cover
Contact Name
Dr. Waras Nurcholis, MSi
Contact Email
jurnaljamuindonesia@apps.ipb.ac.id
Phone
+628179825145
Journal Mail Official
jurnaljamuindonesia@apps.ipb.ac.id
Editorial Address
TropBRC, Gedung CRC Lantai 2, Kampus IPB Taman Kencana, Jl. Taman Kencana No. 3, 16128
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Jamu Indonesia
ISSN : 24077178     EISSN : 24077763     DOI : 10.29244
Jurnal Jamu Indonesia (JJI) didedikasikan untuk pertukaran informasi dan pemahaman keilmuan yang meluas mengenai pengembangan dunia jamu melalui penerbitan makalah-makalah Ilmiah. Tema makalah ilmiah yang menjadi lingkup JJI meliputi tema riset jamu dari hulu kehilir yang tidak terbatas pada riset etnobotani dan pengetahuan lokal, eksplorasi, Konservasi, Domestikasi sumberdaya hayati terkait jamu, pemuliaan varietas, pengembangan Good Agricultural and Collection Practices (GACP) bahan baku jamu, pengembangan standar bahan baku dan produk jamu, pengembangan produk jamu, Identifikasi senyawa aktif serta sintesisnya, Mekanisme kerja bioaktivitas formula jamu, aspek sosial dan ekonomi terkait dengan pengembangan jamu.
Arjuna Subject : -
Articles 109 Documents
Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Lasianthus Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa R. Subekti Purwantoro; Hartutiningsih-M. Siregar; Sudarmono Sudarmono; Andria Agusta
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 3 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.122 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i3.19

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat antibiotik dari ekstrak tumbuhan Lasianthus terhadap aktivitas bakteri Pseudomonas aeruginosa secara in-vitro. Ekstrak yang diuji adalah daun Lasianthus laevigatus, L. furcatus, dan L. obscurus. Ekstraksi tumbuhan dilakukan secara maserasi bertingkat dengan menggunakan ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol. Potensi eskstrak sebagai antibakteri diuji melalui penghambatan aktivitas bakteri P. aeruginosa dengan menggunakan metode kertas cakram pada media agar Mueller-Hinton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol pada daun L. furcatus memperlihatkan daya hambat tertinggi dengan zona hambat 12 mm (konsentrasi 50 μg), 19.5 mm (konsentrasi 100 μg), dan 20 mm (konsentrasi 200 μg), diikuti oleh L. obscurus dengan zona hambat 11 mm (konsentrasi 50 μg), 13 mm (konsentrasi 100 μg), dan 18.5 mm (konsentrasi 200 μg), sedangkan penggunaan ekstrak n-heksana dan etil asetat daya hambatnya rendah di bawah 10 mm, terkecuali ekstrak n-heksana pada daun L. obscurus daya hambat tinggi dengan zona hambat 11 mm (konsentrasi 50 μg).
Sineol dalam Minyak Kayu Putih sebagai Pelangsing Aromaterapi Irmanida Batubara; Irma Herawati Suparto; Fiqa Annisa Rakhmatika
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 3 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (899.486 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i3.20

Abstract

Cajuput is one of plants containing essential oil with cineole as a major component. This aim of study is to separate cineole in cajuput oil and to analyze its potency as slimming aromatherapy through in vivo assay. The essential oil was fractionated by column chromatography resulting 23 fraction (F1-F23). Cajuput oil, cineole, and F9 were analyzed by gas chromatograph-mass spectrometer, and the slimming aromatherapy potency was studied on white adult male Sprague-Dawley rats. Inhalation result of cineole showed that the average body weight of rats after 5 weeks treatment period was lower than that of the normal and the control groups which consumed high cholesterol feed. In conclusion, cineole is a compound that is potential in slimming aromatherapy.
Penguraian Mekanisme Kerja Jamu Berdasarkan Jejaring Bahan Aktif-Protein Target-Gene Ontology Vitri Aprilla Handayani; Farit Mochamad Afendi; Wisnu Ananta Kusuma
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 3 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1168.201 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i3.21

Abstract

Jamu merupakan obat tradisional Indonesia. Pada dasarnya obat herbal yang dibuat dari bahan-bahan alami yang diambil dari beberapa bagian dari tanaman obat yang mengandung beberapa zat dan senyawa yang penting dan bermanfaat bagi tubuh. Sejauh ini, khasiat untuk beberapa jenis jamu secara empiris telah terbukti. Dalam peneitian ini, kami bermaksud untuk menguraikan mekanisme kerja jamu menggunakan pendekatan komputasi. Penelitian ini berfokus pada ramuan jamu type 2 diabetesyang terdiri dari empat tanaman, yaitu: jahe, bratawali, sembung, dan pare. Kerangka analisis awal dengan membentuk 3 komponen jejaring yang terdiri dari: (1) bahan aktif tanaman (diperoleh dari Knapsack: 58 senyawa aktif), (2) protein target (diperoeh dari database pubchem: 416 protein target), dan (3) gene ontoogy(diperoeh dari database DAVID: 3104 GO). Selanjutnya, kami menerapkan analisis klaster-klasterdengan menggunakan konsep graf tri-partite. Graf tri-partite digunakan untuk mengelompokkan komponen-komponen penyusun jejaring dari empat tanaman yang disebutkandiatas, sehingga diperoleh system bagian-bagian penyusun ramuan jamu. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan mekanisme kerja jamu. Menggunakan metode fuzzy clustering pada data jejaring, kami memperoleh 15 senyawa aktif yang diduga potensial sebagai antidiabetes berada dalam kelompok berbeda. Pada 15 senyawa aktif memiliki nilai peluang cukup tinggi terbagi dalam kelompok yang berbeda, setiap kelompok terdiri dari pasangan bahan aktif yang memiliki efek sinergis tinggi. Berdasarkan koneksi antara klaster-klasterprotein dan GO-BP, penelitianini memperoleh informasi protein-protein yang menyebabkan T2D dan mekanisme proses biologis yang terkait. T2D bukan hanya disebabkan oleh protein kelainan sekresi insulin (insulin-merendahkan enzim isoform 1) saja, tetapi juga disebabkan oleh protein lain yang terlibat dalam penghambatan insulin di pankreas.
Growth and Yield Response of Rodent Tuber (Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume) under Different Light Intensities and Concentrations of Paclobutrazol Noorwitri Utami; Lukita Devy; Arief Arianto
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 1 No. 3 (2016): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.84 KB) | DOI: 10.29244/jji.v1i3.22

Abstract

Rodent tuber (Typhonium flagelliforme (Lodd) Blume) is one of the medicinal plants used for anticancer treatment, but the information on the cultivation of the plant is limited. The objectives of this research was to study the effect of light intensity and concentration level of paclobutrazol on growth and yield of rodent tuber. This research was conducted at Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia. This experiment arranged in a split plot design with three replications. The main plot is light intensity (35, 55, and 100%). The sub plot is concentration level of paclobutrazol (0, 50, 100, and 150 ppm). Paclobutrazol applied as soil drench at one month after planting. In each application 500 ml solution was used. Variables observed consisted of plant height, number of leaves, leaf length, leaf width, leaf and tuber fresh weight; and leaf and tuber dry weight. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan Multiple Range test at 5%. The result showed that interaction between light intensity and paclobutrazol affected the whole observed variable. Dry weight of tuber under 35% light intensity was lower than those in other light intensity for all treatments of paclobutrazol. Full sunlight intensity showed better dry weight in all treatments of paclobutrazol. However the dry weight decreasing significantly at 150 ppm paclobutrazol, but still higher than those in 35% light intensity. Therefore, rodent tuber is better cultivated under full sunlight and 55% light intensity with 100 ppm paclobutrazol.
Analisis Produksi Temulawak Sebagai Bahan Baku Jamu Di Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu Nurul Husniyati Listyana; Meiviana Gina
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 1 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1026.038 KB) | DOI: 10.29244/jji.v2i1.24

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis produksi temulawak sebagai bahan baku jamu di Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu. Temulawak merupakan tanaman obat yang banyak dibutuhkan oleh industri obat tradisional. Pada tahun 2003 kebutuhan simplisia temulawak menempati urutan pertama dilihat dari jumlah serapan ndustri obat tradisional. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha produksi temulawak sebagai bahan baku obat tradisional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, pengumpulan data dilakukan lewat teknik wawancara dan pengamatan di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha produksi temulawak layak untuk dikembangkan. Produksi temulawak lebih efisien jika temulawak berasal dari hasil panen kebun sendiri dibandingkan dengan membeli temulawak segar dari petani.
Penguraian Mekanisme Kerja Jamu dengan Menggunakan Analisis Graf Tripartit pada Jejaring Senyawa-Protein-Penyakit Muchlishah Rosyadah; Farit Mochamad Afendi; Wisnu Ananta Kusuma
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 1 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1408.148 KB) | DOI: 10.29244/jji.v2i1.25

Abstract

Jamu adalah obat tradisional di Indonesia. Berbeda dengan konsep one drug-one target pada obat kimia, jamu memiliki konsep multi components-network target. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan senyawa aktif di jamu yang menargetkan beberapa protein dalam tubuh manusia.Jaringan yang menghubungkan senyawa aktif dan protein target, serta penyakit yang berhubungan dengan protein target, memberikan dasar yang kuat guna menjelaskan menjelaskan mekanisme kerja jamu secara komputasi.Data yang digunakan berasal dari jamu yang terdiri dari 4 tanaman, yaitu: pare (Momordica charantia), sembung (Blumea balsamifera), bratawali (Tinospora crispa), dan jahe (Zingiber officinale). Setiap tanaman memiliki senyawa aktif dan protein target dari tiap-tiap senyawa. Terdapat 47 senyawa aktif yang diperoleh dari jahe, 4 senyawa aktif dari sembung, 4 senyawa aktif dari pare, dan 3 senyawa aktif dari bratawali. Total ada 58 senyawa aktif yang diperoleh dari empat tanaman. Database PubChem mengidentifikasi bahwa terdapat 3.059 koneksiantara senyawa aktif dan protein tergetnya, dari 3059 koneksi tereduksi menjadi 396 protein yang unik. Selanjutnya, dengan menggunakan database disgenet, PharmGKB, dan Theurapetic Target Database didapatkan 118 sasaran penyakit yang memiliki koneksi terhadap 396 protein yang unik. Jejaring senyawa, protein target, dan penyakit yang telah dianalisis menggunakan analisis graf tripartit menunjukkan bahwa 396 protein unik dari jamu terkait dengan beberapa penyakit, sebagian besar berkaitan dengan penyakit metabolik, penyakit kardiovaskular (jantung), penyakit mata, neoplasma, stomatognatik, penyakit sistem saraf, dan penyakit Saluran pernapasan.
Cytotoxic and Antiproliferative Activities of Melia azedarach Leaves Ethanolic Extract on A549 Human Lung Cancer Cells Yusuf Irshan; Irma H Suparto; Sulistiyani Sulistiyani
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 1 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1047.762 KB) | DOI: 10.29244/jji.v2i1.26

Abstract

Melia azedarach (Meliaceae) is known locally as mindi, gringging, renceh, or cakra-cikri is known to have pharmacological properties. The leaves contain flavonoids such as kaempferol and quercetin that have anticancer activity. The objective of this research is to evaluate the potency of Melia azedarach leaves ethanolic extract as anticancer by inhibition of cancer cell proliferation. Cytotoxic effect was analyzed by Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) and cell viability (MTT) methods using Chang human normal liver cells and A549 human lung cancer cells. Antiproliferative effect of the extract was analyzed by cell direct calculation method using hemacytometer. The leaves were extracted with ethanol 96% by maceration method. Phytochemical investigation showed that the extract contains flavonoids, alkaloids, tannins, saponins, and steroids. Assay of BSLT showed that crude ethanolic extract of M. azedarach has a cytotoxic effect with LC50 value of 63.98 µg/mL, which is an indication for very potential bioactive compund as anticancer. Consistent with BSLT assay, cell viability (MTT) assay showed that this extract was able to reduce cell viability with IC50 values of 299.22 µg/mL on Chang cells and 130.56 µg/mL on A549 cancer cells. As control, Curcuma zedoaria extract at 75 µg/mL reduced A549 cells viability to 38.8%, which was equivalent to the effect of M. azedarach extract at 50 µg/mL. These data suggest that Melia azedarach extract is potentially more bioactive than Curcuma zedoaria extract. This result is supported by the ability of the extract (5 µg/mL) to inhibit A549 cells proliferation as much as 73.53%.
Perbandingan Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Fenolik Temulawak dan Temu Ireng Waras Nurcholis; Maria Bintang
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 1 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.186 KB) | DOI: 10.29244/jji.v2i1.27

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik dari rimpang temulawak dan temu ireng. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode DPPH (1, 1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Kandungan fenolik total ditentukan dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Ekstrak etanol 70% dari rimpang temulawak memiliki aktivitas antiosidan (IC50, 167.03 µg/ ml) yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% rimpang temu ireng aeruginosa (IC50, 406.52 µg/ ml). Kandungan fenolik total dari ekstrak etanol 70% rimpang temulawak (139.16 mg TAE/ g) lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol 70% rimpang temu ireng (51.49 mg TAE/ g). Terdapat korelasi yang kuat antara aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik total dari ekstrak temulawak dan temu ireng.
RETRACTED: Uji Aktivitas Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Sebagai Agen Anti-Katarak Eny Kusrini; Dewi Tristantini; Ni’matul Izza
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 1 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1187.477 KB) | DOI: 10.29244/jji.v2i1.28

Abstract

​Artikel dengan judul Uji Aktivitas Ekstrak Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Sebagai Agen Anti-Katarak telah dilakukan pencabutan dari Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 1 (2017), pada tautan daring http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/JJI/article/view/28.Pencabutan artikel dilakukan karena permintaan author.Pemberitahuan pencabutan dari artikel tersebut dapat ditemukan pada http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/JJI/article/view/225.
In Vitro Propagation of Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Samanhudi Samanhudi; Ahmad Yunus; Bambang Pujiasmanto; Anindya Saras
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM IPB; Tropical Biopharmaca Research Center - Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.622 KB) | DOI: 10.29244/jji.v2i2.30

Abstract

Problems encountered in the development of herbal medicine industry is that most of the raw materials (80%) came from the forest or natural habitats and the rest (20%) of the results of traditional cultivation. The research is focused to get the propagation techniques of temulawak by in vitro using various combinations of IBA and BAP concentration, each consisting of 0, 1, 2, 3, 4 ppm. The purpose of this research is to gain a plant propagation technique of temulawak through the use of IBA and BAP concentration so as to provide a quality seeds. The results showed that the highest shoots obtained at 1 ppm IBA and 3 ppm BAP treatment with a buds height of 15.9 cm. Treatment of 0 ppm IBA and 4 ppm BAP produces the highest buds number by 4 buds. While the highest number of leaves obtained in 2 ppm IBA and 3 ppm BAP treatment with total of 18 leafs. The highest length of leaf obtained in the treatment of 3 ppm IBA and 2 ppm BAP with a length of 14.6 cm. Variable highest number of roots was obtained at treatment of 4 ppm IBA and 1 ppm BAP with root number exceeds 30 pieces with very many hair roots and the highest root length was obtained at treatment of 2 ppm IBA and 0 ppm BAP with a length of 15.6 cm. Based on these results it can be concluded that the IBA and BAP treatment at various concentrations can affect the propagation and growth of temulawak explants.

Page 2 of 11 | Total Record : 109