cover
Contact Name
suhartini
Contact Email
tiensahmad1@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
direktorat@poltekkesbanten.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan)
ISSN : 23561718     EISSN : 26852195     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal ini menggambarkan Media informasi kesehatan scopenya meliputi; keperawatan, kebidanan, analis kesehatan.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2 No 1 (2015): April" : 10 Documents clear
UJI RESISTEN INSEKTISIDA MALATHION TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI DI KOTA TANGERANG Cecep Dani Sucipto; Kadar Kuswandi; Budi Siswanto
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.069 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.136

Abstract

Penggunaan insektisida untuk pengendalian vektor dalam skala luas secara terus menerus dalam jangka waktu cukup lama dan frekuensi tinggi dapat menimbulkan terjadinya penurunan kerentanan pada nyamuk sasaran. Mulai tahun 2003 malathion digunakan sebagai pengganti insektida peritroid dengan alasan insektisida tersebut berbeda golongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status kerentanan nyamuk Ae. aegypti di Kecamatan Neglasari kota Tangerang terhadap insektisida jenis malathion. Penelitian dilakukan secara eksperimen yaitu menentukan status kerentanan nyamuk Ae. aegypti dengan uji susceptibity terhadap insektisida malathion. Lokasi pengambilan sampel nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang meliputi kota Tangerang dimana wilayah tersebut telah dilakukan penyemprotan insektisida organofosfat dalam pemberantasan nyamuk DBD, dan kelompok pembanding nyamuk Ae. aegypti dari Laboratorium Parasitologi FK – UGM Yogyakarta yang belum terpapar insektisida. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut nyamuk Ae. aegypti belum mengalami resistensi di kelurahan Neglasari masih rentan terhadap insektisida malathion . Disarankan Perlu dilakukan monitoring terhadap penggunaan insektisida malathion, dengan memantau efektivitasnya terhadap nyamuk Ae. aegypti di lokasi tersebut, Malathion perlu di ganti dengan jenis lain dalam aplikasi thermal fogging, karena nyamuk Ae. aegypti di lokasi tersebut sudah resiten, Sebelum dilakukan thermal fogging dengan insektisida, sebaiknya dilakukan uji hayati nyamuk Ae. aegypti di lokasi tersebut terhadap insektisida yang akan digunakan, Penelitian lebih lanjut terhadap kelurahan yang belum diteliti, untuk memperoleh gambaran tentang status kerentanan/resistensi secara menyeluruh.
ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TAERHADAP KETEPATAN TRANSFUSI PADA ANAK DENGAN THALASEMIA β MAYOR DI RSU TANGERANG Ema Hikmah
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.274 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.137

Abstract

Komplikasi pada anak dengan thalassemia Beta Mayor dapat terjadi karena ketidaktepatan dalam melakukan transfusi. Ketepatan dalam melakukan transfusi dapat dipengaruhi oleh berbagai macam factor diantaranya adalah usia, jenis kelamin, pendidikan orangtua, pendapatan orangtua dan kadar Hb.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuifactor-faktor yang mempengaruhi terhadap ketepatan tranfusi anak dengan thalassemia.Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan design crossectional dengan jumlah responden sebanyak 98 orang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square dan regresi logistic. Faktor yang berhubungan dengan ketepatan tranfusi adalah pendidikan orangtua, pendapatan orangtua dan kadar Hb (α=0,05). Faktor yang paling berpengaruh adalah kadar Hb. Kadar Hb memungkinkan 83,5 kali berpengaruh terhadap ketepatan tranfusi setelah dikontrol pendidikan dan pendapatan orangtua. Petugas kesehatan sebaiknya selalu memberikan pendidikan kesehtan pada orangtua mengenai kadar Hb pretransfusi anak ≥7 gr/% Karen aberpengaruh terhadap ketepatan tranfusi.
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ADJIDARMO KABUPATEN LEBAK TAHUN 2013 Omo Sutomo; Kadar Kuswandi
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.451 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.138

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control bertujuan untuk memperoleh informasi tentang Factor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak periode Januari sampai dengan Desember 2013 berjumlah 4.328 orang ibu bersalin. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 1036 orang ibu bersalin yakni 518 kelompok kasus dan 518 kelompok control; dengan demikian pengambilan sampel ini dengan menggunakan perbandingan 1:1 tidak berpasangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah data skunder pada buku register ibu hamil di ruang bersalin, dengan menggunakan format pengumpulan data yang disesuaikan dengan variabel yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan perangkat komputer. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square Hasil analisis diperoleh bahwa kejadian ketuban pecah dini (KPD) dari seluruh ibu bersalin sebanyak 12,0%. Sebagian besar (55,2%) ibu bersalin berusia < 27 tahun, lebih dari separuh ibu bersalin (51,4%) memiliki paritas primipara, masih terdapat sebagian kecil ibu bersalin (10,4%) memiliki pekerjaan tetap, sebagian besar suami ibu bersalin (61,1%) bekerja sebagai buruh/tani/sopir/ojeg. Dari hsil analisis bivariat diperoleh bahwa variable umur dan paritas ibu memiliki hubungan bermakna dengan kejadian KPD; dengan masing-masing nilai p=0,000; sedangkan untuk variable umur kehamilan, pekerjaan ibu dan pekerjaan suami ibu tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian KPD; dengan masing-masing nilai p>0,05 (p > α). Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam membuat kebijakan terutama dalam pengelolan persalinan untuk mencegah terjadinya KPD. Disamping itu, perlu pula diamati hubungan trauma dengan kejadian KPD.
LITERATURE RIVIEW HUBUNGAN ANTARA PSIKOLOGI DAN SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER PAYUDARA Popy Irawati
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.712 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.139

Abstract

Kejadian sakit merupaka kejadian yang selalu dianggap buruk dan merugikan dalam mempertahakan kualitas hidup. Kebutuhan spiritual berhubungan dengan peningkatan kualitas hidup manusia yang merupakan tujuan penting dalam tatanan klinik (Balbony at all, 2007) Salah satu pemicu kejadian kanker adalah stress dan kecemasan yang terjadi dalam waktu yang lama, hal tersebut juga dapat memperberat penyakit yang telah terdiagnosis . makalah ini akan menelaah beberapa literature yang mengemukakan tentang penelitian yang dilakukan pada pasien kanker payudara tentang bagaimana peran psikologi dan spiritual terhadap perkembangan penyakit kanker, yang dilakukan pada saat diberikan terapi dan setelah selesai melaksanakan program terapi. Tujuan studi ini adalah menelaah literature untuk mengetahui hubungan antara psikologi dan spiritual dengan kualitas hidup pasien kanker payudara. Disain studi dalam penelitian ini adalah menggabungkan literature yang mempunyai arahan yang sama yang diunduh dari Cinahl dan Proquest untuk mempelajari hubungan antara psikologi dan spiritual dengan kualitas hidup pasien kanker payudara. Empat literature yang kami temukan terdiri dari 3 literature kuantitatif dan 1 literatur kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program MBSR secara significan dapat menurunkan tingkat stress pada penderita kanker payudara dengan nilai yang sinifikan pada kecemasan, takut kekambuhan dan tanda depresi. Factor spiritual dan religi merupakan factor yang sangat mendukung terhadap peningkatan kualitas hidup pasien dengan kanker payudara. Social support juga merupakan factor yang secara signifikan mendukung meningkatkan optimism yang pada akhirnya meningkatkan kulaitas hidup pasien dengan kanker payudara.
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD AJIDARMO KAB. LEBAK TAHUN 2013 Suhartini Suhartini
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.140

Abstract

Angka kematian ibu dan bayi di negara berkembang seperti Indonesia masih cukup tinggi, dan salah satu penyebabnya adalah Pre Eklampsia-Eklampsia, selain sepsis dan perdarahan. Data Medical Record RSUD Ajidarmo tahun 2014 di gambarkan bahwa, ibu hamil dengan eklampsia yang dirawat ruangan rawat inap kebidanan tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu ada 60 kasus eklampsia dan 1 kematian bayi (CFR 1,6%), namun faktor risiko yang menyebabkan kejadian eklampsia tersebut, sampai saat ini belum diketahui.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian eklampsia pada ibu bersalin yang dirawat di ruang kebidanan RSUD Adjidarmo tahun 2013 Metodologi penelitian ini dengan menggunakan desain kasus kontrol, dan populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang terdata pada register rawat inap dan rekam medik RSUD Adjidarmo, tahun 2013, Sampel penelitian ini adalah 54 orang ibu bersalin dengan eklampsia dan 54 orang ibu dengan persalinan normal dengan perbandingan 1:1, Total sampel 108 orang. tehnik pengambilan sampel pada kasus yaitu seluruh kasus eklampsia yang memenuhi kriteria insklusi dan ekslusi, pada kelompok kontrol dengan systematic random sampling. Penelitian dilaksanakan sejak Agustus sampai dengan November 2014 Hasil penelitian Masih ditemukan 36.3 % ibu melahirkan dengan usia muda (<20 tahun) dan usia tua (>35 tahun), pendidikan SLTP kebawah (69.4%), melahirkan anak pertama (primi) sebesar 75.9%, (19,4%) dengan riwayat hipertensi, usia kehamilan ≥37 minggu (74,1%). Ada hubungan bermakna antara usia ibu dengan dengan kejadian eklampsia OR sebesar 5,3, dengan paritas OR 5,7, riwayat penyakit OR 2,6, usia kehamilan OR 0,2, dan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian eklampsia. Dari hasil analisis faktor risiko eklampsia pada ibu bersalin di RSUD Adjidarmo , disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara usia ibu, paritas, riwayat penyakit sebelumnya dan usia kehamilan, namun pada penelitian ini faktor pendidikan tidak berhubungan, untuk itu dimohon agar RS dapat memberikan pelayanan dan penanganan terbaik kepada pasien eklampsia yang di rawat di RS Adjidarmo untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi melaului optimalisasi pelayanan dan peningkatan PKMRS terkait eklampsia di ruang rawat jalan/inap ibu dan bayi
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI USIA 4-6 BULAN DI PUSKESMAS RANGKASBITUNG KAB. LEBAK TAHUN 2014 Yayah Rokayah
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.374 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.141

Abstract

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir merupakan modal dasar dalam pembentukan manusia berkualitas, terutama pemberian ASI ekslusif yaitu pemberian ASI kepada bayi sejak lahir sampai dengan usia bayi 6 bulan. ASI merupakan makanan yang paling sempurna, karena kandungan gizi dalam ASI sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Analisis di 6 negara berkembang menunjukan ada perbedaan antara bayi yang mendapatkan ASI dengan yang tidak diberi ASI terhadap risiko kematian akibat penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang yang berhubungan dengan kelangsungan pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 4-6 bulan di Desa Rangkasbitung Barat Puskesmas Rangkasbitung. Metode yang digunakan adalah survei dengan pendekatan Cross sectional. Populasinya adalah semua ibu yang mempunyai bayi > 6 bulan yang sudah diberikan ASI ekslusif s.d 4 bulan yang tercatat di buku register ibu dan anak, Sampel yang diambil secara proporsif sebanyak 37 orang. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa variabel pengetahuan, pengalaman menyusui dan dukungan tenaga kesehatan mempunyai hubungan dengan kelangsungan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 4 sampai 6 bulan. sedangkan variable yang paling erat hubungannya dengan kelangsungan pemberian ASI ekslusif adalah dukungan tenaga kesehatan dengan α 0.004. berdasarkan hasil tersebut disarankan motivasi bidan lebih ditingkatkan lagi dalam memberikan penyuluhan maupun konseling sehingga pengetahuan ibu-ibu mengenai ASI ekslusif menjadi lebih baik.
ANALISIS EPIDEMIOLOGIA PENYAKIT DEMEM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN LEBAK 2011 – 2013 Ahmad Ahmad
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.805 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.142

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena jumlah penderitanya semakin meningkat dan wilayah terjangkitnya semakin meluas. Sejak Kasus demam berdarah dengue, pertama kali ditemukan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, sampai saat ini penyakit DBD di Indonesia belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Jumlah korban dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meluasnya daerah terjangkit yang hampir menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Keadaan yang sama juga terjadi di wilayah Propinsi Banten , termasuk di kabupaten Lebak data DBD pada tahun 2013 berjumlah 249 kasus kasus dan 5 kematian. Secara epidemiologis faktor risiko yang menjadi penyebab kejadian dimaksud sampai saat ini belum teranalisis secara baik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologis penyakit demam berdarah dengue di Kabupaten Lebak tahun 2011 – 2013.Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crossectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder tentang kejadian penyakit demam berdarah dengue yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak selama tahun 2011 – 2013. Hasil penelitian menunjukkan Kasus penyakit demam berdarah selama tahun 2011 – 2013 di Kabupaten Lebak sebanyak 648 kasus. Proporsi kejadian penyakit demam berdarah di Kabupaten Lebak tahun 2011 – 2013 relatif sama antara laki – laki dengan perempuan masing – masing 49.1 % dan 50,9 % , dengan usia terendah berusia 1 tahun dan tertinggi berusia 84 tahun. Penyakit demam berdarah rata – rata menyerang usia produktif setiap tahunnya dengan rentang usia antara 21 sampai 26 tahun. Penderita demam berdarah, sebagian besar (60 %) tinggal di daerah perkotaan, sementara sebagaian kecil lainnya tinggal di pedesaan. Penyakit ini sebagian besar menyerang penduduk di tiga kecamatan, sementara sebagian kecil lainnya tersebar di 25 kecamatan lainnya di Kabupaten Lebak.Penyakit demam berdarah di beberapa tempat di Kabupaten Lebak sudah termasuk penyakit endemic, karena penyakit ini selalu ditemukan setiap bulannya.Penyakit ini cenderung meningkat pada bulan Desember sampai dengan Pebruari setiap tahunnya. Rata – rata kematian akibat penyakit demam berdarah di Kabupaten Lebak dalam tiga tahun terakhir sebanyak 2 %, yang berarti setiap 100 penderita demam berdarah akan terjadi kematian 2 orang. Perlunya petugas kesehatan memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah kepada masyarakat khususnya di wilayah perkotaan Kabupaten Lebak mengingat penyakit ini sebagian besar diderita oleh masyarakat perkotaan Kabupaten Lebak. Selain itu, Keluarga dapat mengenali penyakit demam berdarah lebih dini, sehingga penangan penyakit ini semakin baik dan tingkat kematian akibat penyakit demam berdarah dapat ditekan.
PENGARUH PENGERINGAN PREPARAT BAKTERI TAHAN ASAM PADA INKUBATOR TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK Nining Kurniati; Shufiyani Shufiyani
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.773 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.143

Abstract

Target utama pengedalian penyakit tuberculosis paru (TB) adalah menemukan pasien TB menular (BTA positif) dan menyembuhkan penyakitnya. Dengan memprioritaskan pada penemuan pasien TB dengan BTA positif, maka laboratorium merupakan kunci utama dalam mendiagnosis pasien TB. Pemeriksaan mikroskopik sediaan dahak merupakan salah satu cara yang paling efisien untuk mengidentifikasi penderita TB. Penderita dengan sediaan positif, sepuluh kali lebih infeksius dibandingkan dengan penderita dengan sediaan negatif. (9)Berdasarkan hasil pemeriksaan data pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kultur maka didapatkan hasil penelitian sebagai berikut, 1)Tidak ada pengaruh pada pengeringan pada suhu kamar dan suhu inkubator. 2) Gambaran hasil preparat BTA pada pengeringan suhu 200 C (suhu kamar) dan suhu incubator (500 C, 600 C dan 700 C), untuk sampel positif 1 didapatkan hasil 100% hasil pemeriksaan mikroskopik positif 1, dan sampel positif 3 didapatkan hasil 100 % pemeriksaan mikrskop positif 3. 3)Gambaran stabilitas hasil preparat BTA pada pengeringan suhu 200 C (suhu kamar) dan suhu incubator (500 C, 600 C dan 700 C) selama 3 minggu 100% hasilnya sama menunjukan preparat tersebut stabil.
UJI DAYA HAMBAT AIR PERASAN DAUN KATUK TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI STREPTOCOCCUS PYOGENES SECARA INVITRO Ahmad Ahmad; Hanny Siti Nuraeni
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.695 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.144

Abstract

Penggunaan tanaman obat didasarkan pada kepercayaan dan pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi yang bersifat pengetahuan tradisional. Daun katuk (Sauropus androgunus) merupakan salah satu tanaman obat yang bersifat sebagai antikuman dan antiprotozoa karena mengandung zat aktif diantaranya flavonoid dan tanin. Telah dilakukan penelitian mengenai daya hambat air perasan daun katuk (Sauropus androgunus) terhadap bakteri Streptococcus pyogenes dengan variasi konsentrasi dan waktu kontak tertentu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa konsentrasi terendah air perasan daun katuk dalam menghambat Streptococcus pyogenes. Metode dalam penelitian ini adalah dilusi, yaitu variasi konsentrasi air perasan daun katuk sebanyak 5 mL dikontakkan dengan strain murni Streptococcus pyogenes sebanyak 0,1 mL dengan kerapatan 1,5x108/mL dengan variasi waktu kontak yang berbeda kemudian digores pada media Agar Darah (AD). Pengamatan dilakukan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes pada media AD. Uji penelitian menggunakan air perasan daun katuk dengan variasi konsentrasi 25%,50%, 75%, dan 100% dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit. Hasil Uji Penelitian pada air perasan daun katuk adalah hasilnya tidak dapat menghambat bakteri Streptococcus pyogenes pada konsentrasi 25%,50%, 75%, dan 100% dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit. Berdasarkan hal tersebut, maka uji penelitian menggunakan air perasan daun katuk dengan variasi konsentrasi 25%,50%, 75%, dan 100% dengan waktu kontak 30, 60 dan 90 menit. Kesimpulan penelitian ini adah air perasan daun katuk tidak menghambat Streptococcus pyogenes.
KAJIAN RETROSPEKTIF PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DAN CHIKUNGUNYA DI KOTA TANGERANG DALAM 10 TAHUN (2003-2013) Aminah Aminah; Makhabbah Jamilatun
Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan) Vol 2 No 1 (2015): April
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.208 KB) | DOI: 10.36743/medikes.v2i1.145

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya merupakan penyakit viral endemis bersumber nyamuk di Indonesia.Organisasi kesehatan dunia WHO tahun 2009 mengelompokkan demam berdarahmenjadi demam berdarah ringan dan tiga kriteria demam berdarah berat yaitu Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Sindrom Syok Dengue (SSD)[1]. Data sekunder berupa laporan kasus penyakit yang diterima/ditangani puskesmas dan laporan pemeriksaan laboratorium terkait DBD dan Chikungunya selama sepuluh tahun dikumpulkan dan disajikan secara deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan desain eksploratif pada kasusDBD-Chikungunya di Kota Tangerang tahun 2003-2013. Instrumen penelitian yang digunakan berupa buku bantu DBD yang dibuat oleh penanggung jawab Program pemberantasan DBD di Puskesmas Kota Tangerang tahun 2003-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Puskesmas yang ada di wilayah Kota Tangerang yang berjumlah 32 Puskesmas. Sampel dalam penelitian ini berjumlah tujuh Puskesmas yang terdiri dari dua Puskesmas dengan data lengkap mulai 2003 dan lima Puskesmas dengan data kurang lengkap. Pengumpulan data dilakukan secara langsung peneliti dengan menelaah catatan/data yang ada dalam buku bantu DBD di Puskesmas Kota Tangerang mulai tahun 2003 hingga 2013. Data yang dikumpulkan sesuai dengan variabel yang menjadi fokus penelitian yaitu data tentang kejadian DBD dan Chikungunya baik yang baru suspek maupun yang sudah dikonfirmasi.Data disalin dari buku bantu DBD ke dalam format digital untuk selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data menggunakan perangkat lunak dalam komputer. Dari hasil analisis yang dilakukan, berikut simpulan yang dapat ditarik: Pencatatan Kasus DBD-Chikungunya di Puskesmas belum tertata dengan baik dan belum seragam. Masih terjadi banyak kasus DBD-Chikungunya yang tercatat di Kota Tangerang. Rata-rata frekuensi DBD-Chikungunya tinggi terjadi pada dua trimester pertama. Perkembangan penyakit DBD-Chikungunya dari tahun ke tahun tidak seragam.

Page 1 of 1 | Total Record : 10