cover
Contact Name
Mashdar Jurnal
Contact Email
mashdarjurnal@uinib.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
novizalwendry@uinib.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
ISSN : 26851547     EISSN : 26851555     DOI : -
Core Subject : Religion,
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis adalah jurnal imiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Hadis Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang. Jurnal ini terbit pada bulan Juni dan Desember setiap tahun semenjak semenjak 2019. Fokus kajian jurnal ini berkaitan dengan kajian al-Qur’an dan Hadis dengan segala aspek berkaitan dengannya, seperti tafsir dan syarh dalam bentuk literatur, living di tengah masyarakat, manuscript, serta disiplin keilmuan lain yang berkaitan dengannya.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 2 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis" : 6 Documents clear
Metode Tematik Multidisipliner: Aplikasi Pada Tafsir Ekologi Berwawasan Gender Nur Arfiyah Febriani
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 1, No 2 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v1i2.1016

Abstract

Perkembangan metode tafsir al-Quran kontemporer semakin menggeliat seiring dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Metode tafsir maudu’i atau tematik misalnya, sejak diperkenalkan oleh al-Kumi dan dijelaskan sistematikanya oleh al-Farmawi, membawa kajian al-Quran semakin bervariasi, hasil kajiannya dianggap lebih mampu menjawab problematika sosial kontemporer. Gaya dari metode ini dimulai dari penelitian kajian kosa kata dalam al-Quran sampai kepada sebuah konsep yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dan diharapkan dapat membantu menciptakan al-sakīnah al-ijtimā’iyyah (kedamaian di tengah masyarakat). Namun demikian, metode ini kemudian juga ditantang harus mampu merespon dinamika sosial yang terkait dengan perkembangan sains kontemporer. Hal ini yang belum digagas sistematikanya dalam metode tafsir tematik.Oleh sebab itu, metode ini perlu dikembangkan, mengingat kajian tafsir tematik semakin diminati para peneliti dengan berbagai background keilmuan yang beragam. Metode tematik multidisipliner adalah metode yang penulis gagas dengan pemahaman bahwa: metode tafsir tematik yang membahas dan mengkaji objek dan mengakaitkannya dengan beberapa disiplin ilmu. Metode ini memiliki beberapa langkah yaitu: 1. Menentukan masalah yang akan diteliti; 2. Analisis kritis pendapat para ahli terkait permasalahan yang diangkat dari sisi ilmu naqliyah, ‘aqliyah, dan ‘amaliyah; 3. Melacak dan mengkoleksi ayat-ayat sesuai topik yang diangkat; 4. Menata ayat-ayat tersebut secara kronologis (sebab turunnya), mendahulukan ayat makiyah dari madaniyah dan jika ada disertai pembahasan tentang latar belakang turunnya ayat (dalam bentuk tabel); 5. Mengetahui korelasi (munāsabah) ayat-ayat tersebut; 6. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang sistematis (outline); 7. Analisis komparatif antara respon al-Quran dan hadis terhadap pendapat pro/kontra para saintis; 8. Menyimpulkanperspektif al-Quran dan hadis; 9.“Counter argument” dengan menawarkan konsep yang akomodatif, integratif dan solutif. Dalam contoh aplikasi metode ini, konsep yang ditemukan adalah bahwa: perspektif al-Qur’an mengenai ekologi berwawasan gender mengusung teori ekohumanis teosentris. Hal ini berdasarkan deskripsi al-Qur’an mengenai interkoneksi dan interaksi harmonis antara manusia dengan dirinya sendiri (ḥabl ma‘a nafsih), manusia dengan sesama manusia (ḥabl ma‘a ikhwānih), manusia dengan alam raya (ḥabl ma‘a bī’atih) dan manusia dengan Allah (ḥabl ma‘a Khāliqih), tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, dengan ditemukannya isyarat keseimbangan karakter feminin dan maskulin dalam setiap individu manusia, penulis ini berbeda pendapat dengan tokoh ekofeminis yang menganggap kerusakan lingkungan memiliki korelasi dengan sikap dominatif laki-laki terhadap perempuan. Dalam al-Qur’an, manusia secara umum dideskripsikan memiliki potensi yang sama dalam merusak sekaligus melakukan upaya konservasi lingkungan.
Kontekstualisasi Pemahaman Hadis tentang Keutamaan Membunuh Tokek Arif Budiman
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 1, No 2 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v1i2.985

Abstract

This article analyzes the hadith about the Prophet's order to kill a lizard. If at a glance, this hadist seems contradictory to Q.S: Al-A'raf: 56 that is the prohibition of damaging natural balance. In terms of the command to kill animals is one of the forms of devastation. Meanwhile, the facts of science show that lizards are useful in alternative medicine. Thus, the editor of hadist seems contrary to the verses of the Qur'an and scientific facts. The settlement is carried out by taking step of the research method of Thematic Hadist (maudhu'iy). The author compiles data from various canonical and non-canonical hadist book. As a result, it has three variants. First, it is explain the order of killing lizards. Second, it explains the quantity of reward for killing lizards (wazagh). Third, it contains information that lizards (wazagh) is a nasty animal, which means an animal that is bothersome and hostile to humans.The scholars of Hadist states this hadist can be practiced, because the law is suppressed by hadist’s validity of killing 5 nasty animals. However, a review of the health and medical aspects, it shows that the lizard is beneficial for curing certain diseases. If the lizard is killed with the reason that has been stated by the scholars that it is killed because the animal is in vain, then the understanding is no longer relevant in the present. So that, a more precise understanding is to look at the hadith's essential inspiration that the Prophet SAW states "killed" is the nature of wickedness, which is symbolized through the lizards.
Karakteristik Pemegang Amânah dalam Al-Qur’an Abdul Halim; Zulheldi Zulheldi; Sobhan Sobhan
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 1, No 2 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v1i2.919

Abstract

There are three important components in amâna. Of course amâna itself, giver and receiver or holder. Man is an ultimate receiver in amâna. However, not all can maintain and fulfill amâna but also a competent holder of amâna who have doing this. By using the maudhû’i method and content analysis approach, research on the story of the Prophet Josef, Moses and Thalut produced three classification of characteristics that must be owned by the holder of amâna, that is spiritual characteristics, operational characteristics and emotional characteristics. 
Daī’f al-Jāmi’: Menilik Konsistensi al-Albānī dalam Tashīh ad-Da’īf Miftahul Ghani; Edi Safri; Luqmanul Hakim
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 1, No 2 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v1i2.636

Abstract

Muhammad Nāsir ad-Dīn al-Albānī merupakan salah satu sarjana hadis yang dianggap kontroversial. Banyak ulama yang mengatakan bahwa penilaian-penilaiannya terhadap hadis tidak dapat diperpegangi. Hal ini dikarenakan adanya kontradiksi penilaian al-Albānī dalam banyak hadis. Dalam satu kasus ditemukan ia men-da’īf-kan suatu hadis, namun dalam karyanya yang lain hadis itu dinilainya hasan, atau bahkan sahīh, atau sebaliknya. Artikel ini berupaya mengungkap bagaimana konsistensi al-Albānī dalam kritik hadis, khususnya hadis-hadis yang telah direvisi penilaiannya oleh al-Albānī dari hadis yang awalnya ia hukumi dengan status da’īf kemudian diralat menjadi sahīh dalam karyanya Daī’f al-Jāmi’. Ditemukan bahwa dalam menerapkan konsep tashīh terhadap hadis-hadis yang telah di-da’īf -kan, tampaknya ia kurang konsisten. Berdasarkan penelitian ditemukan kasus al-Albānī men-sahīh-kan hadis yang telah dihukuminya dengan status da’īf jiddan (hadis matrūk dan hadis mungkar), dan hal itu bertentangan dengan metodenya yang menyatakan bahwa hadis da’īf tidak dapat dinaikkan derajatnya jika tingkat ke-da’īf -annya berat meskipun ditemukan riwayat-riwayat lain sebagai pendukung.
Interpretasi Semiotika Ferdinand De Saussure dalam Hadis Liwa dan Rayah M Dani Habibi
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 1, No 2 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v1i2.612

Abstract

This article is a study evaluating the Hadith interpretation in flag  Rayah and Liwa or the flag of monotheism. In Indonesia, an organization that uses the banner of Tawheed is the symbol of the organization Hizbut Tahriri Indonesia. There are two warana flag that is black and white. Each of these color marked Laa illaaha illaa Allah Muhammad Messenger of God and both have a different meaning. In the context of the history of Liwa and Rayah flag used by the Prophet Muhammad and the cultural context and Rayah Liwa flag is used to establish the Khilafah state. With the legitimacy that the flag is the monotheistic flag of the Ministry of Defense so that the Indonesian Hizb ut-Tahrir organization uses the flag as a manifestation of the Khilafah Islamiyah as an ideology in the government system. Hizbut Tahrir insists that the flag Liwa and Rayah not the flag but the flag of Islam. Semiotic analysis of Ferdinand de Saussure, With semiotikanya theory consisting of four concepts, but in this study the researchers only used two concepts is the first between signifiant and signifie and both concept langue and parole. As the shape of the object flag Hizbut Tahrir and hadith texts about liwa and Rayah become the object of focus in this study.
Editorial Introduction admin mashdar
Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis Vol 1, No 2 (2019): Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Hadis
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/mashdar.v1i2.1799

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 6