cover
Contact Name
Rizaldy Purnamo Pedju
Contact Email
-
Phone
+6282346016601
Journal Mail Official
jurnal.potretpemikiran@iain-manado.ac.id
Editorial Address
Jl. Dr. SH Sarundajang, Kawasan Lingkar I, Malendeng Manado Kode Pos 95128
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Potret Pemikiran
ISSN : 16931874     EISSN : 25280376     DOI : -
Potret Pemikiran terdaftar dengan nomor ISSN 1693-1874 (Cetak), ISSN 2528-0376 (Online) adalah jurnal peer-review yang diterbitkan dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Potret Pemikiran mulai menerbitkan artikel-artikel versi cetak pada tahun 2000. Potert Pemikiran adalah jurnal pertama di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Manado yang sekarang bertranformasi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado. Saat itu, Potret Pemikiran melingkupi cangkupan ilmu secara umum, yaitu ilmu politik, hukum, ekonomi, pendidikan, serta agama hingga tahun 2018. Sejak tahun 2019, Jurnal Potret Pemikiran fokus dan jangkauannya terkait Pemikiran Islam di bidang: Filsafat, Tasawuf, Politik Islam dan sosial Keagamaan, serta terjadi perubahan gaya selingkung yaitu menjadi APA 6th Edition (American Psychological Association).
Articles 106 Documents
ANALISA KONSEP UNIVERSALITAS NILAI ISLAM DAN PANCASILA (STUDI PEMIKIRAN YUDI LATIF) Rizaldy Purnomo Pedju
Potret Pemikiran Vol 23, No 2 (2019)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v23i2.995

Abstract

This article discusses the analysis of the universality concept of Islamic Values and Pancasila in yudi latif's discussion contained in his works. The successor to the Pancasila pride, was able to actualize Pancasila with historical and rational support, by not forgetting the religious, social, cultural and political values in the ideology of Pancasila. The concept of yudi latif in the presentation of his thoughts is able to bring precepts in Pancasila using Indonesian specialties, by providing historical space in the narrative that supports and does not eliminate religiosity, diversity, consultative democracy and social justice. The concept of universality in the values of Islam and Pancasila is expected to be able to dismiss the narratives of radicalism, islamophobia which is developed rapidly developed. This latif thought, is able to provide ontological, epistemological, and axiological understanding between Islam and Pancasila as we.ll as the two things that interrelated to one another.                                                             Keywords : Yudi Latif;  Analysis; Universality; Islamic Value; Pancasila Value Artikel ini membahas tentang analisa konsep universalitas Nilai Islam dan Pancasila dalam pemikiran Yudi Latif yang termaktub dalam karya-karyanya. Bapak penerus marwah Pancasila ini, mampu megaktualisasikan Pancasila dengan pendekatan historis dan rasional, dengan tidak melupakan nilai agama, sosial, budaya dan politik dalam pengalian ideologi Pancasila. Konsep yudi latif dalam penyajian pemikirannya mampu membawa sila per sila dalam Pancasila kedalam khasanah khas keindonesiaan, dengan memberikan ruang sejarah dalam narasi pemikirannya serta tidak melupakan unsur religiusitas, sebagaimana dalam pembahasan penulis bahwa nilai islam dan nilai Pancasila terkandung dalam Ketauhidan, Kemanusiaan Universal, Persatuan dalam Keragaman, Demokrasi Permusyawaratan serta Keadilan Sosial. Konsep universalitas nilai islam dan Pancasila diharapkan mampu menepis narasi-narasi radikalisme, islamophobia yang marak berkembang belakangan ini. Pemikiran yudi latif secara aktual, mampu memberikan integrasi pemahaman antara islam dan Pancasila secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis merupakan dua hal yang saling terhubung satu sama lainnya. Kata Kunci : Yudi Latif; Analisa; Universalitas; Nilai Islam; Nilai Pancasila
AKTIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN SANTRI YAYASAN AMAL SALEH AIR TAWAR BARAT KOTA PADANG Danil Folandra
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1045

Abstract

This article is motivated by the enthusiasm of students from public tertiary institutions in religious activities. The lack of religious knowledge provided by the campus encourages them to deepen their religion by joining a religious institution. This type of research is a qualitative (field research). The data collection method uses observation, interviews, and documentation techniques. The data is then analyzed by means of data reduction, data display, and conclusion drawing. In this study, it was found that the institution of the Yayasan Amal Saleh Foundation was born to foster a young generation of Islam influenced by the emergence of Islamic reform movements both in Indonesia and the world. The organization has a program of activities which are categorized as religious activities and social activities which are motivated by religious motivation and social motivation. Members of the organization who call themselves “santri” assume that although they come from public tertiary institutions, they position themselves as religious people (Islam) so that they are embedded in themselves that these activities have become responsibilities that must be carried out. Also, as a social creature, the act of helping one another also becomes a necessity.Keywords: Yayasan Amal Saleh; Social Religion; Students; SantriArtikel ini dilatarbelakangi oleh semangat mahasiswa dari perguruan tinggi umum dalam kegiatan keagamaan. Minimnya ilmu agama yang diberikan oleh kampus menjadi pendorong mereka untuk lebih memperdalam agama dengan bergabung kepada sebuah lembaga keagamaan. Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan cara reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Dalam studi ini ditemukan bahwa lembaga Yayasan Amal Saleh ini lahir dalam rangka membina generasi muda Islam yang dipengaruhi oleh munculnya gerakan pembaharuan Islam baik di Indonesia maupun dunia. Organisasi tersebut memiliki program kegiatan yang dikategorikan kepada kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial yang didorong oleh motivasi agama dan motivasi sosial. Anggota organisasi yang menyebut dirinya sebagai santri ini beranggapan bahwa walaupun berasal dari perguruan tinggi umum tapi mereka memposisikan diri sebagai umat beragama (Islam) sehingga tertanam pada diri bahwa kegiatan tersebut sudah menjadi tanggung jawab yang harus diemban. Selain itu, sebagai makhluk sosial tindakan saling menolong juga menjadi suatu keharusan.Kata kunci: Yayasan Amal Saleh; Sosial Keagamaan; Mahasiswa; Santri
AKTIVITAS SOSIAL KEAGAMAAN SANTRI YAYASAN AMAL SALEH AIR TAWAR BARAT KOTA PADANG Folandra, Danil
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1045

Abstract

This article is motivated by the enthusiasm of students from public tertiary institutions in religious activities. The lack of religious knowledge provided by the campus encourages them to deepen their religion by joining a religious institution. This type of research is a qualitative (field research). The data collection method uses observation, interviews, and documentation techniques. The data is then analyzed by means of data reduction, data display, and conclusion drawing. In this study, it was found that the institution of the Yayasan Amal Saleh Foundation was born to foster a young generation of Islam influenced by the emergence of Islamic reform movements both in Indonesia and the world. The organization has a program of activities which are categorized as religious activities and social activities which are motivated by religious motivation and social motivation. Members of the organization who call themselves “santri” assume that although they come from public tertiary institutions, they position themselves as religious people (Islam) so that they are embedded in themselves that these activities have become responsibilities that must be carried out. Also, as a social creature, the act of helping one another also becomes a necessity.Keywords: Yayasan Amal Saleh; Social Religion; Students; SantriArtikel ini dilatarbelakangi oleh semangat mahasiswa dari perguruan tinggi umum dalam kegiatan keagamaan. Minimnya ilmu agama yang diberikan oleh kampus menjadi pendorong mereka untuk lebih memperdalam agama dengan bergabung kepada sebuah lembaga keagamaan. Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yang bersifat kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data kemudian dianalisis dengan cara reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Dalam studi ini ditemukan bahwa lembaga Yayasan Amal Saleh ini lahir dalam rangka membina generasi muda Islam yang dipengaruhi oleh munculnya gerakan pembaharuan Islam baik di Indonesia maupun dunia. Organisasi tersebut memiliki program kegiatan yang dikategorikan kepada kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial yang didorong oleh motivasi agama dan motivasi sosial. Anggota organisasi yang menyebut dirinya sebagai santri ini beranggapan bahwa walaupun berasal dari perguruan tinggi umum tapi mereka memposisikan diri sebagai umat beragama (Islam) sehingga tertanam pada diri bahwa kegiatan tersebut sudah menjadi tanggung jawab yang harus diemban. Selain itu, sebagai makhluk sosial tindakan saling menolong juga menjadi suatu keharusan.Kata kunci: Yayasan Amal Saleh; Sosial Keagamaan; Mahasiswa; Santri
MUSLIM JAWA : MASJID, KERATON DAN PASAR Almunauwar Bin Rusli; Ishak Talibo
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1055

Abstract

This article will look at how the perception of Javanese Muslims in Yogyakarta on Masjid, keraton, and market. This article employs a qualitative descriptive method with a sociological approach. Participatory observations, in-depth interviews, and literature studies were conducted at Malioboro. The result of the research shows that Javanese Muslims in Yogyakarta perceive the Muttaqin Mosque as a moral-spiritual symbol, the Keraton Yogyakarta as a cultural-political symbol and the Beringharjo market as a socio-economic symbol. In summary, Javanese Muslim perceptions above are constructed by five factors that: Alon-alon waton kelakon, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih rame ing gawe banter tan mbancengi dhuwur tan ngungkuli, mangan ora mangan asal ngumpul and tuna satak, bathi sanak.Keywords: Javanese Muslim; Masjid; Keraton; MarketPenelitian ini akan melihat bagaimana persepsi Muslim Jawa di Yogyakarta tentang  masjid, keraton dan pasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologis. Pengamatan partisipatif, wawancara mendalam dan studi literatur dilakukan di Malioboro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Muslim Jawa di Yogyakarta mempersepsikan Masjid Muttaqin sebagai simbol moral-spiritual, Keraton Yogyakarta sebagai simbol budaya-politik dan pasar Beringharjo sebagai simbol sosial-ekonomi. Kesimpulannya, persepsi Muslim Jawa di atas dikonstruksi oleh lima faktor yaitu alon-alon waton kelakon, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih naik gawe banter tan mbancengi dhuwur tan ngungkuli, mangan ora mangan asal ngumpul dan tuna satak, bathi sanak Kata Kunci: Muslim Jawa; Masjid; Keraton; Pasar
MUSLIM JAWA : MASJID, KERATON DAN PASAR Rusli, Almunauwar Bin; Talibo, Ishak
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1055

Abstract

This article will look at how the perception of Javanese Muslims in Yogyakarta on Masjid, keraton, and market. This article employs a qualitative descriptive method with a sociological approach. Participatory observations, in-depth interviews, and literature studies were conducted at Malioboro. The result of the research shows that Javanese Muslims in Yogyakarta perceive the Muttaqin Mosque as a moral-spiritual symbol, the Keraton Yogyakarta as a cultural-political symbol and the Beringharjo market as a socio-economic symbol. In summary, Javanese Muslim perceptions above are constructed by five factors that: Alon-alon waton kelakon, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih rame ing gawe banter tan mbancengi dhuwur tan ngungkuli, mangan ora mangan asal ngumpul and tuna satak, bathi sanak.Keywords: Javanese Muslim; Masjid; Keraton; MarketPenelitian ini akan melihat bagaimana persepsi Muslim Jawa di Yogyakarta tentang  masjid, keraton dan pasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologis. Pengamatan partisipatif, wawancara mendalam dan studi literatur dilakukan di Malioboro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Muslim Jawa di Yogyakarta mempersepsikan Masjid Muttaqin sebagai simbol moral-spiritual, Keraton Yogyakarta sebagai simbol budaya-politik dan pasar Beringharjo sebagai simbol sosial-ekonomi. Kesimpulannya, persepsi Muslim Jawa di atas dikonstruksi oleh lima faktor yaitu alon-alon waton kelakon, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih naik gawe banter tan mbancengi dhuwur tan ngungkuli, mangan ora mangan asal ngumpul dan tuna satak, bathi sanak Kata Kunci: Muslim Jawa; Masjid; Keraton; Pasar
CULTURAL EDUCATION AS AN EFFORT TO PREVENT RELIGIOUS-BASED RADICALISM ON SOCIAL MEDIA IN INDONESIA Anwar Hafidzi
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1116

Abstract

This research begins with an understanding of the endemic radicalism of society, not only of the real world, but also of various online social media. This study showed that the avoidance of online radicalism can be stopped as soon as possible by accusing those influenced by the radical radicality of a secular religious approach. The methods used must be assisted in order to achieve balanced understanding (wasathiyah) under the different environmental conditions of the culture through recognizing the meaning of religion. The research tool used is primarily library work and the journal writings by Abu Rokhmad, a terrorist and radicalise specialist. The results of this study are that an approach that supports inclusive ism will avoid the awareness of radicalization through a heart-to-heart approach. This study also shows that radical actors will never cease to argue dramatically until they are able to grasp different views from Islamic law, culture, and families.Keywords: radicalism, deradicalization, multiculturalism, culture, religion, moderate.Penelitian ini berawal dari paham radikalisme yang telah mewabah di masyarakat, bukan hanya di dunia nyata, bahkan sudah menyusup di berbagai media sosial online. Penelitian ini menemukan bahwa cara menangkal radikalisme online dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin melalui pendekatan konseling religius multikultural terhadap mereka yang terkena paham radikal radikal. Diantara teknik yang digunakan adalah melalui pemahaman tentang konsep agama juga perlu digalakkan agar memunculkan pemahaman yang moderat (wasathiyah) diberbagai keadaan lingkungan masyarakat. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah library research dengan sumber utama adalah karya dan jurnal karya Abu Rokhmad seorang pakar dalam masalah terorisme dan radikalisme. Temuan penelitian ini adalah paham radikalisasi itu dapat dihentikan dengan pendekatan hati ke hati dengan mengedepankan budaya yang multikultural. Kajian ini juga membuktikan bahwa pelaku paham radikal tidak akan pernah berhenti memberikan argumen radikal kecuali mampu memahami perbedaan pendapat yang bersumber dari syariat Islam, lingkungan sosial, dan keluarga.Kata kunci: radikalisme, deradikalisasi, multikultural, budaya, agama, moderat.
CULTURAL EDUCATION AS AN EFFORT TO PREVENT RELIGIOUS-BASED RADICALISM ON SOCIAL MEDIA IN INDONESIA Hafidzi, Anwar
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1116

Abstract

This research begins with an understanding of the endemic radicalism of society, not only of the real world, but also of various online social media. This study showed that the avoidance of online radicalism can be stopped as soon as possible by accusing those influenced by the radical radicality of a secular religious approach. The methods used must be assisted in order to achieve balanced understanding (wasathiyah) under the different environmental conditions of the culture through recognizing the meaning of religion. The research tool used is primarily library work and the journal writings by Abu Rokhmad, a terrorist and radicalise specialist. The results of this study are that an approach that supports inclusive ism will avoid the awareness of radicalization through a heart-to-heart approach. This study also shows that radical actors will never cease to argue dramatically until they are able to grasp different views from Islamic law, culture, and families.Keywords: radicalism, deradicalization, multiculturalism, culture, religion, moderate.Penelitian ini berawal dari paham radikalisme yang telah mewabah di masyarakat, bukan hanya di dunia nyata, bahkan sudah menyusup di berbagai media sosial online. Penelitian ini menemukan bahwa cara menangkal radikalisme online dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin melalui pendekatan konseling religius multikultural terhadap mereka yang terkena paham radikal radikal. Diantara teknik yang digunakan adalah melalui pemahaman tentang konsep agama juga perlu digalakkan agar memunculkan pemahaman yang moderat (wasathiyah) diberbagai keadaan lingkungan masyarakat. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah library research dengan sumber utama adalah karya dan jurnal karya Abu Rokhmad seorang pakar dalam masalah terorisme dan radikalisme. Temuan penelitian ini adalah paham radikalisasi itu dapat dihentikan dengan pendekatan hati ke hati dengan mengedepankan budaya yang multikultural. Kajian ini juga membuktikan bahwa pelaku paham radikal tidak akan pernah berhenti memberikan argumen radikal kecuali mampu memahami perbedaan pendapat yang bersumber dari syariat Islam, lingkungan sosial, dan keluarga.Kata kunci: radikalisme, deradikalisasi, multikultural, budaya, agama, moderat.
FILSAFAT AKHLAK DALAM KONTEKS PEMIKIRAN ETIKA MODEREN Ishak Talibo; Faradila Hasan
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1006

Abstract

This article discusses moral philosophy in the context of modern ethical thought. The currents that the authors mean are various ethical value systems introduced by several critical thinkers who have long colored the world from the Greek era to our present time. The method used in this research is library research. Greek philosophers perceive morals as something that is fitri, which will exist with the existence of man himself from the results he obtained based on pure logic without undergoing change and is permanent because it has been owned since birth. But in general, they do not have a standardized agreement because they are extracted based on the power of thought related to the conditions of their residence and experience. Muslim philosophers perceive that morals are basic traits that are firmly planted and color the behavior of a person with these basic qualities and then spontaneous treatment appears without going through thought or prolonged consideration.Keywords: Philosophy; Morality; modern ethics. Artikel ini membahas filsafat akhlak dalam konteks pemikiran etika moderen. Arus yang penulis maksudkan adalah berbagai sistem nilai etika yang diperkenalkan oleh beberapa tokoh pemikir kritis yang sudah sejak lama mewarnai dunia mulai zaman Yunani sampai pada masa kita sekarang ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research. Filosof Yunani mempersepsikan akhlak sebagai sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri dari hasil yang di dapatnya berdasar logika murni tanpa mengalami perubahan dan bersifat tetap karena telah dimiliki sejak lahir. Namun secara umum mereka belum memiliki ukuran kesepakatan yang baku karena di gali berdasarkan kekuatan pikir terkait dengan kondisi tempta tinggal serta pengalaman mereka. Filosof Muslim mempersepsikan bahwa akhlak merupakan sifat-sifat dasar yang tertanam kokoh dan mewarnai tingkah laku seseorang dengan sifat-sifat dasar tersebut kemudian muncul perlakuan spontan tanpa melalui pemikiran atau pertimbangan yang berkepanjangan.Kata kunci: Filsafat; Akhlak; etika modern.
FILSAFAT AKHLAK DALAM KONTEKS PEMIKIRAN ETIKA MODEREN Talibo, Ishak; Hasan, Faradila
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1006

Abstract

This article discusses moral philosophy in the context of modern ethical thought. The currents that the authors mean are various ethical value systems introduced by several critical thinkers who have long colored the world from the Greek era to our present time. The method used in this research is library research. Greek philosophers perceive morals as something that is fitri, which will exist with the existence of man himself from the results he obtained based on pure logic without undergoing change and is permanent because it has been owned since birth. But in general, they do not have a standardized agreement because they are extracted based on the power of thought related to the conditions of their residence and experience. Muslim philosophers perceive that morals are basic traits that are firmly planted and color the behavior of a person with these basic qualities and then spontaneous treatment appears without going through thought or prolonged consideration.Keywords: Philosophy; Morality; modern ethics. Artikel ini membahas filsafat akhlak dalam konteks pemikiran etika moderen. Arus yang penulis maksudkan adalah berbagai sistem nilai etika yang diperkenalkan oleh beberapa tokoh pemikir kritis yang sudah sejak lama mewarnai dunia mulai zaman Yunani sampai pada masa kita sekarang ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research. Filosof Yunani mempersepsikan akhlak sebagai sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri dari hasil yang di dapatnya berdasar logika murni tanpa mengalami perubahan dan bersifat tetap karena telah dimiliki sejak lahir. Namun secara umum mereka belum memiliki ukuran kesepakatan yang baku karena di gali berdasarkan kekuatan pikir terkait dengan kondisi tempta tinggal serta pengalaman mereka. Filosof Muslim mempersepsikan bahwa akhlak merupakan sifat-sifat dasar yang tertanam kokoh dan mewarnai tingkah laku seseorang dengan sifat-sifat dasar tersebut kemudian muncul perlakuan spontan tanpa melalui pemikiran atau pertimbangan yang berkepanjangan.Kata kunci: Filsafat; Akhlak; etika modern.
PENGUATAN KELEMBAGAAN PESANTREN DI PROVINSI BENGKULU (Analisis Partisipasi Dan Kontribusi Masyarakat) Qolbi Khoiri
Potret Pemikiran Vol 24, No 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/pp.v24i1.1041

Abstract

This research starts with the phenomenon of pesantren that grows and develops in the midst of society, especially Bengkulu province. The existence of the pesantren is managed independently by the community. With regard to this matter, it is important to examine the community's participation and contribution in the context of strengthening the existing pesantren institutions. This research was conducted using qualitative research, where the source of the research consisted of leaders of pesantren, teachers, and students. Data is processed in several stages, namely tabulation, coding, and conclusion analysis based on needs by referring to the research problem. The results showed that pesantren in Bengkulu Province involved the community in various activities, such activities were in the form of routine programs and programs that were carried out regularly. The leadership of the pesantren also involves the community in the form of material contributions, this is to support the funding of the pesantren management and in order to complete the pesantren's facilities and infrastructure. The pesantren that carried out the participation and contribution models were the Hidyatullah Islamic Boarding School in Bengkulu City, Bengkulu City Pancasila Boarding School, South Bengkulu Alquraniyah Boarding School, South Bengkulu Makrifatul Ilmi Islamic Boarding School, Raudah Seluma Boarding School, and Jaal Haq Boarding School in Bengkulu City, dus Hasanah Islamic Boarding School in Central Of Bengkulu.Keywords: Strengthening Pesantren Institutions; Participation; Contributions; SocietyPenelitian ini berangkat dari fenomena pesantren yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat khususnya provinsi Bengkulu. Keberadaan pesantren tersebut dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Berkenan dengan hal tersebut, maka penting untuk diteliti mengenai bagaimana partisipasi dan kontribusi masyarakat dalam rangka penguatan kelembagaan pesantren yang ada. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif, dimana sumber penelitian terdiri dari pimpinan pesantren, pengajar dan santri. Data diolah dengan beberapa tahapan, yaitu tabulasi, koding dan analisis simpulan berdasarkan kebutuhan dengan merujuk pada masalah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pesantren yang ada di Provinsi Bengkulu melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatannya, kegiatan tersebut dalam bentuk program rutin dan program yang dilakukan secara berkala. Pimpinan pesantren juga melibatkan masyarakat dalam bentuk kontribusi materi, hal ini guna menopang pembiayaan pengelolaan pesantren dan dalam rangka melengkapi sarana dan prasarana Pesantren. Adapun pesantren yang melakukan model partisipasi dan kontribusi tersebut adalah Pesantren Hidyatullah Kota Bengkulu, Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, Pesantren Alquraniyah Bengkulu Selatan, Pesantren Makrifatul Ilmi Bengkulu Selatan, Pesantren Raudah Seluma, dan Pesantren Jaal Haq Kota Bengkulu serta Pesantren Hasanah bengkulu Tengah. Kata kunci: Penguatan Kelembagaan Pesantren; Partisipasi, Kontribusi; Masyarakat

Page 6 of 11 | Total Record : 106