cover
Contact Name
Dr. Supian, S.Ag., M.Ag.
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltitian.fib@unja.ac.id
Editorial Address
Gedung G, LT. III, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi, Mendalo, Jambi
Location
Kota jambi,
Jambi
INDONESIA
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora
Published by Universitas Jambi
ISSN : 26153440     EISSN : 25977229     DOI : -
Titian merupakan jurnal ilmiah akademik dalam bidang kajian ilmu Humaniora (budaya) yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi. Penerbitan jurnal ini dimaksudkan untuk mempublikasikan berbagai artikel hasil penelitian, studi kepustakaan, studi lapangan, gagasan konseptual, kajian penerapan teori dalam bidang ilmu humaniora. Jurnal ini dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, Inggris, maupun Arab. Jurnal ini mengutamakan pendekatan lintas disiplin yang menggabungkan ilmu bahasa (linguistik), ilmu sastra (Daerah, Indonesia, Inggris, Arab), Sejarah, Arkeologi, Seni, Sosiologi, Antropologi, Etnografi dan Agama. Jurnal Titian terbit secara berkala dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember.
Articles 146 Documents
KEBERADAAN RAJA ALI HAJI PADA KARYA GURINDAM 12 DALAM MENJAGA KEPRIBADIAN MELALUI PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL Yundi fitrah
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.263 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3966

Abstract

Tujuan tulisan ini untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam Gurindam 12 karya Raja Ali Haji. Karya ini merupakan bagian dari khasanah sastra Melayu/Indonesia. Berbentuk puisi yang terdiri dua belas pasal/bait. Selain di Indonesia karya ini juga sersohor luas di Malaysia, Singapura, dan Brunai Darussalam, hingga Tailand bagian selatan. Puisi lama ini menanamkan berbagai nilai. Satu dari nilai tersebut adalah nilai-nilai moral; cinta kasih, tanggung jawab, menepati janji, bersabar, jujur, dan berilmu. Dan untuk memahaminya, mengunakan meode struktural. Membaca dan memahami karya tersebut dan menerapkan konsep nilai-nilai moral yang ternyata ada pada sruktur kata, larik, dan bait dalam Gurindam 12. Berdasarkan pembahasan ternyata nilai cinta kasih ditemukan pada pasal 6 dan 5. Nilai moral tanggung jawab pada pasal 3 dan 4. Nilai moral lainnya; menempati janji, bersikap sabar ada pada pasal 7 dan 11. Nilai moral jujur terdapat pada pasal 11. Manakala nilai moral agar seseorang menjadi orang yang berilmu ditemukan pada pasal 12 dan 5. The purpose of this article to describe the moral values ​​in couplets 12 works of Raja Ali Haji. This work is part of the repertoire of literary Malay / Indonesian. Shaped poem consists of twelve chapters / verses. In addition to this work in Indonesia sersohor also widespread in Malaysia, Singapore, and Brunei, to Tailand south.This long poem instill different values. One of those values ​​are moral; love, responsibility, keeping promises, be patient, honest, and knowledgeable. And to understand it, using structural meode. Read and understand the work and apply the concept of moral values ​​which turns out there on sruktur words, lines and stanzas in couplets 12.Based on the discussion turned out to be the value of love found in chapters 6 and 5. The value of moral responsibility in chapters 3 and 4. The other moral value; promise keeping, patient is in chapters 7 and 11. The honest moral values ​​contained in Article 11. When a person becomes a moral value that knowledgeable people are found in article 12 and 5.
BAHASA MARAH PEREMPUAN MINANG DITINJAU DARI FUNGSI HEMISFER OTAK Gusdi Sastra
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.734 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3967

Abstract

Bahasa dalam konsep neurologis merupakan keseluruhan dari ekspresi diri seseorang ketika ia harus berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan demikian bahasa bukan hanya sebatas verbal, nonverbal, dan kompetensi linguistik yang dimiliki oleh seorang individu saja, tetapi adalah produk reaktif dari milyaran jumlah sel-sel saraf di otak yang dipengaruhi oleh culture di mana individu tersebut berada. Bawaan genetis dan perlakuan terhadapnya membentuk kepribadian seorang individu sesuai jenis kelamin yang diciptakan olehNya, yaitu laki-laki dan perempuan. Masing-masingnya akan mengekspresikan diri dalam sistem sosial budaya. Tulisan ini membahas tentang bagaimana perempuan minang mengekspresikan diri melalui bahasa lisan yang digunakannya ketika dalam keadaan marah. Berdasarkan fungsi hemisfer otak, maka ditemukan perbedaan berbahasa seseorang, tidak saja antara jenis kelamin yang berbeda, tetapi juga disebabkan oleh lingkungan budaya yang membentuknya. Demikian juga dengan perempuan minang dalam berbahasa dipengaruhi oleh fungsi hemisfer otak yang membentuk kepribadiannya. Apabila fungsi emosional perempuan minang bekerja secara sempurna dengan kecerdasan yang dimilikinya--begitu sebaliknya, maka bahasa yang digunakan dalam keadaan marah dapat mencerminkan karakter dan latar sosial budaya yang membentuknya. Language in neurological concept is the whole of the expression of a person when he has to relate and communicate with others. Thus language is not merely verbal, nonverbal, and linguistic competence possessed by an individual alone, but is a reactive product of billions number of nerve cells in the brain that are affected by the culture in which the individual resides. Genetic inheritance and her treatment forming an individual's personality according sexes created by Him, ie male and female. Each will express themselves in the socio-cultural system.This paper discusses how women minang express themselves through spoken language he used when in anger. Based on the functions of the brain hemispheres, then found someone to speak differences, not only between the sexes, but also due to the cultural environment that shape it. Likewise, the Minang women in speaking affected by brain hemispheres functions that make up personality. If the emotional function of Minang women to work perfectly with its intelligence - and vice versa, the language spoken in anger can reflect the character and socio-cultural background that shape it.
DARI KOLONIALISME HINGGA RUANG DISPLAY: : Meninjau Museum Dari Kajian Poskolonial Asyhadi Mufsi Sadzali
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.58 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3968

Abstract

Perkembangan arkeologi di Indonesia dimulai pada awal abad ke-18 atas munculnya ketertarikan sekelompok masyarakat Eropa terhadap benda dan bangunan kuno yang ada di Indonesia. Dari kolonialisme kuno berubah jadi penjajahan ekonomi dan idiologi. Perubahan bentuk kapitalis kuno dengan kapitalis gaya baru yang intinya sama-sama menghisap dan selalu ada bangsa yang menjajah dan yang dijajah. Dari kolonialisme bahkan berlanjut hingga ke ruang display sebuah museum, diamana segala hal yang ditampilkan tidak terlepas dari aroma kolonialisme. Dimana politik adalah muatan utama yang disisipkan secara kasat mata. Bahkan bayang-bayang kolonialisme masih melekat dalam sistim birokrasi museum yang dengan sadar atau tidak hal ituterus berlangsung hingga kini. Seperti ada kecendrungan dan keyakinan dalam kerangka pikir masyarakat bekas jajahan, bahwa apa yang pernah ditawarkan dan dilakukan kolonial di masa lampau harus dipertahankan karena dianggap lebih baik dan moderen. The development of archeology in Indonesia began at the beginning of the 18th century for the emergence of interest in a group of European society against objects and ancient buildings in Indonesia. From ancient colonialism turned into economic colonization and ideology. The transformation of the ancient capitalist form with the new-style capitalists essentially both sucks and there is always a colonizing and colonized nation. From colonialism even continues up to the display space of a museum, where everything that is displayed can not be separated from the scent of colonialism. Where politics is the main content inserted visibly. Even the shadow of colonialism is still inherent in the museum bureaucratic system that consciously or not it continues to the present day. As there is a tendency and belief in the minds of former colonies, that what ever the colonial past offered and practiced must be defended because it was considered better and more modern.
PENGARUH KOLONISASI TERHADAP TERBENTUKNYA KELOMPOK KRIMINALITAS DI LAMPUNG Selfi Mahat Putri
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.426 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3969

Abstract

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui, bagaimana aksi-aksi kekerasan saat ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja yang biasanya selalu identik dengan tindakan kriminalnya, tetapi sudah merambat ke kota-kota kecil di daerah bahkan desa yang selalu dianggap kuat kearifan lokalnya. Salah satu tindakan kekerasan yang membuat kita tersadarkan lagi yaitu meletusnya konflik Mesuji-Lampung pada 10 November 2011 yang terkait masalah tanah antara warga dan perusahaan perkebunan. Konflik ini telah banyak memakan korban. Melihat sejarah masyarakat Lampung dan perkembangannya sekarang untuk mengetahui bagaimana mulai munculnya kriminalitas di Lampung. Sebab, Lampung selalu dicap daerah pemasok banyak penjahat yang tak hanya beraksi di Lampung tetapi juga di Luar Lampung yang terkenal berasal dari Jabung, Lampung Timur. Jabung telah dicap sebagai daerah ”hitam” yang menghasilkan pelaku kriminalitas. This study was conducted to determine how the violence is now not only in big cities are usually always synonymous with criminal action, but has spread to small towns in the area even village has always been considered a strong local wisdom. One act of violence that makes us awaken again that Mesuji-Lampung conflict erupted on November 10, 2011, which related to the problem of land between residents and plantation companies. This conflict has been a lot of casualties. Lampung look at the history and development community now to find out how to start the rise of criminality in Lampung. Because, Lampung always stamped region supplying many of the criminals who not only act in Lampung, Lampung, but also in the famous Outer derived from Jabung, East Lampung. Jabung has been labeled as an area of ​​"black" which resulted in the crimes committed
BIOGRAFI TUMENGGUNG TARIB (PEMIMPIN ORANG RIMBA DALAM MASA TRANSISI) amir Syarifuddin
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.579 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3970

Abstract

Penelitian ini menjelaskan tentang biografi dan proses perubahan pemimpin Orang Rimba di masa transisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tumenggung Tarib adalah anak dari Becandak dan Rumpun Sanggul. Tidak ada hal terkait dengan tanggal persalinan nya, karena dari anak-anak sampai dewasa menghabiskan hidupnya di hutan. Aktivitasnya berburu dan nomaden. Aktivitas tersebut ini adalah kebudayaan yang sangat tua, namun hidupnya menjadi berubah ketika ia menjadi Tumenggung. Penyebabnya karena perubahan pada awal tahun 1970, pemerintah Bukit Dua Belas telah menebang hutan. Selain juga beberapa faktor seperti faktor internal dan eksternal. Faktor internal ada niat dari Tumenggung Tarib untuk berubah dan faktor eksternal yang ada perubahan lingkungan dan juga kontak masyarakat. Yang terakhir adalah peran pemerintah melalui LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Dalam membantu dan melatih sumberdaya manusia rimba untuk hidup. Tumengung Tarib memiliki kepribadian terbuka dalam berpikir dan kooperatif yang membutuhkan pengetahuan. Sedangkan, efek terhadap rimba orang sangat penting. Hal ini dapat dilihat melalui agama dan kehidupan. This research was described about biography and the changing process of the leader of Orang Rimba in transition era. The result of the research show that Tumenggung Tarib is son of Becandak and Rumpun Sanggul. There is no exactly related to the date his birt, since she was child until adult he spend his life in the fores. His actifities were hunting and nomaden. This actifities were very old costome, yet his life became to change when he became Tumenggung. The change occors because in the early 1970, the invoverenment of Bukit Dua Belas have been barrens. Besides the are also some factors like internal and external factor. The internal factors there is the intention of Tumenggung Tarib himselft to change and the external factor are there is environment change and also his contact tooutside world. The last one is there is role troun government and NGO (Non Govermen Organization). In helping and training the human resourche of rimbas life. Tumengung Tarib has open minded personality and cooperative therefor it makes him essay. To adopted and equire need knowledge. Mean while, the effect toward rimba”s people is very signifikan. It can be seen trow such us in religion and life.
The influence of Arabic on Indonesian language Zainul Arifin
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.917 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3971

Abstract

the preparation of any educational material to teach Arabic to non-native speakers requires preliminary studies, Among the important studies is the study of the basic vocabularies, which will be based on the educational material, and this requires the preparation of lists of the influence of Arabic on Indonesian language, especially basic Arabic vocabulary andcommon Arabic vocabulary in loanwords between the languages ​​of these vocabularies. Some researchers have confirmed that this loanwords between the Arabic language and the student’s language facilitates easy input to teach Arabic in the first lessons.Rushdie Ahmed To'eima believes that start using this loanwords is harvested a lot of good. The use of these terms in the first lessons is acceptable input and educationally well but it does not prevent to use basic necessary vocabulary and common Arabiclater. Emphasizing the importance of studying the common Arabic words in the student’s language - or by the other Arab vocabulary borrowed in his own language -,symposium held in Rabat in March 1980 recommended when write books teaching Arabic for Speakers of Other Languages to choose the vocabulary and structures in the preparation of educational materials from loanwords between arabic and student’s language or languages that used in islamic countries.
TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA ARAB DALAM FILM ‘UMAR Aditya Rachman
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.324 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3972

Abstract

Penelitian ini adalah penelitian tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar dan mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktifnya. Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak dan mencatat tuturan-tuturan direktif yang terdapat dalam film ‘Umar. Pada tahap analisis data digunakan pendekatan pragmatik dengan metode kontekstual. Kemudian penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode informal. Hasil penelitian menunjukkan jenis tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar berjenis tindak tutur langsung dengan bentuk kalimat imperatif, tindak tutur tidak langsung dengan bentuk kalimat deklaratif dan kalimat interogatif, tindak tutur literal, dan tindak tutur tidak literal. Adapun fungsi tindak tutur direktif bahasa Arab dalam film ‘Umar yaitu: memerintah, melarang, meminta, menasihati, mengajak, mengharapkan, memperingatkan, menantang, dan mempersilakan.
KEBERADAAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASYARAKAT DESA SIMEGO, KECAMATAN PETUNGKRIYONO PEKALONGAN Abdul Rahman
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 1 (2017): September 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.518 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i1.3973

Abstract

Penulisan artikel ini berangkat dari pertanyaan bagaimana keberadaan nilai-nilai pancasila dalam kasus masyarakat Desa Simego. Desa Simego terletak dalam wilayah Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. Studi pada kasus dinamika masyarakat di Desa Simego ini menarik untuk diamati dalam kaitan letak wilayah desa Simego pada daerah perbukitan yang terletak pada ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut, tepatnya di sepanjang dataran tinggi Dieng. Nah, bagaimana nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara terinternalisasi dan berada dalam masyarakat desa Simego yang masih sangat minim akses transportasi, informasi dan teknologi. Kajian pada masyarakat desa Simego ini menggunakan kerangka konseptual Peter L. Berger dan Thomas Luckman tentang sosiologi pengetahuan dari suatu masyarakat, di sini ia menjelaskan tentang sosialisasi, internalisasi, dan eksternalisasi. Pada masyarakat desa Simego terlihat terjadi harmonisasi antara nilai-nilai pancasila yang bersifat ideal dengan nilai-nilai yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa Simego. The writing of this article departs from the question of how the existence of Pancasila values ​​in the case of Simego villagers. Simego village is located within the District of Petungkriyono, Pekalongan Regency, Central Java Province. The study in the case of community dynamics in Simego village is interesting to observe in terms of the location of Simego village on a hilly area located at an altitude of 1600 meters above sea level, precisely along the Dieng plateau. Well, how the values ​​of Pancasila as the basis of the state are internalized and are within the Simego village community that still lacks access to transportation, information and technology. This Simego village study uses the conceptual framework of Peter L. Berger and Thomas Luckman on the sociology of knowledge of a society, here it describes socialization, internalization, and externalization. In the Simego villagers there is a harmonization between idealistic values ​​of Pancasila and the values ​​that are actualized in the daily life of the Simego villagers.
PENGGUNAAN ISTILAH OLEH MASYARAKAT KERINCI DALAM BUDAYA AGRARIS BIDANG PERSAWAHAN: UPAYA PELESTARIAN BAHASA DAERAH MELAYU KERINCI Hadiyanto Hadiyanto; Sovia Wulandari
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 2 (2017): Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.023 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i2.4220

Abstract

Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah pentingnya untuk mendokumentasikan penggunaan istilah oleh masyarakat kerinci dalam budaya agraris bidang persawahan sebagai bentuk pelestarian bahasa daerah. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi, mengklasifikasi, dan mendeskripsikan bentuk penggunaan istilah oleh masyarakat kerinci dalam budaya agraris bidang persawahan sesuai dengan kelas kata. Metode atau pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang mengutamakan ketajaman analisis terhadap data.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat empat jenis kelas kata yang ada dalam penggunaan istilah oleh masyarakat melayu kerinci dalam bidang persawahan. Kelas kata tersebut yaitu nomina, verba, adjektiva, dan numeralia. Kata Kunci: istilah persawahan, budaya agraris, bahasa kerinci
FENOMENA TRADISI MINUM DAUN KAWO DI DESA UJUNG PASIR Mahdi Bahar; Denny Defrianti; Fatonah Fatonah
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 2 (2017): Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.169 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i2.4223

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data kualitatif melalui pendekatan fenomenologi, yaitu untuk mengetahui sejarah asal mula tradisi minum daun kawo dan sistrem sosial budaya masyarakat desa Ujung Pasir. Fokus penelitian ini adalah sejarah dan aktivitas kelompok tradisi minum daun kawo di desa Ujung pasir. Pemahaman tentang trasdisi minum daun kawo sebagai modal sosial budaya masyarakat desa Ujung pasir yang mengikat kekerabatan. Dengan menggunakan menggunakan metode deskriptif dalam ranah kebudayaan atau sosio kultural. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa masyarakat desa ujung Pasir sangat menjaga tradisi minum daun kawo ini. Aktivitas minum daun kawo yang dilakukan dengan sadar, dengan motif dan tujuan untuk menjaga hubungan kekerabatan dan aktivitas tradisi ini juga menjadi sarana komunikasi antar kerabat untuk mencapai tujuan bersama dan media proplem solving. Simpulannya, aktivitas tradisi minum daun kawo sebagai penguat dan perekat hubungan kekeluargaan dalam sarana komunikasi. Kata kunci: kopi daun, daun kawo, melayur, tradisi, desa Ujung Pasir, Kerinci, kekerabatan.

Page 1 of 15 | Total Record : 146