cover
Contact Name
Lukmanul Hakim
Contact Email
lukmanulhakim7419@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalmabasan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
MABASAN
ISSN : 20859554     EISSN : 26212005     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
MABASAN is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in MABASAN have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. MABASAN is published by Kantor Bahasa NTB twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 238 Documents
NASKAH BABAD NITIK SULTAN AGUNG: SEBUAH PRODUK KEBUDAYAAAN JAWA NFN Kamidjan
MABASAN Vol. 6 No. 1 (2012): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.668 KB) | DOI: 10.26499/mab.v6i1.221

Abstract

Sebagai dokumen sosiobudaya, Babad Nitik Sultan Agung merupakan salah satu karya  sastra Jawa yang mengandung nilai-nilai budaya yang berkaitan dengan kearifan lokal. Nilai-nilai budaya tersebut mengacu pada pendapat Jamaris,  meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, dengan alam, dengan masyarakat, dengan sesama dan dengan dirinya. Nilai-nilai tersebut tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang lain. Sebagai  makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Distribusi dan Pemetaan Jenis-jenis Karya Sastra yang Tumbuh dan Berkembang pada Masyarakat Tutur Bahasa Bugis di Pulau Lombok Balok Safarudin
MABASAN Vol. 1 No. 1 (2007): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.522 KB) | DOI: 10.26499/mab.v1i1.142

Abstract

Setiap daerah yang mempunyai bahasa daerah sangat mungkin mempunyai sastra daerah karena sastra adalah bentuk realisasi dari bahasa itu sendiri. Sastra daerah dapat berupa sastra lisan ataupun sastra tulis. Ragam sastra ini sangat banyak dan tiap-tiap ragam memiliki variasi yang sangat banyak pula, dan isinya pun sangat beragam. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan jenis-jenis  sastra yang hidup pada masyarakat penutur bahasa Bugis di PulauLombok.
DISFEMISME PADA WACANA LINGKUNGAN: SEBUAH KAJIAN EKOLINGUISTIK KRITIS DALAM MEDIA MASSA DI INDONESIA Elisa Nurul Laili
MABASAN Vol. 7 No. 2 (2013): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.934 KB) | DOI: 10.26499/mab.v7i2.175

Abstract

Media massa menggunakan berbagai piranti bahasa untuk mengemas ideologi konstruktif dan destruktif terkait dengan lingkungan, misalnya eufemisme dan disfemisme. Penelitian ini berusaha mengkaji permasalahan kebahasaan yang terdapat dalam wacana lingkungan dalam media massa di Indonesia, yakni mengenai disfemisme. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dari majalah Gatra, Tempo, Trust, harian Kompas, Kabar Indonesia, Media Indonesia, Suara Merdeka, dan Surabaya Pagi, portal Antara, Vivanews, Detiknews, Metronews, dan Okezone menggunakan metode simak, dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Namun, data tersebut dibatasi hanya seputar permasalahan tentang polusi, pencemaran, dan reservasi lingkungan. Analisis data dilakukan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik lanjutan berupa teknik substitusi dan parafrase. Bentuk satuan ekspresi disfemisme yang digunakan oleh media massa di Indonesia pada wacana lingkungan ada empat macam, yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Satuan ekspresi yang berbentuk kata, yaitu berupa kata dasar, kata turunan dan kata majemuk.Satuan ekspresi disfemisme berbentuk kata turunan, yaitu kata turunan berkategori nomina, verba, dan ajektiva. Satuan ekspresi disfemisme yang berbentuk frase, yaitu frase nomina, frase ajektiva, dan frase verba. Referensi disfemisme yang ditemukan berkaitan dengan manusia, tumbuhan, binatang, tanah, nuklir dan material beracun, sampah dan limbah, polusi, perusakan habitat alami, kepunahan spesies, dan tabu. Fungsi-fungsi satuan ekspresi disfemisme ada dua belas macam, yaitu (1) mengungkapkan kemarahan atau kejengkelan, (2) mengkritik, (3) menyindir, (4) menuduh atau menyalahkan, (5) mengeluh, (6) menyampaikan informasi, (7) menghina, mengejek atau mempertajam penghinaan, (8) memperingatkan, (9) menunjukkan ketidaksetujuan, (10) menunjukkan rasa tidak suka, (11) melebih-lebihkan, dan (12) menunjukkan bukti.
KOSAKATA TOPONIMI KOTA PANGKALPINANG Lia Aprilia
MABASAN Vol. 10 No. 1 (2016): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.91 KB) | DOI: 10.26499/mab.v10i1.81

Abstract

This research focussed on vocabulary study relates to the name of place/region or toponimy of Pangkalpinang district. This study used descriptive method. The data collected through library study and field research in Pangkalpinang district. The result of this research can be described as: Nai Si Fuk or Star village, Semabung Village or Yung Fo Hin, Parit Lalang Village, White Coral Village or Sung Sa Tie, Salt Coral Village, Six Parit  Village,Iron Village or Thiat Phu, Opas Village, Tangsi  jail or prison, Gabek Village, Keramat Village,Seberang Village, Bukit Village,Bukit Tani Village, Bukit Baru Village, Bukit Nyatoh Village, Bukit Merapen Village, Sari Garden Village, Lo Ngin Buk Village,Tuatunu Village, Betur Village, Katak Village, Asam Village, Bacang Village, Kacangpedang Village, Ketapang Village, Ampui Village, Selindung Village, Bukit Intan Village, Bukit Besar Village, and Girimaya Village, Air Salemba Village, Sumberejo Village, Bogorejo Village, Terak Village, Rangkui Village, Pintu Air Village, Air Itam Village, Pasir Padi Village, Temberan Village, and Melintang Village.
Nilai-Nilai Budaya Sasak Kemidi Rudat Lombok: Perspektif Hermeneutika NFN Murahim
MABASAN Vol. 5 No. 2 (2011): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.831 KB) | DOI: 10.26499/mab.v5i2.211

Abstract

 Penelitian ini merumuskan masalah nilai-nilai budaya yang diekspresikan melalui pementasan Kemidi Rudat Lombok yang meliputi (1) nilai-nilai religius yang diekspresikan melalui pementasan Kemidi Rudat Lombok, (2) nilai-nilai filosofis yang diekspresikan melalui pementasan Kemidi Rudat Lombok, (3) nilai-nilai etis yang diekspresikan melalui pementasan Kemidi Rudat Lombok, dan (4) nilai-nilai estetis yang diekspresikan melalui pementasan Kemidi Rudat Lombok. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya Sasak dalam seni teater tradisional Kemidi Rudat Lombok. Nilai-nilai budaya yang dimaksud adalah (1) nilai religius; (2) nilai filosofis,; (3) nilai etis; dan (4) nilai estetis. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutika, yaitu penafsiran secara mendalam terhadap sebuah fenomena budaya. Pendekatan ini memiliki kaidah: (1) dibutuhkan keterlibatan dan atau partisipasi; (2) setiap usaha penafsiran, tidak bisa dihindari adanya akibat ikutan dari partisipasi dan latar belakang penafsir; (3) upaya penafsiran harus dilihat sebagai proses pendekatan kepada makna sejati; (4) walaupun ada wilayah perbedaan karena partisipasi dan latar belakang penafsir, niscaya ada pula wilayah yang mempertemukan antarpenafsir, pemahaman bersama terhadap suatu masalah. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa Kemidi Rudat terdiri dari dua bagian penting, yaitu bagian rudat sebagai bagian pembuka dan kemidi sebagai bagian inti yang merupakan bagian pementasan yang menyajikan cerita tentang perjalanan dua kerajaan, yaitu kerajaan Ginter Baya dengan Raja Indra Bumaya sebagai rajanya dan kerajaan Puspasari dengan Sultan Ahmad Mansyur sebagai rajanya. Cerita tersebut diberi judul ”Prahara di Ginter Baya”. Nilai-nilai budaya yang berupa nilai religius, filosofis, etis, dan estetis ditemukan dalam dialog-dialog antartokoh, perilaku tokoh, dan sikap tubuh para pemain. Semua nilai budaya yang ditemukan dihubungkan dengan sistem nilai dasar dalam masyarakat Sasak, hukum adat dan kitab tembang suluk berbahasa Sasak ”Tapel Adam” yang banyak berisi nilai-nilai kebijaksanaan hidup manusia Sasak. 
Analisis Wacana Kritis dan Studi Bahasa Kritis dalam Pengajaran BIPA Ganjar Hwita
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.054 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.133

Abstract

Kerangka kerja analisis wacana kritis (AWK) relevan untuk pendekatan kritis terhadap studi bahasa—yang dikenal dengan studi bahasa kritis (SBK). SBK merupakan satu sumbangan penting dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa yang mulai terkenal sekitar tiga dekade yang lalu.  Relevansi AWK dengan SBK terletak pada orientasi atau pandangan terhadap bahasa dalam pendidikan dan pembelajaran bahasa (R. Fowler, et., 1979; M. Pecheux, 1982; J. Mey, 1985; N. Fairlough, 1989).Dalam AWK, setiap wacana memiliki tiga dimensi: merupakan teks bahasa lisan maupun tertulis; suatu interaksi antar-orang—yang melibatkan proses produksi dan interpretasi teks (praktik kewacanaan); dan merupakan bagian dari suatu praktik atau tindak sosial.  Implikasinya dalam SBK adalah bagaimana studi ini mengangkat kaidah bahasa dan praktik kebahasaan ditanamkan bersama dengan hubungan suatu praktik atau tindak sosial yang sering tidak disadari oleh kita selama ini.  Studi ini pun mengkritik kecenderungan studi bahasa yang menggunakan kaidah dan praktik kebahasaan dengan begitu saja, sebagai objek yang dideskripsikan, dalam cara yang mengaburkan penanaman ideologi dan politik mereka.Makalah ini akan membahas dalam tataran ide suatu pemikiran bidang AWK dalam hubungannya dengan SBK tentang pengajaran suatu bahasa sebagai bahasa asing (N. Fairlough, 1989; C. Wallace, 1992). Masalahnya difokuskan pada pengajaran membaca dengan latar belakang seringnya pelajar BIPA dianggap rendah sebagai pembaca sehingga ada yang hilang dalam pembelajarannya.  Apa yang hilang itu adalah (1) usaha mendudukkan kegiatan membaca dan teks tulis dalam konteks sosial, (2) penggunaan teks yang provokatif, (3) cara penafsiran teks yang melibatkan asumsi-asumsi ideologis serta makna proposisional.
KEMAMPUAN MENGAPRESAISI PUISI DENGAN METODE HERMENEUTIK DALAM PENGUASAAN BAHASA FIGURATIF SISWA MAN 2 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Sukran Makmun; Rabiyatul Adawiyah
MABASAN Vol. 12 No. 2 (2018): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.32 KB) | DOI: 10.26499/mab.v12i2.59

Abstract

This research is aimed to determine the ability to appreciate poetry by hermeneutic methods in mastering figurative language of  students of MAN 2 Mataram in 2017/2018 academic year. This research is quantitative research. The data is collected by using observation and test. The research sample is students of grade X Mia consisting of 12 students of MAN 2 Mataram. Sample is selected by employing purposive sampling technique. Data analysis used is descriptive statistics. The result shows an average value of 76.25 with a standard deviation of  6.44, so that the ability to appreciate poetry with hermeneutic methods in mastering the figurative language of students Man 2 Mataram is high.   
Afiks Derivatif Pembentuk Kata Kerja dalam Bahasa Sumbawa Dialek Tongo NFN Kasman
MABASAN Vol. 5 No. 1 (2011): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.078 KB) | DOI: 10.26499/mab.v5i1.203

Abstract

Munculnya judul ini dilatarbelakangi oleh adanya suatu pemikiran bahwa bahasa yang memberi kendala bagi penuturnya harus mendapat penanganan yang memadai sehingga penuturnya, makalah ini bertujuan mendeskripsikan afik-afiks pembentuk kata kerja memahami azas-azas yang ada di dalam bahasanya. Dengan adanya pemahaman yang memadai terhadap azas-azas yang ada dalam bahasanya, penutur bahasa yang bersangkutan tidak akan tejebak dalam carut-marut berbahasa dan carut-marut berpikir menggunakan bahasanya. Dengan demikiandan azas atau kaidah pembentukan kata kerja dalam bahasa bahasa Sumbawa dialek Tongo. Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode distribusional dengan teknik urai unsur langsung, teknik sisip, teknik ganti, teknik oposisi biner dan metode padan dengan teknik alat penentu referen dan alat penentu bahasa lain. Melalui penerapan kedua metode tersebut, diketahuilah bahwa terdapat tujuh afiks derivatif, yakni: {ba-}, {ra-}{ i-}, { sa-}1, {sa-}, {N-}, { ka1-}, dan  {ka2-}.
Bilingualisme dalam Perspektif Pengembangan Bahasa Indonesia Arif Izzak
MABASAN Vol. 3 No. 1 (2009): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.946 KB) | DOI: 10.26499/mab.v3i1.98

Abstract

Indonesia sebagai sebuah bangsa memiliki keragaman budaya dan bahasa yang sangat tinggi. Tingkat kemajemukan yang sangat tinggi ini tercermin dalam jumlah bahasa daerah yang dimiliki dan keragaman budaya adat istiadat suku bangsa yang mendiaminya. Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah yang mewakili setiap kelompok etnis. Jumlah Bahasa daerah terbanyak terdapat di Papua, lebih dari  200 bahasa daerah hidup di tanah Papua. Di samping kekayaan bahasa daerah, masyarakat Indonesia juga memiliki bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa persatuan yang dideklarasikan oleh seluruh komponen bangsa yang diwakili oleh kaum muda dari berbagai daerah pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Keputusan bahwa bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa nasional Indonesia sudah final bagi bangsa Indonesia.Dalam konteks keragaman bahasa, masyarakat Indonesia paling tidak menguasai dua bahasa yaitu bahasa daerah sebagai identitas asal daerahnya dan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional. Bahasa pertama yang mereka peroleh saat mereka masih kanak-kanak dan bahasa Indonesia yang mereka kuasai sejak dini menyebabkan masyarakat Indonesia secara umum termasuk masyarakat yang bilingual. Kondisi masyarakat bahasa yang demikian pada akhirnya menjadi tantangan tersendiri terutama bagi pengembangan bahasa Indonesia. Kebijakan politik bahasa nasional yang telah menempatkan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing pada fungsi, peran, dan kedudukan masing-masing pada praktiknya menjadi tidak mudah karena dinamika masyarakat bahasa yang bilingual.Pengembangan bahasa Indonesia masih banyak menemui hambatan baik yang datang dari dalam bahasa itu sendiri maupun dari luar bahasa. Hambatan dari dalam bisa berupa sikap bahasa yang kurang positif yang ditunjukkan oleh para penuturnya dan hambatan dari luar bisa berupa pengaruh dari bahasa-bahasa lain yang dianggap memunyai status dan kedudukan lebih tinggi dan lebih penting.
KEPERCAYAAN LOKAL DALAM PEMALI BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Agus Yulianto
MABASAN Vol. 13 No. 1 (2019): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.757 KB) | DOI: 10.26499/mab.v13i1.240

Abstract

Pemali adalah pantangan atau larangan berdasarkan adat, kebiasaan, dan biasanya selalu dikaitkan dengan mitos. Pemali ini juga hidup dalam masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan sebagai bentuk kearifan lokal dari masyarakat setempat.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah bentuk-bentuk kepercayaan lokal orang Banjar yang terdapat di dalam pemalinya serta fungsi pemali tersebut di tengah masyarakat pendukungnya. Adapun masalah penelitian ini adalah bentuk-bentuk kepercayaan lokal apa saja yang terdapat dalam pemali Banjar serta fungsi pemali tersebut bagi masyarakat pendukungnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik studi pustaka. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa kepercayaan lokal yang terdapat dalam pemali Banjar terdiri atas kepercayaan terhadap alam gaib dan religi.

Page 6 of 24 | Total Record : 238