cover
Contact Name
Elsi Dwi Hapsari
Contact Email
elsidhapsari2@gmail.com
Phone
+6287839259788
Journal Mail Official
elsidhapsari2@gmail.com
Editorial Address
Sekretariat DPP PPNI Graha PPNI Jl. Lenteng Agung Raya No 64, Kec. Jagakarsa, RT 006 RW O8, Jakarta Selatan
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)
ISSN : 25031376     EISSN : 25498576     DOI : http://dx.doi.org/10.32419/jppni.v4i3
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) merupakan jurnal resmi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia ini merupakan jurnal dengan peer-review yang diterbitkan secara berkala setiap 4 bulan sekali (April, Agustus, Desember), berfokus pada pengembangan keperawatan di Indonesia. Tujuan diterbitkan JPPNI adalah untuk mewujudkan keperawatan sebagai suatu profesi yang ditandai oleh kegiatan ilmiah yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh perawat di Indonesia, dikomunikasikan melalui media jurnal yang dikelola oleh organisasi profesi, dan didistribusikan ke kalangan perawat, pemangku kepentingan, dan masyarakat.
Articles 166 Documents
Hubungan Waktu Tunggu Pindah (Boarding Time) Pasien Trauma Level 1 dan 2 dengan Kejadian Kematian DI IGD RSUP SANGLAH DENPASAR Ngakan Nyoman Rai Bawa; I Dewa Agung Ketut Sudarsana; Made Duita
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.588 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i1.174

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Pelayanan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan di dalam pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pelayanan di IGD dapat terhambat jika kondisi di dalam IGD penuh dengan pasien yang disebabkan oleh tidak sesuainya jumlah pasien yang berkunjung ke IGD dengan tempat tidur yang ada di IGD dan ruang rawat inap penuh. Hal tersebut dapat mengakibatkan waktu tunggu pasien yang lama untuk pindah ke ruangan yang berdampak terhadap keselamatan dan nyawa pasien itu sendiri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan waktu tunggu pindah (boarding time) pasien trauma level 1 dan 2 dengan kejadian kematian. Metode: Penelitian ini merupakan non– eksperimen, dengan rancangan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan cara non probability sampling yaitu consecutive sampling, sebanyak 41 orang. Instrumen yang digunakan lembar observasi dan rekam medik pasien. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Hasil analisis dapat diperoleh nilai α=0,021, X2 =5,331 dan odds ratio 4,571. Ada hubungan waktu tunggu pindah (boarding time) pasien trauma level 1 dan 2 dengan kejadian kematian dengan arah korelasi positif dan memiliki risiko kematian 4,571 lipat, sekurang-kurangnya memiliki risiko kematian sebesar 1,089 kali lipat dan paling besar berisiko kematian sebesar 17,157 kali lipat. Kesimpulan: Banyak faktor yang menyebabkan kematian pasien di IGD, salah satunya adalah waktu tunggu (boarding time) pasien yang terlalu lama.Kata kunci: IGD, waktu tunggu pindah (boarding time), kejadian kematianThe Correlation of Boarding Time of Trauma Patient Level 1 and 2 with Mortality Event in Emergency Department Sanglah Hospital DenpasarABSTRACTBackground: Rapid and effective response are highly demand in the Emergency Department. Delayed emergency services may happen if the patients’ occupancy is full, it occurred due to amount of patients are higher than the beds available in the emergency room and in wards. Thus, it may lead to longer time needed for patients movement to ward (boarding time) effecting the patient’s safety nevertheless threatening the patient’s life itself. Objective: The purpose of this study was to determine the correlation between boarding time of trauma patient level 1 and 2 with mortality event. Method: This study was non–exsperimen, observasional analitik design with cross sectional approach. Sampling technique used non-probability sampling with consecutive sampling, as many as 41 people. The instrument used was an observation and the patient medical record. Data analysis was done using Chi-Square test. Results: Results of analysis can be obtained by value α=0,021 and X2 =5,331 and odds ratio 4,571. There is a correlation between Boarding time of trauma patient level 1 and 2 with mortality event with positive correlation direction with risk of mortality 4,571, odds ratio lower bound mortality risk 1,089 and upper bound 17,157. Conclusion: There was many factors that caused death in Emergency Departement one of them was too long boarding time patient.Keywords: emergency department, boarding time, mortality event
LIFE EXPERIENCE USIA SUBUR YANG AKTIF SECARA SEKSUAL DALAM PENGGUNAAN KONTRASEPSI DI YOGYAKARTA Rizky Junitasari; Elsi Dwi Hapsari; Wiwin Lismidiati
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.783 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i1.13

Abstract

"> ABSTRAKTujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran life experience usiasubur khususnya remaja yang aktif secara seksual dalam penggunaan kontrasepsi di Yogyakarta.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini dipilih denganmenggunakan metode snowball sampling. Sebanyak lima informan berpartisipasi dalam penelitianini. Wawancara dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai Juni 201 4. Analisis data yang digunakanmengikuti langkah-langkah dari Colaizzi. Hasil: Seluruh informan berjenis kelamin laki-laki, dengankisaran usia 17–20 tahun sebanyak tiga orang dan usia >20 tahun sebanyak dua orang. Empatinforman pernah menerima informasi berkaitan dengan kesehatan reproduksi, dan paling banyakmereka dapatkan dari petugas kesehatan. Diskusi: Wawancara yang dilakukan menghasilkan enamtema utama: 1) Frekuensi dan kejadian hubungan seksual, 2) Pasangan seksual saat melakukanhubungan seksual, 3) Faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam melakukan hubunganseksual, 4) Efek yang dirasakan setelah melakukan hubungan seksual, 5) Efek materi kesehatanreproduksi terhadap keinginan melakukan hubungan seksual, 6) Kondom sebagai alat kontrasepsiutama yang digunakan saat melakukan hubungan seksual. Simpulan: Gambaran dari usia suburkhususnya remaja yang melakukan hubungan seksual aktif ternyata mereka telah menggunakankontrasepsi saat melakukan hubungan seksual, dengan kondom sebagai alat kontrasepsi utamayang digunakan.Kata Kunci: life experience, remaja, seksual aktif, kontrasepsi.ABSTRACTObjective: This study aimed to describe life experience of adolescents in reproductive age thatwere sexually active in using contraception in Yogyakarta. Methods: It was a qualitative researchwith phenomenological approach. Informants were selected using snowball sampling. Fiveinformants participated in the study. The interview was conducted in May 2014 to June 2014.Data were analyzed with using steps suggested by Colaizzi. Results: All participants were maleadolescent; three of them were between 17-20 years old and two of them more than 20 yearsold. Most informants had received information related to reproductive health, mostly received fromhealth workers. Discussion: Six major themes were found: 1) Frequency and incidence of sexualintercourse, 2) sexual partner during sexual intercourse, 3) Internal and external factors in fl uencingsexual intercourse, 4) Effects felt after having sexual intercourse, 5) Effects of reproductive healtheducation on the desire of sexual intercourse, 6) Condoms as primary contraception used duringsexual intercourse. Conclusion: Sexually active, adolescents have used contraceptives when theyhave sexual intercourse with condoms as the primary contraceptive.Keywords: life experience, adolescents, sexually active, contraceptives.
STRES DAN STRATEGI KOPING ANAK JALANAN DI KOTA DEPOK Berliana -; Ice Yulia Wardani
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.685 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v2i2.88

Abstract

ABSTRAKArus urbanisasi dan kemiskinan membuat fenomena anak jalanan meningkat. Banyak stresor yang membuat anak mengalami stres sehingga membutuhkan suatu strategi untuk mengatasinya. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik, tingkatan stres, dan strategi koping anak jalanan di SMP Master Kota Depok. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sederhana. Pengambilan sampel mengunakan teknik total sampling. Jumlah sampel sebanyak 50 anak. Pengumpulan data dilakukan di SMP Master dengan kuesioner yang diadaptasi dari Perceived Stress Scale dan Ways of Coping yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada April 2017. Analisis data penelitian menggunakan analisis univariat yang menggambarkan karakteristik, tingkatan stres, dan strategi koping anak. Hasil penelitian: Karakteristik responden adalah remaja dengan rata-rata usia 14 tahun, pekerjaannya berdagang (32%), memiliki pengalaman dikucilkan (66%), mempunyai pengalaman kekerasan fisik (40%), pengalaman berpindah- pindah tempat tinggal (54%), dan tidak menggunakan narkoba (90%). Mayoritas anak jalanan di SMP Master Kota Depok (88%) mengalami stres sedang. Adapun jenis strategi koping yang sering digunakan ialah emotional focused coping (60%). Saran: Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi perawat agar dapat memfasilitasi kegiatan yang memberikan informasi mengenai cara menangani stres dengan strategi koping melalui kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa dan pendampingan pemenuhan tugas perkembangan remaja.Kata Kunci: tingkat stres, strategi koping, anak jalananSTRESS AND COPING STRATEGY IN STREET CHILDREN AT DEPOK CITY AbstractUrbanization and poverty increase the phenomenon of street children. Children experience stress due to a number of stressors that a strategy is required to deal with them. Objective: This research aims to identify characteristics, levels of stress, and coping strategy in street children at Junior High School of Master, Depok City. Methods: This research is a simple descriptive research with a sample size of 50 children whom were taken using total sampling. Data were collected at Junior High School of Master by using questionnaires adapted from Perceived Stress Scale and Ways of Coping of which validity and reliability had been tested in April 2017. Data were analyzed using univariate analysis which described characteristics, levels of stress, and coping strategy in children. Results: The characteristics of respondents were adolescents with an average age of 14 years, working in trading (32%), having experience of being isolated (66%), having experience of physical violence (40%), having experience of moving from place to place (54%), and not using drugs (90%). The majority of street children Junior High School of Master in Depok City (88%) experience moderate stress. The most frequently used coping strategy was Emotional Focused Coping (60%). Suggestion: The results of this research recommend that nurses facilitate activities that provide information about how to deal with stress with coping strategies through mental health counseling activities and mentoring to fulfill adolescent development tasks.Keywords: stres level, coping strategies, street children
Hubungan Bahaya Lingkungan dengan Risiko Jatuh Lanjut Usia di BPLU Senja Cerah Manado Fani Dady; Herlina P. Memah; Jane A. Kolompoy
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 3, No 3 (2018)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.588 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v3i3.165

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Risiko jatuh pada lansia akibat kemunduran fisik, mental, dan sosial berpotensi menyebabkan cedera fisik. Faktor risiko jatuh pada lanjut usia dapat terjadi karena faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik misalnya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda-benda, alas kaki kurang pas, turun tangga dan lain sebagainya. Tujuan: mengetahui hubungan bahaya lingkungan dengan risiko jatuh pada lanjut usia. Metode: survei analitik dengan desain Cross Sectional. Lokasi penelitian di BPLU Senja Cerah Manado. Teknik pengambilan sampel purposive non random sampling dan memenuhi syarat kriteria inklusi berjumlah 40 responden. Instrumen menggunakan kuesioner untuk bahaya lingkungan dan risiko jatuh Analisis data dilakukan menggunakan uji Statistik Chi-Square. Hasil penelitian: ada hubungan yang signifikan antara bahaya lingkungan dengan risiko jatuh berdasarkan uji statistik α=0,000≤0,001. Diskusi: Kondisi lingkungan fisik tempat tinggal yang berbahaya seperti tangga yang tidak ada pegangan, jalan yang tidak rata, pergantian ketinggian yang tidak memiliki tanda, tangga rusak, dan lantai licin, sangat berpotensi risiko jatuh pada lansia. Sebagian besar lansia yang mengalami kejadian jatuh memiliki kondisi lingkungan fisik rumah yang membahayakan. Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara bahaya lingkungan dengan risiko jatuh. Faktor lingkungan yang kurang baik sangat berpotensi menyebabkan lansia mudah jatuh. Saran bagi petugas BPLU Senja Cerah Manado untuk memperhatikan lingkungan tempat tinggal lansia agar tidak berpotensi risiko jatuh, terutama meminimalkan bahaya lingkungan sehingga tidak berisiko jatuh pada lansia.Kata Kunci: Bahaya lingkungan, risiko jatuh, lansiaThe Relationship of Environmental Hazard With The Risk of Falling in the Elderly at Bplu Senja Cerah ManadoABSTRACTThe risk of falling in the elderly due to physical, mental, and social decline has the potential to cause physical injury. Briefly the risk factors of falling in the elderly could be classified the intrinsic factor and extrinsic factors such as ligthning in the room which is not bright enough, slippery floor, tripping things, improper footwear, go down the stairs and so on. The purpose of this research is to know the relationship of environmental hazard with the risk of falling to the elderly. Method: The type of research is an analytical survey with Cross Sectional design. Research location is at BPLU Senja Cerah Manado. Sampling technique used is purposive nonrandom Sampling with 40 respondents. Questionnaire of environmental hazard dan risk of falling were used as instrument. Data processing is done by ChiSquare test. Results: there is an environmental hazard relationship with the risk of falling based on the statistical test of α=0,000≤0,001. Discussion: The hazardous physical environment of living such as stairs with no grip, uneven roads, altitude alters, broken stairs, slippery floors, are potentially risk of falling of the elderly. Most of the elderly who have fallen, have a dangerous house physical environment. Conclusion: It can be concluded that there is a relationship between environmental hazard and risk of falling. Advice for BPLU Officials of Senja Cerah Manado is to pay attention to the environment of elderly residents in order not to potentially risk of falling, especially minimizing environmental hazard so the elderly has not got any risk to fall.Keywords: Environmental hazards, risk for falling, elderly
TINGKAT KESEPIAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DUKUH TRAYEMAN, BANTUL, YOGYAKARTA Eliyana -
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.871 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v2i1.79

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian: Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui hubungan antara tingkat kesepian dan tingkat depresi pada lansia di Dukuh Trayeman, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Metode: Desain penelitian deskriptf korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan responden dilakukan menggunakan non-probability sampling dengan teknik purposive sampling sehingga didapatkan 50 responden dengan usia di atas 60 tahun dan tinggal di komunitas. Pengambilan data dilakukan secara langsung sejak tanggal 2-16Agustus 2016 dengan menggunakan kuesioner University California of Los Angeles Loneliness Scale dan Geriatric Depression Scale. Analisis data menggunakan uji korelasi Kendal Tau. Hasil: Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat kesepian dan tingkat depresi pada lansia di Dukuh Trayeman, Pleret, Bantul, Yogyakarta dengan p=0,001 di mana nilai korelasi mencapai 0,892. Hal ini bermakna terdapat hubungan yang sangat kuat dengan arah positif di antara kedua variabel. Diskusi: Pada masa lanjut usia akan terjadi banyak kemunduran, baik fisik maupun psikologis. Beberapa kemunduran psikologis yang terjadi seperti kesepian dan depresi yang dapat memicu terjadinya penyakit yang kompleks apabila tidak segera diatasi. Kesimpulan: Tingkat kesepian pada lansia merupakan hal yang sangat berkaitan dengan kejadian depresi pada lansia. Maka dari itu, sedini mungkin tingkat kesepian yang terjadi pada lansia harus segera diatasi karena semakin tinggi tingkat kesepian yang dialami oleh lansia, semakin tinggi juga tingkat depresi yang akan terjadi.Kata Kunci: kesepian, depresi, lansia, komunitas.CORRELATION BETWEEN LONELINESS LEVEL AND DEPRESI IN THE ELDERLY ATTRAYEMAN HAMLET, BANTUL, YOGYAKARTAABSTRACTObjective: This research was conducted to identify the correlation between loneliness level and depression level in the elderly at Trayeman Hamlet, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Methods: This study is descriptive correlational by using cross sectional approach. Samples were taken using non-probability sampling with purposive sampling technique with a sample size of 50 respondents aged above 60 years and living in the community. Data were collected directly from 2 August 2016 until 16 August 2016 using University California of Los Angeles Loneliness Scale and Geriatric Depression Scale. The data were analyzed using Kendal’s Tau correlation test. Results: This study showed that there was a significant correlation between loneliness level and depression level in the elderly at Trayeman Hamlet, Pleret, Bantul, Yogyakarta with p = <0.001 where the correlation value was 0.892. This means there was a very strong correlation with positive direction between the two variables. Discussion: The elderly will experience significant setbacks, either physical and psychological. The psychological setbacks include loneliness and depression which can lead to complex diseases, unless they are addressed immediately. Conclusion: Loneliness level in the elderly is strongly correlated with depression in elderly. Therefore, the loneliness level in the elderly should be addressed as early as possible because the higher the loneliness level experienced by the elderly, the higher the of depression level will occur. Keywords: loneliness, depression, elderly, community.
Gambaran Tingkat Kecemasan Korban Gempa Lombok Zurriyatun Thoyibah; Dewi Nur Sukma Purqoti; Elisa Oktaviana
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 3 (2019)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.815 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i3.190

Abstract

ABSTRAKGempa bumi secara konsisten terbukti berhubungan dengan masalah kesehatan mental seperti cemas, depresi dan gangguan stres pasca-trauma segera setelah bencana. Kondisi tersebut akan semakin memburuk bila tidak dideteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan mental (trauma healing). Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit fisik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan korban Gempa Lombok. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan yakni dengan Purposive Sampling dengan jumlah sampel 40 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Analisis data yang digunakan adalah univariat dengan data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 responden mengalami kecemasan ringan (37,5%) dan 25 responden mengalami kecemasan sedang (62,5%). Diskusi: Selain dampak fisik, kejadian gempa juga menimbulkan masalah kesehatan jiwa, salah satunya rasa cemas yang masih dirasakan responden meskipun 8 bulan setelah gempa. Sebagian responden mengelaman kecemasan dalam berbagai kategori sedang dengan skor berbeda. Hal tersebut terjadi dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pengalaman saat terjadi gempa. Kesimpulan: Sebagian besar responden pada penelitian ini masih mengalami kecemasan sedang.Kata Kunci: Gempa bumi, kecemasanThe Level of Anxiety of Lombok Earthquake Survivors ABSTRACTEarthquakes are consistently proven to be related to mental health issues such as anxiety, depression and post-traumatic stress disorders immediately after disaster. This condition will deteriorate if not detected early and well handled, so it requires mental health services (trauma healing). Excessive anxiety can have a detrimental impact on the mind as well as the body can even cause physical illness. Objectives: The study aims to determine the level of anxiety of Lombok earthquake survivors. Methods: This research is a descriptive study with a cross sectional approach. Sampling techniques used by purposive Sampling with a sample number of 40 people. The instruments used in this study are the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire. Data analysis used is univariate with data presented in narrative form, frequency distribution table and percentage. Results: The results showed that 15 respondents experienced mild anxiety (37.5%) and 25 respondents experienced moderate anxiety (62.5%). Discussion: In addition to physical impact, earthquake incidence also raises mental health problem, one of which is anxiety that was felt by respondents even 8 months after the earthquake. Respondents partly experienced anxiety in the medium category with different score. This can be influenced by gender, age, level of education and experience in the event of an earthquake. Conclusion: most of the respondents in this study is still experiencing moderate anxiety.Keywords: Earthquakes; anxiety
PENGALAMAN IBU MENYUSUI SEBELUM, SAAT, DAN SETELAH ERUPSI MERAPI 2010 Erviana Dewi Muslikhah; Elsi Dwi Hapsari; Fitri Haryanti
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 3 (2016)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.191 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i3.29

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian: Untuk mengetahui pengalaman ibu dalam memberikan ASI sebelum, saat, dansetelah terjadi bencana erupsi Merapi 2010. Metode: Penelitian dengan rancangan kualitatif danpendekatan fenomenologi. Partisipan penelitian ialah 5 orang ibu menyusui yang berada di huniantetap Cangkringan. Analisis data menggunakan metode Colaizzi. Pengumpulan data dilakukan padabulan September sampai Desember 2013. Izin etik diperoleh dari Komisi Etik Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada. Hasil: Pada kondisi sebelum bencana, terdapat satu tema yang diperolehyaitu pemberian ASI lancar meskipun ada kesulitan. Pada saat terjadi bencana, diperoleh duatema yaitu kenyataan di shelter yang berbeda dengan harapan dan dukungan sosial diterima Ibudari suami dan masyarakat. Pada kondisi setelah bencana diperoleh satu tema yaitu kelancaranPemberian ASI. Kesimpulan: Pada kondisi bencana, ibu yang menyusui mengalami berbagaitantangan agar tetap dapat menyusui anaknya secara eksklusif. Ibu yang menyusui disarankandapat mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi bencana untuk mempersiapkan bekal berupapengetahuan terkait merawat payudara dengan benar serta menjaga agar ASI tetap lancar meskipundalam kondisi cemas yaitu dengan tetap memberikan ASI pada anak dan mengkonsumsi makanansehat agar nutrisi tercukupi. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih banyak memberikanedukasi terkait kesulitan dalam menyusui. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan kondisikesehatan korban bencana khususnya kesehatan ibu dan anak.Kata Kunci: ASI, bencana.WOMEN’S EXPERIENCE OF BREASTFEEDING BEFORE, DURING AND AFTER THE 2010ERUPTION OF MERAPIABSTRACTObjective: To identify women’s experience of breastfeeding before, during and after the 2010eruption of Merapi. Methods: The study employed qualitative design and phenomenologicalapproach. Participants consisted of 5 breastfeeding mothers in permanent housing of Cangkringan.Data were analyzed using Colaizzi. Data were collected from September to December 2013.Ethical clearance was obtained from the Ethics Committee of the Faculty of Medicine, Gadjah MadaUniversity. Results: In the pre-disaster, one theme was obtained that breastfeeding was smoothdespite of diffi culties. During the disaster, two themes obtained that reality in shelters was differentfrom their expectation and social support was received by mothers from their husbands and society.After the disaster, one theme was obtained that breastfeeding was smooth. Conclusion: During thedisaster, breastfeeding mothers experienced various challenges in order to able to breastfeed theirchildren exclusively. It is suggested that breastfeeding mothers could anticipate a disaster whichmight occur at any time by preparing knowledge of how to treat breast properly and to keep thebreastmilk drain well despite of anxious conditions by breastfeeding continuously to children andconsuming healthy food in order to obtain adequate nutrition. It is expected that healthcare workersprovide further education related to diffi culties in breastfeeding. It is expected that the governmentpays more attention to the health condition of disaster victims, particularly mother and child health.Keywords: Breastmilk, Disaster
Self-effiacy Ibu dalam Memberikan ASI Eksklusif di Institusi Pendidikan Kesehatan Yogyakarta Hesti Widuri; Wiwin Lismidiati; Sumarni DW
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.738 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v3i2.102

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Self efficacy ibu menyusui merupakan salah satu kunci keberhasilan pemberian ASI. Banyaknya tempat kerja yang dirasakan oleh ibu bekerja belum menyediakan ruang laktasi dan fasilitas serta kebijakan untuk ibu bekerja yang menyusui Institusi Pendidikan Kesehatan di wilayah Kotamadya Yogyakarta. Kemungkinan kendala lainnya adalah jauhnya jarak tempat kerja dan waktu cuti bagi ibu bekerja. Tujuan: Mengekplorasi self-efficacy menyusui pada ibu bekerja. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan yang bekerj a di Institusi Kesehatan di Wilayah Kotamadya Yogyakarta. Jumlah sample sebanyak 6 informan inti dan 1 informan pendukung, dengan tehnik purposive sampling. Instrument dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, alat perekam, alat tulis, pedoman wawancara mendalam, dan lembar observasi, dengan waktu wawancara dilakukan selama 25-30 menit, yang dilaksanakan antara bulan Oktober- November 2016. Data dianalisis dengan tahapan teori . Hasil: Ditemukan lima tema yaitu adanya harapan dan motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif, perlunya persiapan & ketrampilan yang dimiliki ibu, kesulitan fisik yang dialami ibu, beban psikologis yang dialami ibu, keterbatasan waktu & fasilitas yang dirasakan ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif. Kesimpulan: Ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif, mengalami hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal yang kurang menyenangkan. Hal menyenangkan yang mereka rasakan adalah adanya harapan, motivasi, memiliki persiapan, dan ketrampilan. Sedangkan hal-hal yang kurang menyenangkan adalah adanya masalah fisik, kondisi psikologis, minimalnya support sistem, kurangnya fasilitas, dan keterbatasan waktu bersama bayinya.Kata Kunci: Self-Efficacy, ibu bekerja, ASI eksklusifMother’s Self-Efficacy in Exclusive Breastfeeding at Health Education Institution in Yogyakarta ABSTRACTBackground: Self efficacy of breastfeeding mothers is one of the keys to the success of breastfeeding. Working mothers still thinks that many workplaces do not provide lactation rooms and facilities as well as policies for working mothers who breastfeed at the Health Education Institutions in Yogyakarta Municipality. Another possible obstacle is distance of workplace and leave time for working mothers. Objective: To explore self-efficacy of breastfeeding in working mothers. Methods: The research is qualitative with phenomenological approach. The population was mothers who had children aged 0-6 months who worked at the Health Institutions in Yogyakarta Municipality. The number of samples was 6 key informants and 1 supporting informant, whom were taken using with purposive sampling. The instruments of the research included researcher, recording devices, stationery, in-depth interview guidelines, and observation sheets, with the interview duration of25-30 minutes, which was held between October-November 2016. Data were analyzed using Creswell’s theory of stages. Results: Five themes were found, namely expectation and motivation of mothers in exclusive breastfeeding, need for preparation and skills possessed by mothers, physical difficulties experienced by mothers, psychological burden experienced by mothers, limited time andfacilities felt by mothers working in exclusive breastfeeding. Conclusion: Working mothers in exclusive breastfeeding had both pleasant and unpleasant experiences. The pleasant experiences include hope, motivation, preparation, and skills. Meanwhile, unpleasant experiences include physical problems, psychological conditions, minimum system support, lack of facilities, and limited time with the baby.Keywords: Self-Efficacy, working mothers, exclusive breastfeeding
Studi Fenomenologi: Pengalaman Primipara Saat Mengalami Depresi Postpartum Puspita Palupi
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.684 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v4i2.181

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Melahirkan umumnya merupakan suatu peristiwa yang menyenangkan, di sisi lain kehadiran anggota baru dalam kehidupan perempuan tidak selamanya merupakan kebahagiaan tersendiri. Perempuan yang mengalami kehamilan dan melahirkan memerlukan penyesuaian. Gangguan emosional dapat dialami oleh perempuan pasca persalinan seperti postpartum blues, depresi postpartum maupun psikosis postpartum. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman primipara saat mengalami depresi postpartum. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif. Data diperoleh melalui metode wawancara mendalam. Partisipan sejumlah enam orang meliputi primipara yang melahirkan secara spontan maupun dengan tindakan yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan. Data dianalisis dengan metode Collaizi. Hasil: didapatkan empat tema yaitu: (1) Melahirkan merupakan penderitaan dan membawa konsekuensi finansial; (2) Perubahan psikologis postpartum dan merasa menjadi orang yang berbeda dengan sebelumnya; (3) Ada hambatan dalam mengurus diri sendiri dan perawatan pada anak; dan (4) Ketidaksiapan menjadi ibu pada primipara. Simpulan: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran pada petugas kesehatan khususnya perawat maternitas tentang pentingnya memahami masalah gangguan adaptasi postpartum khususnya depresi postpartum pada primipara.Kata Kunci: depresi postpartum, primipara, postpartumPhenomenological Study: the Experience of Primiparous Mother with Postpartum Depression ABSTRACTBackground: Childbirth as a happy event, but on the other hand the presence of a new member in women’s lives not always as a great pleasure. Women who experience pregnancy and childbirth require adjustment. Emotional disorders could be experienced by women after childbirth as postpartum blues, postpartum depression and postpartum psychosis. Objective: The objective of this study was to obtain the experience postpartum depression in primiparous. Method: This study used phenomenological descriptive design. Data were collected using in-depth interview method. The participants of this study were six primiparous mothers who giving birth either spontaneously or with other methods that obtained by purposive sampling. Data collected were interview recording and field notes. Data was analyzed using Collaizi techniques. This study identified four themes: (1) Delivery as a suffering and brought financial consequency; (2) Psychological change and felt like to be a different person; (3) Barriers in self care and child care; (4) Unreadiness to become primiparous mother. Discussion: Research result were expected to provide an overview to health care workers especially maternity nurses about the necessity to understand the problem of adaptation disorders, especially postpartum depression for primiparous mothers. Keywords: postpartum depression, primiparous, postpartum
STRES KERJA SHIFT MALAM DAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP Ahsan .; Humaera Hafi d
Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.612 KB) | DOI: 10.32419/jppni.v1i2.18

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian: Tujuan penelitian ini ialah mengetahui adanya hubungan antara stres kerja shiftmalam dan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen,Kabupaten Malang. Metode: Desain penelitian ini ialah penelitian korelasional dengan sampel30 perawat yang bekerja di ruang rawat inap RS Wava Husada tahun 2014, menggunakan teknikpurpose sampling. Hasil data dianalisis dengan uji statistik, yaitu Fisher probability exact test. Hasil:Sebagian besar perawat shift malam berada pada klasifi kasi stres ringan, yaitu 16 perawat atausebanyak 53,3 persen. Sebagian besar berada pada klasifi kasi baik (23 perawat atau sebanyak76,7 persen). Diskusi: Petugas kesehatan disarankan untuk mengetahui efek stres kerja terhadapkinerja perawat sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja perawat. Simpulan: Ada hubunganantara stres kerja shift malam dan kinerja perawat pelaksana.Kata Kunci : kinerja, shift malam, stres kerja.ABSTRACTObjective: This study is aimed at identifying the correlation between stress due to night-shift workand nurse performance in providing nursing care at inpatient wards of Wava Husada Hospital,Kepanjen, Malang Regency. Methods: This study employed correlational design with a sample sizeof 30 nurses working at inpatient wards of Wava Husada Hospital in 2014 and taken using purposesampling. Data were analyzed with using Fisher probability exact test. Results: This study indicatedthat 16 nurses (53.3%) working the night-shift were low level of stress. Most of nurses (23 nurses or76.7%) were in the category of good. Discuss: It is recommended that healthcare workers knowthe effects of work-related stress on nurse performance in order to increase nurse performance.Conclusion: It can be concluded that there is a correlation between stress due to night-shift workand nurse performance.Keywords: performance, night-shift, work-related stress.

Page 5 of 17 | Total Record : 166