cover
Contact Name
Majalah Kedokteran Andalas
Contact Email
mka.fk.unand@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
mka.fk.unand@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Majalah Kedokteran Andalas
Published by Universitas Andalas
ISSN : 01262092     EISSN : 24425230     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Kedokteran Andalas (MKA) (p-ISSN: 0126-2092, e-ISSN: 2442-5230) is a peer-reviewed, open access national journal published by Faculty of Medicine, Universitas Andalas and is dedicated to publish and disseminate research articles, literature reviews, and case reports, in the field of medicine and health, and other related disciplines.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012" : 13 Documents clear
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK PEPAYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL, LDL DAN HDL DARAH TIKUS PUTIH JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA Endrinaldi Endrinaldi; Asterina Asterina
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.176 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p29-38.2012

Abstract

AbstrakPepaya mengandung pektin yang merupakan serat larut air. Pektin berkemampuan mengikat asam empedu dan dieliminasi keluar tubuh melalui feses. Penurunan jumlah asam empedu di lumen usus menyebabkan hepar menggunakan kolesterol dalam darah untuk membentuk asam empedu. Hal tersebut mengakibatkan penurunan jumlah kolesterol.Tujuan studi ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak pepaya mengkal terhadap kadar kolesterol total, HDL dan LDL tikus putih. Desain penelitian ini adalah eksperimental menggunakan 20 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, dan kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak pepaya dengan dosis 0,5 ml, 1 ml dan 1,5 ml per 200g/BB melalui oral selama 15 hari.Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan rerata kadar kolesterol total, LDL, dan peningkatan kadar HDL serum tikus setelah pemberian ekstrak pepaya selama 15 hari secara bermakna (p<0,05). Tetapi tidak terjadi perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara kelompok yang diberi ekstrak pepaya dengan dosis 0,5 ml, 1 ml, dan 1,5 ml.Kesimpulan yang dapat diambil dari studi ini ialah bahwa ekstrak pepaya dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan peningkatan kadar HDL pada serum tikus putih jantanKata kunci : pektin, kolesterol, asam empedu, serat, tikus.AbstractPapaya contain pectin which is a water-soluble fiber. Pectin has the ablity to bind bile acids and eliminated out of the body through the feces. Decrease in the amount of bile acids in intestinal lumen causing liver uses cholesterol to synthesize bile acids blood.The purpose of this study was to see the effect of papaya extract on total cholesterol, HDL and LDL of male rats. This is an experimental research design using 20 white male rats were divided into four groups : control group and group treated with papaya extract a dose of 0,5 ml, 1 ml per 200 gr/body weight orally for 15 days.Results showed a decrease in everage total cholesterol, LDL and increased serum levels of rats after administration of papaya extract after 15 days wereARTIKEL PENELITIAN30significantly (p<0,05). But no significantly difference occused (p>0,05) between groups were fed papaya extractat a dose of 0,5 ml, 1 ml and 1,5 ml.Conclusions from the study are that papaya extract can lower total cholesterol, LDL and levels increased in the serum of male ratsKey word : pectin, cholesterol, bile acid, fiber, rats.
PENGARUH INFEKSI CACING USUS TERHADAP EKSPRESI INTERFERON GAMMA SERUM PASKA PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID Selfi Renita Rusjdi; Hafni Bachtiar; Nuzulia Irawati
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.637 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p87-95.2012

Abstract

AbstrakPenyakit cacing usus masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini mempunyai dampak merugikan pada manusia terutama pada anak. Selain menimbulkan gangguan gizi, cacing ini juga menimbulkan penurunan respon terhadap antigen. Penurunan respon ini terjadi akibat respon polarisasi Th2 pada infeksi cacing usus. Tetanus toksoid yang diberikan dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah merupakan antigen sebagai penginduksi respon sel T. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infeksi cacing usus terhadap ekspresi IFN-γ serum paska pemberian tetanus toksoid.Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Batang Anai Padang Pariaman dengan menggunakan rancangan potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas 2 dan kelas 3 SDN 08 dan SDN 22 Batang Anai Padang Pariaman. Status kecacingan didapatkan dari pemeriksaan feses metoda Kato-Katz. Kadar IFN-γ serum didapatkan dari pemeriksaan serum metode ELISA. Pengolahan dan analisa data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.Hasil penelitian pada kelompok yang terinfeksi cacing usus didapatkan rerata kadar IFN-γ adalah sebesar 0,15 ± 0,16 pg/ml dan kelompok kontrol didapatkan sebesar 1,4 ± 1,02 pg/ml. Terdapat perbedaan bermakna kadar IFN-γ antara kelompok yang terinfeksi cacing usus dengan kelompok kontrol. (p< 0,05).Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa infeksi cacing usus dapat menekan ekspresi IFN-γ terhadap pemberian tetanus toksoid.Kata kunci: Cacing Usus, Tetanus Toksoid, Interferon gamma (IFN-γ)AbstractIntestinal helminthiasis is still unsolved problem in Indonesia. Children are particularly vulnerable to get health problem caused by those infection. The health problems are malnutrition and nowadays impairment immune response of antigen. The impairment is caused by Th2 polarized response. Tetanus toksoid which is annually given to elementary school children in Bulan Imunisasi Anak Sekolah isARTIKEL PENELITIAN88known as T cell strong inducer after vaccination.The aim of this study was to determine the influence of intestinal helminthiasis on serum IFN-γ expression after administered tetanus vaccination.This research is cross sectional study and it was conducted in Kecamatan Batang Anai Padang Pariaman. Population of this study are 2 nd and 3 rd grade of elementary school student in SDN 08 and SDN 22. Intestinal helminthiasis status was taken by Kato – Katz methode of fecal examination. Serum IFN-γ was analyzed by ELISA methode. The data was analyzed by Kolmogorov-Smirnov test.Mean of serum IFN-γ in intestinal helminthiasis group are 0,15 ± 0,16 pg/ml and uninfected control group are 1,4 ± 1,02 pg/ml. There was significant difference on serum IFN-γ level in intestinal helminthiasis group and uninfected control group (p<0,05).This study concluded that intestinal helminthiasis may impair serum IFN-γ expression to tetanus vaccination.Key word: intestinal helminthiasis, tetanus toxoid, interferon gamma (IFN-γ)
Preface and ToC - Vol 36, No 1 (2012) Redaksi MKA
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.228 KB)

Abstract

FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG Delmi Sulastri
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.892 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p39-50.2012

Abstract

AbstrakPembangunan yang kokoh dimulai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Untuk itu perlu mempersiapkan sejak dini termasuk pada usia sekolah. Status gizi anak usia sekolah merupakan salah satu indikator kesehatan yang perlu menjadi perhatian. Saat ini angka kekurangan gizi pada usia ini masih menjadi masalah, hal ini terbukti dari tingginya prevalensi stunting di Kota Padang .Penelitian ini menggunakan desain cross sectional bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah yang. Penelitian dilakukan Kelurahan Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang pada anak baru masuk sekolah dasar yang berjumlah 77 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, meliputi karakteristik ibu, pengetahuan gizi, tingkat ekonomi, dan asupan gizi, sedangkan data status gizi dikumpulkan melalui pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoiseDari penelitian ini ditemukan prevalensi anak pendek (stunting) sebesar 35,1%, sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan tinggi (61%). Mayoritas ibu tidak bekerja (84%), pengetahuan gizi ibu masih rendah (66 %), lebih banyak berada pada tingkat ekonomi rendah (51%) Asupan energi lebih banyak yang < 90% AKG (71%), sedangkan asupan protein lebih banyak yang ≥ 90% AKG. Dari uji statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi dengan status gizi.Penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi status gizi adalah tingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi. Untuk itu perlunya perhatian khusus dari pengambil kebijakan masalah gizi kronik pada usia sekolah dan perlunya penelitian lebih lanjut.Kata kunci : status gizi, stunting, asupan makananAbstractThe stable development started from increased human resources quality. For that, important to planning early included at school age child. Base on data TBABS prevalence still high. Nutritional status of school-age children is one of the health indicators that need to be a concern. Currently malnutrition at this age is still a problem, it is evident from the high prevalence of stunting in the city of Padang.ARTIKEL PENELITIAN40This study uses cross-sectional design aimed to determine factors - factors associated with nutritional status of school age children. The study was conducted Village Bandar Subdistrict Create Lubuk refined Padang at the new children enter primary school, amounting to 77 people. Data were collected using a questionnaire, including maternal characteristics, nutrition knowledge, level of economic and nutritional intake. While the nutritional status of data collected through the measurement of height by using microtoiseFrom this research, we found that the prevalence of stunting is 35, 1%, more than of mother have high education (61%. Majority of participant was unworker (84%), 66% have less knowledge about nutrition, more than of participant have at low economic grade (51%). Consumption of energy more than < 90% AKG (71%), meanwhile consumption of protein more than ≥ 90% AKG (96%). From bivariat statistic test with chi-square found significant correlation between mother’s education and economic grade with nutritional status.We concluded that the factor which correlation with nutritional status are mother’s formal education and economic grade. For that, need special attention from decision maker to solve chronic under nutrition at school age student, and need to continued this study.Key word : Stunting, nutrition status, food consumtion
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN KARIES PADA GIGI SULUNG ANAK UMUR 4 DAN 5 TAHUN Susi Susi; Hafni Bachtiar; Ummul Azmi
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.254 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p96-105.2012

Abstract

AbstrakKaries merupakan masalah utama di rongga mulut anak. Kerusakan gigi sulung lebih cepat menyebar, meluas dan lebih parah dari pada gigi permanen. Karies lebih banyak ditemukan pada orang dengan status sosial ekonomi rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi dengan kejadian karies pada gigi sulung anak usia 4 dan 5 tahun pada murid TK Adzkia II, TK Lillah, dan TK Mutiara Ananda di Kota Padang.Penelitian ini bersifat observasi analitik menggunakan metode cross sectional. Populasi penelitian ini adalah murid TK Adzkia II, TK Lillah, dan TK Mutiara Ananda yang berumur 4-5 tahun atau murid lokal A yang berjumlah sebanyak 59 orang, sampel yang diteliti 57 orang. Metode pengambilan data primer yaitu dengan melakukan wawancara dengan orang tua dan pemeriksaan status karies responden.Hasil penelitian menunjukkan status sosial ekonomi orang tua dari responden 75,4% tidak miskin dan status karies responden 50,9% baik. Dari responden yang tidak miskin, 46,5% memiliki status karies yang buruk, 53,5% memiliki status karies yang baik. Hasil uji statistik diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna dari proporsi status karies responden dengan pendapatan orang tua responden.Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa responden dengan status sosial ekonomi tidak miskin dan status karies baik lebih dominan. Disarankan kepada sekolah agar memberikan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut secara rutin kepada murid – murid dan bagi orang tua lebih memperhatikan jajanan yang dikonsumsi oleh anaknya.Kata Kunci : karies, status sosial ekonomiAbstractCaries is a major issue in the oral cavity of children. Damage spreading deciduous teeth faster, more widespread and severe than in permanent teeth. Caries are more common in people with low socioeconomic status. The purpose of this study was to determine the relationship of socioeconomic parents status with the incidence of caries in primary teeth of kindergarten students age 4 and 5 years in Adzkia II, Lillah, and Mutiara Ananda in Padang.ARTIKEL PENELITIAN97This observational study using cross sectional analytic. The study population was kindergarten students aged 4-5 years Adzkia II, Lillah, and Mutiara Ananda or A local student who numbered as many as 59 people, the studied sample of 57 people. Primary data collection method is to conduct interviews with parents and the examination of dental caries status of respondents.Research shows parental socioeconomic status of respondents 75.4% were not poor and caries status of respondents 50.9% good. Of the respondents who are not poor, 46.5% had caries status poor, 53.5% had a good caries status. The results of statistical tests obtained no significant association of the proportion of caries status of respondents with incomes of respondents.From this study it can be concluded that the respondents with the non-poor socio-economic status and caries status either more dominant. Recommended to the schools to provide knowledge about oral health on a regular basis to students - for students and parents pay more attention to snacks consumed by children.Key word : caries, socioeconomic status.
ASFIKSIA PERINATAL SEBAGAI FAKTOR RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA ANAK Sukri Rahman; Hanifatryevi Hanifatryevi
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.367 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p1-10.2012

Abstract

AbstrakAsfiksia adalah keadaan di mana tubuh atau bagian tubuh kekurangan oksigen. Jika kondisi ini terjadi pada bayi baru lahir disebut dengan asfiksia perinatal, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan secara permanen maupun bersifat sementara, salah satunya adalah gangguan pendengaran sensorineural.Makalah ini akan membahas tentang mekanisme gangguan pendengaran akibat asfiksia, deteksi dini gangguan pendengaran dengan pemeriksaan Brain Evoked Response Auditory (BERA) dan Otoacoustic Emissions (OAE).Gangguan pendengaran akibat asfiksia dapat terjadi akibat beberapa mekanisme. Kelainan ini terlihat pada gambaran BERA dan OAE, dimana terjadinya peningkatan masalaten dan interval gelombang yang bersifat sementara atau menetap, serta ditemukan gangguan pada fungsi koklea bayi dengan asfiksia perinatal terutama pada frekuensi 1-5 kHz yang terdeteksi pada hari ke tiga sampai hari kelima kelahiran, dan terdapat perbaikan pada usia 1 bulan.Kata Kunci : Asfiksia perinatal, gangguan pendengaran, BERA, OAEAbstractAsphyxia is a condition in which the body or body part to lack of oxygen. If this condition occurs in newborns with perinatal asphyxia is also called, which can cause tissue damage is permanent or temporary. One of that is a sensorineural hearing loss.This paper will discuss the mechanisms of hearing loss due to asphyxia, early detection of hearing loss with an examination Brain Auditory Evoked Response (BERA) and Otoacoustic Emissions (OAE).Hearing loss due to asphyxia can occur due to several mechanisms. These abnormalities are seen on the results of BERA and OAE, where an increase in latent period and the interval waves that are temporary or permanent, and found interference with the function of the cochlea infants with perinatal asphyxia, especially at frequency of 1-5 kHz were detected on the third day until the fifth day of birth, and there are improvements to the age of 1 month.Key word : Perinatal asphyxia, hearing loss, Brain Auditory Evoked Response, Otoacoustic Emissions
UJI EFEK INFUSA BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria Macrocarpa Scheff Boerl) TERHADAP PENCEGAHAN PENINGKATAN KOLESTEROL DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus Novergicus) YANG DIBERI DIET LEMAK TINGGI Julizar Julizar; Lili Irawati; Erlina Rustam
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.333 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p51-61.2012

Abstract

AbstrakPenyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Salah satu pemicu terjadinya PJK adalah tingginya kadar kolesterol dalam darah. Buah mahkota dewa telah lama digunakan oleh masarakat untuk menurunkan kadar kolesterol dan mengobati berbagai penyakit kardiovaskuler.Telah dilakukan penelitian untuk melihat efek infus buah mahkota dewa terhadap pencegahan peningkatan kadar kolesterol pada tikus putih jantan yang diberi diet lemak tinggi (DLT). Penelitian ini menggunakan 30 ekor Rattus novergicus jantan yang berumur 2,5 – 3 bulan dengan berat badan 250 - 350 gram. Hewan coba dibagi secara acak atas lima kelompok dan diperlakukan sebagai berikut:Kelompok I diberi diet standar 555 global feed dan 1 ml aquades, kelompok II diberi diet lamak tinggi(DLT) yang terdiri dari 2% Kolesterol, 10% kuning telur itik, 18% lemak sapi dan 78% diet standar dan 1 ml aquades, kelompok III diberi DLT dan 1 ml infus yang mengandung 97 mg mahkota dewa., kelompok IV diberi DLT dan 1 ml infus yang mengandung 194 mg mahkota dewa, kelompok V diberi DLT dan 1 ml infus yang mengandung 388 mg mahkota dewa. Infus diberikan per oral setiap hari selama 56 hari. Diet dan air minum diberikan ad libitum.Pada hari ke 0, 14, 28, 42 dan 56 darah diambil melalui vena centralis ekor untuk ditentukan kadar kolesterol totalnya secara enzimatik menggunakan KIT kolesterol CHOD-PAP merk Diasys. Absorbans diukur dengan spektrofotometer Genesis 20 pada panjang gelombang 546 nm. Data dianalisis dengan GLM pengukuran berulang dan one-way anova.Hasil penelitian menunjukan : pemberian infus yang mengandung 97, 194 dan 388 mg mahkota dewa dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol dibanding kontrol (-). Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kelompok 194 dan 388 mg dengan kelompk 97 mg, dimana kelompok 194 dan 388 mg mencegah peningkatan lebih besar. Tidak terdapat perbedaan (p>0,05) antara kelompok yang mendapat 194 dengan kelompok yang mendapat 388 mg mahkota dewa.ARTIKEL PENELITIAN52Disarankan untuk meneliti efek pencegahan peningkatan pada profil lipid yang lain dan melihat efek penurunan infus mahkota dewa pada hewan coba yang hiperkolesterolemik.Kata kunci : Mahkota dewa, kolesterolAbstractCoronary heart disease (CHD) is the leading cause of death in many parts of the world including in Indonesia. One of the triggers of CHD are high blood cholesterol levels. The Crown of God (Phaleria macrocarpa) has long been used by people to lower cholesterol and treat various cardiovascular diseases. Has done research to observe the effect of infusion Phaleria to prevent an increase in cholesterol levels in male white rats fed a high fat diet (HFD). This study used 30 male Rattus novergicus old from 2.5 to 3 months with body weight 250-350 grams. Experimental animals were randomized over five groups and treated as follows:Group I was given a standard diet 555 of global feed and 1 ml aquades, group II were given a diet high fat (HFD) consisting of 2% cholesterol, 10% of duck egg yolk, beef 18% fat and 78% standard diet and 1 ml aquades, group III was given the DLT and 1 ml infusion containing 97 mg of crown gods., group IV were given DLT and 1 ml infusion containing 194 mg crown of god, group V were given HFD and 1 ml infusion containing 388 mg the crown of god. Infusion given orally every day for 56 days. Diet and drinking water provided ad libitum.On days 0, 14, 28, 42 and 56 blood was collected via the tail vein centralis for total cholesterol is determined enzymatically using cholesterol Chod-PAP KIT Diasys. Absorbance was measured with a spectrophotometer Genesis 20 at 546 nm wavelength. Data were analyzed by GLM repeated measurements and one-way ANOVA.The results showed: the infusion containing 97, 194 and 388 mg crown of god can prevent an increase in cholesterol levels compared to controls (-).There are significant differences (p <0.05) between groups 194 and 388 mg with 97 mg faction, which groups 194 and 388 mg prevent the increase is greater. No difference (p> 0.05) between the group receiving 194 with the group receiving 388 mg crown of gods.It is advisable to examine the effect of preventing an increase in other lipid profiles and observe the effect of decreasing infusion crown of gods on hypercholesterolemic animal.Key word : Phaleria macrocarpa, cholseterol
ABSES HATI PIOGENIK Yusri Dianne Jurnalis; Delfican Delfican; Yorva Sayoeti
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.543 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p106-112.2012

Abstract

AbstrakAbses hati piogenik merupakan suatu kondisi yang berat dan mengancam kehidupan dengan angka mortalitas yang tinggi sehingga membutuhkan diagnostik dan terapi yang akurat. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri perut bagian atas, hepatomegali, demam tinggi, mual dan muntah. Gejala ini bervariasi sesuai ukuran abses, keadaan umum pasien, adanya penyakit dasar dan komplikasi. Pada sebagian besar kasus, penyakit dasarnya tidak diketahui. Abses biasanya soliter dan terletak di lobus kanan hati. USG dan CT scan abdomen merupakan sarana diagnostik utama. Abses hati piogenik diterapi dengan aspirasi perkutaneus bersamaan dengan antibiotik. Jika gagal, drainase dengan pembedahan dibutuhkan. Dengan adanya terapi invasif yang minimal seperti aspirasi jarum perkutaneus atau drainase kateter yang dipandu secara radiologis serta ketersediaan antibiotik berspektrum luas, pasien jarang membutuhkan tindakan pembedahan saat ini.Kata kunci : abses hati piogenik, aspirasi perkutaneus, drainase bedahAbstractPyogenic liver abscess (PLA) is a serious, life threatening condition with a high mortality rate that represents a diagnostic and therapeutic challenge. The most common presenting clinical symptoms are upper abdominal pain, tenderness, hepatomegaly, high-grade fever, nausea and vomiting. These features are variable depending upon the size of the abscess, general health of the patient, associated diseases and complications. In majority of the cases, the underlying cause could not be identified. Majority of abscesses are solitary and are noted in the right lobe of liver. USG and CT of the abdomen are the main tools of diagnosis. PLAs are mainly treated by percutaneous aspiration under antibiotic cover. If fails, surgical drainage becomes necessary. However, with the advent of minimally invasive therapy such as image-guided percutaneous needle aspiration or catheter drainage and the availability of broadspectrum antibiotics, patients with PLA nowadays seldom require open surgery for treatment.Key word : pyogenic liver abscess, percutaneous aspiration, surgical drainage
DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFEKSI HIV PADA NEONATUS Darmadi Darmadi; Riska Habriel Ruslie
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.452 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p11-22.2012

Abstract

AbstrakPada tahun 2009, 1,4 juta wanita hamil di negara berpendapatan menengah dan rendah terdiagnosis HIV. Identifikasi awal infeksi HIV, pemberian terapi antiretrovirus, dan supresi virus ke level yang tidak terdeteksi sudah terbukti memperpanjang usia hidup dan mencegah morbiditas pada pasien dewasa. Secara teori prinsip supresi virus pada bayi tidak berbeda dengan dewasa. Namun data mengenai manajemen infeksi HIV pada anak khususnya neonatus masih terbatas. Sehingga disusun literatur yang membahas diagnosis dan manajemen infeksi HIV pada neonatus.Kata kunci. HIV, HIV di neonatus, transmisi vertikal, antiretrovirusAbstractIn 2009, 1.4 million pregnant women in low and middle-income countries diagnosed HIV. The early identification of HIV infection, the administration of antiretroviral therapy, and the suppression of viral loads to undetectable levels all have been shown to prolong life and prevent morbidity in adults. In theory the principle of viral load suppression would apply to infants as well as adults. However data about the management of HIV infection in children especially in newborns is limited. So in this review examines the diagnosis and management of HIV infection im newborns.Key word : HIV, neonatal HIV, vertical transmission, antiretroviral
ANALISIS REGRESI LOGISTIK UNTUK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI REMAJA Riska Habriel Ruslie; Darmadi Darmadi
Majalah Kedokteran Andalas Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.222 KB) | DOI: 10.22338/mka.v36.i1.p62-72.2012

Abstract

AbstrakSebagian besar penelitian tentang gizi lebih memperhatikan masalah ketidakseimbangan antara asupan makan dan aktivitas fisik dan kurang memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti body image, depresi, dan gender secara terintegrasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi status gizi remaja dan hubungannya dengan pelbagai aspek seperti nutrisi, aktivitas fisik, body image, depresi, dan gender. Dilakukan penelitian cross-sectional terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Atma Jaya Jakarta. Melalui perhitungan besar sampel dipilih 147 mahasiswa secara Simple Random Sampling. Terdapat 3 responden yang dikeluarkan sebab menderita penyakit kronik. Terhadap responden dilakukan wawancara mengenai asupan makan, aktivitas fisik, body image, dan depresi menggunakan kuesioner yang sudah diuji coba. Dengan Program SPSS versi 16 dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Didapatkan prevalensi underweight 9,03%, status gizi normal 70,83%, dan overweight 20,14%. Hasil studi menunjukkan asupan makan yang berlebih, aktivitas fisik kurang, body image positif, dan mahasiswa laki-laki berhubungan secara signifikan dengan overweight (p-value <0,05).Kata kunci : Status Gizi, Body Image, Depresi, RemajaAbstractMost studies in nutrition gave more concern in the imbalance between food intake and physical activity, however less concern was given to other factors such as body image, depression, and gender. The purpose of this research is to know about adolescents’ nutritional status prevalence and its relation with other aspects such as food intake, physical activity, body image, depression, and gender. This study was done using cross sectional method. Population of this study was the students of the Faculty of Medicine of Atma Jaya Catholic University. 147 were chosen randomly with Simple Random Sampling. Three respondents were excluded because they had chronic illness. The respondents were questioned about food intake, physical activity, body image, and depression using validated questionnaires. Univariate, bivariate, multivariate analyses were done by SPSS version 16. The result shows the prevalence of underweight 9,03%, normal nutritional status 70,83%, and overweight 20,14%. Higher food intake, less physical activity, positive body image, and male are related significantly with overweight (p-value <0,05).Key word : Nutritional Status, Body Image, Depression, Adolescent

Page 1 of 2 | Total Record : 13


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 46, No 5 (2023): Supplementary July 2023 Vol 46, No 4 (2023): Online Juli 2023 Vol 46, No 3 (2023): Supplementary May 2023 Vol 46, No 2 (2023): Online April 2023 Vol 46, No 1 (2023): Online Januari 2023 Vol 46, No 6 (2023): Online Oktober Vol 45, No 4 (2022): Online October 2022 Vol 45, No 3 (2022): Online July 2022 Vol 45, No 2 (2022): Online April 2022 Vol 45, No 1 (2022): Online Januari 2022 Vol 44, No 7 (2021): Online Desember 2021 Vol 44, No 6 (2021): Online November 2021 Vol 44, No 5 (2021): Online Oktober 2021 Vol 44, No 4 (2021): Online September 2021 Vol 44, No 3 (2021): Online August 2021 Vol 44, No 2 (2021): Online July 2021 Vol 44, No 1 (2021) Vol 43, No 2 (2020): Online Mei 2020 Vol 43, No 1 (2020): Published in January 2020 Vol 42, No 3 (2019): Published in September 2019 Vol 42, No 3S (2019): Published in November 2019 Vol 42, No 2 (2019): Published in May 2019 Vol 42, No 1 (2019): Published in January 2019 Vol 41, No 3 (2018): Published in September 2018 Vol 41, No 2 (2018): Published in May 2018 Vol 41, No 1 (2018): Published in January 2018 Vol 40, No 2 (2017): Published in September 2017 Vol 40, No 1 (2017): Published in May 2017 Vol 39, No 2 (2016): Published in August 2016 Vol 39, No 1 (2016): Published in April 2016 Vol 38, No 3 (2015): Published in December 2015 Vol 38, No 2 (2015): Published in September 2015 Vol 38 (2015): Supplement 1 | Published in September 2015 Vol 38, No 1 (2015): Published in May 2015 Vol 37, No 3 (2014): Published in December 2014 Vol 37, No 2 (2014): Published in September 2014 Vol 37 (2014): Supplement 2 | Published in December 2014 Vol 37 (2014): Supplement 1 | Published in March 2014 Vol 37, No 1 (2014): Published in May 2014 Vol 36, No 2 (2012): Published in August 2012 Vol 36, No 1 (2012): Published in April 2012 Vol 35, No 2 (2011): Published in August 2011 Vol 35, No 1 (2011): Published in April 2011 Vol 34, No 2 (2010): Published in August 2010 Vol 34, No 1 (2010): Published in April 2010 Vol 33, No 2: Agustus 2009 Vol 33, No 1: April 2009 Vol 32, No 2: Agustus 2008 Vol 32, No 1: April 2008 More Issue