknik consecutive sampling dan didapatkan sebanyak 66 responden dalam waktu satu bulan. Data diambil dengan menggunakan Illness Cognition Questionnairre (ICQ). ICQ memiliki nilai validitas 0,65 – 0,79 dan nilai reliabilitas 0,88 – 0,91. Data dianalisis menggunakan distribusi frekuensi, nilai mean, dan standar deviasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa illness cognition pasien PJK memiliki nilai mean dan standar deviasi dari yang tertinggi ke yang terendah adalah sebagai berikut, persepsi tentang manfaat (20,52±2,89), penerimaan (18,82±3,02), dan ketidakberdayaan (12,94±4,72). Nilai tersebut mencerminkan bahwa illness cognition pasien PJK memiliki aspek positif lebih tinggi daripada aspek negatif. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa illness cognition pada pasien PJK yang menjalani perawatan di rumah sakit ini secara umum baik. Hal ini dimungkinkan oleh karena koping yang dikembangkan adaptif. Tingginya aspek ketidakberdayaan pada sebagian pasien PJK dapat diturunkan melalui peningkatan kondisi fisik, psikologis, dan spiritual serta meningkatkan keterlibatan keluarga dalam menangani masalah terkait penyakit.Kata kunci : Ilness cognition, penyakit jantung koroner, rehabilitasi Ilness Cognition in Patient with Coronary Heart DeseaseAbstractParticipation of CHD patients in cardiac phase II rehabilitation program in one hospital in Bandung is low. It can be influenced by various factors. Illness cognition is believed as a predictor of the participation of CHD patients to follow cardiac rehabilitation. Illness cognition can affect the coping strategies of CHD patients used in choosing the action to be performed, whether it participates actively or passively in following cardiac rehabilitation. The purpose of this study was to identify the illness cognition of CHD patients. This research was a quantitative descriptive research with cross sectional approach. Respondents were selected using consecutive sampling technique and it was obtained 66 respondents within one month. Data were obtained using Illness Cognition Questionnairre (ICQ). ICQ has a validity of 0.65 - 0.79 and a reliability of 0.88 - 0.91. Data were analyzed using frequency distribution, mean, and standard deviation. The results showed that the illness cognition of CHD patients mean and standard deviation from the highest to the lowest was as follows, perceived benefits (20.52 ± 2.89), acceptance (18.82 ± 3.02), and helplessness (12.94 ± 4.72). These results reflected that the illness cognition of CHD patients had a higher positive aspect than the negative aspect. Based on this research, it was concluded that illness cognition in CHD patients undergoing hospitalization was generally good. This was probably due to the use of adaptive coping. The high aspect of helplessness in some CHD patients can be decreased by improving physical, psychological and spiritual conditions and increasing family involvement in dealing with disease-related problems.Keywords : Coronary heart desease , illness cognition, rehabilitation
Women’s Health Behaviour in The Perinatal Period Restuning Widiasih; Ermiati, Ermiati,; Anita Setyawati
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15759

Abstract

Background Indonesia failed to achieve the maternal mortality rate target as the MDGs’ agreement in 2015. The Ministry of Health has developed health promotion and illness prevention programmes to improve women’s health and wealthiness. However, only few studies provide information of women’s health behaviour related to a health promotion and an illness prevention in the perinatal period comprehensively. This study aimed to determine women’s health behaviour related to the health promotion and the illness prevention in the perinatal period; pre, intra, and postnatal. Method This study applied a descriptive quantitative approach. Samples were chosen using the Convenience sampling method. 51 women from Sukapada, Bandung were involved in this study. Data were collected using a questionarrie and analysed using a frequency distribution. Result This study found that the majority of respondents (96%) visited health services for prenatal visit. Women also concerned with other health activities including having tetanus vaccination (49%), consuming Iron tables and nutrisious food (65% and 61% respectively), and having give birth at health facilities (100%). In contrast, this study also found that women’s participation in prenatal classes was limited (25%). In addition, to prevent prenatal and postnatal complications, women need to have a good understanding of dangerous signs in pregnancy and postpartum. However, the majority of them had limited health literacy about it. Conclusion Women’s health behaviour in the perinatal period is varied. Health education programmes are required for increasingwomen’s health literacy and awareness of health promotion and illness prevention in this period.Keywords: Health promotion, illness prevention, perinatal period. “Health Behaviour” Perempuan Usia Produktif saat Periode PerinatalAbstrakLatarbelakang, Target Millennium Development Goals tahun 2015 berkaitan dengan Angka Kematian Ibu tidak dapat dicapai oleh Indonesia. Kementerian kesehatan Republik Indonesia mengembangkan berbagai program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan. Namun, riset yang menginformasikan tentang perilaku kesehatan pada perempuan yang komprehensif berkaitan dengan promosi kesehatan dan prevensi pada periode perinatal masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku perempuan berkaitan dengan promosi dan prevensi kesehatan pada periode perinatal yang meliputi: hamil, melahirkan, postpartum. Metode, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel dipilih dengan menggunakan metode Convenience sampling. Sebanyak 51 perempuan dari Sukapada, Bandung berpartisipasi dalam penelitian ini. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan kemudian dianalisa dalam bentuk distribusi frekwensi. Hasil menunjukan sebagian besar perempuan (96%) melakukan kontrol kehamilan, 49% mendapatkan immunisasi TT, 65% mengkonsumsi tablet Fe, 61% mengkonsumsi makanan bergizi, dan seluruh perempuan (100%) melahirkan dengan ditolong oleh pertugas kesehatan. Namun sebaliknya, sebagian kecil perempuan (25%) berpartisipasi dalam kelas prenatal. Selain itu, dalam upaya pencegahan komplikasi kehamilan dan postpartum, perempuan diharapkan memiliki pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan dan postpartum. Pada kenyataan nya hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden tidak mengetahui tanda bahaya pada kehamilan dan postpartum. Kesimpulan, perilaku perempuan dalam promosi dan prevensi kesehatan di masa perinatal berbeda-beda hal tersebut mungkin disebabkan oleh factor seperti pengetahuan kesehatan. Program pendidikan kesehatan berkaitan dengan periode perinatal dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran perempuan berkaitan dengan upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada periode tersebut.Kata kunci: Promosi kesehatan, pencegahan penyakit, periode perinatal.
Kebutuhan Orang Tua dengan Anak Disabilitas Sari Lestari; Desy Indra Yani; Ikeu Nurhidayah
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15764

Abstract

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan masih banyak orang tua yang minder dan malu dengan keadaan anak mereka. Selain itu, masih banyak orang tua yang tidak menyekolahkan dan tidak mengetahui informasi terkait terapi untuk anak dengan disabilitas. Jika hal tersebut dibiarkan, maka dapat menyebabkan masalah yang serius, seperti terganggunya tumbuh kembang anak dan kebutuhan keluarga dengan anak disabilitas. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kebutuhan keluarga dengan anak disabilitas di Komunitas Ikatan Keluarga dengan Anak Disabilitas Desa Cimekar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel total sampling dari 31 keluarga (ayah dan ibu). Kebutuhan keluarga dengan anak disabilitas diukur menggunakan kuesioner Assessment of Family Needs-FNS versi Jepang yang diadopsi dari Bailey dan Simerson (1988). Analisis data menggunakan persentase nilai setiap domain dan rerata skor yang dihitung dengan menggunakan nilai minimal dan maksimal (1-3) dari setiap item pertanyaan dari setiap sub-kebutuhan. Hasil menunjukkan kebutuhan ibu jika diurutkan dari tertinggi ke terendah adalah kebutuhan informasi dan dukungan profesional 71,0%, pelayanan komunitas 64,5%, menjelaskan kepada orang lain 38,7%, kebutuhan finansial 22,6%, perawatan anak 16,1%, dan dukungan keluarga/sosial 12,9%. Kebutuhan ayah dari tertinggi ke terendah yaitu kebutuhan informasi 71,0%, pelayanan komunitas 64,5%, dukungan profesional 61,0%, menjelaskan kepada orang lain 45,2%, kebutuhan finansial 29,0%, perawatan anak 22,6%, dan dukungan keluarga/sosial 19,4%. Kebutuhan informasi merupakan kebutuhan paling dibutuhkan. Sehingga perlu adanya akses informasi yang dibutuhkan untuk mememuhi kebutuhan informasi tersebut. Dengan terpenuhinya kebutuhan informasi orang tua, maka orang tua akan lebih mengetahui cara merawat dan mengembangkan potensi yang dimiliki anak mereka.Kata kunci: Anak disabilitas, kebutuhan keluarga, orang tua. Parents’ Need of Children with DisabilityAbstractThe result of the preliminary study showed that there were parents who felt embarassed with their children’s condition.In addition, there were parents who did not send their children to schools and education and did not know the information related to therapy for children with disabilities. If it was left it could cause serious problems, such as disruption of child growth and the needs of families with children with disabilities. The purpose of this study was to determine the needs of families with disable children in The Association of Families with Disabled Children at Cimekar Village District of Cileunyi Bandung Regency. The research method used was descriptive quantitative with total sampling technique which consisted of 31 families (31 mother and 31 father). The data analysis used was the percentages of the scores of each domain and the average scores calculated by using the minimum and maximum scores (1-3) of each question item of each subneed. The research findings showed that the needs of families with disabled children sorted from the highest to the lowest rate were the needs for information and professional supports had the same percentage 71.0%, the community services were 64.5%, explaining to others was 38.7%, financial needs were 22.6%, child care was 16.1%, and family and social supports were 12.9%. The needs on father from the highest to the lowest rate were that the information was 71.0%, community services were 64.5%, professional support had the same scores 61.0%, explaining to other was 45.2%, finansial needs were 29.0%, child care was 22.6%, and family and social support needs 19.4%. Thus, the needs for information were the most needed in families with disabilities. It is necessary to provide easy information access for the parents in order to fulfill the needs for information. When they are fulfilled, the parents will know more about how to care for their children and develop their children’s potentials.Keywords: Disable children, family needs, parents.
Adolescent Moslem Students Sleep Hygiene Behaviour Description At Pondok Pesantren Siti Nur Alfiyah; F. Sri Susilaningsih; Kurniawan Yudianto
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15760

Abstract

School activities and socialization consume a lot of time for adolescents and leave a little time for adolescents to rest or sleep. Changes in environment, independence and changes in sleep patterns commonly occur for students who undergo pesantren activities, thus affecting the quantity and sleep quality of students. Sleep deprivation is associated with poor sleep hygiene behaviour. This study used descriptive quantitative method with single variable. Sampling technique used at this study is stratified random sampling. This study involved as many as 161 adolescent moslem students at the age of 11-20 years in Pondok Pesantren Darul Hikmah Tanjungmekar Tanjungkerta Sumedang Distric. Data collected by using Adolescent Sleep Hygiene Scale Questionnaire and analyzed by using mean value. The result of this study showed that more than half of the respondents had good sleep hygiene practices (68,3%). There are four aspects of adolescent moslem students sleep hygiene in good category : cognitive/emotional aspect, sleep environment aspect, sleep stability aspect and substance use aspect. Two aspects of sleep hygiene in bad category are in the daytime sleep aspect and bedtime routine aspects. Meanwhile physiological aspect and behavioural arousal aspect have an almost balance values. Monitoring moslem students sleep schedule not to exceed 24.00, providing separate room for moslem study self study, habits of toothbrush before bed, monitoring of cigarette use in cottage environment, not providing tea at dinner time, and monitoring of moslem students activity outside school or cottage Pesantren is a thing that should be attention.Keyword: Adolescent, moslem students, sleep hygiene. Gambaran Sleep Hygiene Santri Remaja Pondok PesantrenAbstrakAktivitas sekolah dan sosialisasi yang dilakukan oleh remaja mengakibatkan banyaknya waktu yang tersita dan hanya sedikit waktu yang disisakan untuk beristirahat ataupun tidur. Perubahan lingkungan, kemandirian dan perubahan pola tidur yang tajam biasa terjadi bagi siswa yang menjalani kegiatan pesantren, sehingga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas tidur siswa. Kekurangan tidur ini berhubungan dengan buruknya perilaku sleep hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran 8 aspek sleep hygiene, serta gambaran sleep hygiene berdasarkan latar belakang demografi santri. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan variabel tunggal. Adapun teknik sampling yang digunakan yaitu stratified random sampling. Penelitian dilakukan terhadap 161 santri remaja usia 11-20 tahun di Pondok Pesantren Darul Hikmah Tanjungmekar Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Adolescent Sleep Hygiene Scale serta dianalisis menggunakan nilai mean. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 68,3% responden memiliki praktik sleep hygiene yang baik. Aspek-aspek sleep hygiene santri yang berada dalam kategori baik terdapat pada aspek kognitif emosional, aspek lingkungan tidur, aspek stabilitas tidur dan aspek penggunaan substansi. Adapun 2 aspek sleep hygiene yang berada dalam kategori buruk terdapat pada aspek tidur siang dan aspek rutinitas sebelum tidur. Sedangkan aspek fisiologis dan aspek perilaku penggugah memiliki hasil yang hampir seimbang. Memantau jadwal tidur santri agar tidak melebihi pukul 24.00, menyediakan ruangan terpisah bagi santri untuk belajar mandiri, pembiasaan sikat gigi sebelum tidur, pemantauan penggunaan rokok di lingkungan pondok, tidak menyediakan teh pada saat jam makan malam, dan pemantauan kegiatan santri diluar jam sekolah ataupun pondok pesantren merupakan hal yang sebaiknya pengurus pondok pesantren perhatikan.Kata kunci : Remaja, santri, sleep hygiene.
A Descriptive Study Of Diet In Family Of Patients With Diabetes Mellitus Type 2 Citra Windani Mambang Sari; Fitri Nurul Khotimah; Sri Pratiwi Hartati
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15772

Abstract

Diet is one of the main factors related to various diseases including Diabetes Mellitus (DM). High carbohydrate, fat, protein, and low fiber diets can increase the risk of type 2 DM occurrence, especially in the patient’s family as a risk group. Previous research on students with DM families in Central Java still had a high-calorie food consumption pattern. The diversity of population, culture, and age may affect the results. Therefore, this study aimed to describe the diet in the family of patients with type 2 DM in the working area of Puskemas (Community Health Center) Garuda Bandung.This research used a quantitative descriptive method by purposive sampling technique. The respondents in this study involved 46 people who were the children of type 2 DM patients in the working area of Puskesmas Garuda. Dietary data obtained from the food record sheet for 3 days and was calculated using Nutrisurvey software in kilocalories (kcal) as the unit of measurement then the results were categorized based on Consensus Perkeni 2015. Data analysis was using frequency distribution.The results showed that 39 (84.8%) respondents in the diet category less than body requirements, 37 (80.4%) respondents in the category of sufficient carbohydrate intake, 39 (84.6%) respondents in the category of excess fat intake, 45 (97.8%) respondents in the category of adequate protein intake, and 41 (89.1%) respondents in the category of less fiber.The conclusions from this study that almost all families of patients with type 2 DM in the work area of Puskesmas Garuda were in the diet category less than body requirement but with the excess fat intake and less fiber. Based on these results, the nurses in Puskesmas are expected to optimize the outreach programs by addressing families of DM patients to make the diet as an attempt to prevent the risk in the family of patients with type 2 DM.Key words: Diet, DM patients’ families, food record. Gambaran Diet pada Keluarga Pasien Diabetes Melitus Tipe 2AbstrakDiet adalah salah satu faktor utama yang berhubungan dengan berbagai penyakit termasuk Diabetes Melitus (DM). Diet tinggi karbohidrat, lemak, protein, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko kejadian DM tipe 2 terutama pada keluarga pasien sebagai kelompok berisiko. Penelitian sebelumnya pada mahasiswa dengan keluarga DM di Jawa Tengah masih memiliki pola konsumsi makanan yang tinggi kalori. Perbedaan populasi, budaya, serta usia mungkin akan mempengaruhi hasil. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini untuk menggambarkan diet pada keluarga pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskemas Garuda Kota Bandung.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik purposive sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 46 orang yang merupakan anak kandung pasien DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda. Data diet diperoleh melalui lembar food record selama 3 hari dihitung mengunakan software Nutrisurvey dengan hasil ukur dalam kilokalori (kcal) yang kemudian hasilnya dikategorikan berdasarkan Konsensus Perkeni 2015. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi.Hasil penelitian menujukkan bahwa sebanyak 39 (84,8%) responden dalam kategori diet kurang dari kebutuhan, sebanyak 37 (80,4%) responden dalam kategori asupan karbohidrat cukup, sebanyak 39 (84,6%) responden dalam kategori asupan lemak berlebih, sebanyak 45 (97,8%) responden dalam kategori asupan protein cukup, dan 41 (89,1%) responden dalam kategori serat kurang.Simpulan dari penelitian ini bahwa hampir seluruh keluarga pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Garuda berada pada kategori diet kurang dari kebutuhan tetapi dengan asupan lemak berlebih dan serat yang kurang. Berdasarkan hasil tersebut, maka perawat puskesmas diharapkan dapat mengoptimalkan program luar gedung dengan menyasar keluarga penderita DM untuk menjadikan diet sebagai upaya untuk mencegah risiko DM pada keluarga pasien DM tipe 2.Kata kunci : Diet, food record, keluarga pasien DM.
The Relationship Between Adversity Quotient and Career Adaptability of Internship Nursing Students Annida Nur Shalihah; Kurniawan Yudianto; Nur Oktavia Hidayati
Journal of Nursing Care Vol 1, No 1 (2018): Journal of Nursing Care
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jnc.v1i1.15761

Abstract

A competitive job market is a challenge that needs to be faced by every university graduate. It is expected that every graduate has capability to keep face with expansion in job sectors. To be able to adapt to the job situation, a specific intelligence to face in facing every challenge and obstacle namely adversity quotient, is required. This study aimed to identify the correlation between adversity quotient (AQ) and career adaptability of internship nursing students. This study was descriptive correlational. Samples were recruited using a total sampling tecnique (n=142). Data were collected using a questionnaire consisting of a demographic survey, an Adversity Response Profile (ARP) Quick TakeTM and a Career Adapt-Abilities Scale (CAAS). Data were analyzed using descriptive statistics and Rank Spearman correlation test. The result of this study indicated that no students were in quitter category, only 0,7% of them were in quitter to camper transition, 76,8% of them were campers, 21,8% of the students were in camper to climber transition, 0,7% of all respondents were climbers. No students had a very low career adaptability, only 1,4% of them had a low career adaptability, while the proportions of students with a high and very high career adaptability were 75,4% and 23,2 % respectively. No significant correlation was found between AQ and career adaptability (p value >0,05; Spearman’s ρ +0,122). It can be concluded that most of internship nursing students at Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran were campers and had a high level of career adaptability. There was also no significant correlation between AQ and career adaptability. Further research needs to explore about contributing factors related to career adaptability in internship nursing students.Keywords: Adversity quotient, career adaptability, internship nursing student. Hubungan Adversity Quotient dan Adaptabilitas Karier pada Mahasiswa Profesi NersAbstrakDalam menghadapi pasar kerja yang semakin ketat, setiap lulusan universitas diharapkan memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan dan beradaptasi dengan perkembangan pada dunia kerja. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya kecerdasan dalam menghadapi setiap tantangan dan hambatan yang disebut adversity quotient (AQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan AQ dan adaptabilitas karier pada mahasiswa profesi ners. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif. Responden penelitian berjumlah 181orang mahasiswa program profesi ners angkatan 32 dan 33 di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang di ambil dengan teknik total sampling dengan response rate 78,45%. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu Adversity Response Profile (ARP) Quick TakeTM dan Career Adapt-Abilities Scale (CAAS). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skoring ARP QuickTakeTM, skoring CAAS, serta uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak seorangpun responden yang berada pada kategori quitter, sebanyak 0,7% dari responden berada pada kategori transisi quitter ke camper, pada kategori camper sebanyak 76,8%, pada kategori transisi camper ke climber sebanyak 21,8%, dan pada kategori climber sebanyak 0,7%. Tidak ada mahasiswa dengan adaptabilitas karier sangat rendah, hanya 1,4% mahasiswa dengan adaptabilitas karier rendah, sedangkan mahasiswa dengan adaptabilitas karier tinggi dan sangat tinggi masing-masing proporsinya sebanyak 75,4% dan 23,2%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara AQ dan adaptabilitas karier (p value >0,05; Spearman’s ρ +0,122). Simpulan dari penelitian ini yaitu sebagian besar mahasiswa profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran memiliki AQ dengan kategori camper dan memiliki adaptabilitas karier tinggi. Meskipun demikian, tidak terdapat hubungan bermakna antara AQ dan adaptabilitas karier. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi adaptabilitas karier pada mahasiswa profesi ners.Kata kunci: Adversity quotient, adaptabilitas karier, mahasiswa profesi ners.

Page 1 of 2 | Total Record : 13