cover
Contact Name
Reni Ambarwati
Contact Email
reniambarwati@unesa.ac.id
Phone
+6281231173525
Journal Mail Official
sainsmatematika@unesa.ac.id
Editorial Address
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Gedung D1 Kampus UNESA Ketintang Surabaya Kode Pos 60213 E-mail: sainsmatematika@unesa.ac.id Telp : 031-8280009
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Sains & Matematika
ISSN : 23027290     EISSN : 25461835     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Jurnal ini menerbitkan artikel asli hasil penelitian di bidang biologi, fisika, kimia, dan matematika. Redaksi hanya menerima naskah asli yang belum pernah dipublikasikan dan tidak sedang dalam proses penerbitan di jurnal lain. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan ejaan yang baik dan benar atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2016): April, Sains " : 9 Documents clear
ANALISIS NILAI KAPASITANSI SPESIFIK PADA ELEKTRODA KARBON AKTIF/PVDF Fidiyanti, Yuvita Nur; Rohmawati, Lydia; Putri, Nugrahani Primary; Setyarsih, Woro
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman kelapa merupakan salah satu jenis tanaman serba guna. Bagian luar buah kelapa yaitu batok kelapa dapat memiliki nilai ekonomis tinggi jika diubah menjadi karbon aktif yang merupakan bahan dasar elektroda superkapasitor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan persen berat PVDF terhadap ukuran pori, luas permukaan dan nilai kapasitansi karbon aktif  batok kelapa (cocos nucifera). Karbon hasil karbonisasi dilakukan aktivasi kimia dengan perendaman selama 24 jam dan dipanaskan pada suhu 800ºC selama 5 jam. Setelah itu,  dicuci dengan aquades dan HCl 1 kemudian dikeringkan pada suhu 110ºC selama 10 menit untuk didapatkan karbon aktif. Selanjutnya, karbon aktif dipadukan dengan PVDF variasi % berat yaitu, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, dan 10% dengan metode mixing. Hasil paduan, dilakukan karakterisasi BET dan voltametri siklik. Hasil voltametri siklik menunjukkan bahwa dengan penambahan 8% berat PVDF, elektroda memiliki nilai kapasitansi terbaik sebesar 197,680 F/g dengan ukuran pori dan luas permukaan sebesar 2,53 nm dan 56,85 m2/g (hasil BET).Coconut plants are one type of multipurpose plants. The outside of the coconut fruit, coconut shell, can have high economic value if it is converted into activated carbon which is the basic material of super capacitor electrodes. The purpose of this study was to determine the effect of adding weight percent PVDF to pore size, surface area and the value of the coconut shell activated carbon capacitance (cocos nucifera). Carbonized carbon is chemically activated by immersion for 24 hours and heated at 800ºC for 5 hours. After that, washed with distilled water and HCl 1 then dried at 110ºC for 10 minutes to obtain activated carbon. Furthermore, activated carbon is combined with PVDF% by weight variation, that is, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, and 10% by mixing method. The results of the alloys were characterized by BET and cyclic voltammetry. The results of cyclic voltammetry showed that with the addition of 8% by weight of PVDF, the electrodes had the best capacitance values of 197,680 F / g with pore size and surface area of 2.53 nm and 56.85 m2 / g (BET results).
MONITORING PERDAGANGAN INVERTEBRATA LAUT SEBAGAI SPESIMEN AKUARIUM DI SURABAYA Indrawati, Putri; Tanziyah, Lia Li Anatus; Widiyawati, Eka
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini perdagangan hewan invertebrata semakin marak, namun belum ada data tentang jenis-jenis hewan tersebut serta bagaimana status konservasinya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis-jenis invertebrata laut sebagai spesimen akuarium yang diperdagangkan di Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya; mendeskripsikan status perlindungan invertebrata laut; mendeskripsikan cara perolehan (asal) hewan invertebrata laut yang diperdagangkan; serta mendeskripsikan keterlibatan masyarakat dalam perdagangan invertebrata laut sebagai spesimen akuarium Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya berdasarkan alasan pembelian, frekuensi pembelian, dan pengetahuan masyarakat tentang hewan yang dibeli. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi hewan yang diperdagangkan dan wawancara terhadap pedagang dan pembeli hewan invertebrata. Terdapat 29 spesies invertebrata laut yang diperdagangkan sebagai spesimen akuarium di Pasar Ikan Gunung Sari Surabaya, tiga di antaranya termasuk hewan dilindungi. Selain itu, terdapat empat spesies yang termasuk kategore Least Concern menurut IUCN adan 15 spesies termasuk apendiks II CITES.Nowadays, the trading of invertebrate animals are increasing, however there is no data about the species of these animals and the status of their conservation. The purposes of this research were to identify the sea invertebrates as specimen of aquarium traded in Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya; describe the conservation status of sea invertebrates; describe the origin of those traded animals; and describe the role of the society in the trading of aquarium specimen in Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya based on the reason of the purchase, the frequency of purchase, and the knowledge of peoples about animals that they bought. This research conducted using observation methods, namely by observing of the animals that are traded and conducted interviews to the traders and buyers of invertebrates. In Pasar Ikan Gunung Sari, there were four shops that sell sea invertebrates. There were 29 species of sea an invertebrate are traded and was found three species of them were protected based on Government Regulations. In addition, there were four species which were classified as Least Concern according to IUCN and 15 species which were classified as Appendix II according to CITES. The sea invertebrates are obtained from suppliers routinely from the sea in Banyuwangi, Situbondo, Bali and Papua. The buyers were sea animal?s lovers who collected sea invertebrates to decorate their aquariums, but they do not know the conservation status protected of the animals.
SPATULA DAN ALLIGATOR SEBAGAI IKAN EKSOTIK YANG DIPERDAGANGKAN DI SURABAYA Shaleh, Wahyu Khoirus; Fidya, Army Ista; Nikmah, Nurul Laily; Apriliana, Dwi Ulfa
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan eksotik merupakan ikan yang dimasukkan ke negara lain yang bukan habitat aslinya. Salah satu jenis ikan eksotik yang marak diperdagangkan adalah ikan buaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis ikan buaya yang diperdagangkan di Surabaya dan mendeskripsikan pandangan penjual dan pembeli ikan hias terhadap perdagangan ikan eksotik. Observasi dilakukan di sembilan pasar hewan di Surabaya. Identifikasi ikan buaya didasarkan pada karakter morfologi. Data tentang pandangan penjual dan pembeli terhadap perdagangan ikan eksotik serta data sekunder tentang ikan buaya diperoleh melalui wawancara. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan buaya yang diperdagangkan di Surabaya adalah  spatula (Atractosteus spatula) dan alligator (Lepisosteus oculatus). Sebesar 89% penjual dan 100% pembeli mengatakan bahwa ikan buaya boleh diperjualbelikan secara bebas. Temuan ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang larangan introduksi ikan buaya. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi sangat diperlukan.Exotic fishes are fishes that are indroduced from non-native-habitat country. One of exotic fishes that were frequently traded are alligator fishes. This study aimed to identify the species of alligator traded in Surabaya and describe the views of sellers and buyers of ornamental fish for exotic fish trade. Observations conducted in nine animal markets in Surabaya. Alligator identification based on morphological characters. Data about the views of sellers and buyers about the trading of exotic fish were obtained through interviews. The results showed that there were two species of alligator traded in Surabaya, namely spatulla (Atractosteus spatula) and alligator (Lepisosteus oculatus). Almost all of sellers (89%) and 100% of buyers argued that alligator can be traded freely. This finding indicated that many people have not got information that exotic fishes, including alligator fishes, are not allowed to be sold. Hence, some effort on socialisation should be done.
PENGARUH FREKUENSI BATHING TERHADAP TINGKAT SERANGAN EKTOPARASIT Akbar, Hamidah Ghoziah; Dinar, Al Widyan; Haq, Sulthon Jihadul
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kenari (Serinus canaria) merupakan salah satu contoh burung anggota Passeriformes yang banyak diperdagangkan dan dipelihara karena keindahan bulu dan kicauannya, namun tidak semua burung kenari yang diperdagangkan memiliki kondisi fisik yang baik, kondisi tersebut dikarenakan adanya ektoparasit yang menyerang tubuh burung kenari tersebut. Bathing merupakan salah satu cara mengurangi ektoparasit pada burung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh frekuensi bathing terhadap tingkat serangan ektoparasit pada burung kenari, pengaruh frekuensi bathing terhadap perilaku burung kenari dan menentukan frekuensi yang optimal untuk mengurangi tingkat serangan ektoparasit pada burung kenari. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan, yaitu bathing sehari sekali, dua hari sekali, dan tiga hari sekali. Sebanyak 9 burung kenari sebagai sampel diperoleh dari penangkaran dan belum memperoleh pengobatan. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan. Data tingkat serangan ektoparasit, perilaku preening dan kicau burung dianalisis dengan uji Kruskall-Wallis dan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tingkat serangan ektoparasit yaitu terdapat penurunan jumlah ektoparasit pada tubuh kenari di akhir perlakuan. Frekuensi bathing yang optimal untuk mengurangi tingkat serangan ektoparasit adalah frekuensi bathing sehari sekali, namun yang memberikan pengaruh terbaik untuk kicau burung adalah bathing dua hari sekali.Canary (Serinus canaria) is one of member of Order Passeriformes, which are frequestly traded because of the beauty of its feather and song. However, canary that are kept as pets are often found in unhealthy condition. For example infected by ectoparasites. Bathing is one of efforts that can be applied to reduce the infection level of ectoparasites. The purposes of this study were to describe the influence of bathing frequency on the infection level of ectoparasites and the preening and singing behaviour of birds; as well as define the best frequency of bathing. This research was done by using completely randomized design with three treatments, namely bathing every day, every two days, and every three days. Nine canaries obtained from captive breeding were used as sample. The treatment was conducted for three months. Data of infection level of ectoparasites, preening and singing behaviour were analysed by using Crustal-Wallis test and Wilcoxon test. The result showed that the infection level after treatment decrease significantly. The best treatment of bathing frequency to reduce the infection level of ectoparasites was one a day. However, the treatment that gave the best influence on the singing behavior was bathing every two days.
PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KUPANG SEBAGAI SUMBER KITIN DAN KITOSAN Sikana, Arina Mana; Ningsih, Nur F.; Saputri, Miftahul R.; Wandani, Shelly A. T.; Ambarwati, Reni
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kupang merupakan nama lokal kerang kecil yang telah lama dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lontong kupang, makanan khas asal Sidoarjo dan Surabaya. Produksi lontong kupang dilakukan setiap hari sehingga dihasilkan limbah berupa cangkang kupang yang sangat melimpah. Limbah cangkang kupang tersebut berpotensi menjadi bahan alternatif pembuatan kitin dan kitosan, yang selama ini lebih banyak diekstraksi dari cangkang krustasea dan gastropoda. Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi kitin dan kitosan dari limbah cangkang kupang putih (Potamocorbula faba) dan kupang merah (Muschulita senhausia) serta mengukur besar kandungan kitin dan kitosan tersebut. Sampel cangkang kupang diambil dari Desa Balongdowo, Candi, Sidoarjo. Pemurnian kitin dilakukan menggunakan metode Hong dan pembuatan kitosan dilakukan dengan metode Knorr. Validasi produk kitin dan kitosan dilakukan dengan spektrofotometer (Fourier Transform InfraRed) FTIR, kemudian hasilnya dianalisis menggunakan statistika deskriptif. Kitin yang didapat dari hasil deproteinasi dan demineralisasi limbah cangkang kupang merah dan putih sebesar 97% dan 93%. Kitosan yang didapat dari hasil deasetilasi limbah cangkang kupang merah dan putih sebesar 22% dan 16% dengan derajat deasetilasi masing-masing adalah 76,30% dan 70,21%. Kupang is small mussel that has been used by people of Sidoarjo and Surabaya as traditional food for a long time. Therefore, the waste of the shells is very abundant. The shells of those mussels are potential as raw materials of chitin and chitosan. This study aimed to extract chitin and chitosan from shells of white mussel (Potamocorbula faba) and red mussel (Muschulita senhausia) and measuring the content of chitin and chitosan. The samples of the shells are taken from the village of Balongdowo, Candi, Sidoarjo. Purification of chitin was performed using Hong?s method, while chitosan isolation is done by Knorr?s method. Identification of chitin and chitosan is done by FTIR (Fourier Transform InfraRed) spectrophotometer, and the data were analyzed using descriptive statistics. Chitin obtained from the results of demineralization-deproteination of red and white mussel shells were 97% and 93% respectively. Chitosan resulted from deacetylation of red and white mussel shells were 22% and 16% respectively; and the deacetylation degree were 76.30% and 70.21% respectively.
Monitoring Perdagangan Invertebrata Laut sebagai Spesimen Akuarium di Surabaya Indrawati, Putri; Tanziyah, Lia Li Anatus; Widiyawati, Eka
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini perdagangan hewan invertebrata semakin marak, namun belum ada data tentang jenis-jenis hewan tersebut serta bagaimana status konservasinya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis-jenis invertebrata laut sebagai spesimen akuarium yang diperdagangkan di Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya; mendeskripsikan status perlindungan invertebrata laut; mendeskripsikan cara perolehan (asal) hewan invertebrata laut yang diperdagangkan; serta mendeskripsikan keterlibatan masyarakat dalam perdagangan invertebrata laut sebagai spesimen akuarium Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya berdasarkan alasan pembelian, frekuensi pembelian, dan pengetahuan masyarakat tentang hewan yang dibeli. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi hewan yang diperdagangkan dan wawancara terhadap pedagang dan pembeli hewan invertebrata. Terdapat 29 spesies invertebrata laut yang diperdagangkan sebagai spesimen akuarium di Pasar Ikan Gunung Sari Surabaya, tiga di antaranya termasuk hewan dilindungi. Selain itu, terdapat empat spesies yang termasuk kategore Least Concern menurut IUCN adan 15 spesies termasuk apendiks II CITES.Nowadays, the trading of invertebrate animals are increasing, however there is no data about the species of these animals and the status of their conservation. The purposes of this research were to identify the sea invertebrates as specimen of aquarium traded in Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya; describe the conservation status of sea invertebrates; describe the origin of those traded animals; and describe the role of the society in the trading of aquarium specimen in Pasar Ikan Gunung Sari, Surabaya based on the reason of the purchase, the frequency of purchase, and the knowledge of peoples about animals that they bought. This research conducted using observation methods, namely by observing of the animals that are traded and conducted interviews to the traders and buyers of invertebrates. In Pasar Ikan Gunung Sari, there were four shops that sell sea invertebrates. There were 29 species of sea an invertebrate are traded and was found three species of them were protected based on Government Regulations. In addition, there were four species which were classified as Least Concern according to IUCN and 15 species which were classified as Appendix II according to CITES. The sea invertebrates are obtained from suppliers routinely from the sea in Banyuwangi, Situbondo, Bali and Papua. The buyers were sea animal’s lovers who collected sea invertebrates to decorate their aquariums, but they do not know the conservation status protected of the animals.
Pengaruh Frekuensi Bathing terhadap Tingkat Serangan Ektoparasit Akbar, Hamidah Ghoziah; Dinar, Al Widyan; Haq, Sulthon Jihadul
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kenari (Serinus canaria) merupakan salah satu contoh burung anggota Passeriformes yang banyak diperdagangkan dan dipelihara karena keindahan bulu dan kicauannya, namun tidak semua burung kenari yang diperdagangkan memiliki kondisi fisik yang baik, kondisi tersebut dikarenakan adanya ektoparasit yang menyerang tubuh burung kenari tersebut. Bathing merupakan salah satu cara mengurangi ektoparasit pada burung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh frekuensi bathing terhadap tingkat serangan ektoparasit pada burung kenari, pengaruh frekuensi bathing terhadap perilaku burung kenari dan menentukan frekuensi yang optimal untuk mengurangi tingkat serangan ektoparasit pada burung kenari. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan, yaitu bathing sehari sekali, dua hari sekali, dan tiga hari sekali. Sebanyak 9 burung kenari sebagai sampel diperoleh dari penangkaran dan belum memperoleh pengobatan. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan. Data tingkat serangan ektoparasit, perilaku preening dan kicau burung dianalisis dengan uji Kruskall-Wallis dan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tingkat serangan ektoparasit yaitu terdapat penurunan jumlah ektoparasit pada tubuh kenari di akhir perlakuan. Frekuensi bathing yang optimal untuk mengurangi tingkat serangan ektoparasit adalah frekuensi bathing sehari sekali, namun yang memberikan pengaruh terbaik untuk kicau burung adalah bathing dua hari sekali.Canary (Serinus canaria) is one of member of Order Passeriformes, which are frequestly traded because of the beauty of its feather and song. However, canary that are kept as pets are often found in unhealthy condition. For example infected by ectoparasites. Bathing is one of efforts that can be applied to reduce the infection level of ectoparasites. The purposes of this study were to describe the influence of bathing frequency on the infection level of ectoparasites and the preening and singing behaviour of birds; as well as define the best frequency of bathing. This research was done by using completely randomized design with three treatments, namely bathing every day, every two days, and every three days. Nine canaries obtained from captive breeding were used as sample. The treatment was conducted for three months. Data of infection level of ectoparasites, preening and singing behaviour were analysed by using Crustal-Wallis test and Wilcoxon test. The result showed that the infection level after treatment decrease significantly. The best treatment of bathing frequency to reduce the infection level of ectoparasites was one a day. However, the treatment that gave the best influence on the singing behavior was bathing every two days.
Spatula dan Alligator sebagai Ikan Eksotik yang diperdagangkan di Surabaya Shaleh, Wahyu Khoirus; Fidya, Army Ista; Nikmah, Nurul Laily; Apriliana, Dwi Ulfa
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ikan eksotik merupakan ikan yang dimasukkan ke negara lain yang bukan habitat aslinya. Salah satu jenis ikan eksotik yang marak diperdagangkan adalah ikan buaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis ikan buaya yang diperdagangkan di Surabaya dan mendeskripsikan pandangan penjual dan pembeli ikan hias terhadap perdagangan ikan eksotik. Observasi dilakukan di sembilan pasar hewan di Surabaya. Identifikasi ikan buaya didasarkan pada karakter morfologi. Data tentang pandangan penjual dan pembeli terhadap perdagangan ikan eksotik serta data sekunder tentang ikan buaya diperoleh melalui wawancara. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan buaya yang diperdagangkan di Surabaya adalah  spatula (Atractosteus spatula) dan alligator (Lepisosteus oculatus). Sebesar 89% penjual dan 100% pembeli mengatakan bahwa ikan buaya boleh diperjualbelikan secara bebas. Temuan ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang larangan introduksi ikan buaya. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi sangat diperlukan.Exotic fishes are fishes that are indroduced from non-native-habitat country. One of exotic fishes that were frequently traded are alligator fishes. This study aimed to identify the species of alligator traded in Surabaya and describe the views of sellers and buyers of ornamental fish for exotic fish trade. Observations conducted in nine animal markets in Surabaya. Alligator identification based on morphological characters. Data about the views of sellers and buyers about the trading of exotic fish were obtained through interviews. The results showed that there were two species of alligator traded in Surabaya, namely spatulla (Atractosteus spatula) and alligator (Lepisosteus oculatus). Almost all of sellers (89%) and 100% of buyers argued that alligator can be traded freely. This finding indicated that many people have not got information that exotic fishes, including alligator fishes, are not allowed to be sold. Hence, some effort on socialisation should be done.
Pemanfaatan Limbah Cangkang Kupang Sebagai Sumber Kitin dan Kitosan Sikana, Arina Mana; Ningsih, Nur F.; Saputri, Miftahul R.; Wandani, Shelly A. T.; Ambarwati, Reni
Sains & Matematika Vol 4, No 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Sains & Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kupang merupakan nama lokal kerang kecil yang telah lama dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lontong kupang, makanan khas asal Sidoarjo dan Surabaya. Produksi lontong kupang dilakukan setiap hari sehingga dihasilkan limbah berupa cangkang kupang yang sangat melimpah. Limbah cangkang kupang tersebut berpotensi menjadi bahan alternatif pembuatan kitin dan kitosan, yang selama ini lebih banyak diekstraksi dari cangkang krustasea dan gastropoda. Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi kitin dan kitosan dari limbah cangkang kupang putih (Potamocorbula faba) dan kupang merah (Muschulita senhausia) serta mengukur besar kandungan kitin dan kitosan tersebut. Sampel cangkang kupang diambil dari Desa Balongdowo, Candi, Sidoarjo. Pemurnian kitin dilakukan menggunakan metode Hong dan pembuatan kitosan dilakukan dengan metode Knorr. Validasi produk kitin dan kitosan dilakukan dengan spektrofotometer (Fourier Transform InfraRed) FTIR, kemudian hasilnya dianalisis menggunakan statistika deskriptif. Kitin yang didapat dari hasil deproteinasi dan demineralisasi limbah cangkang kupang merah dan putih sebesar 97% dan 93%. Kitosan yang didapat dari hasil deasetilasi limbah cangkang kupang merah dan putih sebesar 22% dan 16% dengan derajat deasetilasi masing-masing adalah 76,30% dan 70,21%. Kupang is small mussel that has been used by people of Sidoarjo and Surabaya as traditional food for a long time. Therefore, the waste of the shells is very abundant. The shells of those mussels are potential as raw materials of chitin and chitosan. This study aimed to extract chitin and chitosan from shells of white mussel (Potamocorbula faba) and red mussel (Muschulita senhausia) and measuring the content of chitin and chitosan. The samples of the shells are taken from the village of Balongdowo, Candi, Sidoarjo. Purification of chitin was performed using Hong’s method, while chitosan isolation is done by Knorr’s method. Identification of chitin and chitosan is done by FTIR (Fourier Transform InfraRed) spectrophotometer, and the data were analyzed using descriptive statistics. Chitin obtained from the results of demineralization-deproteination of red and white mussel shells were 97% and 93% respectively. Chitosan resulted from deacetylation of red and white mussel shells were 22% and 16% respectively; and the deacetylation degree were 76.30% and 70.21% respectively.

Page 1 of 1 | Total Record : 9