cover
Contact Name
Reni Ambarwati
Contact Email
reniambarwati@unesa.ac.id
Phone
+6281231173525
Journal Mail Official
sainsmatematika@unesa.ac.id
Editorial Address
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Gedung D1 Kampus UNESA Ketintang Surabaya Kode Pos 60213 E-mail: sainsmatematika@unesa.ac.id Telp : 031-8280009
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Sains & Matematika
ISSN : 23027290     EISSN : 25461835     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Jurnal ini menerbitkan artikel asli hasil penelitian di bidang biologi, fisika, kimia, dan matematika. Redaksi hanya menerima naskah asli yang belum pernah dipublikasikan dan tidak sedang dalam proses penerbitan di jurnal lain. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan ejaan yang baik dan benar atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2015): April, Sains " : 9 Documents clear
PENGARUH VARIASI PBO TERHADAP SERAPAN OPTIS KACA TELLURITE DENGAN KOMPOSISI ER:TZPBN Rodliyatul Jauhariyah, Mukhayyarotin Niswati; Marzuki, Ahmad; Cari, Cari
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kaca tellurite banyak diminati peneliti karena kemampuannya sebagai host laser. Kaca tellurite yang dikembangkan ialah kaca tellurite dengan komposisi Er:TZPBN [55TeO2 ? 35ZnO ? (5+x)PbO ? 2Bi2O3 ? (2-x)Na2O ? Er2O3] dengan x = 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 dan 3 % mol. Artikel ini mendeskripsikan pengaruh variasi PbO terhadap serapan optis kaca Er:TZPBN. Kaca Er:TZPBN dengan komposisi tersebut telah difabrikasi dengan metode melt quenching. Setelah kaca di-annealing dan di-polish, dilakukan karakterisasi, di antaranya berupa serapan optis. Hasil pengamatan menunjukkan serapan optis meningkat dengan penambahan PbO. Berdasarkan data serapan optis, nilai energi band gap optis kaca TZPBN:Er menurun seiring dengan penambahan konsentrasi PbO. Rentang nilai energi band gap optis pada komposisi ini memungkinkan sampel digunakan sebagai bahan semikonduktor. Most of researcher interest to investigate tellurite glasses because of the capability as host laser. The tellurite glasses that develop is Er:TZPBN [55TeO2 ? 35ZnO ? (5+x)PbO ? 2Bi2O3 ? (2-x)Na2O ? Er2O3] with x = 0; 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 and 3% mol. This paper describe the effect of PbO variation on optical absorption of Er:TZPBN. The Er:TZPBN glass had been fabricated by using melt quenching technique. After annealing and polishing proccess, we characterized the optical absorption of glass. The result of the characterization showed that the optical absorption increased with increasing PbO. Based on optical absorption data, the optical band gap energy decreased with decreasing PbO concentration. The value of optical band gap energy for this composition showed that this samples can use as the semiconductor material.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BACILLUS SP. PELARUT FOSFAT DARI RHIZOSFER TANAMAN LEGUMINOSAE Mukamto, Mukamto; Ulfa, Syazwani; Mahalina, Weda; Syauqi, Ahmad; Istiqfaroh, Laila; Trimulyono, Guntur
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rhizosfer tanaman Leguminosae banyak ditumbuhi bakteri, salah satunya adalah genus Bacillus yang merupakan Plant Growth Promoting Bacteria yang bermanfaat bagi tumbuhan, di antaranya karena kemampuannya dalam melarutkan fosfat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan isolat Bacillus sp. dari rhizosfer tanaman Leguminosae yang memiliki kemampuan melarutkan fosfat. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan isolasi bakteri, karakterisasi koloni, pewarnaan Gram, pewarnaan endospora, uji katalase, dan uji kelarutan fosfat. Metode isolasi yang digunakan dengan metode pour plate dan untuk pengujian bakteri pelarut fosfat menggunakan media Pikovskaya. Sebanyak 36 isolat Bacillus sp. berhasil diisolasi dengan berbagai karakter koloni dan karakter sel berbentuk batang, Gram positif, membentuk endospora, dan memiliki katalase positif kecuali isolat BAP2 dan BAP5 yang memiliki katalase negatif. Sebanyak lima isolat Bacillus sp. (isolast BCP 2, BCP 4, BAC 2, BCM 3, dan BAP 1) diketahui mampu melarutkan fosfat dengan terbentuknya holozone di sekitar koloni setelah masa inkubasi tujuh hari. Rhizosphere of Leguminosae is inhabited by bacteria, one of which is the genus Bacillus which is Plant Growth Promoting Bacteria that are benefi cial to plants, such as its ability to dissolve phosphate. The purpose of this study was to obtain isolates of Bacillus sp. from the rhizosphere of Leguminosae plants which has the ability to dissolve phosphate. This study was conducted by bacterial isolation, characterization colonies, Gram staining, coloring endospores, catalase test, and solubility test phosphate. Isolation methods used by the pour plate method for testing bacteria and phosphate solvent using Pikovskaya media. A total of 36 isolates of Bacillus sp. successfully isolated colonies with different characters and character of rod-shaped cells, Gram-positive, form endospores, and has a positive catalase except isolates BAP2 and BAP5 which has a negative catalase. A total of fi ve isolates of Bacillus sp. (Isolast BCP 2, BCP 4, BAC 2, 3 BCM, and BAP 1) known to be capable of dissolving phosphate holozone formation around the colonies after an incubation period of seven days.
TAHAPAN PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI SEKSUAL PLANARIA DARI PERAIRAN LERENG GUNUNG SLAMET, BATURRADEN, BANYUMAS Palupi, Endah Sri; Puspita Sari, IG.A.Ayu Ratna; Wibowo, Eko Setio
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Planaria termasuk spesies dalam Filum Platyhelminthes Kelas Turbellaria. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan bentuk tubuh simetri bilateral dengan habitat perairan tawar jernih, perairan laut dan terestrial. Planaria berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan secara seksual dengan pembentukan gamet. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan perkembangan organ reproduksi seksual Planaria dari perairan lereng Gunung Slamet, Baturraden, Banyumas. Planaria diperoleh dengan menangkap menggunakan umpan hati ayam segar, lokasi pengambilan sampel planaria di perairan lereng Gunung Slamet, yaitu Curug Bayan, Lokawisata Baturraden dan Telaga Sunyi Baturraden, Banyumas. Sampel difi ksasi menggunakan Bouin, dibuat sayatan histologis dan diwarnai menggunakan pewarna Hematoxylin dan Eosin untuk mendapatkan struktur mikroanatomi guna identifi kasi tahapan perkembangan organ reproduksi seksualnya. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Planaria yang diperoleh di perairan Curug Bayan didominasi ukuran kecil dan sedang dengan perkembangan ovary tahap 2 dan testis tahap 3 dan beberapa tahap 5. Planaria yang diperoleh di perairan Lokawisata Baturraden didominasi ukuran kecil dan sedang dengan perkembangan ovary tahap 2 dan testis tahap 1, sedangkan Planaria yang diperoleh di perairan telaga Sunyi didominasi ukuran sedang dan besar dengan perkembangan ovary tahap 4 dan testis tahap 4. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan organ reproduksi seksual planaria yang paling matang adalah planaria dari perairan Telaga sunyi yang didominasi planaria berukuran sedang dan besar. Kondisi perairan yang lebih alami dengan temperatur yang lebih rendah dan serasah yang melimpah pada perairan Telaga Sunyi memungkinkan habitat yang sesuai bagi planaria untuk survive dan berkembang biak. Planarian is species of Phylum Platyhelminthes, Class Turbellaria. Planarian is acelomate triplobastic animal, with a body of bilateral simetry and lives in clear freshwater, marine, and terrestrial as its habitat. Planarian reproduces asexually with fragmentation and sexually with gamet formation. The aim of this study was to describe planarian?s sexual reproduction organ development level in mount Slamet slope?s water, Baturraden, Banyumas. Planarians were obtained by baiting with fresh chicken liver; location of sampling on Mount Slamet were Curug Bayan, Lokawisata Baturraden, and Telaga Sunyi, Baturraden, Banyumas. Samples were fi xated with Bouin and stained with Hematoxylin and Eosin for histological structure to identify the sexual reproduction organ development stage. The results were analyzed descriptively. Total number of obtained planarian varied, however it wasn?t signifi cantly diferrent among sampling locations. Planarians of Curug Bayan were mostly in small to moderate size with ovary development of stage 2, testis of stage 3 and some of stage 5. Planarians of Lokawisata Baturraden were mostly in small to moderate size with ovary development of stage 2 and testis of stage 1. Planarians of Telaga Sunyi were mostly in moderate and big size with ovary development of stage 4 and testis of stage 4. It was concluded that planarian of Telaga Sunyi, with mostly moderate and big size, had the most matured sexual reproduction organs development. More natural water condition including lower temperature and abundant litter in Telaga Sunyi allows suitable habitat for planarian survival and planarian breeding.
IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DAN AKTIVITAS ANTIMIKROB EKSTRAK ETIL ASETAT DUMORTIERA HIRSUTA Junairiah, Junairiah; Sa'diyah, Muhimmatus; Salamun, Salamun
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu keanekaragaman flora di Indonesia adalah Dumortiera hirsuta. Tumbuhan ini berpotensi sebagai bahan antibakteri dan antifungi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi kasi dan menguji aktivitas antimikrob metabolit sekunder ekstrak etil asetat D. hirsuta. Metabolit sekunder diidentifi kasi dengan skrining fitokimia. Aktivitas antimikrob dilakukan dengan uji difusi dan uji dilusi terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Candida albicans ATCC 10231. Penelitian terdiri atas 24 perlakuan dan masing-masing terdiri atas tiga ulangan. Data yang diperoleh berupa diameter zona hambat, minimal inhibitary concentration (MIC), minimal bacterisidal/fungisidal concentration (MBC/MFC). Data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil identifi kasi, diketahui bahwa ekstrak etil asetat D hirsuta mengandung flavonoid, alkaloid, steroid dan dapat menghambat mikrob patogen. One of the diversity of flora in Indonesia is Dumortiera hirsuta. This plant has the potential as an antibacterial and antifungal. This study aimed to identify and test the antimicrobial activity of secondary metabolites ethyl acetate extract of D. hirsuta. Secondary metabolites were identified by phytochemical screening. Antimicrobial activity performed by diffusion test and dilution test against Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25 922 and Candida albicans ATCC 10231. This research consisted of 24 treatments and each consists of three replications. The obtained data were the diameter of inhibition zone, minimal inhibitory concentration (MIC), minimal bactericidal/fungicidal concentration (MBC/MFC). Data were analyzed descriptively. The identifi cation result showed that the ethylacetate extract of D hirsuta contained flavonoids, alkaloids, steroid, and can inhibit pathogen microbes.
OPTIMASI PENGAWETAN PRODUK JAMUR TIRAM SEGAR SEBAGAI UPAYA PENGUATAN INDUSTRI OLAHAN JAMUR Anggarani, Mirwa Adiprahara; Rusijono, Rusijono
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi proses pengawetan jamur tiram segar melalui penambahan zat tambahan makanan (aditif pangan) sebagai upaya meningkatkan nilai gunanya. Proses pengawetan jamur tiram segar dilakukan dengan merendam jamur tiram segar dalam beberapa jenis zat aditif, meliputi: (a) asam askorbat 0,05%; (b) asam sitrat 1%; (c) garam 2%; (d) kunyit 1%; (e) campuran asam askorbat 0,05%, asam sitrat 1%, dan garam 2%; (f) campuran asam askorbat 0,05%, asam sitrat 1%, garam 2%, dan kunyit 1%; (g) campuran natrium metabisulfi t 0,1%, garam 0,2%, asam askorbat 0,1%, asam sitrat 0,1%, dan kalium 0,1%; dan (h) campuran garam 2% dan kunyit 1%. Proses perendaman dilakukan selama 8 hari. Selanjutnya, untuk menentukan keberhasilan proses pengawetan jamur tiram segar, telah dilakukan pengukuran pH, serta jumlah jamur dan bakteri pada larutan pengawet setiap hari. jumlah kontaminasi mikrob dari hari ke hari dihitung menggunakan metode hitungan mikroskopis langsung. Sampel diletakkan di suatu ruang hitung (hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan fungi dan bakteri paling dapat dihambat pada perendaman menggunakan asam sitrat 2%. This research aimed to optimize the process of preservation of fresh oyster mushrooms by adding food additives as an effort to increase the value point. Fresh oyster mushrooms preservation process was done by soaking the fresh oyster mushrooms in some types of additives, including: (a) ascorbic acid of 0.05%; (B) 1% citric acid; (C) salt 2%; (D) turmeric 1%; (E) a mixture of 0.05% ascorbic acid, citric acid 1% and 2% salt; (F) a mixture of 0.05% ascorbic acid, citric acid 1%, 2% salt, and turmeric 1%; (G) a mixture of sodium metabisulphite 0.1%, 0.2% salt, 0.1% ascorbic acid, citric acid 0.1%, and 0.1% potassium; and (h) a mixture of turmeric salt 2% and 1%. Soaking process conducted for 8 days. Furthermore, to determine the success of the process of preservation of fresh oyster mushrooms, has been carried out measurement of pH, as well as the number of fungi and bacteria in preservative solutions every day. the number of microbial contamination from day to day is calculated using the direct microscopic count method. Samples were placed in a room count (hemocytometer) and the number of cells can be determined directly with the aid of a microscope. Results of the analysis showed that the growth of fungi and bacteria have inhibited the immersion using citric acid 2%.
Isolasi dan Karakterisasi Bacillus sp. Pelarut Fosfat dari Rhizosfer Tanaman Leguminosae Mukamto, Mukamto; Ulfa, Syazwani; Mahalina, Weda; Syauqi, Ahmad; Istiqfaroh, Laila; Trimulyono, Guntur
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rhizosfer tanaman Leguminosae banyak ditumbuhi bakteri, salah satunya adalah genus Bacillus yang merupakan Plant Growth Promoting Bacteria yang bermanfaat bagi tumbuhan, di antaranya karena kemampuannya dalam melarutkan fosfat. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan isolat Bacillus sp. dari rhizosfer tanaman Leguminosae yang memiliki kemampuan melarutkan fosfat. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan isolasi bakteri, karakterisasi koloni, pewarnaan Gram, pewarnaan endospora, uji katalase, dan uji kelarutan fosfat. Metode isolasi yang digunakan dengan metode pour plate dan untuk pengujian bakteri pelarut fosfat menggunakan media Pikovskaya. Sebanyak 36 isolat Bacillus sp. berhasil diisolasi dengan berbagai karakter koloni dan karakter sel berbentuk batang, Gram positif, membentuk endospora, dan memiliki katalase positif kecuali isolat BAP2 dan BAP5 yang memiliki katalase negatif. Sebanyak lima isolat Bacillus sp. (isolast BCP 2, BCP 4, BAC 2, BCM 3, dan BAP 1) diketahui mampu melarutkan fosfat dengan terbentuknya holozone di sekitar koloni setelah masa inkubasi tujuh hari. Rhizosphere of Leguminosae is inhabited by bacteria, one of which is the genus Bacillus which is Plant Growth Promoting Bacteria that are benefi cial to plants, such as its ability to dissolve phosphate. The purpose of this study was to obtain isolates of Bacillus sp. from the rhizosphere of Leguminosae plants which has the ability to dissolve phosphate. This study was conducted by bacterial isolation, characterization colonies, Gram staining, coloring endospores, catalase test, and solubility test phosphate. Isolation methods used by the pour plate method for testing bacteria and phosphate solvent using Pikovskaya media. A total of 36 isolates of Bacillus sp. successfully isolated colonies with different characters and character of rod-shaped cells, Gram-positive, form endospores, and has a positive catalase except isolates BAP2 and BAP5 which has a negative catalase. A total of fi ve isolates of Bacillus sp. (Isolast BCP 2, BCP 4, BAC 2, 3 BCM, and BAP 1) known to be capable of dissolving phosphate holozone formation around the colonies after an incubation period of seven days.
Identifikasi Metabolit Sekunder dan Aktivitas Antimikrob Ekstrak Etil Asetat Dumortiera hirsuta Junairiah, Junairiah; Sa'diyah, Muhimmatus; Salamun, Salamun
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu keanekaragaman flora di Indonesia adalah Dumortiera hirsuta. Tumbuhan ini berpotensi sebagai bahan antibakteri dan antifungi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifi kasi dan menguji aktivitas antimikrob metabolit sekunder ekstrak etil asetat D. hirsuta. Metabolit sekunder diidentifi kasi dengan skrining fitokimia. Aktivitas antimikrob dilakukan dengan uji difusi dan uji dilusi terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Candida albicans ATCC 10231. Penelitian terdiri atas 24 perlakuan dan masing-masing terdiri atas tiga ulangan. Data yang diperoleh berupa diameter zona hambat, minimal inhibitary concentration (MIC), minimal bacterisidal/fungisidal concentration (MBC/MFC). Data dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil identifi kasi, diketahui bahwa ekstrak etil asetat D hirsuta mengandung flavonoid, alkaloid, steroid dan dapat menghambat mikrob patogen. One of the diversity of flora in Indonesia is Dumortiera hirsuta. This plant has the potential as an antibacterial and antifungal. This study aimed to identify and test the antimicrobial activity of secondary metabolites ethyl acetate extract of D. hirsuta. Secondary metabolites were identified by phytochemical screening. Antimicrobial activity performed by diffusion test and dilution test against Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25 922 and Candida albicans ATCC 10231. This research consisted of 24 treatments and each consists of three replications. The obtained data were the diameter of inhibition zone, minimal inhibitory concentration (MIC), minimal bactericidal/fungicidal concentration (MBC/MFC). Data were analyzed descriptively. The identifi cation result showed that the ethylacetate extract of D hirsuta contained flavonoids, alkaloids, steroid, and can inhibit pathogen microbes.
Tahapan Perkembangan Organ Reproduksi Seksual Planaria dari Perairan Lereng Gunung Slamet, Baturraden, Banyumas Palupi, Endah Sri; Puspita Sari, IG.A.Ayu Ratna; Wibowo, Eko Setio
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Planaria termasuk spesies dalam Filum Platyhelminthes Kelas Turbellaria. Planaria merupakan hewan triploblastik aselomata dengan bentuk tubuh simetri bilateral dengan habitat perairan tawar jernih, perairan laut dan terestrial. Planaria berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan secara seksual dengan pembentukan gamet. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan perkembangan organ reproduksi seksual Planaria dari perairan lereng Gunung Slamet, Baturraden, Banyumas. Planaria diperoleh dengan menangkap menggunakan umpan hati ayam segar, lokasi pengambilan sampel planaria di perairan lereng Gunung Slamet, yaitu Curug Bayan, Lokawisata Baturraden dan Telaga Sunyi Baturraden, Banyumas. Sampel difi ksasi menggunakan Bouin, dibuat sayatan histologis dan diwarnai menggunakan pewarna Hematoxylin dan Eosin untuk mendapatkan struktur mikroanatomi guna identifi kasi tahapan perkembangan organ reproduksi seksualnya. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Planaria yang diperoleh di perairan Curug Bayan didominasi ukuran kecil dan sedang dengan perkembangan ovary tahap 2 dan testis tahap 3 dan beberapa tahap 5. Planaria yang diperoleh di perairan Lokawisata Baturraden didominasi ukuran kecil dan sedang dengan perkembangan ovary tahap 2 dan testis tahap 1, sedangkan Planaria yang diperoleh di perairan telaga Sunyi didominasi ukuran sedang dan besar dengan perkembangan ovary tahap 4 dan testis tahap 4. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan organ reproduksi seksual planaria yang paling matang adalah planaria dari perairan Telaga sunyi yang didominasi planaria berukuran sedang dan besar. Kondisi perairan yang lebih alami dengan temperatur yang lebih rendah dan serasah yang melimpah pada perairan Telaga Sunyi memungkinkan habitat yang sesuai bagi planaria untuk survive dan berkembang biak. Planarian is species of Phylum Platyhelminthes, Class Turbellaria. Planarian is acelomate triplobastic animal, with a body of bilateral simetry and lives in clear freshwater, marine, and terrestrial as its habitat. Planarian reproduces asexually with fragmentation and sexually with gamet formation. The aim of this study was to describe planarian’s sexual reproduction organ development level in mount Slamet slope’s water, Baturraden, Banyumas. Planarians were obtained by baiting with fresh chicken liver; location of sampling on Mount Slamet were Curug Bayan, Lokawisata Baturraden, and Telaga Sunyi, Baturraden, Banyumas. Samples were fi xated with Bouin and stained with Hematoxylin and Eosin for histological structure to identify the sexual reproduction organ development stage. The results were analyzed descriptively. Total number of obtained planarian varied, however it wasn’t signifi cantly diferrent among sampling locations. Planarians of Curug Bayan were mostly in small to moderate size with ovary development of stage 2, testis of stage 3 and some of stage 5. Planarians of Lokawisata Baturraden were mostly in small to moderate size with ovary development of stage 2 and testis of stage 1. Planarians of Telaga Sunyi were mostly in moderate and big size with ovary development of stage 4 and testis of stage 4. It was concluded that planarian of Telaga Sunyi, with mostly moderate and big size, had the most matured sexual reproduction organs development. More natural water condition including lower temperature and abundant litter in Telaga Sunyi allows suitable habitat for planarian survival and planarian breeding.
Optimasi Pengawetan Produk Jamur Tiram Segar sebagai Upaya Penguatan Industri Olahan Jamur Anggarani, Mirwa Adiprahara; Rusijono, Rusijono
Sains & Matematika Vol 3, No 2 (2015): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi proses pengawetan jamur tiram segar melalui penambahan zat tambahan makanan (aditif pangan) sebagai upaya meningkatkan nilai gunanya. Proses pengawetan jamur tiram segar dilakukan dengan merendam jamur tiram segar dalam beberapa jenis zat aditif, meliputi: (a) asam askorbat 0,05%; (b) asam sitrat 1%; (c) garam 2%; (d) kunyit 1%; (e) campuran asam askorbat 0,05%, asam sitrat 1%, dan garam 2%; (f) campuran asam askorbat 0,05%, asam sitrat 1%, garam 2%, dan kunyit 1%; (g) campuran natrium metabisulfi t 0,1%, garam 0,2%, asam askorbat 0,1%, asam sitrat 0,1%, dan kalium 0,1%; dan (h) campuran garam 2% dan kunyit 1%. Proses perendaman dilakukan selama 8 hari. Selanjutnya, untuk menentukan keberhasilan proses pengawetan jamur tiram segar, telah dilakukan pengukuran pH, serta jumlah jamur dan bakteri pada larutan pengawet setiap hari. jumlah kontaminasi mikrob dari hari ke hari dihitung menggunakan metode hitungan mikroskopis langsung. Sampel diletakkan di suatu ruang hitung (hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan fungi dan bakteri paling dapat dihambat pada perendaman menggunakan asam sitrat 2%. This research aimed to optimize the process of preservation of fresh oyster mushrooms by adding food additives as an effort to increase the value point. Fresh oyster mushrooms preservation process was done by soaking the fresh oyster mushrooms in some types of additives, including: (a) ascorbic acid of 0.05%; (B) 1% citric acid; (C) salt 2%; (D) turmeric 1%; (E) a mixture of 0.05% ascorbic acid, citric acid 1% and 2% salt; (F) a mixture of 0.05% ascorbic acid, citric acid 1%, 2% salt, and turmeric 1%; (G) a mixture of sodium metabisulphite 0.1%, 0.2% salt, 0.1% ascorbic acid, citric acid 0.1%, and 0.1% potassium; and (h) a mixture of turmeric salt 2% and 1%. Soaking process conducted for 8 days. Furthermore, to determine the success of the process of preservation of fresh oyster mushrooms, has been carried out measurement of pH, as well as the number of fungi and bacteria in preservative solutions every day. the number of microbial contamination from day to day is calculated using the direct microscopic count method. Samples were placed in a room count (hemocytometer) and the number of cells can be determined directly with the aid of a microscope. Results of the analysis showed that the growth of fungi and bacteria have inhibited the immersion using citric acid 2%.

Page 1 of 1 | Total Record : 9