cover
Contact Name
suhartini
Contact Email
tiensahmad1@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
direktorat@poltekkesbanten.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan)
ISSN : 23561718     EISSN : 26852195     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal ini menggambarkan Media informasi kesehatan scopenya meliputi; keperawatan, kebidanan, analis kesehatan.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1 No 1 (2014): April" : 6 Documents clear
FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN TOHO KABUPATEN PONTIANAK Anida Sari; Cecep Dani Sucipto; Hajimi Hajimi
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 1 (2014): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.854 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i1.121

Abstract

Kabupaten Pontianak merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang endemis penyakit malaria. Berdasarkan laporan puskesmas pada tahun 2009 penemuan malaria klinis sejumlah 3138 kasus, mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2008 sebesar 2432 kasus. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan keluar malam, pemakaian kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, kondisi dinding rumah, pemakaian kawat kasa, adanya hewan ternak dan genangan air disekitar rumah dengan kejadian malaria,serta menghitung besarnya risiko terjadinya malaria. Metode penelitian observasional analitik dengan rancangan studi kasus kontrol.Kasus adalah penduduk yang menderita penyakit malaria periode Januari sampai dengan Oktober 2011 dan kontrol adalah penduduk yang tidak menderita malaria.Jumlah responden sebanyak 94 sampel.Uji statistik yang digunakan yaitu analisis bivariat dengan uji chi square, untuk menghitung besar risiko dengan menggunakan Odds Ratio (OR). Hasil menunjukan bahwa faktor-faktor yang terbukti faktor resiko dengan kejadian malaria adalah: kebiasaan keluar malam, kondisi diding rumah , pemakaian kawat kasa , keberadaan hewan ternak, adanya genagan air disekitar rumah dan satu faktor pencegah yaitu penggunaan kelambu
KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP WPS TERHADAP PENCEGAHAN HIV/AIDS HUBUNGANNYA DENGAN PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DI LEBAK Rery Kurniawati Danu Iswanto
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 1 (2014): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.794 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i1.122

Abstract

Pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi seluruh masyarakat.Kelompok masyarakat yang tidak cukup mempunyai akses layanan kesehatan adalah wanita pekerja seks.Dari risiko pekerjaannya, kelompok ini sangat rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti IMS dan HIV/AIDS.Tujuan penelitian ini adalah menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku WPS dalam pencarian layanan IMS dan HIV Di Lebak. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah WPS di Kabupaten Lebak sejumlah 233 orang, dan sampel diambil 60 orang.Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% WPS mempunyai perilaku yang kurang baik dalam pencarian layanan kesehatan. Sebagian besar WPS yaitu 63.3% melakukan perilaku mengobati sendiri menggunakan jejamuan dan hanya 23.3% WPS yang mengakses layanan ke instansi pemerintah yaitu puskesmas. Untuk perilaku pencarian layanan oleh tenaga kesehatan, paling banyak digunakan adalah dokter praktik swasta yaitu 86.7%.Uji bivariat menunjukkan faktor alasan menjadi WPS, pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS, dansikap terhadap pencegahan HIV/AIDS berhubungan dengan perilaku WPS. Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku WPS adalah pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS (p= 0.013, OR=7.069). Disarankan bagi KPA dan Dinkes.Kab. Lebak agar bekerjasama melakukan sosialisasi pada semua petugas kesehatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak agar memberikan dukungan dengan cara memberikan layanan yang ramah dan tidak diskriminatif bagi WPS, dan memberikan informasi IMS dan HIV/AIDS secara berkala bagi WPS minimal 3 bulan sekali.
PENGARUH PENERIMAAN LAYANAN KESEHATAN DARI PETUGAS KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS CIBADAK – LEBAK Kadar Kuswandi; Omo Sutomo
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 1 (2014): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.088 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i1.123

Abstract

Masih banyak ditemukannya masyarakat yang memanfaatkan jasa bukan tenaga kesehatan dalam menanggulangi masalah kesehatan yang dialaminya, sehingga dapat berdampak terhadap tingginya angka kesakitan dan kematian yang terjadi di masyarakat, yang kesemuanya itu dapat berakibat pada rendahnya derajat kesehatan masyarakat yang bersangkutan. Keadaan tersebut dapat diakibatkan karena pengalaman yang kurang menyenangkan/kurang baik yang diterima oleh masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan dari petugas kesehatan yang ada. Disain penelitian yang digunakan berupa penelitian analitik untuk melihat hubungan antar variable dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cibadak yang pernah menerima pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan puskesmas. Sampel berjumlah 100 orang yang ditentukan dengan menggunakan tehnik non random sampling (pusposif). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar (65,0%) memiliki pengalaman yang kurang baik terhadap pemberi layanan kesehatan, dan lebih dari sebagian (51,0%) merencanakan untuk tidak memanfaatkan kembali tenaga/fasilitas kesehatan yang sama pada saat mereka membutuhkan bantuan tenaga kesehatan. Responden yang berpendidikan rendah lebih banyak berencana untuk tidak memanfaatkan kembali tenaga kesehatan yang sama (p=0,044), dan yang memiliki pengalaman kurang baik lebih banyak yang berencana untuk tidak memanfaatkan kembali tenaga kesehatan yang sama (p=0,000). Sedang jenis kelamin tidak memiliki hubungan bermakna dengan pemanfaatan kembali tenaga/fasilitas kesehatan yang sama (p=0,319). Dengan masih banyaknya ditemukan pengguna jasa layanan kesehatan yang merasa tidak puas (memiliki pengalaman kurang baik) terhadap petugas/fasilitas kesehatan yang ada, maka sebaiknya perlu dilakukan pelatihan cara pemberian layanan kesehatan yang baik; dan untuk terus dihimbau bagi tenaga kesehatan untuk dapat memberikan layanan yang baik.
KETEPATAN TRANSFUSI PASIEN THALASEMIA Β MAYOR BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA DI RSU TANGERANG Ema Hikmah; Endang Suartini; Een Sukaedah
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 1 (2014): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.775 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i1.124

Abstract

Pengetahuan orangtua tentang merawat anak dengan thalasemia sangat diperlukan dalam upaya melakukan pencegahan secara dini terjadinya komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan thalasemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan orangtua tentang merawat anak thalasemia dengan ketepatan transfusi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan desain penelitian crossectional dimana didapatkan jumlah responden sebanyak 97 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan orangtua tentang perawatan anak thalasemia dengan ketepatan transfusi dengan nilai signifikan 0,000 (p value<0,05), dan orangtua dengan pengetahuan yang baik akan memiliki kecenderungan 5,595 kali melakukan transfusi dengan tepat waktu. Melihat hasil yang signifikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan orangtua tentang merawat anak thalasemia dengan ketepatan transfusi maka disarankan bahwa tenaga kesehatan secara kontinu melakukan penyuluhan untuk meningkatakn pengetahuan baik bagi orangtua maupun anak yang thalasemia.
PENGARUH POSISI HIGH FOWLER 60º DAN 30º TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI Toto Subiakto; Kusniawati Kusniawati
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 1 (2014): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.202 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i1.125

Abstract

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang bersifat kronis, tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa dikontrol oleh pola hidup sehat dan obat-obatan.Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan oksigenasi adalahmengatur posisi pasien hipertensi. Pengaturan posisi dapat membantuvenous return jantung optimal sehingga dapat membantu meningkatkan cardiac output.Desain penelitian quasi eksperiment dengan pendekatan pre dan post test. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi pengaruh posisi high fowler 600 dan 300 terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.Populasi adalah seluruh pasien hipertensi yang berobat di RSU Tangerang, jumlahsampel berjumlah 20 responden.Responden mendapat perlakuan posisi 60º dan 30º kemudian peneliti melihat perbedaan efektifitas terhadap tekanan darah pada subyek penelitian.Analisis statistik menggunakan dependent t test.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum perubahan posisi (supine) adalah 180,00 mmHg dengan standar deviasi 12,11 mmHg. Rata-rata tekanan darah sistolik posisi high fowler60º adalah 182,81 dengan standar deviasi 17,017 mmHg, rata-rata perbedaan sistolik supine dan sistolik posisi fowler60º adalah2,81 mmHg dengan standar deviasi 16,018 mmHg. Hasil uji statistik menunjukkantidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik supine dan posisi high fowler60º (p = 0,493).Hasil uji statistik tidak ada perbedaan bermakna antara rata-rata tekanan darah sistolik maupun diastolik antara pasien hipertensi pada posisi supine, fowler30º, dan high fowler60º.Pelayanan keperawatan di rumah sakit diharapkan dapat melakukan pengaturan posisihigh fowler60º dan fowler300pada pasien hipertensi dengan kondisi yang stabil.
HUBUNGAN KUALITAS ANTE NATAL CARE DENGAN PRAKTIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS DI RUANG WIJAYAKUSUMA RSUD SERANG TAHUN 2012 Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 1 No 1 (2014): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.706 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v1i1.126

Abstract

Praktek menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif saja, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar yang baik khususnya bagi ibu yang pertama kali melahirkan karena biasanya ibu melahirkan anak pertama tidak memiliki ketrampilan menyusui yang benar. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan “manusia baru” ini agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik bagi bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan Kualitas Ante natal care dengan praktik menyusui yang benar di Ruang Wijayakusuma RSUD Serang tahun 2012. Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu nifas yang dirawat di ruang Wijayakusuma RSUD Serang, dengan jumlah sampel sebanyak 177 ibu nifas diambil dengan cara asidental sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya ( 55,9 % ) responden kurang baik dalam melakukan praktik menyusui. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas ANC saat hamil, paritas ibu serta pengetahuan ibu tentang menyusui berhubungan dengan praktik menyusui yang benar. Sementara itu pendidikan ibu tidak berhubungan dengan praktik menyusui yang benar.Kualitas ante natal care dan paritas berhubungan dengan praktik menyusui yang benar. Ibu nifas dengan kualitas ante natal care yang kurang baik, memiliki peluang 5,389 kali untuk melakukan praktik menyusui yang kurang baik dibandingkan ibu nifas dengan kualitas ante natal care yang baik Perlunya petugas kesehatan untuk selalu memberikan penyuluhan tentang praktik menyusui yang benar pada setiap ibu hamil yang melakukan layanan ante natal maupun upaya promosi lainya seperti leaflet atau brosur yang dapat dipelajari ibu hamil.

Page 1 of 1 | Total Record : 6