cover
Contact Name
Pantjar Simatupang
Contact Email
jae.psekp@gmail.com
Phone
+62251-8333964
Journal Mail Official
jae.psekp@gmail.com
Editorial Address
Lt. III Gedung A. Kawasan Inovasi Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar No. 3B, Kota Bogor 16111
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agro Ekonomi
ISSN : 02169053     EISSN : 25411527     DOI : http://dx.doi.org/10.21082/
Core Subject : Agriculture,
Ruang lingkup dari Jurnal Agro Ekonomi adalah sosial ekonomi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS" : 5 Documents clear
Perubahan Efisiensi Teknis Usaha Tani Jagung pada Agroekosistem Lahan Kering Rangga Ditya Yofa; Yusman Syaukat; nFN Sumaryanto
Jurnal Agro Ekonomi Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v39n2.2021.97-116

Abstract

EnglishThe level of corn productivity during the 2008-2018 period experienced sloping growth. From various previous research results, it is known that the use of corn production inputs is not optimal. This study aims to analyze changes in technical efficiency of corn farming and the factors that influence it on the dry land agroecosystem. The data used is National Farmer Panel data (Patanas) in 2008 and 2017 sourced from Indonesian Center for Agricultural Socio Economics and Policy Studies (ICASEPS), Ministry of Agriculture. The analytical method used are the stochastic frontier production function with the Time-Varying Decay (TVD) model, and the random-effects tobit model. The results of the analysis show that the average level of technical efficiency of corn farming reaches 70.27 percent. There was an increase in the score of technical efficiency in 2017 compared to 2008. Factors influencing this increase were the age and level of education of family heads, the share of corn farming income, and the status of land ownership. It is recommended to the government to increase the use of dry land for food crop businesses and ensure the availability of hybrid corn seeds at an affordable price.IndonesianTingkat produktivitas jagung selama periode 2008–2018 mengalami pertumbuhan yang melandai. Dari beragam hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa penggunaan input produksi jagung belum optimal. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis perubahan tingkat-efisiensi teknis usaha tani jagung dan faktor-faktor yang memengaruhi-nya pada agroekosistem lahan kering. Data yang digunakan adalah data Panel Petani Nasional (Patanas) tahun 2008 dan 2017 yang bersumber dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP), Kementan. Metode analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Stochastic Frontier dengan model Time-Varying Decay (TVD), dan model Random-Effects Tobit. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi teknis usaha tani jagung mencapai 70,27%. Terjadi peningkatan skor efisiensi teknis pada tahun 2017 dibandingkan tahun 2008. Faktor yang memengaruhi peningkatan ini yaitu umur dan tingkat pendidikan kepala keluarga, pangsa pendapatan usaha tani jagung, dan status kepemilikan lahan. Disarankan kepada pemerintah agar meningkatkan pemanfaatan lahan kering untuk usaha tanaman pangan dan menjamin ketersediaan benih jagung hibrida dengan harga yang terjangkau.
Daya Saing dan Potensi Pengembangan Ekspor Pati Sagu Indonesia Andi Pangeran Rivai; Musran Munizu; nFN Mahyuddin
Jurnal Agro Ekonomi Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v39n2.2021.155-163

Abstract

EnglishIndonesa has comparative advantage on sago production because it has the largest sago planted area in the world and sago is an Indonesia origin crop. The challenge, then, is how to convert the comparative advantage into competitive advantage as reflected in exportation of the sago derived products. This study is, therefore, intended to analyze competitiveness export potential of the Indonesian sago starch (HS 110819). The analysis was conducted using the Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamics (EPD) dan X-Model Potential Export Products methods. The export-import data by country was obtained from the UN Comtrade for the 2010-2019 period. RCA dan EPD analysis showed that Indonesia had a strong competitiveness in the sago starch export markets. Further analysis with the X-Model showed that the optimistic markets for the Indonesia sago export were the Philippines, China dan Sri Lanka, the potential markets were Japan, Malaysia, Australia, Amerika, Thailand dan Hongkong, and the less potential market was Singapore. It is recommended for the Indonesia Government to promote export-oriented sago starch industry development with China, Sri Lanka and the Philippines as the priority markets and Japan, Malaysia, Australia, Amerika, Thailand dan Hongkong as the export potential markets. IndonesianIndonesia memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan sagu karena memiliki pertanaman sagu yang terluas di dunia dan sagu adalah tanaman asli Indonesia. Tantangan kemudian ialah bagaimana mengubah keunggulan komparatif tersebut menjadi keunggulan kompetitif yang tercermin dari eksportasi produk turunan sagu seperti pati sagu. Sehubungan dengan itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing dan potensi ekspor pati sagu (HS 110819) Indonesia. Analisis dilakukan dengan metode Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamics (EPD) dan X-Model Potential Export Products. Data ekspor-impor antarnegara diperoleh dari UN Comtrade untuk periode 2010–2019. Analisis RCA dan EPD menunjukkan bahwa pati sagu indonesia memiliki daya saing yang kuat di pasar ekspor. Analisis lanjutan dengan X-Model menyimpulkan bahwa pati sagu memiliki potensi pengembangan pasar ekspor optimis untuk tujuan ke Filipina, China, dan Sri Lanka, potensial untuk tujuan ke Jepang, Malaysia, Australia, Amerika, Thailand, dan Hongkong, dan kurang potensial untuk tujuan ke Singapura. Disarankan agar Pemerintah Indonesia mendorong pengembangan industri pati sagu untuk tujuan ekspor dengan negara China, Sri Lanka, dan Filipina sebagai prioritas tujuan utama dan negara Jepang, Malaysia, Australia, Amerika, Thailand, dan Hongkong sebagai kelompok tujuan ekspor potensial.
Dampak Standar Keberlanjutan terhadap Pendapatan Usaha Tani Kopi: Kasus Program Cafe Practices di Kabupaten Enrekang Sudirman, Hendra; Nurmalina, Rita; Suprehatin, Suprehatin
Jurnal Agro Ekonomi Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v39n2.2021.131-153

Abstract

EnglishThe Coffee and Farmer Equity (CAFE) Practices is a sustainable coffee farming and handling program initiated by Starbucks Coffee Company. The CAFE Practices program offers economic benefits through increased coffee productivity and quality, better market access, and higher coffee prices. The program, however, potentially increases the production costs needed to implement better cultivation practices according to the CAFE Practices protocol. This study aims to analyze the impact of CAFE Practices program on coffee farming income in Enrekang Regency, and to track down the income impact pathways. This study used primary data from 200 coffee farmers in Enrekang Regency. The data were analyzed using the Propensity Score Matching method. The results showed that the CAFE Practices participating farmers had 18.55% higher farm income than non-CAFE Practices farmers. The change in the CAFE Practices participating farmers was due to increasing farm productivity by 16.66%, increasing production costs by 24.38%, and increasing selling prices by 2.95%. CAFE Practices farmers should be able to maintain or increase their coffee productivity and quality in order to continue to receive high incomes. They also need financial support from the government and/or Starbucks to meet the higher cost of implementing the CAFE Practices program.IndonesianCoffee and Farmer Equity (CAFE) Practices adalah program standar budi daya dan penanganan kopi berkelanjutan yang diinisiasi oleh Starbucks Coffee Company. Di satu sisi, penerapan Program CAFE Practices menawarkan keuntungan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan kualitas kopi, akses pasar yang lebih baik, dan harga kopi yang lebih tinggi. Di sisi lain, penerapan program juga berpotensi meningkatkan biaya produksi yang dibutuhkan untuk menerapkan praktik budi daya yang lebih baik sesuai protokol CAFE Practices. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak Program CAFE Practices terhadap pendapatan usaha tani kopi di Kabupaten Enrekang, serta menganalisis perubahan komponen pendapatan yang merupakan jalur dampak perubahan pendapatan tersebut. Penelitian menggunakan data primer dari 200 petani kopi di Kabupaten Enrekang yang dikumpulkan pada bulan Juli–Agustus 2021. Data dianalisis dengan metode Propensity Score Matching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani kopi yang berpartisipasi dalam Program CAFE Practices memperoleh pendapatan usaha tani 18,55% lebih tinggi dibandingkan petani yang tidak berpartisipasi. Perubahan pendapatan disebabkan oleh peningkatan produktivitas kopi sebesar 16,66%, peningkatan biaya produksi sebesar 24,38%, dan peningkatan harga jual kopi sebesar 2,95%. Petani yang berpartisipasi dalam Program CAFE Practices harus dapat mempertahankan atau meningkatkan produktivitas dan kualitas kopi yang dihasilkan agar tetap dapat menerima pendapatan yang tinggi. Petani kopi juga membutuhkan dukungan pembiayaan dari pemerintah dan/atau Starbucks agar dapat memenuhi kebutuhan biaya yang tinggi atas penerapan Program CAFE Practices.
Analisis Multidimensi Keberlanjutan Sistem Usaha Tani Padi di Kabupaten Subang dan Karawang Rizka Amalia Nugrahapsari; nFN Sumedi; Budi Marwoto; I Nyoman Widiarta; Muhammad Yunus
Jurnal Agro Ekonomi Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v39n2.2021.117-130

Abstract

EnglishStrategic environment change requires improvement in sustainable rice business system. Research aims to asses sustainability of paddy farming system in Pringkasap Village, Pabuaran District, Subang Regency and in Kalijati Village, Jatisari District, Karawang Regency. Data was collected by interviewing farmers, extension workers, and related stakeholders in 2018. Study used the Raprice method with multidimensional scaling. Results showed that rice farming sustainability index was sufficient, although it varied between farmers, locations, and influenced by land size and cropping index.The most sensitive attributes were (a) ecological dimension, namely integration of plants with livestock, local wisdom, addition of organic matter; (b) economic dimension, namely capital, labor, inputs; (c) social dimension, namely extension intensity, training intensity, technology application; (d) institutional dimension, namely agricultural equipment and machinery service management unit, partnership and social system; and (e) technological dimension, namely land cultivation, super jarwo technology application and local resources utilization. Development of a sustainable rice business system should focus on the most sensitive variables. Farming intensification and increasing planting index must be done by applying environmentally friendly technology, particularly by implementing rice and livestock integration, commodities and or varieties rotation, balanced fertilizer use, organic fertilizers use, integrated pest and disease management, and retaining the soil organic matter.IndonesianPerubahan lingkungan strategis menuntut pembenahan pengelolaan sistem usaha padi secara berkelanjutan. Penelitian bertujuan untuk melakukan penilaian keberlanjutan sistem usaha tani padi dengan metode multidimensi di Desa Pringkasap, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang dan di Desa Kalijati, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang sebagai sentra produksi padi di Jawa Barat. Data yang digunakan ialah data primer hasil wawancara terhadap petani, penyuluh, dan pemangku kepentingan terkait lainnya pada tahun 2018. Penelitian menggunakan metode raprice dengan pendekatan multidimensional scaling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kerbelanjutan usaha tani padi termasuk dalam kategori cukup, meskipun bervariasi antarpetani, antarlokasi, dan dipengaruhi oleh luas lahan serta indeks pertanaman. Atribut yang paling sensitif memengaruhi keberlanjutan sistem usaha tani padi yaitu (a) dimensi ekologi, yaitu integrasi tanaman dengan ternak, kearifan lokal, dan penambahan bahan organik untuk dimensi ekologi; (b) dimensi ekonomi, yaitu modal, tenaga kerja, dan saprodi; (c) dimensi sosial, yaitu intensitas penyuluhan, intensitas pelatihan dan penerapan teknologi; (d) dimensi kelembagaan, yaitu unit pengelola jasa alat dan mesin pertanian, kemitraan, dan sistem sosial; dan (e) dimensi teknologi, yaitu pengolahan tanah, penerapan teknologi jarwo super, dan pemanfaatan sumber daya lokal. Pengembangan sistem usaha padi berkelanjutan sebaiknya difokuskan pada variabel yang paling sensitif. Upaya peningkatan produksi pangan (khususnya padi) secara berkelanjutan perlu mempertimbangkan keenam dimensi keberlanjutan secara seimbang. Intensifikasi usaha tani dan peningkatan indeks tanam harus dilakukan dengan penerapan teknologi ramah lingkungan, antara lain dengan penerapan integrasi padi dan ternak, pergiliran komoditas dan atau varietas, penggunaan pupuk secara berimbang, penggunaan pupuk organik, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, dan pengembalian bahan organik ke lahan.
Kesejahteraan Petani dan Aset-Aset Penentunya Marlina Wirmas
Jurnal Agro Ekonomi Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v39n2.2021.81-96

Abstract

The low contribution of agricultural sector’s income shows unequal proportion with the large number of workers that it accommodate. Former policy which prioritize improvement on economic performance such as increasing production, jobs, and decreasing poverty; although generate a fairly good result, it evidently widen the socio-economic gap between the agricultural workforce with others. Thus, the paradigm to measuring well-being using those indicators should be extended by put forward the human aspect as the center of evaluation. Capability approach is used to identify farmer’s well-being that reflected on the freedom to do and to be according to the value whom it believe. Evaluation conducted by identifying level of capability based on its level of availability and functioning of five category of assets which represent the modal and opportunity needed by farmers to realize their desire purpose. This reseach was conducted in Ampek Angkek district, Agam Regency, West Sumatera Province by sending questionnaire to qualified farmers to rate the indicators which consist of 51 types from five group of assets. The analysis find that on average measurement, community capability index is on the fairly good condition which available assets provide benefit and functions to farmers perform its job at farming process. But comparation between the five group of assets shows that farmer have not get maximum range of access to individual tangible asset (represent physical modal & level of wealth) and economic institutional asset (represent easiness access in work). Regarding these result, effort that necessary to be executed is to increase the level of human and social capital from the internal capability of the farmers, and put an integration on agricultural development program with other sectors in order to create wider access for farmers to develop their business.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Jurnal Agro Ekonomi: IN PRESS Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 2 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 18, No 1 (1999): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1998): Jurnal Agro Ekonomi Vol 16, No 1-2 (1997): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 2 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 15, No 1 (1996): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1995): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1994): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1993): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 11, No 1 (1992): Jurnal Agro Ekonomi Vol 10, No 1-2 (1991): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 2 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1990): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 2 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 8, No 1 (1989): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1988): Jurnal Agro Ekonomi Vol 6, No 1-2 (1987): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 2 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 5, No 1 (1986): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Jurnal Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1983): Jurnal Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1982): Jurnal Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1981): Jurnal Agro Ekonomi More Issue